(. . . . . . . . . )
MODUL SESI 9
Hubungan Interpersonal
DISUSUN OLEH
Sumartono.S.Sos, M.Si.
2020
MODUL IX
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
Hubungan Interpersonal
Hubungan akrab atau intim bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang
ritual. Hubungan seperti ini ditandai oleh penyingkapan diri (self- disclosure).
Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya
penyingkapan diri tentang hal-hal yang bersifat pribadi. Penyingkapan diri ini
umumnya bersifat tentang hal-hal yang bersifat pribadi. Penyingkapan diri ini
umumnya bersifat timbal-balik; suatu penyingkapan diri oleh seorang individu
akan mendorong individu lain melakukan tindakan yang sama. Saling
mengungkapkan diri ini akan makin mempererat dan makin menambah intim
suatu hubungan interpersonal.
Hubungan yang intim tersebut terkait dengan jangka waktu; keintiman akan
tumbuh pada hubungan jangka panjang. Oleh karena itu, hubungan yang intim
akan cenderung dipertahankan dan dipelihara terus karena investasi yang
ditanam individu di dalamnya jangka waktu yang lama telah banyak.
1. Inisiasi
Tahap ini merupakan tahap yang paling awal dari suatu hubungan
interpersonal. Pada tahap ini kedua individu memperoleh data mengenai keadaan
masing-masing melalui petunjuk nonverbal seperti senyuman, jabatan tangan,
pandangan sekilas, dan gerakan tubuh tertentu. Dalam hubungan yang lebih
mapan, terjadi proses pertukaran yang resiprokal (timbal-balik). Bahasa
memainkan peranan penting ketika individu melewati kesan pertamanya pada
seorang individu.
2. Eksplorasi
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap inisiasi dan terjadi tidak
lama sesudah inisiasi. Di sini mulai dijajaki potensi yang ada dari tiap individu
serta dipelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada dari suatu hubungan.
Dalam tahap ini individu mengumpulkan informasi mengenai norma
berkomunikasi, citra, sistem nilai, serta minat dari mitra komunikasinya. Hal-hal
inilah yang mendasari kelangsungan hubungan yang ada.
3. Intensifikasi
Jika hubungan pada tahap kedua meningkat maka kita akan sampai pada
tahap ini. Pada tahap ini, individu harus memutuskan – baik secara verbal
ataupun nonverbal – apakah hubungan akan dilanjutkan atau tidak. Dengan
meningkatnya hubungan, individu menyepakati pola-pola komunikasi dari
masing-masing pihak. Hal-hal yang disepakati bersama ini, antara lain norma
kerja sama dan penggunaan lambang verbal (bahasa).
4. Formalisasi
Dalam perkembangannya, hubungan yang telah berjalan (dalam konteks apa
pun) itu perlu diformalkan. Pada tahap ini tiap-tiap individu secara bersama-
sama mengembangkan simbol-simbol, pola-pola komunikasi yang disukai,
kebiasaan dan lain-lain. Misalnya, antara dua orang yang berpacaran, hubungan
diformalkan melalui pertunangan atau bertukar cincin. Pada hubungan kerja,
hubungan diformalkan dengan penandatanganan kontrak kerja. Pada hubungan
antara penjual dan pembeli, hubungan diformalkan dengan penanda tangan akta
jual-beli.
5. Redefinisi
Sejalan dengan waktu, individu tidak dapat menghindarkan diri dari
perubahan. Perubahan ini mampu menciptakan tekanan terhadap hubungan yang
tengah berlangsung. Konsekuensinya adalah individu perlu mendefinisikan
kembali hubungan yang sedang dijalankan. Sebagai contoh, menjelang remaja,
seorang anak tidak lagi tampak terlalu dekat dengan orang tuanya; seorang
karyawan yang baru bekerja tiga bulan merasa tidak puas dengan imbalan yang
diterimanya dan mulai membanding-bandingkan gajinya dengan temannya yang
bekerja di perusahaan lain.
Adakalanya proses ini dapat diatasi secara baik (manageable), dan tahap ini
merupakan bagian dari proses perkembangan hubungan yang sifatnya gradual
dan alami. Di sisi lain, jika perubahan yang terjadi terlalu cepat atau drastis, hal
ini menyebabkan kemunduran dalam kualitas suatu hubungan.
6. Deteriorasi
Pada awalnya, kemunduran atau melemahnya suatu hubungan biasanya
tidak disadari. Segala hal baik yang fisik ataupun simbolis – yang ada dalam
hubungan itu tidak lagi disepakati secara bersama. Hal-hal yang menjadi tujuan
dan orientasi dari hubungan yang ada menjadi tidak jelas dan memudar. Norma-
norma yang muncul ketika hubungan itu berjalan lebih menjadi sebab beban
bagi individu yang terlibat dalam hubungan itu. Pada akhirnya, kemunduran
mengikuti hubungan itu.
Jika proses kemunduran mencapai kondisi di atas maka hubungan yang telah
terbina ini dapat mendekati kehancuran.
Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa suatu hubungan itu tidak selalu
berjalan dengan selaras dengan tahap-tahap yang disebutkan di atas. Bisa saja
suatu hubungan dimulai tidak dari tahap inisiasi, tetapi langsung ke tahap
eksplorasi. Selain itu, mungkin saja hubungan yang terbina langsung memasuki
tahap yang lebih formal. Pada hubungan yang lain, bisa saja pada suatu tahap
terjadi kegagalan dan individu itu memulai lagi dari tahap awal atau tahap lain.
Mark Knapp menyebutkan bahwa hubungan interpersonal berkembang
dalam lima tahap:
B. POLA-POLA RELASIONAL
Sikap defensif:
a. Evaluasi: menilai perilaku orang lain.
b. Kontrol: mengontrol atau mengarahkan/mengatur orang lain.
3. Kekuasaan
Kekuasaan yang dimiliki seseorang juga memengaruhi pola komunikasi
yang berkembang. Jika seseorang lebih berkuasa dibandingkan yang lain, tidak
mungkin akan terjadi hubungan yang sejajar, yang satu pasti lebih tergantung
pada yang lain. Hubungan seperti ini disebut hubungan asimetris. Misalnya,
hubungan pasien dengan dokternya, hubungan murid dengan dosennya,
hubungan pegawai magang dengan supervisornya.
Sebaliknya, juga mungkin terjadi hubungan yang ditandai oleh kesejajaran:
tidak ada yang lebih berkuasa dibandingkan yang lain. Ini disebut hubungan
simetris. Misalnya: hubungan dua teman dekat, hubungan dua teman kos
sekamar, dan sebagainya.
4. Konflik
Kehadiran suatu konflik adalah bagian dari dinamika komunikasi manusia.
Konflik yang dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan suatu
hubungan menjadi makin baik, tetapi sebaliknya konflik dapat mengakibatkan
suatu hubungan melemah dan hancur.
Konflik akan memberi warna pada pola yang terjadi. Misalnya, terjadinya
konflik akan menghasilkan ketidakpuasan dan ketidakharmonisan, sehingga
muncullah iklim regresif. Sebaliknya, ketiadaan konflik atau konflik yang dapat
diselesaikan dengan baik akan menimbulkan kepuasan sehingga memunculkan
iklim progresif.
Sementara itu, menurut Jalaluddin Rakhmad, ada tiga faktor yang dapat
menumbuhkan hubungan interpersonal, yakni (1) percaya, (2) sikap suportif,
dan (3) sikap terbuka. Mari kita pelajari secara rinci ketiga faktor tersebut.
1. Percaya (Trust)
Faktor ini merupakan faktor yang paling penting. Sejak tahap pertama dalam
hubungan interpersonal sampai tahap selanjutnya, percaya menentukan
efektivitas komunikasi. Percaya didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku
orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti
dan dalam situasi yang penuh risiko”.
Percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka
saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta
memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Jika Anda tidak
mau mengungkapkan pikiran dan perasaan Anda, saya tidak memahami siapa
diri Anda. Persepsi saya tentang Anda menjadi terganggu. Percaya
menimbulkan pengertian. Jika kepercayaan hilang, maka perkembangan
hubungan interpersonal yang lebih akrab, menjadi terhambat.
Faktor personal yang memengaruhi sikap percaya adalah harga diri. Orang
yang harga dirinya positif cenderung percaya kepada orang lain. Faktor lainnya
adalah karakteristik dan maksud orang lain (misalnya kita lebih percaya pada
orang yang punya kemampuan, kita persepsikan memiliki maksud yang sama
dengan kita, dan jujur), hubungan kekuasaan (percaya kita tumbuh jika kita
memiliki kekuasaan pada orang lain), dan sifat serta kualitas komunikasi
(percaya akan tumbuh pada komunikasi yang terbuka).
Sikap percaya dapat tumbuh melalui sikap menerima orang lain, empati, dan
jujur. Menerima orang lain maksudnya adalah berhubungan dengan orang lain
tanpa berusaha menilai dan mengendalikan orang lain. Empati adalah
menempatkan diri pada posisi orang lain sesuai dengan nilai-nilai dan atribut
orang lain tersebut. Jujur maksudnya adalah berkomunikasi dengan terbuka
tanpa menyembunyikan sesuatu atau berpura-pura.
2. Sikap Suportif
Di atas kita telah membahasnya.
3. Sikap Terbuka
Sikap terbuka memiliki karakteristik: (1) menilai pesan secara objektif;