Anda di halaman 1dari 41

MIKROBIOLOGI DAN PPRA

LELI SAPTAWATI, dr.,Sp.MK(K)


LAB. MIKROBIOLOGI FK UNS – RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA JAWA TENGAH
TOPIK

A. Pelayanan Lab. Mikrobiologi Klinik

B. Pemanfaatan hasil pemeriksaan mikrobiologi


dalam pelaksanaan PPRA.
PELAYANAN LAB MIKROBIOLOGI KLINIK
Tujuan Pemeriksaan Mikrobiologi
• Identifikasi mikroorganisme penyebab infeksi
(bakteri/jamur)
• Penentuan kepekaan terhadap antibiotik atau
antijamur
• Steril : infeksi non bakteri/non jamur ?
Waktu tunggu hasil (turn around time)
pemeriksaan mikrobiologi

Pemeriksaan selain kultur Pemeriksaan Kultur

• Mikroskopis : 1-2 hari • Kultur aerob : 2-7 hari


• PCR : 1-3 hari • Kultur TB : 10 – 60 hari
• Tes Cepat Molekuler (TCM) :
1 hari
• Metode pemeriksaan harus terstandarisasi,
sehingga yakin bahwa hasil yang dikeluarkan
merupakan hasil yang bersifat reliabel dan
reproducible.
• Penting untuk selalu melakukan kontrol
kualitas baik internal maupun eksternal
Uji Kepekaan Antibiotik
• Kualitatif (Disk susceptibility testing) :
– Murah
– Mudah dilakukan
– Mudah dalam interpretasi hasil
• Kuantitatif (Minimum Inhibitory
Concentration/MIC), dengan metode :
– Macrobroth dilution
– Microbroth dilution
– Commercial method
Disk susceptibility testing
Kelebihan Kekurangan
• Murah • Dilakukan secara manual
• Fleksibel • Subyektifitas tinggi
• Mudah dilakukan • Interpretasi bersifat
• Mudah mendeteksi adanya kualitatif
kontaminasi
• Perlu pelatihan untuk
• Dapat mendeteksi sinergi menginterpretasikan hasil
dan antagonisme
• Jenis antibiotik yang diuji • Beberapa antibiotik memilki
dapat ditentukan sesuai difusi yang kurang baik
keinginan • Time consuming
Metode Minimun Inhibitory Concentration
(MIC) secara otomatis
Kelebihan Kekurangan
• Hasil bersiat kuantitatif • Mahal
• Kurang fleksibel dalam
• Proses cepat dan mudah menentukan jenis antibiotik
• Tidak tampak hasil secara visual
• Hasil diproses secara
• Tidak dapat menunjukkan secara
komputerisasi visual adanya sinergi dan
antagonisme
• Ekspresi resistensi terbaik
• Tergantung pada 1 supplier
sering tampak pada tertentu
medium cair • Tidak banyak tersedia
• Hasil diolah secara komputerisasi
• Terstandarisasi (reliabilitas tergantung pada
• Reproducibility standard yang digunakan)
Upaya mempercepat waktu diagnosis
• Lab. mikrobiologi buka 24 jam
• Teknologi untuk identifikasi cepat :
– Vitek automated system
– MALDI-TOF
– PCR
• Meningkatkan efektifitas alur pelayanan lab
PENYUSUNAN POLA KUMAN (ANTIBIOGRAM)
POLA KUMAN
• Data kepekaan antibiotik disusun oleh Lab.
Mikrobiologi Klinik (Sp.MK).
• Salah satu soft ware yang dapat dginakan untuk
penyusunan pola kuman adalah WHO-net
• Analisis data dilakukan bersama antara Sp.MK,
Farmasi dan klinisi.
• Hasil analisis dimanfaatkan untuk pengambilan
keputusan klinis pasien dan untuk kepentingan
epidemiologi.
JENIS DATA YANG DISAJIKAN PADA
BUKU POLA KUMAN

• Data kepekaan berbagai antibiotik


• Data bakteri penyebab infeksi
• Data perkembangan resistensi dari waktu ke
waktu
• Saran pilihan antibiotik empirik
MANFAAT POLA KUMAN
• Dapat mengetahui kondisi perkembangan resistensi
antibiotik dari waktu-ke waktu
• Dapat sebagai peringatan dini terjadinya resistensi
antibiotik
• Dapat sebagai salah satu panduan pilihan antibiotik empirik
• Sebagai bahan penyusunan antibiotic guideline berdasar
data lokal
• Dapat sebagai salah satu cara penilaian keberhasilan
program KPRA
PRINSIP PENYUSUNAN POLA KUMAN

• Data dipresentasikan dan dianalisis 1 th sekali


• Hanya memasukkan data yang sudah diverifikasi
• Hanya memasukkan data yang berasal dari
spesimen klinis untuk tujuan diagnosis
• Hanya menganalisis antibiotik yang diuji secara
rutin
• Melaporkan %S dan tidak menyertakan %I pada
data
• Pembagian analisis berdasar jenis sampel :
– Urin, non urin, darah
• Sampel:
– Hanya mengikutkan sampel pertama pasien.
– Data yang dianalisis adalah yang jumlahnya >30
– Jika jumlah sampel yang ada kurang dari 30
sebaiknya merujuk pada data regional maupun
nasional
• Penyajian data sinyal resistensi :
– Jika jumlah bakteri yang resisten hanya sedikit,
data disajikan dalam bentuk text atau tabel.
– Laporkan juga zero occurrence dari bakteri
resisten yang sebelumnya ada.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS
DATA POLA KUMAN
• Jumlah populasi pasien di RS tersebut
• Teknik kultur
• Kebijakaan mengenai uji kepekaan dan
pelaporan hasil
• Temporal outbreak
KELEMAHAN POLA KUMAN

• Historical data
• Tidak menampakkan metode uji yang
digunakan
• Tidak dapat menghubungkan dengan
manifestasi klinis pasien
• Data merupakan refleksi dari isolat bukan
infeksi
• Penggunaannya kurang praktis
PEMANFAATAN HASIL PEMERIKSAAN
MIKROBIOLOGI DALAM PPRA
TUJUAN PELAKSANAAN PPRA

1. Untuk mengoptimalkan outcome klinis


pasien dan meminimalkan efek samping yang
tidak diinginkan dari penggunaan antibiotik
2. Untuk mengurangi biaya perawatan tanpa
mengurangi kualitas pelayanan
TIM/KOMITE PPRA

Tim inti terdiri dari :


– Klinisi yang aktif di bidang penyakit infeksi
– Farmasi klinik yang sudah mendapat pelatihan
mengenai penyakit infeksi
– Clinical microbiologist (antara lain bertugas
menyusun data pola kuman).
– IT RS
– PPI
– Epidemiologist
Komite/Tim PRA di RS, terdiri dari unsur:
(PMK No.8/2015, pasal 8)

PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

LAB MIKROBIOLOGI

INST FARMASI
KEPERAWATAN
KLINISI

KLINIK

KPPI

KFT
KOMITMEN / KONSENSUS BERSAMA

26
ELEMEN KEGIATAN PPRA

• Monitoring resistensi secara aktif


• Menjamin penggunaan antibiotik bijak
• Kolaborasi yang efektif dengan PPI untuk
mencegah transmisi bakteri resisten.
Kegiatan PPRA
1. Audit prospektif yang disertai dengan
intervensi dan pemberian feedback
– dilakukan oleh klinisi bersama farmasi klinis dan
mikrobiologi klinik
– dapat menurunkan penggunaan antibiotik yang
tidak bijak
2. Menetapkan restriksi penggunaan antibiotik
– Restriksi sesuai fornas, dapat juga ditambah
dengan kebijakan setempat
– Merupakan metode yang paling efektif untuk
mencapai tujuan pengendalian penggunaan
antibiotik
Peran Lab. Mikrobiologi dalam PPRA

1. Penyusunan guideline dan clinical pathway


– Guideline dibuat berdasar masukan dari masing-
masing KSM dan dikombinasi dengan pola kuman
setempat dapat meningkatkan kualitas penggunaan
antibiotik.
2. Pelaksanaan antimicrobial cycling
– Tidak banyak bukti ilmiah yang merekomendasikan
untuk dilaksanakan secara terus-menerus dalam
jangka waktu lama.
3. Streamlining atau terapi de-eskalasi
– Dilakukan berdasarkan hasil kultur dan uji
kepekaan.
– Dapat mencegah terjadinya penggunaan
antibiotik kombinasi yang tidak perlu
– Sehingga dapat mengurangi paparan antibiotik
danmenurunkan cost
4. Surveilans yang dilakukan secara
komputerisasi dan analisis hasil surveilans
oleh ahli
– Meningkatkan efisiensi pelaksanaan PPRA dalam
hal intervensi penggunaan antibiotik, melacak
profil resistensi bakteri, identifikasi HAI’s dan efek
samping obat.
– Implementasi di Indonesia masih lambat
5. Penyusunan pola kuman dan pola kepekaan
kuman
– membantu dalam kegiatan surveilans bakteri
resisten
– investigasi outbreak.
6. Mikrobiologi Klinik sebagai bagian dari tim
inti PPRA
– Melibatkan 6 pilar PPRA ditambah dengan
epidemiologist dan Sistem Informasi RS.
LAB. MIKROBIOLOGI
KLINIK RSDM
BEBERAPA PERALATAN DI LAB
MIKROBIOLOGI KLINIK RSDM
Kultur & uji kepekaan semi
otomatis TCM (Test Cepat Molekuler)
Lanjutan…

MALDI-TOF MS Ruang lab


KESIMPULAN
• Lab. Mikrobiologi Klinik merupakan bagian penting dalam
PPRA dengan memberikan data hasil kultur pasien secara
spesifik sehingga dapat mengoptimalkan terapi.
• Lab. Mikrobiologi Klinik juga berperan untuk membantu
program pengendalian infeksi melalui surveilans organisme
resisten dan data epidemiologi untuk penanganan
outbreak.
• Lab. Mikrobiologi Klinik harus selalu melakukan kontrol
kualitas pemeriksaan baik internal maupun eksternal, untuk
menjamin mutu pelayanan dan akurasi data.
LEARN AND ACT

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai