Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

USAHA MEMPERBAIKI PENYESUAIAN DIRI


Diajukan Untuk Melengkapi Tugas

Mata Kuliah: Psikologi

Oleh:

NAMA: SANDRA MOKOGINTA

NIM: 1308821

REG : A1

AKADEMI KEPERAWATAN TOTABUAN


KOTAMOBAGU
2013
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Piji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas makalah dengan judul “ Usaha Memperbaiki
Penyesuaian Diri ” untuk melengkapi mata kuliah Psikologi, dalam penyusunan makalah ini
kami banyak mendapat bimbingan dari Dosen dan untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Kami menyadari bahwa apa yang tertuang dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Maka
dari itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua, AMIN.

Kotamobagu, 16 Desember 2013

Penulis

SANDRA MOKOGINTA

NIM. 1308821

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………..1

1.1 Latar belakang…………………………………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………………….2

A. Cara penyesuaian yang wajar……………………………………………………………………………2


1. Prinsip realitas……………………………………………………………………………………………..2
2. Menerima kecemasan…………………………………………………………………………………2
3. Sedapat mungkin tidak memakai mekanisme pertahanan……………………………2
B. Cara menguranggi konflik dan frustasi……………………………………………………………….4

1. Menanggukan pemuasan…………………………………………………………………………….4
2. Menerima frustrasi……………………………………………………………………………………..4
3. Perwujudan emosi………….…………………………………………………………………………...4
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………….…6

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………….….6
3.2 Saran……………………………………………………………………………………………………….……6

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………….……..7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Frustasi dapat mengakibatkan kecemasan dan pembentukan cara penyesuaian yang


mengurangi kecemasan itu. Bagaimana cara pnyesuaian dapat mengurangi kecemasan
tetapi tidak dapat membuang kecemasan seluruhnya. Kecemasan masi dirasakan karena
sesungguhnya persoalan yang dihadapinya belum diselesaikan.
Kesehatan mental dapat dirasakan bila berhasil membentuk penyesuaian tingkahlaku
yang baik. Setiap orang harus belajar bagaimana mencapai dan mempertahankan
penyesuaian yang memuaskan. Mencapai dan mempertahankan penyesuaian yang tidak
wajar tidak selalu mudah bagi setiap orang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana usaha memperbaiki penyesuaian diri?
2. Bagaimana cara penyesuaian diri?

1.3 Manfaat Penulisan


1. Mengetahui tentang usaha memperbaiki penyesuaian diri.
2. Untuk mengetahui cara untuk usaha memperbaiki penyesuaian diri.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara penyesuaian yang wajar

Untuk mencapai cara penyesuaian yang wajar, seseorang harus belajar tahap demi tahap
dengan mengikuti petunjuk dan bimbingan.

1. Prinsip realitas
Azas pertama dalam pembentukan cara penyesuaian, atau cara tingkahlaku yakni
harus realistis.
Dalam melakukan suatu tujuan, tidak dapat dibenarkan menutupi diri dengan cara
menyembunyikan motif-motif sebenarnya atau menginginkan tujuan-tujuan yang tidak
mungkin tercapai.
Untuk menyadari masalahnya dan membeberkan persoalan bagi dirinya, perlu
pemahaman tentang diri sendiri. Pemahaman diri sendiri memang sulit di lakukan tetapi
dapat dicapai melalui suatu proses belajar.
Adakalanya seorang tidak dapat menyesuaikan diri, gagal dalam penyesuaian diri, jadi
membohongi diri tentang motif-motif yang sebenarnya. Bila kebiasaan tersebut tidak
diubah maka ia tetap tidak berusaha memperbaiki cara penyesuaian atau cara
bertingkahlaku, sehingga tentunya tersisihkan dalam pengalaman. Lama kelamaan orang
lain mengerti akan motif-motif yang ditutupinya dan tidak senang dibohongi dan akan
menyauhi orang tersebut.
Seseorang dapat belajar menyelesaikan persoalannya dengan melihat cara-cara yang
dipergunakan orang lain, dalam menghindari hal-hal yang telah menimbulkan kesulitan
pada mereka.

2. Menerima kecemasan
Kecemasan merupakan akibat umum dari pengalaman-pengalaman yang menimbulkan
ketakutan dan tidak dapat di hapus seluruhnya.
Dalam merasakan kecemasan, ada orang yang berusaha menghindari kecemasan.
Ternyata usaha untuk menghindari kecemasan hanya memberatkan kecemasan tersebut.
Sebaiknya menerima kecemasan itu sebagai sesuatu yang biasa. Sedapat mungkin
kecemasan itu di sadari sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari, supaya dapat di bentuk
sikap yang toleran. Sikap toleran ini akan mengurangi pengaruh kecemasan baginya,
sehingga juga mengurangi pengaruh dan akibat-akibat negatif terhadap tingkahlakunya.

3. Sedapat mungkin tidak memakai mekanisme pertahanan.


Penggunaan mekanisme pertahanan yang berlebih-lebihan merupakan tanda dari
penyusunan tingkahlaku yang wajar. Dengan jalan menganalisa tingkahlaku sendiri, maka
penggunaan mekanisme pertahanan dapat dikurangi.

2
Dengan mekanisme pertahanan seseorang sebetulnya menutupi diri atau menipu orang
lain dengan menutupi dan menyembunyikan motif-motifnya yang sebenarnya.
Dasar dari usaha mencari dan meneliti mekanisme pertahanan adalah usaha mencari dan
mengerti motif-motif sendiri. Memang sulit sekali untuk menemukan motif kita sendiri. Kita
dapat meneliti motif-motif dengan mengetahui tujuan sebenarnya dari suatu tingkahlaku.
Dengan menanyakan : Apa yang sesungguhnya diinginkan? Apakah tujuan yang sebenarnya?
Ingin mencapai sesuatu tanpa mengeluarkan banyak enersi merupakan suatu prinsip
ekonomis yakni mencapai hasil yang sebaik mungkin dengan usaha sekecil mungkin. Akan
tetapi kebanyakan tujuan baru akan tercapai setelah seseorang beruasaha dan mengeluarkan
enersi agar sampai pada tujuan tersebut.
Dalam hal tidak tercapai suatu tujuan sebaiknya menyadari ketidak mungkinannya. Dengan
demikian seorang dapat membebaskan diri dari segala perasaan (dendam, kecewa, cemas)
sehingga menyalahkan atau mengkambing hitamkan orang lain.
Setiap kali pengertian akan motif dan tujuan yang sebenarnya, tidak dapat mengubah
keadaan mental seseorang. Di samping pengertian tersebut masi diperlukan adanya keinginan
dan kesanggupan, untuk melanjutkan usaha-usaha mencapai tujuan.
Setiap kali seseorang setelah menganalisa penyebab tingkahlaku menemukan bahwa suatu
motif telah menyebabkan frustrasi baginya. Supaya frustasi itu bisa diatasi maka ia harus
mengurangi motif tersebut. Mungkin ia dapat mengurangi motif itu dengan cara menginsyafi
bahwa usaha memerlukan banyak pengorbanan, sehingga kedudukan itu kehilangan arti
baginya bila dibandingkan dengan usaha dan pengorbanan yang terlalu berat.
Mengubah suatu motif, memang tidak mudah dilaksanakan. Dengan mengubah suuatu
motif belum berarti bahwa tujuannya sudah dihapus atau diganti. Mengubah atau menganti
tujuan harus dilaksanakan secara bertahap.
Suatu tujuan yang bukan berasal dari diri sendiri, mudah diganti dengan tujuan yang lain.
Tujuan yang diterimanya dari orang lain, biasanya mudah di ubah.
Seorang siswa oleh orang tuanya diarahkan kesuatu jurusan tertentu misalnya harus
mengikuti kursus calon sekretaris. Setela berulang kali ia mengalami kegagalan, akhirnya ia
baru merasa lega, ketika ia bole mengikuti pendidikan perawat. Ia merasa tidak memiliki
bakat-bakat untuk menjadi sekretaris dan hanya menerima saran orang tua untuk mengikuti
kursus sekretaris karena ingin menyenangkan orangtuanya. Akhirnya ia berhasil
menyelesaikan pendidikan perawatnya, walupun pendidikan ini tidak mudah baginya.
Mengubah tujuan tidak selalu dilakukan secara radikal. Kadang-kadang tujuan itu menjadi
persoalan hanya karena tingkahlakunya terlalu tinggi dan bukan karena sifat atau macam
tujuan. Suatu tujuan yang terlalu tinggi ditentukan bagi dirinya akan menimbulkan frustrasi.
Dengan perkataan lain, apabila perbedaan antara tingkat aspirasi dan kemampuan
mewujudkan terlalu besar maka akan tumbuh kegagalan dan frustrasi.
Jadi untuk menghindari frustrasi dan akibatnya, tingkat aspirasi atau tujuan perlu
dikurangi, diturunkan supaya dapat diwujudkan dan tujuan tercapai.
Seseorang dapat mencapai tingkahlaku yang sukses apabila secara realistis memaparkan
kesanggupan, dan kemampuan-kemampuannya maupun pembatasan-pembatasannya.
Selanjutnya menentukan tujuan yang cukup tinggi, supaya dengan usaha yang maksimal ia
dapatmen capai tujuan, dan memberikan kepuasan.
Dalam usaha penyesuaian diri kita ingin mengurangi konflik dan frustrasi dengan
menghilangkan atau mengganti tujuan supaya tidak menuntut pemusan dan hilanglah konflik.

3
B. Cara mengurangi konflik dan frustrasi
1. Menanggukan pemuasan.
Seringkali kita menghadapi beberapa tujuan pada saat yang sama. Tentunya
tidak dapat mengarakan usaha kita kesemua tujuan, jadi harus memilih yang mana
akan dikerjakan lebih dahulu yang mana akan ditanggukan.
Siswa yang masih ingin bersenang-senang, pergi menonton film, terpaksa
menanggukan acara rekreasi dan mengurung diri untuk belajar karena ingin berasil
dalam menempu ujian akhir.
Dengan menentukan belajar duluh, bersenang-senang kemudin, konflik akan
dikurangi dan lebih mudah memusatkan perhatian dan pikiran terhadap pelajaran.

2. Menerima frustrasi.
Menerima frustrasi atau bersikap toleran terhadap frustrasi merupakan suatu
kemampuan menerima tidak tercapainya sesuatu tujuan. Perbedaan atara orang yang
normal dan mereka yang mengalami ganguan penyesuain bukan terlihat dari ada atau
tidak adanya konflik atau frustrasi.
Orang yang normal dan tidak menderita gangguann penyesuaian memiliki
kemampuan toleransi terhadap frustrasi. Toleransi terhadap frustrasi dapat dipelajari
dengan latihan-latihan, sama halnya seperti belajar kebiasaan-kebiasaan lainnya,
yakni:
a. Berusaha belajar menerima bahwa tidak semua hal yang di inginkan dapat dicapai
dengan segera. Tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi degan langsung.
b. Mencobah melihat dan meneliti frustrasi-frustrasi yang ringan dibandingkan
dengan frustrasi-frustrasi yang lebih hebat.

Misalnya : Seseorang yang belajar bersabar dengan menunggu bis. Setiap kali
bis lewat tampa berhenti, akan timbul frustrasi. Tetapi dengan
menyadari sudah tidak mungkin tertampung penambahan
penumpang lagi, maka ia dengan sabar menunggu bis berikutnya.

3. Perwujudan emosi.
Suatu emosi yang tidak diwujudkan atau tidak ditampilkan biasanya akan tetap
menggangu. Konflik yang meliputi rasa takut dan rasa bermusuhan yang tidak dapat
hilang, tidak terhapus dengan penangguhan maupun usaha toleransi terhadap
frustrasi.
Setiap kali dalam hal emosi, lebih baik mengekspresikannya dengan menyalurkan
daripada menumpuknya.

Misalnya : Seorang berada dalam koflik, karena didalam dirinya ada perasaan
agresi, tetapi ia takut memperhatikan agresi. Agresi itu bersumber pada
peraan yang tidak senang yang sudah menumpuk sehingga terwujud
rasa marah dan agresif.
Sebaiknya rasa marah ini disalurkan tampa kehilangan pengendalian
diri dan pikira tetap menguasai emosi, antara lain dengan :
membicarakan dengan tenang, mengenai hal yang tidak disenangi ;
membicarakannya dengan cara bekelakar.

4
Cara-cara mewujudkan dan menyalurkan emosi dengan cara-cara yang dapat diterima baik
oleh umum, dapat dipelajari dari orang yang telah berhasil
Cara yang paling baik dalam menanggulangi akibat-akibat konflik ialah dengan menyibukan
diri dengan pekerjaan yang berguna. Kesibukan-kesibukan bisa menyebabkan mengendornya
motif-motif lain, sehingga konflik berkurang.
Dengan menyibukan diri dan mempertinggi kegiatan kerja, diharapkan pekerjaan dapat
mencapai taraf penyelesaian dan menimbulkan perasaan puas.
Dengan terdesaknya, motif-motif, maka konflik sudah berkurang dan dengan berkurangnya
konflik maka frustrasi dan perasaan-perasaan cemas dan agresi dengan sendirinya akan
berkurang
Denga demikian kita dapat mengurangi konflik, frustrasi dan akibat-akibatnya dengan cara
menyibukan diri dalam pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

5
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesmpulan

3.1.1 Untuk mencapai cara penyesuaian yang wajar, seseorang harus belajar tahap demi
tahap dengan mengikuti petunjuk dan bimbingan.
3.1.2 Untuk menyadari masalahnya dan membeberkan persoalan bagi dirinya, perlu
pemahaman tentang diri sendiri. Pemahaman diri sendiri memang sulit di lakukan
tetapi dapat dicapai melalui suatu proses belajar.
3.1.3 Kecemasan merupakan akibat umum dari pengalaman-pengalaman yang
menimbulkan ketakutan dan tidak dapat di hapus seluruhnya. Dalam merasakan
kecemasan, ada orang yang berusaha menghindari kecemasan. Ternyata usaha
untuk menghindari kecemasan hanya memberatkan kecemasan tersebut.
Sebaiknya menerima kecemasan itu sebagai sesuatu yang biasa.
3.1.4 Dasar dari usaha mencari dan meneliti mekanisme pertahanan adalah usaha
mencari dan mengerti motif-motif sendiri. Memang sulit sekali untuk menemukan
motif kita sendiri. Kita dapat meneliti motif-motif dengan mengetahui tujuan
sebenarnya dari suatu tingkahlaku.
3.1.5 Dalam hal tidak tercapai suatu tujuan sebaiknya menyadari ketidak mungkinannya.
Dengan demikian seorang dapat membebaskan diri dari segala perasaan (dendam,
kecewa, cemas) sehingga menyalahkan atau mengkambing hitamkan orang lain.
3.1.6 Setiap kali seseorang setelah menganalisa penyebab tingkahlaku menemukan bahwa
suatu motif telah menyebabkan frustrasi baginya. Supaya frustasi itu bisa diatasi
maka ia harus mengurangi motif tersebut. Mungkin ia dapat mengurangi motif itu
dengan cara menginsyafi bahwa usaha memerlukan banyak pengorbanan, sehingga
kedudukan itu kehilangan arti baginya bila dibandingkan dengan usaha dan
pengorbanan yang terlalu berat.
3.1.7 Seseorang dapat mencapai tingkahlaku yang sukses apabila secara realistis
memaparkan kesanggupan, dan kemampuan-kemampuannya maupun
pembatasan-pembatasannya. Selanjutnya menentukan tujuan yang cukup tinggi,
supaya dengan usaha yang maksimal ia dapat mencapai tujuan, dan memberikan
kepuasan.
3.1.8 Cara mengurangi konflik dan frustrasi
1. Menanggukan pemuasan.
2. Menerima frustrasi.
3. Perwujudan emosi.

3.2. Saran
3.2.1 Saran yang bisa penulis sampaikan ialah agar pembaca bisa lebih mengerti dan
memahami usaha memperbaiki penyesuaian diri.
3.2.2 Saran yang bisa penulis sampaikan ialah sebagai calon perawat agar bisa lebih
megerti dan memahami tentang usaha memperbaiki penyesuaian diri.

6
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, singgih D., & Gunarsa, Ny. Singgih D, psikologi keperawatan , Jakarta:
gunung mulia, 2003.

Anda mungkin juga menyukai