Anda di halaman 1dari 7

[24/12 13.

04] Sultan Vitu Alam: ¹ peneliti menggunakan metode research and development Dalam
penelitian ini atau juga biasa disebut penelitian pengembangan. dalam proses pengembangan produk
penelitian ini mengacu atau berpedoman dari pendapat Sudirman dkk. Tentang media pembelajaran.
Sudirman dkk. (2011:99-187) menjelaskan bahwa pengembangan media pendidikan terdapat 8 langkah
yang perlu diketahui, yaitu 1) melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar dan karakteristik
peserta didik, 2) menyusun tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik, 3) merancang materi ajar, 4)
merancang asesmen yang efektif, 5) menyiapkan naskah atau media yang diperlukan, 6) melakukan uji
validitas, 7) melaksanakan uji coba dan melakukan revisi, 8) produk akhir.

¹ peneliti akan melaksanakan kegiatan pengembangan ini pada tahun ajaran 2022/2023 di semester
genap MTs Mambaul ulum Margoyoso.

¹atau lebih tepatnya dalam kegiatan uji validitas ini atas ahli kesesuaian kontekstual, ahli desain, ahli
materi, serta dua peserta didik kelas 9 yang akan menjadi sampel guna melihat sesuai atau tidaknya
media yang telah dikembangkan, selain itu juga akan ada satu kelas 9 acak yang dijadikan sampel di
MTs.......

¹peneliti melakukan analisis kebutuhan terhadap siswa untuk kemudian mengumpulkan segala informasi
mengenai pentingnya penggunaan media pembelajaran di sekolah. Peneliti akan melaksanakan kegiatan
berupa observasi, ya itu melakukan pemetaan dengan menggunakan angket untuk mengetahui tingkat
kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam mengoperasikan komputer. Tahap kedua peneliti akan
melakukan wawancara kepada guru serta mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan belajar
peserta didik kelas 9 melalui angket. Data-data yang peneliti perlukan, yaitu penggunaan media, fasilitas
yang dapat mendukung proses pembelajaran materi Microsoft word, dan data kesediaan sumber.

¹langkah-langkah yang perlu dilakukan peneliti dalam menyusun naskah atau draft media sebagai
berikut.

Merancang sinopsis

Merancang flowchart

Merancang storyboard

Membuat soal asesmen


¹pada setiap prototype media pembelajaran atau naskah yang telah tuntas disusun akan diuji ke
validannya melalui tim ahli yang terdiri atas ahli kesesuaian pendekatan kontekstual, ahli desain, dan
ahli materi. Penguji ahli kesesuaian pendekatan kontekstual adalah seorang dosen FKIP jurusan
Pendidikan Teknologi informasi untuk menilai bagian komponen pendekatan kontekstual yang terdapat
di dalam multimedia interaktif tutorial. Penguji ahli desain adalah salah satu dosen Pascasarjana
Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Lampung untuk menilai kesesuaian kajian, format
penulisan, suara, dan kecakapan multimedia interaktif tutorial secara keseluruhan mengenai warna
komponen penyusunnya, bentuk, tata letak. Terakhir ahli materi adalah salah satu dosen Pendidikan
Teknologi Informasi Universitas Lampung untuk menilai pembelajaran mengenai materi Microsoft word,
yaitu kajian mengenai aspek pembelajaran dan penyajian materi. Misalnya pada aspek materi:
ketepatan materi yang digunakan, kevalidan materi, cakupan materi, serta penentuan aplikasi yang
digunakan.

¹ setelah Tim ahli selesai melakukan uji validitas, kemudian akan dilaksanakan uji coba terhadap
prototipe media. Peneliti melakukan kegiatan uji coba untuk mengetahui tingkat keefektifan dan sesuai
atau tidaknya media tersebut. hal ini sangat penting dilakukan karena tidak jarang media yang sudah
dirancang oleh peneliti dan para ahli belum tentu sesuai pada apa yang terjadi di lapangan. Kegiatan uji
coba ini dibagi menjadi dua tahapan, yaitu:

[24/12 15.39] Sultan Vitu Alam: ¹Untuk melihat tingkat kesesuaian produk yang telah dibuat maka uji
satu lawan satu penting untuk dilakukan. Kegiatan ini dilakukan antara dua orang peserta didik yang
dapat mewakili populasi target dari media. Pemilihan peserta didik dilakukan berdasarkan tingkatan
kemampuannya. Satu peserta didik merupakan orang yang memiliki kemampuan sedikit di bawah rata-
rata, satu orang lagi berkemampuan di atas rata-rata. Setelah itu peneliti akan memberikan multimedia
interaktif tutorial kepada kedua peserta didik tersebut.

¹Langkah-langkah pada saat pelaksanaan uji satu lawan satu sebagai berikut.

1. Peneliti memberikan penjelasan kepada peserta didik bahwa kita sedang membuat suatu media untuk
menunjang keberhasilan pembelajaran dan ingin mengetahui tentang reaksi peserta didik terhadap
penggunaan media baru yang ditawarkan.

2. Menciptakan suasana yang aman dan nyaman agar peserta didik bisa lebih santai melakukan kegiatan
dan leluasa mengemukakan pendapat mengenai media tersebut.

3. Peneliti memberikan media interaktif tutorial kepada peserta didik dan membiarkan peserta didik
mempelajarinya secara mandiri.

4. Peneliti meminta peserta didik untuk mengungkapkan berbagai macam argumen mengenai media
yang telah ditawarkan secara jujur.
5. Setelah peneliti mendapatkan hasil uji satu lawan satu kemudian melakukan proses revisi jika
memang dibutuhkan, maka tindakan selanjutnya ialah uji lapangan.

¹Peneliti melakukan uji coba lapangan terhadap 1 sampel kelas dengan jumlah peserta didik maksimal 31
orang. Selain itu, kelompok peserta didik harus heterogen. Artinya memiliki keberagaman berdasarkan
latar belakang, kemampuan belajar, tingkat kepandaian, jenis kelamin, dan lain-lain. Uji coba lapangan
ini bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik dalam memahami media, kemudahan,
dan kemenarikan yang telah ditawarkan. Langkah-langkah pada saat pelaksanaannya sebagai berikut.

1. Peneliti menjelaskan kepada peserta didik bahwa kegiatan yang dilakukan masih pada tahap uji coba,
sehingga perlu adanya umpan balik atau evaluasi dari peserta didik agar bisa disempurnakan.

2. Peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media yang telah
dikembangkan. Materi yang ingin disampaikan harus sesuai dengan yang ada pada media yang sudah
dikembangkan.

3. Peneliti mengadakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik terkait media yang telah
dikembangkan.

4. Peneliti memberikan kuisioner kepada masing-masing peserta didik dan meminta mereka untuk
mengisinya. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengukur tingkat kebermanfaatan, kemudahan,
keefektifan, dan kemenarikan media yang dijadikan sebagai sumber belajar.

5. Peneliti menganalisis hasil dari kegiatan uji lapangan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
dari media tersebut.

Data yang telah diperoleh dari hasil uji lapangan ini akan dijadikan dasar untuk merevisi hal-hal terkait
kekurangan produk. Sehingga, produk yangd dihasilkan akan lebih sempurna dan layak untuk proses
pembelajaran.

Setelah peneliti memastikan produk layak untuk digunakan pada proses pembelajaran, produk akan
diberikan kepada setiap sekolah yang membutuhkan, guru-guru, dan juga peserta didik. Produk akhir
dari penelitian ini ialah multimedia video interaktif pada materi Microsoft word kelas IX

Instrumen penilaian yang peneliti gunakan terdapat 4 jawaban yang bisa dipilih, sehingga rumus untuk
mencari skor penilaian total sebagai berikut.
Hasil yang bisa didapat dari perhitungan skor tersebut kemudian akan dicari jumlah nilai rata-ratanya
sesuai dengan sampel yang telah diujicobakan. Setelah itu akan dikonversikan ke dalam bentuk
pertanyaan penilaian yang bertujuan menentukan tingkat kebermanfaatan dan tingkatan kualitas
produk yang telah dihasilkan berdasarkan sudut pandang pengguna. Pada tabel 3.2 dapat kita lihat
proses pengonversian skor menjadi sebuah pernyataan penilaian.

Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal akan digunakan untuk hasil tes mata pelajaran fisika di sekolah sebagai
sebuah perbandingan. Saat 75% peserta didik dalam sekelas memenuhi nilai KKM, dapat ditarik
kesimpulan bahwa produk pengembangan yang telah dirancang efektif dan layak untuk digunakan pada
proses pembelajaran di kelas sebagai media.

[24/12 16.18] Sultan Vitu Alam: ²Hasil dari kegiatan observasi, sebar angket, dan juga wawancara
menyatakan kurangnya penggunaan media-media tersebut. Hal tersebutlah kemudian dapat dijadikan
landasan masalah yang terdapat di latar belakang dan berupa gambaran dari analisis kebutuhan.

Tujuan pembelajaran berlandaskan dari capaian akhir yang harus dikuasai melalui penggunaan media
tersebut pada proses pembelajaran. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam merumuskan tujuan
pembelajaran sebagai berikut.

1. Menelaah kompetensi dasar yang digunakan.

2. Menyusun indikator capaian berdasarkan kata kerja operasional (KKO) yang tepat.

3. Merancang silabus atau hal yang penting terkait media.

Tujuan pembelajaran yang disusun harus meliputi 4 unsur ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan
Degree). Penjelasan masing-masing unsur sebagai berikut.

1. Audience adalah penyebutan untuk pelaku yang menjadi sasaran pada kegiata pembelajaran.

2. Behavior merupakan sebuah pernyataan perilaku yang diharapkan setelah berjalannya proses
pembelajaran.

3. Condition adalah suatu kondisi di mana dan bagaimana pelaku sasaran bisa mengimplementasikan
potensi yang ia miliki.

4. Degree adalah suatu batasan minimal yang harus pelaku sasaran capai.
Berdasarkan SK, kompetensi Dasar, dan juga tujuan pembelajaran yang harus dicapai, peneliti menyusun
butir-butir topik materi yang akan dimasukkan untuk pengembangan multimedia interaktif tutorial.

[24/12 16.21] Sultan Vitu Alam: ²Tingkat keberhasilan disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
pada proses pembelajaran. Wujud dari alat ukur penilaian berupa lembar asesmen, yaitu penugasan,
tes, atau penilaian sikap.

Peneliti mengembangkan naskah audio visual yang akan menjadi media pembelajaran.

[24/12 16.25] Sultan Vitu Alam: ²Pada tahap ini peserta didik menggunakan video pembelajaran dengan
bantuan aplikasi VN yang berfungsi sebagai sumber sekaligus media pembelajarannya, lalu peserta didik
akan mengerjakan soal post-test. Hasil post-test kemudian akan dianalisis oleh peneliti terkait tingkat
capaian tujuan pembelajaran berdasarkan KKM yang berlaku di sekolah tersebut.

[24/12 17.49] Sultan Vitu Alam: ²Setelah melakukan kegiatan analisis kebutuhan, data yang diperoleh
kemudian akan peneliti jadikan acuan untuk menyusun latar belakang serta mengetahui tingkatan
kebutuhan yang diperlukan untuk melakukan proses pengembangan. Data mengenai sesuai atau
tidaknya materi dan desain diperoleh dari ahli yang sebelumnya telah melakukan uji validasi. Setelah
ahli memvalidasi data tersebut, kemudian data akan digunakan untuk melakukan pengembangan media
pembelajaran sesuai dengan tingkatan yang dibutuhkan. Sedangkan data kebermanfaatan,
kemenarikan, dan kemudahan diperoleh dari hasil penilaian uji lapangan yang telah dilakukan bersama
peserta didik. Terakhir, untuk menentukan tingkat efektifitas produk sebagai media pembelajaran diukur
menggunakan data hasil belajar melalui tes yang telah dilaksanakan.

Untuk menilai tingkat kesesuaian produk yang telah dihasilkan sebagai media pembelajaran
dilakukanlah proses analisis data mengacu pada instrumen uji ahli dan uji lapangan. 2 opsi jawaban
sesuai dengan kriteria pertanyaan yang diajukan, yaitu "Ya" atau "Tidak" akan menjadi instrumen
penilaian bagi ahli materi dan ahli desain untuk mengevaluasi uji ahli spesifikasi dan juga uji kualitas
produk. Peneliti akan melakukan revisi pada butir-butir pertanyaan yang diberikan jawaban "Tidak",
kecuali para ahli memberikan masukan khusus terkait media yang telah dirancang.

Respons dari peserta didik terhadap media yang sudah dirancang dapat kita ketahui melalui data uji satu
lawan satu. Sama seperti sebelumnya, instrumen penilaian satu lawan satu memiliki 2 pilihan jawaban,
yaitu "Ya" atau "Tidak". Tentunya peneliti akan melakukan revisi pada pertanyaan yang dijawab "Tidak".

Peneliti akan mendapatkan data efektivitas, kemenarikan, dan kebermanfaatan melalui angket respon
terhadap media pembelajaran yang telah disebarkan pada peserta didik. Instrumen penilaian memiliki 4
pilihan jawaban sesuai dengan pertanyaannya, yaitu "Tidak menarik", "Kurang menarik", "Menarik", dan
"Sangat menarik" atau "Tidak baik", "Kurang baik", "Baik", dan "Sangat baik". Jawaban yang diberikan
tentunya memiliki skor yang berbeda-beda sesuai dengan tingkatan produk menurut pengguna.

Jumlah nilai yang telah diperoleh lalu dibagi dengan jumlah total nilai lalu hasil dari pembagian tersebut
dikalikan berdasarkan banyaknya pilihan jawaban, maka akan didapat instrumen totalnya.
[25/12 04.01] Sultan Vitu Alam: ³pengalaman baru akan didapatkan oleh peserta didik jika menggunakan
video sebagai bahan ajar. Peserta didik akan lebih cepat berkembang proses berpikirnya dengan
penggunaan media video, terutama sekali jika gambaran yang diberikan tidak terlalu jauh dari
kehidupan nyata peserta didik.

Peserta didik seolah-olah berimajinasi mereka berada atau turut serta pada apa yang digambarkan
dengan penggunaan media video. Salah satu contoh yang dapat ditawarkan pada peserta didik adalah
proses perjalanan elektrik. Peserta didik akan diajak untuk diberikan pengalaman belajar secara visual
mengenai sistematika kerja stesen janakuasa.

Sebuah media yang bentuknya simulasi merupakan penggambaran secara lengkap mengenai suatu
keadaan tertentu. Pelaku seolah-olah diajak untuk ikut andil pada kejadian tersebut dan bisa
memberikan respons terhadap kejadian tersebut. (Norizan dalam Norhaziana, 2005)

Penggunaan media video akan membantu peserta didik agar lebih cepat membangun dan membentuk
pola pikirnya ketika proses pembelajaran. Visualisasi yang menarik untuk disaksikan akan memancing
peserta didik untuk lebih termotivasi pada kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, sebagai
seorang pendidik kita perlu memberikan perhatian khusus mengenai kebutuhan yang diperlukan dari
peserta didik baik itu kebutuhan emosinya, maupun kebutuhan psikologinya. Ketika peserta didik belajar
dalam keadaan nyaman, mereka akan mudah menyerap atau menerima ilmu yang diberikan oleh
pendidik. Sebagai sebuah media yang ada pada proses pembelajaran, tentu video yang ditawarkan harus
sesuai dengan indikator-indikator capaian pembelajaran.

Ada tiga dampak positif yang bisa diperoleh dengan memanfaatkan media sebagai proses pembelajaran.
Pertama, suasana hati dan pikiran peserta didik akan lebih rileks dan nyaman ketika proses belajar
mengajar. Kedua, dapat membangkitkan semangat peserta didik untuk mengetahui banyak ilmu melalui
media yang ditawarkan. Ketiga, peserta didik akan lebih termotivasi dan terangsang untuk lebih giat lagi
dalam proses belajar. Pada suatu tahapan orientasi pengajaran, dengan adanya media pembelajaran
akan lebih tercipta efektivitas kegiatan pembelajaran dan penyampaian pesan mengenai suatu materi.
(Hamalik dalam Azhar, 2003:15-16)

Retno (dalam Dimyati, 2006:9) menjelaskan bahwa salah satu pengalaman belajar yang dapat diperoleh
dari peserta didik ialah jika mereka terjun langsung terhadap apa yang sedang dipelajari. Peserta didik
akan cepat memahami suatu materi jika mereka mengalaminya langsung. Pada saat menyaksikan,
mengamati, dan juga mendengarkan media yang ditawarkan akan memfokuskan peserta didik pada satu
titik materi. Semakin detail atau kompleks pembelajaran yang diperoleh peserta didik, maka akan
semakin jelas kegiatan pembelajaran yang diperoleh peserta didik. Namun jika peserta didik
memperoleh materi dengan samar-samar, maka akan sedikit pula materi yang diterima peserta didik
pada proses pembelajaran. Salah satu cara membuat jalannya kegiatan pembelajaran lebih terarah
adalah dengan memanfaatkan media video pada kelas eksperimen sebagai gambaran sebelum kegiatan
praktik akan dilakukan.

Ada beberapa hal yang sangat perlu untuk diperhatikan untuk menjaga minat peserta didik dalam
proses pembelajaran, jadi bukan hanya proses penyampaian materi melalui media video yang sesuai
dengan yang ada pada kurikulum. Hal tersebut berkaitan dengan lingkungan terdekat dan pengalaman
yang mungkin bisa terjadi. Kemudian dirancang, disusun, dan disinkronisasikan pada materi yang akan
diberikan melalui media video. Di sisin lain juga peserta didik akan lebih mudah melakukan suatu praktik
jika ditunjukkan langsung melalui video daripada harus dijelaskan melalui buku gambar. Konsep
pembelajaran seperti ini akan memotivasi peserta didik untuk lebih semangat lagi pada kegiatan
pembelajaran.

Media video memiliki banyak kelebihan ketika digunakan pada proses pembelajaran, salah satunya
adalah Nugent (dalam Smaldino, 2008:310) menjelaskan secara detail bahwa penggunaan media video
sangat cocok untuk digunakan pada seluruh golongan baik itu dengan kelompok besar, kelompok kecil,
maupun secara individu. Tentu hal itu tidak dapat kita pungkiri bahwa generasi di zaman sekarang tidak
bisa lepas dari perkembangan teknologi visual. Pada proses perkembangan tersebut ada banyak sekali
pilihan yang dapat ditonton atau disaksikan oleh peserta didik. Mengacu pada hal tersebut, penggunaan
media video dinilai efektif agar pendidik dapat memberikan pembelajaran yang menerapkan
pengalaman secara langsung kepada peserta didik di kelas dengan memperhatikan durasi video dan jam
pelajaran.

[25/12 07.59] Sultan Vitu Alam: ⁴pada dasarnya ruang lingkup penelitian mengenai pengembangan
mengedepankan proses dan juga dampak yang dihasilkan dari proses pengembangan yang dilakukan.
Pengembangan dilakukan secara spesifik, desain yang menarik, dan dampak positif yang dihasilkan.
Pengembangan bisa dilakukan secara keseluruhan atau hanya komponen tertentu saja. Berdasarkan hal
yang sudah dijelaskan tersebut, maka karakteristik penelitian pengembangan sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai