Anda di halaman 1dari 6

NAMA :Mangatur Agustinus Samuel Roland Tua Simanjuntak

NIM : 237045011
KELAS : KOMINFO
MAPEL : Isu-isu Komunikasi kontemporer

1. Definisi Komunikasi menurut para ahli dijelaskan sebagai berikut.


- Harold Laswell (1956): "Siapa yang mengatakan apa dengan saluran apa kepada
siapa dengan efek apa."
- David K. Berlo (1960): "Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan
lambang-lambang yang terdiri dari verbal dan nonverbal."
- Everett M. Rogers (1986): "Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka."
- Elihu Katz (1957): "Komunikasi terjadi bila suatu sistem persepsi dan tingkah laku
dalam lingkungan bersama menjadi sedemikan rupa sehingga tindakan suatu unit di
dalamnya menyebabkan respons pada unit lain seolah-olah tindakan itu merupakan
stimulus."
- Astrid Susanto (1974): "Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain."
- Djalaludin Rakhmad (1993): "Komunikasi ialah proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seorang kepada orang lain."
- Onong Uchjana Effendy (1993): "Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media."
- Liliweri (2011): "Komunikasi pada hakikatnya adalah suatu proses sosial di mana
individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka."
- Hafied Cangara (2013): "Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu."
- Deddy Mulyana (2008): "Komunikasi adalah proses di mana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang
pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam."
2. Publik, khalayak, massa, dan masyarakat merupakan konsep-konsep penting dalam studi
komunikasi dan sosiologi. Meski terkadang digunakan secara bergantian, namun
keempat konsep ini memiliki perbedaan mendasar jika ditinjau lebih dalam. Berikut ini
adalah penjelasan lebih spesifik mengenai perbedaan keempat konsep tersebut dari
berbagai aspek.
- Definisi
Publik mengacu pada sekumpulan orang yang memiliki kepentingan dan perhatian
yang sama terhadap suatu objek, isu atau masalah (Cangara, 2014). Publik dapat
terbentuk berdasarkan kesamaan sosial, ide, gagasan, kepentingan maupun kebutuhan
informasi. Publik bersifat terbuka dan sukarela tanpa paksaan apapun. Sebagai
contoh, publik pecinta lingkungan, publik perokok, publik pencari kerja.
Khalayak mengacu pada sekelompok individu yang menjadi sasaran dari pesan-pesan
media massa dan memiliki kesamaan karakteristik tertentu seperti sikap,
kepentingan, minat, atau perilaku (Ardianto, 2004). Ada banyak kategori khalayak
media massa seperti khalayak televisi, khalayak radio, khalayak media cetak, dan
khalayak media online.
Massa merujuk pada kumpulan individu yang sangat besar dalam jumlahnya, bersifat
heterogen, dan umumnya kurang memiliki ikatan sosial atau solidaritas satu sama
lain (Liliweri, 2011). Massa terdiri dari orang-orang asing yang tidak saling
mengenal dan tidak memiliki tujuan atau perhatian bersama.
Sedangkan masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup bersama dalam suatu
wilayah tertentu dimana didalamnya berlaku sistem adat istiadat dan kontrol sosial
yang mengatur pola perilaku dari para anggotanya (Soekanto, 1990). Perilaku
anggota masyarakat diatur oleh norma-norma budaya serta nilai-nilai bersama yang
bersifat mengikat.
- Jumlah
Publik umumnya memilki ukuran/jumlah yang terbatas atau sedikit mengingat
anggotanya harus memiliki minat atau perhatian yang sama terhadap suatu isu/objek.
Publik bisa berupa puluhan atau ratusan orang tergantung luas sempitnya isu atau
perhatian. Sebagai contoh, publik pencinta buku karya Andrea Hirata bisa dihitung
jumlahnya.
Khalayak memiliki jumlah/ukuran yang lebih luas dari publik mengingat cakupannya
yang lebih umum yaitu siapa saja yang menjadi sasaran media massa, bisa ratusan
ribu bahkan jutaan. Namun jumlah khalayak juga dinamis mengikuti tayangan atau
program media tersebut.
Jumlah massa lebih besar dan tidak terbatas dibandingkan publik dan khalayak.
Massa bisa mencakup jutaan bahkan milyaran orang yang tidak saling mengenal.
Sebagai contoh massa pengguna internet, massa penduduk suatu negara, atau massa
penonton sepakbola.
- Sedangkan masyarakat meliputi semua orang yang tinggal dan hidup bersama dalam
satu lingkungan atau wilayah tertentu sehingga jumlahnya lebih konkret dan jelas
berdasarkan sensus jiwa. Jumlah anggota masyarakat relatif stabil dan terukur,
misalnya jumlah penduduk Kota Depok berdasarkan sensus 2020 yang adalah
2.056.314 jiwa.
- Interaksi
Hubungan antar anggota masyarakat dicirikan oleh interaksi yang erat, kedekatan,
dan hubungan langsung. Interaksi ini diatur oleh norma-norma sosial dan budaya
yang memungkinkan terjadinya kontrol sosial dan solidaritas. Interaksi dapat terjadi
secara tatap muka atau melalui media.
Dalam publik, interaksi dapat terjadi baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak
langsung melalui media seperti majalah, internet, atau radio. Interaksi juga bisa satu
arah (dari sumber/organisasi kepada anggota publik) atau timbal balik (dua arah).
Misalnya interaksi dialog antara pemerintah dengan publik pemilih.
Sedangkan interaksi antar individu dalam massa jarang terjadi dan bersifat
impersonal karena tidak mengenal satu sama lain. Massa dicirikan oleh pergaulan
yang minim sehingga sering mengabaikan norma-norma sosial. Khalayak juga
memiliki interaksi langsung yang minim mengingat khalayak untuk media tertentu
dapat berjumlah ratusan ribu atau lebih. Interaksi dalam khalayak bisa terjadi dalam
forum/platform yang disediakan media namun hanya sebatas pada konteks media dan
isi media yang dibahas.
- Homogenitas
Masyarakat dicirikan oleh homogenitas, yakni adanya kesamaan antara anggota
masyarakat dalam hal nilai, kepentingan, gaya hidup, adat istiadat, bahasa,
pengalaman dan lainnya. Meski terdapat perbedaan kultural namun homogenitas
tetap menjadi perekat dalam masyarakat. Sedangkan keragaman budaya dan
pandangan dianggap sebagai penyimpangan yang harus dicegah.
Publik bisa bersifat homogen atau heterogen tergantung pada luas sempitnya
perhatian atau minat bersama yang dijadikan perekat. Jika rentang perhatian terlalu
luas maka anggota publik menjadi heterogen. Semakin spesifik kepentingan bersama
suatu publik maka semakin homogen pula karakteristik anggotanya. Misalnya, publik
pencinta film Marvel cenderung lebih homogen dibandingkan publik pengguna
YouTube.
Massa dicirikan oleh heterogenitas yang sangat tinggi. Heterogenitas massa
mencakup usia, jenis kelamin, etnis, bahasa, agama, status sosial ekonomi dan
lainnya. Massa terdiri dari orang asing dari latar belakang apapun. Sedangkan
khalayak media massa cenderung lebih homogen karena mereka disatukan oleh
kesamaan minat dan perhatian terhadap isi pesan media. Misalnya, khalayak buletin
berita cenderung memiliki minat yang sama terhadap informasi dan berita.
- Tujuan
Tidak seperti konsep massa dan publik, masyarakat memiliki tujuan bersama yaitu
memelihara keutuhan, stabilitas, solidaritas, dan harmoni diantara para anggotanya
sehingga hubungan antar manusia tetap terpelihara dengan baik
- Ketetapan Batas
Batas wilayah maupun keanggotaan dalam masyarakat sangat jelas dan tetap. Orang
yang tinggal dalam suatu wilayah dengan sendirinya menjadi anggota masyarakat di
wilayah tersebut. Tidak sembarang orang dapat keluar masuk sebagai anggota suatu
masyarakat. Batas ini diperkuat dengan norma-norma dan sanksi sosial.
Sebaliknya, batas-batas dalam publik, massa dan khalayak bersifat kabur, berubah-
ubah dan dinamis. Siapa saja bisa dengan bebas keluar masuk menjadi bagian dari
ketiganya. Publik dapat berkembang dan menyusut seiring topik yang diangkat.
Demikian pula khalayak dan massa sangat bergantung pada ketertarikan dan
perhatiannya pada waktu tertentu.
- Perilaku Kolektif
Perilaku kolektif lebih identik dengan massa ketimbang publik dan masyarakat.
Massa cenderung bertindak secara spontan dan irasional dalam fenomena perilaku
kolektif seperti kerusuhan massa, aksi demonstrasi atau protes.
Sementara dalam masyarakat dan publik, walaupun kadang terjadi aksi kolektif
namun masih dibatasi oleh norma-norma. Masyarakat dan publik cenderung
bertindak rasional berdasarkan nilai dan aturan main bersama meskipun terjadi
ketidaksepakatan atau konflik.
- Kepatuhan pada Norma
Perilaku anggota masyarakat sangat diatur dan dibatasi oleh norma-norma sosial
budaya setempat. Pelanggaran terhadap norma dikenai sanksi sosial. Ini menjadi
perekat bagi keutuhan masyarakat.
Sebaliknya massa justeru dicirikan dengan ketidakpatuhan pada norma-norma sosial.
Massa cenderung mengabaikan atau melanggar norma ketika sedang berkumpul.
Demikian pula dengan publik dan khalayak, kepatuhan mereka pada norma sosial
tidak seketat dalam masyarakat.
- Tingkat Partisipasi
Tingkat partisipasi sosial dan politik dalam masyarakat cenderung jauh lebih tinggi
ketimbang massa. Masyarakat mendorong keterlibatan aktif anggotanya dalam
kehidupan berpolitik dan sosial di lingkungannya. Sebaliknya dalam massa, minat
dan kemampuan berpartisipasi cenderung rendah. Partisipasi dalam khalayak dan
publik bervariasi bergantung pada tujuannya.
Demikian paparan perbandingan mendasar antara publik, khalayak, massa dan
masyarakat dari berbagai aspek secara lebih rinci. Perlu dipahami bahwa keempat konsep
ini seringkali tumpang tindih dalam penggunaannya sehingga terjadi kekaburan makna.
Pemahaman lebih dalam mengenai perbedaan di antara keempat konsep ini penting agar
penggunaannya lebih tepat dalam konteks studi komunikasi, media, dan sosiologi.

DAFTAR RUJUKAN
Berlo, D.K. (1960). The Process of Communication. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Cangara, H. (2013). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Effendy, O.U. (1993). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Katz, E. (1957). The Two-Step Flow of Communication: An Up-To-Date Report on an
Hypothesis. Public Opinion Quarterly, 21(1), 61-78.
Laswell, Harold D. (1956). The Structure and Function of Communication in Society. Dalam
L. Bryson (Ed.), The Communication of Ideas. New York: Harper & Row.
Liliweri, A. (2011). Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyana, D. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmad, J. (1993). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.
Rogers, E.M. (1986). Communication Technology. New York: Free Press.
Susanto, A. (1974). Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Bina Cipta.

Anda mungkin juga menyukai