Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan orang lain untuk saling


berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakikat bahwa sebagian besar pribadi manusia
terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Hubungan interpersonal
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang mempengaruhi
kualitas kehidupan (Sendjaja, 1994). Komunikasi berlangsung apabila antara orang-
orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang
dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan
orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan,
hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti,
komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang
itu tidak komunikatif (Efendy, 2006). Gordan allport menyatakan bahwa kepribadian
sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu
struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan suatu yang dapat berubah.
Secara eksplesit allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan
mengalami perubahan.

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai hasil dan pembahasan dari
penelitian yang telah peneliti lakukan selama dua minggu di universitas islam negeri
raden fatah palembang. Peneliti telah melaksanakan proses wawancara, observasi
lapangan, dokumentasi bersama dengan informan dari mahasiswa universitas islam
negeri raden fatah palembang. Penelitian menggunakan pendekatan atau metode
penelitian kualitatif, dengan begitu peneliti dapat menjelaskan komunikasi
interpersonal mahasiswa/i introvert dalam pertemanan di kampus yang terjadi pada
mahasiswa introvert program studi ilmu komunikasi 2019/2020 Fakultas ilmu sosial
dan ilmu politik UIN Raden Fatah Palembang
Penjabaran komunikasi interpersonal mahasiswa/i introvert dalam pertemanan
di kampus yang terjadi pada mahasiswa introvert program studi ilmu komunikasi
2019/2020 Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik UIN Raden Fatah Palembang adalah
sebagai berikut:

A. Komunikasi Interpersonal Mahasiswa/I Dalam Pertemanan

Kemampuan setiap manusia dalam melakukan komunikasi interpersonal tentu


berbedabeda. karena beberapa faktor seperti gen, pikiran, tingkat emosi, tingkat
kepekaan, mood, dan hal lainnya yang ada dalam diri seseorang itu berbeda. Dengan
begitu, umpan balik yang akan diberikan oleh penerima pesan kepada pengirim pun
akan berbeda juga. Kita harus bisa menerima umpan balik atau masukan yang dapat
berguna untuk memperbaiki diri kita kedepannya dan menghargai setiap pendapat
orang lain. Komunikasi interpersonal yang tidak berjalan efektif umumnya dapat
menyebabkan hal-hal yang kurang baik dan tidak diinginkan, biasanya dapat
berpengaruh kepada hubungan antar individu yang menjadi renggang. Oleh karena itu
penting sekali bagi manusia mempelajari dan mencari pengalaman
berkomunikasiinterpersonal untuk menjaga efektivitas komunikasi interpersonal itu
sendiri. Semakin sering seseorang melakukan komunikasi interpersonal yang berjalan
efektif, maka itu akan membangun hubungan interpersonalnya juga. Hubungan
interpersonal merupakan hubungan antara dua orang yang saling memiliki
ketergantungan satu sama lain dan memiliki pola komunikasi yang konsisten,
Komunikasi interpersonal dan hubungan interpersonal merupakan hal yang saling
berkaitan. Dalam pelaksanaan wawancara yang dilakukan penulis menggunakan
indikator komunikasi interpersonal menurut Devito dalam Masyhuri, 2014. Adapun
hasil wawancara sebagai berikut:

A. Keterbukaan (Open)

Menurut Devito keterbukaan Keinginan untuk membuka diri dalam


beinteraksi dengan lawan komunikasi, kualitas keterbukaan mengacu pada sejauh
mana komunikatir terbuka pada komunikan dan sebaliknya, Berinteraksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang, serta mengakui perasaan dan pikiran yang ada.
Dalam dimensi keterbukaan adab beberapa indikator yang perlu di bahas untuk
mendapatkan jawaban yang kongkret terhadap dimensi keterbukaan, Adapun hasil
dari wawancara adalah sebagai berikut:

1. Keinginan Untuk Membuka Diri Dan Berkomunikasi

Sebagai makhluk sosial, manusia perlu berinterasi sosial pada lingkungan


sekitar salah satu cara untuk melakukan interaksi sosial adalah berkomunikasi. Dalam
dimensi ini penulis ingin mengetahui apakah seorang introvert memiliki keinginan
untuk memulai komunikasi. Adapun hasil dari wawancara yang dilakukan penulis
adalah sebagai berikut:

“tidak, karena saya tidak memiliki topik untuk memulai pembicaraan.


Makanya saya memilih untuk tidak memulai komunikasi terhadap orang lain”
(Dewi Sumsari mahasiswi ilpol, 2023)

“ada kak, karna saya ingin merasakan dianggap orang lain sebagai orang
yang ramah. Jadi saya belajar untuk memulai komunikasi dengan orang lain
walaupun itu cukup menjadi tantangan” (Fina Agustina mahasiswi ilpol,
2023)

“ya ada kak, karna sebenarnya kalau kita tidak memulai duluan tidak ada
orang lain yang ingin memulai komunikasi. Jadi untuk sekarang saya sudah
mulai merubah sifat saya”(Cantika Fadiya Adillah mahasiswi ilpol, 2023)

“untuk memulai komunikasi, saya masih melihat-lihat situasi dan kondisi


serta melihat karakter orang kak. Kalau saya kenal saya pasti memulai
komunikasi duluan kak, tapi kalau orang asing saya lumayan masih takut
untuk memulai komunikasi duluan kak” (Alyia mahasiswi ilkom, 2023)
“saya bisa dan berani untuk memulai komunikasi kepada orang baru, karna
saya cukup suka untuk berkenalan dengan orang baru.” (Delima Dwi Lasmi
mahasiswi ilpol, 2023)

“untuk memulai komunikasi aku masih meminimalisir, namun untuk


keinginan memulai itu ada tapi lebih memilih untuk mementingkan
komunikasi jika dimulai oleh orang lain” (Annisa Syafriani mahasiswi ilkom,
2023)

“keinginan memulai komunikasi dengan orang lain saya lebih cenderung


suka di ajak ngobrol duluan kak, karna emang saya kalau untuk orang baru
cukup cuek. Namun, untuk teman yang sudah saya kenal saya bisa memulai
duluan kak”(Fadiah Meisafatrin mahasiswi ilkom, 2023)

“kalo aku sendiri paling menyapa kak say hi, kalau untuk ngobrol aku belum
bisa kak” (Lovely Nur Andini mahasiswi ilkom, 2023)

“aku pribadi gak sukak kak, dan tidak berminat juga kak” (Satya Prayoga
mahasiswa Ilpol, 2023)

“kalo untuk memulai obrolan aku ada keinginan itu sih kak untuk keluar dari
zona nyaman, tapi biasanya setelah melakukan hal itu aku jadi capek kak abis
energi gitu” (Clarissa mahasiswi ilpol, 2023)

Berdasarkan hasil dari wawancara bersama narasumber dari fakultas ilmu


komunikasi dan ilmu politik, penulis dapat menganalisis bahwa seseorang yang
memiliki jiwa introvert tidak memiliki kepercayaan diri dalam memulai komunikasi.
Mahasiswa dan mahasiswi yang memiliki jiwa introvert ini lebih menyukai
menanggapi komunikasi dari pada memulai, kemudian adapula yang memaksa diri
untuk bisa berinteraksi dengan memulai komunikasi duluan dengan memberanikan
diri menyapa atau bertanya terlebih dahulu. Dalam pertemanan mereka cenderung
sama, namun apabila mereka memiliki teman yang membuat mereka nyaman mereka
akan berani dan percaya diri untuk memulai komunikasi terhadap temannya yang
mereka percaya atau sudah mereka kenal cukup lama. Dalam indikator keinginan
membuka diri mahasiswa dan mahasiswi fakulitas ilmu komunikasi dan politik yang
memiliki jiwa introvert cenderung menghindari dalam memulai komunikasi.

2. Keterbukaan Dalam Komunikasi

Komunikasi yang dilakukan dalam hal ini mengacu pada informasi pribadi
biasanya orang-orang ekstrovert cenderung menunjukan informasi pribadi seperti
halnya umur, pasangan dan orang tua serta bahkan alamat rumah mereka. Hal ini
tentu dapat berbeda jika kita menganalisis mahasiswa dan mahasiswi introvert,
adapun hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai
berikut:

“jika orang terdekat mungkin aku juga tidak mempermasalahkan ya kak,


nyaman-nyaman aja sih kalau teman yang memang bener-bener deket ya”
(Dewi Sumsari mahasiswi ilpol, 2023)

“kalau untuk orang yang curhat aku nyaman-nyaman aja sih kak
nanggepinnya, tapi kalau aku yanag curhat kayak nya aku jarang kak” (Fina
Agustina mahasiswi ilpol, 2023)

“kalo untuk temen yang deket banget aku nyaman kak, kalo baru aku cukup
risih kakkk. Menurutku juga buat apa ya kan juga gak terlalu penting”
(Cantika Fadiya Adillah mahasiswi ilpol, 2023)

“kalo aku nyaman asal itu temen deket, kalo aku nya sendiri jarang cerita sih
kak untuk masalah pribadi” (Alyia mahasiswi ilkom, 2023)

“aku bisa sih cerita info pribadi kalo seputar pendidikan, kalo masalah
pribadi ke orang baru aku gak nyaman banget kak.. ketemen deket juga aku
jarang kak” (Delima Dwi Lasmi mahasiswi ilpol, 2023)
“aku pribadi kan jarang banget ngobrol dengerin cerita juga aku jarang, jadi
aku cukup risih kak” (Annisa Syafriani mahasiswi ilkom, 2023)

“kayaknya itu privasi ya kak, kecuali umur dan pendidikan. Untuk keseharian
aku juga jarang buat cerita kak” (Fadiah Meisafatrin mahasiswi ilkom, 2023)

“aku kalo untuk umur, siapa keluarga aku fine aja kak. Tapi kalo udah
privasi kek cerita keluarga atau cerita keseharian aku gak nyaman kak”
(Lovely Nur Andini mahasiswi ilkom, 2023)

“aku gak nyaman kak, soalnya ngapain ya aku gak terlalu suka komunikasi
juga ya otomatis untuk hal-hal pribadi aku gak nyaman kalo untuk di jadiin
topik” (Satya Prayoga mahasiswa Ilpol, 2023)

“kurang nyaman kak kalo untuk keluarga, kalo untuk umur, pendidikan yaa
tentang privasi yang gak terlalu privasi banget masih aman laa kak nyaman-
nyaman aja” (Clarissa mahasiswi ilpol, 2023)

Berdasarkan pembahasan mengenai nyaman atau tidaknya mahasiswa/i


dalam berkomunikasi terkait informasi pribadi, banyak diantara mereka yang tidak
nyaman dan tidak terbuka untuk informasi pribadi. Hal ini dapat penulis analisis dan
pahami bahwa mahasiswa/i yang memiliki jiwa introvert sangat tidak nyaman bahkan
dapat risih jika ada seseorang yang bertanya mengenai informasi diri atau bahkan
mereka merasa risih jika seseorang teman mereka menceritakan tentang masalah
pribadi yang mereka miliki, karena mereka berfikir bahwa hal tersebut tidak perlu
dijadikan topik dalam berkomunikasi.

3. Berinteraksi Secara Jujur Dan Menyampaikan Situasi Yang Di Rasakan

Interaksi dengan jujur merupakan suatu hal yang mungkin sulit dilakukan
sebagian orang, terkadang ketika kita sedang tidak ingin mendengarkkan cerita tetapi
harus mendengarkan hal tersebut membuat kita merasa terbebani. Kejujuran dalam
berinteraksi ini sangat penting dimiliki oleh setiap orang untuk menimbulkan sikap
kepedulian dan rasa menghargai satu sama lain. Adapun hasil wawancara penulis
dengan narasumber adalah sebagai berikut:

“aku tipe yang gak bisa jujur kak kalo misal emang aku gak mau, tapi temen
tetep berkeras cerita ya aku gak sampaikan karena gak enak takut
tersinggung juga” (Dewi Sumsari mahasiswi ilpol, 2023)

“aku gak kadang lebih baik kasih tau ke temen aku yang bisa menyampaikan
sih kak, karna aku takut dia tersinggung” (Fina Agustina mahasiswi ilpol,
2023)

“kadang bisa kak, kadang gak juga karena ya lebih baik di pendem aja lah
kak.” (Cantika Fadiya Adillah mahasiswi ilpol, 2023)

“aku masih ada ketakutan, takut tata cara penyampaian aku salah jadi
biasanya aku mending diem aja sih kak” (Alyia mahasiswi ilkom, 2023)

“saya gak bisa merespon mereka sesuai apa yang saya rasakan, karna saya
takut mereka tersinggung” (Delima Dwi Lasmi mahasiswi ilpol, 2023)

“aku liat-liat juga kak orang nya, kalo deket banget aku bisa bilang aku lagi
gak mau di ganggu atau aku lagi pusing gitu. Tapi kalo dia asing keknya aku
dengerin sekali lewat aja gak memberi respon” (Annisa Syafriani mahasiswi
ilkom, 2023)

“menurut aku, aku belum bisa sepenuhnya menyuarakan apa yang aku rasain
apalagi untuk keluarga. Tapi kalau teman, aku bisa kasih tau mereka agar
mereka paham dan bisa menghargai” (Fadiah Meisafatrin mahasiswi ilkom,
2023)

“aku kurang bisa menyuarakan apa yang aku rasakan kak, gak enak aja gitu”
(Lovely Nur Andini mahasiswi ilkom, 2023)
“kalo aku yang ini iyo kak, kalo aku males aku bilang males karna biar
mereka paham dan mereka gak ganggu aku” (Satya Prayoga mahasiswa
Ilpol, 2023)

“aku kurang bisa menyampaikan, gak ada keberanian gitu lo kak. Kadang
ada kalanya kan kita lagi pengen sendiri gak di ganggu nah aku gak bisa tuh
begitu” (Clarissa mahasiswi ilpol, 2023)

Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menganalisis, mahasiswa/i yang


memiliki kepribadian introvert ini kebanyakan tidak dapat menyuarakan apa yang
sedang mereka rasakan baik terkait dengan penolakan atau dengan penerimaan.
Faktor yang membuat hal ini terjadi karena mereka merasa tidak percaya diri dan
tidak ingin menyakiti atau membuat tersinggu lawan komunikasi mereka.

B. Empati (Empaty)

Menurut Devito, empati adalah Adanya usaha dari masing-masing pihak


untuk merasakan, menempatkan diri pada posisi orang lain serta mampu memahami
motivasi, pengalaman, sikap dan perasaan orang lain dan apa yang disarankan orang
lain untuk masa yang akan datang. Empati ini sangat berkaitan dengan hati nurani
manusia sehingga dan ekspresi manusia dalam mengolah emosi dari cerita yang ia
dengar untuk mahasiswa/i yang memiliki jiwa introvert penulis ingin mengetahui
berdasarkan dari indikator yang ada. Adapun beberapa indikator sebagai berikut:

1. Menempatkan Diri Pada Suatu Situasi

Dalam keadaan seperti ini biasanya terjadi ketika mahasiswa/i sedang


mendengarkan cerita atau curhatan dari teman mereka, respon yang diberikan
tergantung dengan penempatan diri mereka terhadap situasi yang dirasakan oleh
lawan komunikasi mereka, adapun hasil dari wawancara dan observasi bersama
narasumber adalah sebagai berikut:
“bisa kak, kadang saya ikut nangis ketika teman dekat saya bercerita
kesedihan gitu” (Dewi Sumsari mahasiswi ilpol, 2023)

“masih belum terlalu bisa kak, karna aku tipe orang yang sulit memahami
kondisi dan agak sedikit bodo amat gitu. Kalo temen curhat ya curhat, aku
kasih saran sewajarnya aja gak sampe aku yang ada di posisi itu. Palingan
aku bilang ya sabar aja pasti bisa terlewati gitu gitu lah kak” (Fina Agustina
mahasiswi ilpol, 2023)

“bisa kak, soalnya aku sebelum kasih saran pasti kalo aku di posisi dia aku
harus apa ya gituu kepikiran juga lah” (Cantika Fadiya Adillah mahasiswi
ilpol, 2023)

“aku bisa menempatkan diri sebagai pendengar, tapi gak bisa kasih solusi
kak. Aku harus banyak belajar buat menenangkan dan memberikan nasehat
atau saran sama mereka” (Alyia mahasiswi ilkom, 2023)

“ya, saya biasa mendengarkan mereka cerita tapi saya tidak mampu
merespon apa-apa karna jika mereka sedang bercerita hal negative saya bisa
terdistract dan kepikiran terus. Jadi saya sangat berempati mungkin ya kak”
(Delima Dwi Lasmi mahasiswi ilpol, 2023)

“aku cukup mengerti kak memahami perasaan dan bisa menempatkan diri
juga, tapi ini kalo aku udah punya kedekatan banget sama temen yang lagi
curhat. Kalo temen baru aku mayan kurang bisa.” (Annisa Syafriani
mahasiswi ilkom, 2023)

“tergantung kondisi yang dialami, kalo kondisi pernah aku alami bisa aku
respon dengan sebaik-baiknya. Kalo aku gak pernah mengalami atau aku
cmn tau cerita mungkin aku cmn bisa kasih respon nasehat aja kak.” (Fadiah
Meisafatrin mahasiswi ilkom, 2023)
“bisa kak, memang aku lebih mendengarkan dari pada memberikan masukan
atau motivasi gitu” (Lovely Nur Andini mahasiswi ilkom, 2023)

“ya kak bisa, cuman ya selayaknya aja kita cmn menempatkan diri aja cmn
gak bisa respon terlalu dalam karna aku cukup sulit untuk mengungkapkan
gitu kak” (Satya Prayoga mahasiswa Ilpol, 2023)

“aku bisa kak, karna aku biasanya mengamati tapi tidak pandai merespon
jadi aku amati nih sifat dan karakter temen-temen tapi ya aku keep buat aku
sendiri. Paling untuk feedback kemereka aku kasih semangat aja sih kak”
(Clarissa mahasiswi ilpol, 2023)

Dalam wawancara dan observasi yang penulis lakukan bersama beberapa


narasumber terkait indikator empati yang pertama ini, beberapa diantara mereka
merupakan pendengar yang baik dan juga memiliki empati yang baik terhadap teman-
temannya. Namun, mereka tidak pandai merespon dan mengungkapkan dengan kata-
kata maksud mereka untuk memberikan feedback atau saran kepada teman mereka.
Sehingga mereka lebih memilih untuk memberikan semangat bahkan ada yang
memilih untuk diam dan hanya merespon seadanya.

2. Memahami Pengalaman dan Perasaan Orang Lain

Dalam hal ini pemahaman terhadap perasaan orang lain bagi pribadi yang
memiliki jiwa introvert kebanyakan mereka lebih memiliki empati yang tinggi
terhadap teman-temannya. Dilihat dari hasil wawancara pada dimensi empati di point
pertama. Untuk lebih dalam mengetahui pemahaman mereka terhadap situasi dan
perasaan lawan komunikasi penulis melakukan wawancara mendalam. Adapun hasil
wawancara bersama narasumber adalah sebagai berikut:

“untuk empati ini aku cukup sensitif dan mudah ke distract, karna contohnya
nih kalau ada temen yang cerita negatif terkait seseorang aku liat orang itu
ya seperti apa yang di rasakan dan di ceritain temenku. Padahal kan belum
tentu dia begitu sama aku” (Dewi Sumsari mahasiswi ilpol, 2023)

“sangat bisa kak, aku orang nya cukup peka kalo ini kak” (Fina Agustina
mahasiswi ilpol, 2023)

“bisa kak, aku biasanya sampe kepikiran. Terus aku kadang juga kepikiran”
(Cantika Fadiya Adillah mahasiswi ilpol, 2023)

“aku bakal ngertiin banget, walaupun aku kurang bisa mengekspresikan tapi
aku berusaha” (Alyia mahasiswi ilkom, 2023)

“aku cukup bisa kak, cuman aku gak bisa menyampaikan apa yang aku harus
sampaikan gituuu. Jadi aku lebih baik jd pendengar aja kak” (Delima Dwi
Lasmi mahasiswi ilpol, 2023)

“aku peka banget kak terhadap apa yang mereka rasakan,jadi aku sebisa
mungkin merasakan apa yang mereka rasakan dan aku juga kasih saran ke
mereka ya sebaiknya saran yang aku pengen dapet ketika aku ada di posisi
dia gitu” (Annisa Syafriani mahasiswi ilkom, 2023)

“kalo aku tergantung topiknya kak, kalo aku pernah mengalami aku pasti
paham betul perasaannya. Tapi kalo belum pernah aku gak bisa bayangin
kak” (Fadiah Meisafatrin mahasiswi ilkom, 2023)

“iya kak, aku kalo ada yang cerita aku selalu menempatkan diri di posisi
mereka jadi setidaknya aku paham lah apa yang mereka rasakan” (Lovely
Nur Andini mahasiswi ilkom, 2023)

“iya kak bisa, cuman aku cukup gengsi untuk kasih nasihat atau semangat”
(Satya Prayoga mahasiswa Ilpol, 2023)
“aku iya kak, tapi tergantung dari jenis cerita tapi ya kalo sedih nih aku kan
harus menghibur gimana sih kalo aku ada di posisi dia pengennya dihibur kek
gimana gitu” (Clarissa mahasiswi ilpol, 2023)

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan point ke 2 pada dimensi empati


penulis dapat menganalisis bahwa, narasumber mahasiswa/i ini memiliki empati
tinggi terhadap teman mereka yang sedang memiliki masalah. Namun, mereka tidak
dapat menyampaikan dan kurang percaya diri untuk menyampaikan apa yang akan
mereka sampaikan. Jika mereka sedang mendengarkan cerita sedih maka mereka
akan menempatkan diri bagaimana mereka ingin di hibur, tapi jika mereka
mendengarkan cerita membahagiakan biasanya mereka hanya akan ikut senang dan
merespon dengan gembira cerita yang disampaikan teman mereka.

C. Dukungan (Supportivines)

Menurut Devito, Dapat berupa motivasi dan saran serta ilmu yang dapat
membantu dalam terjadinya suatu masalah dan dapat juga berupa ungkapan non-
verbal seperti menganggukkan kepala, mengedip mata, tersenyum dan bertepuk
tangan. Dukungan sendiri berupa rasa kepedulian kepada teman yang melakukan
komunikasi terhadap narasumber, dalam hal ini penulis ingin melihat bagaimana
dukungan yang diberikan mahasiswa/i yang memiliki jiwa introvert ditinjau dari 2
indikator yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan Motivasi Kepada Lawan Bicara

Memberikan motivasi kepada lawan bicara merupakan bentuk mendukung


dan memberikan semangat agar seseorang bisa terbakar rasa ingin berjuang mereka
untuk menghadapi suatu masalah atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Hal ini tentu
penting karena narasumber sedang dalam proses mengenyam pendidikan yang mana
perlu mendukung satu sama lain dalam meraih kelulusan dan mendapatkan nilai yang
baik. Adapun hasil wawancara dan observasi penulis adalah sebagai berikut:
“aku gengsi kak kalo untuk orang yang kurang deket, lebih bodo amat sih
aku. Tapi kalo deket bestie udah lama gitu aku yaa kasih motivasi juga cmn
yang mengingatkan aja sih tujuan dia apa gitu” (Dewi Sumsari mahasiswi
ilpol, 2023)

“engga kak, aku lebih sering denger aja. Soalnya aku gak kepikiran kadang
mau kasih motivasi atau dukungan” (Fina Agustina mahasiswi ilpol, 2023)

“kadang bingung kak mau kasih motivasi gimana, jadi aku lebih better
dengerin aja kak” (Cantika Fadiya Adillah mahasiswi ilpol, 2023)

“kalo aku iya kak, aku bakal kasih motivasi buat orang terdekat yang cerita
ke aku” (Alyia mahasiswi ilkom, 2023)

“aku kurang mampu memberikan motivasi sama lawan komunikasi ku kak,


jadi ya cukup dengarkan aja lah” (Delima Dwi Lasmi mahasiswi ilpol, 2023)

“aku bisa kak, soalnya aku tipe yang mau memberikan motivasi kak” (Annisa
Syafriani mahasiswi ilkom, 2023)

“aku lumayan bisa kak, aku tipe nya yang mudah memberikan motivasi dan
dukungan kak” (Fadiah Meisafatrin mahasiswi ilkom, 2023)

“tergantung situasi gimana kak, kalo sedih aku memotivasi tapi kalo senang
aku lebih ke ikut merayakan apa yang dia rasakan aja sih kak” (Lovely Nur
Andini mahasiswi ilkom, 2023)

“iya kak, itu pun temen-temen deket banget yang aku kasih motivasi karna
kau gengsian kak” (Satya Prayoga mahasiswa Ilpol, 2023)

“aku liat situasi kak, kalo misal orangnya bisa kita kasih motivasi ya kasih
tapi aku lebih baik menjadi pendengar kak biasanya. Kalo orang deket aku
biasanya kasih motivasi to the point gitu” (Clarissa mahasiswi ilpol, 2023)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis dapat menganalisis bahwa untuk
melakukan motivasi narasumber dapat melakukannya. Namun, rata-rata kepada orang
terdekat mereka. Ini artinya mereka dapat memberikan dukungan kepada orang
terdekat mereka, sehingga komunikasi intrapersonal yang dilakukan cukup baik
antara narasumber dengan lawan bicara. Hanya saja, mereka terkendala pada
penyampaian.

2. Respon Secara Fisik

Dukungan yang diberikan kepada lawan komunikasi tidak hanya berupa


sebuah motivasi, terkadang pelukan dan sentuhan fisik dapat membuat seseorang
merasa lebih tenang. Adapun hasil wawancara yang penulis dapatkan adalah sebagai
berikut:

“bisa kak kalo secara fisik, biasanya temen aku yang nangis aku usap
bahunya sih kak. Dengan harapan bisa menenangkan dia gitu” (Dewi
Sumsari mahasiswi ilpol, 2023)

“bisa kak, itu jauh lebih gampang dari pada memberi motivasi soalnya”
(Fina Agustina mahasiswi ilpol, 2023)

“aku gak terlalu bisa kak, soalnya aku lumayan gengsi untuk hal itu”
(Cantika Fadiya Adillah mahasiswi ilpol, 2023)

“aku bukan tipe yang physical touch, aku gengsian kak. Aku kurang dalam
merespon secara fisik kak, apalagi kalo masalah yang dia dapet gak
complicated banget aku jarang buat respon fisik kak” (Alyia mahasiswi
ilkom, 2023)

“aku sulit melakukan ini kak, cukup gengsian soalnya” (Delima Dwi Lasmi
mahasiswi ilpol, 2023)
“aku kurang bisa kak, aku lebih ke better motivasi aja deh gitu” (Annisa
Syafriani mahasiswi ilkom, 2023)

“aku jarang, paling menenangkan usap gitu sih kak kalo untuk peluk aku gak
pernah karna aku cuek orangnya” (Fadiah Meisafatrin mahasiswi ilkom,
2023)

“aku bisa kak menenangkan, mengusap terus memeluk aku bisa” (Lovely Nur
Andini mahasiswi ilkom, 2023)

“aku gak bisa kak, malu kak gengsi” (Satya Prayoga mahasiswa Ilpol, 2023)

“aku bisa kak, tapi ya gak sering paling kasih motivasi ajalah” (Clarissa
mahasiswi ilpol, 2023)

Dari hasil wawancara diatas penulis mendapati bahwa, untuk narasumber


banyak yang tidak dapat melakukan respon fisik dikarenakan gengsi yang mereka
miliki. Namun, beberapa dari mereka masih dapat melakukannya kepada orang-orang
terdekat dengan memberikan usapan sebagai penenang.

D. Sikap Positif (Positivenes)

Menurut Devito, Kemampuan memandang positif dan menghargai orang lain


dalam dorongan positif berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri dari perilaku
yang biasanya kita harapkan. Dalam kemampuan memandang positif ini dapat dilihat
bagaimana cara narasumber memandang cerita lawan komunikasi mereka, sehingga
mereka dapat menilai dan menyimpulkan dari apa yang mereka dengar. Dalam
dimensi ini terdapat 2 indikator yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan Memandang Positif Suatu Pemikiran

Kemampuan memandang positif suatu pemikiran ini dapat di lihat dari


tanggapan narasumber terkait cerita yang diberikan oleh lawan komunikasi, hal ini
dapat berupa pemikiran yang mudah terpengaruh atau dapat menfilter cerita sehingga
pemikiran buruk dapat di ubah menjadi padangan positif untuk narasumber, adapun
hasil wawancara yang penulis dapat kan bersama narasumber adalah sebagai beriku:

“kalo aku engga kak, karna menurutku orang jahat ke aku kalo dia belum
menunjukan sisi jahat nya ke aku ya oke oke aja” (Dewi Sumsari mahasiswi
ilpol, 2023)

“gak juga kak, soalnya aku paling ngehargain orang aja tapi untuk aku ke
distract dan terbawa sih engga kak” (Fina Agustina mahasiswi ilpol, 2023)

“aku sih engga kak, karena aku biasanya cek pengalaman pribadi dan liat
secara lansung dl kalo dia gak gitu ke aku ya engga kak” (Cantika Fadiya
Adillah mahasiswi ilpol, 2023)

“aku mudah terdistract kak, jadi kalo si a cerita si b tentang hal negative aku
jadi sulit untuk memandang si b ini positif karna cerita si a” (Alyia mahasiswi
ilkom, 2023)

“hal yang sulit dan paling saya hindari karna saya mudah terdistract, saya
akan berfikir seperti apa yang lawan komunikasi saya bilang kakk, jadi aku
sulit memandang orang yang diceritakan itu negative” (Delima Dwi Lasmi
mahasiswi ilpol, 2023)

“buruk nya aku itu ya itu kak karna terlalu peka dan terlalu mikir aku jadi ke
distract kalo ada yang bilang si A ini jelek, trs nanti ada yang certia lagi si A
ini baik. Aku gak peduli aku akan tetap inget omongan temen aku yang
pertama tadi” (Annisa Syafriani mahasiswi ilkom, 2023)

“kalo aku termasuk orang yang harus mencerna dulu kak gak lansung
terdistract” (Fadiah Meisafatrin mahasiswi ilkom, 2023)
“aku tergantung kak, kalo misalnya aku udah tau dan udah paham kalo cerita
yang diceritakan si a tentang kejelekan itu ternyata sepengetahuan aku gak
bener. Aku gak ke distract kak, tapi kalo aku belum tau bener aku mungkin
gampang ke distract kak” (Lovely Nur Andini mahasiswi ilkom, 2023)

“aku engga kak, aku cuek aja orang mau gimana karna gak menguntungkan
aku kan dan gak merugikan aku” (Satya Prayoga mahasiswa Ilpol, 2023)

“kalo aku tergantung kak, point yang aku temui pertama. Kalo aku dapet
point positif duluan aku akan terus berfikir positif, kalo negative ya tetep itu
kak. Cukup teguh pendirian sih aku kak” (Clarissa mahasiswi ilpol, 2023)

Dari wawancara diatas dapat penulis analisis bahwa banyak diantara


narasumber mudah untuk menangkap hal negative tanpa mengembangkannya dan
memfilternya untuk hal yang positif sehingga hal ini menjadikan mereka cukup
kurang dalam memandang positif suatu pemikiran.

2. Memuji Lawan Bicara

Memuji lawan bicara ketika sedang menceritakan hal positif dan


menyenangkan bagi mereka merupakan salah satu bentuk support dan apresiasi
kepada lawan bicara, hal ini juga dapat membuat lawan bicara merasa nyaman.
Namun, tidak banyak orang mampu melakukannya. Untuk itu penulis ingin
mengetahui apakah mahasiswa introvert dapat melakukan hal ini kepada lawan bicara
mereka, adapun hasil dari wawancara dan observasi yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

“kalo aku untuk secara langsung jarang kak, palingan yang maen-maen kek
selamet e gitu-gitu doing sih. Tapi kalo yang ih kamu hebat gitu-gitu aku
jarang” (Dewi Sumsari mahasiswi ilpol, 2023)
“sering kak, contoh nya kalo dia sempro aku ucapin selamattt, terus hebat
yaa udah bisa melewati hal ini. Tapi ketemen deket ya kak” (Fina Agustina
mahasiswi ilpol, 2023)

“iya kak lumayan, ucapin sih misalnya sempro selamat atau ulangtahun ya
hbd yaa gitu. Kalo memuji cantik atau apa aku jarang” (Cantika Fadiya
Adillah mahasiswi ilpol, 2023)

“aku kasih pujian tapi aku kasih ke temen deket sih kak” (Alyia mahasiswi
ilkom, 2023)

“aku pasti kasih pujian kalo dia berhasil atau dia hebat melakukan sesuatu
yang aku gak bisa aku pasti puji sih kak. Tapi untuk teman terdekat banget
kak” (Delima Dwi Lasmi mahasiswi ilpol, 2023)

“aku memuji kak bisa aku memuji pencapaian siapapun, temen kelas atau
temen kampus. Tapi kalo memuji perihal diri dia sudah berhasil dengan baik
dan memberikan support aku ke temen deket aja” (Annisa Syafriani
mahasiswi ilkom, 2023)

“kalo untuk memberikan pujian dan apresiasi aku bisa banget kak
kesiapapun, teman dekat atau teman organisasi. Karna menurut ku hal itu hal
yang positif dan bisa meningkatkan kepercayaan diri mereka juga” (Fadiah
Meisafatrin mahasiswi ilkom, 2023)

“kalo untuk temen baru aku bisa kak kasih pujian, kalo temen lama aku gak
bisa gengsi banget soalnyaa” (Lovely Nur Andini mahasiswi ilkom, 2023)

“iya kak bisa, tapi cuman selamat ya gitu sih” (Satya Prayoga mahasiswa
Ilpol, 2023)
“kalo aku bisa kak, aku senang memberikan apresiasi kepada orang lain
karna aku melihat diri akupun suka dapet apresiasi jadi aku harus
memperlakukan yang sama” (Clarissa mahasiswi ilpol, 2023)

Dari hasil analisis dan observasi yang dilakukan penulis dilingkungan ilpol
dan ilkom mahasiswa yang memiliki jiwa introvert ini tetap dapat memuji lawan
komunikasi mereka. Namun, kebanyakan dari mereka memilih untuk memberikannya
lebih kepada teman dekat atau bahkan ada yang lebih nyaman memuji orang baru
dibandingkan dengan memuji teman lama karena gengsi.

E. Kesetaraan

Menurut Devito, Adanya pengakuan kedua pihak sama-sama bernilai dan


berharga apa yang disampaikan. Kesamaan dalam komunikasi interpersonal akan
menjadikan suasana yang lebih menarik, efektif, akrab, dan lebih nyaman.

1. Adapnya Pengakuan Kesetaraan Nilai

Pandangan tentang kesetaraan nilai ini merupakan hal yang penting baik
dimiliki oleh mahasiswa introvert atau ekstrovert karna hakikatnya manusia memiliki
kesetaraan yang sama, pada dimensi ini penulis ingin melihat bagaimana cara
mahasiswa/i ilkom dan ilpol yang memiliki jiwa introvert dalam memandang
kesetaraan dalam berkomunikasi. Adapun hasil wawancara yang dilakukan oleh
penulis adalah sebagai berikut:

“cara aku memberikan apresiasi ya menggunakan mimik dan gerakan tubuh


yang excited sih kak” (Dewi Sumsari mahasiswi ilpol, 2023)

“kalo aku dengan ucapan kak. Ya contohnya selamat sempro gitu sih” (Fina
Agustina mahasiswi ilpol, 2023)
“aku kasih hadiah sih kak, sama kasih ucapan selamat juga kalo itu sempro
ya” (Cantika Fadiya Adillah mahasiswi ilpol, 2023)

“kalo aku sih untuk apresiasi aku kasih gift atau ucapan gitu kak. Tapi
biasanya gift biar lebih berkesan kak” (Alyia mahasiswi ilkom, 2023)

“kalo aku sih lebih ke affirmation kak, kasih dia ucapan kamu hebat dll kak”
(Delima Dwi Lasmi mahasiswi ilpol, 2023)

“aku paling memberikan apresiasi dengan nada antusias, memberikan


ucapan dan gift juga kak biasanya aku juga memberikan selamat melalui
instagram ku kak” (Annisa Syafriani mahasiswi ilkom, 2023)

“kalo aku lebih ke ajak dia jalan kasih dia hadiah dan ucapan sih kak, karna
apresiasi itu penting buat mereka yang udah mencapai dan bertahan sampai
titik yang mereka gapai” (Fadiah Meisafatrin mahasiswi ilkom, 2023)

“aku kurang bisa kasih apresiasi secara langsung, paling aku kasih gift terus
ada suratnya atau aku ucapin di instagram aku” (Lovely Nur Andini
mahasiswi ilkom, 2023)

“cuman ucapan sih kak, kek mantap gitu soalnya aku gak bisa terlalu
panjang dan puitis” (Satya Prayoga mahasiswa Ilpol, 2023)

“kalo aku biasanya kasih apresiasi dari ucapan sih dan kasih gift juga”
(Clarissa mahasiswi ilpol, 2023)

Untuk hasil wawancara dan observasi ini penulis menganalisis banyak


diantara narasumber yang memberikan ucapan secara langsung dan memberikan gift
sebagai bentuk apresiasi kepada lawan komunikasi atas pencapaian yang telah di
dapatkan, untuk itu penulis dapat melihat bahwa mahasiswa/i introvert juga dapaat
memberikan apresiasi kepada teman mereka dan memberikan nilai bahwa walaupun
mereka termasuk introvert mereka juga dapat memberikan dan menunjukan
kepedulian kepada teman mereka.

2. Membuat Suasana Lebih Menarik dan Akrab

Untuk melihat kesetaraan yang diberikan penulis ingin mengetahui bagaimana


narasumber membangun suasana dalam berkomunikasi, apakah akan membiarkan
lawan bicaranya merasa tidak nyaman atau memberikan ruang untuk menarik
perhatian dalam berkomunikasi. Adapun hasil dari wawancara yang dilakukan oleh
penulis adalah sebagai berikut:

“aku sih lebih ke pendengar jadi kalo dia selesai ngobrol yaudah, gak terlalu
menahan dan membuat mereka merasa nyaman untuk ngobrol” (Dewi
Sumsari mahasiswi ilpol, 2023)

“aku memposisikan diri kak, aku bisa memberikan kenyaman kemereka


paling merespon apa yang harus aku respon. Kalo untuk nyari topik aku
belum bisa kak” (Fina Agustina mahasiswi ilpol, 2023)

“kalo aku dengerin aja kak, cari obrolan yang sama-sama kita suka. Lebih
fokus buat dia nyaman ketika cerita dengan didengarkan aja kak” (Cantika
Fadiya Adillah mahasiswi ilpol, 2023)

“kalo hal ini sebenernya aku bingung kak, kalo orang bilang aku sangat
memperhatikan dan menatap ketika orang bercerita. Jadi banyak temen
bilang yang bikin nyaman cerita ke aku ya aku fokus mendengarkan” (Alyia
mahasiswi ilkom, 2023)

“kalo aku lebih fokus mendengarkan mereka berbicara, agar mereka merasa
dianggap dan cerita mereka patut untuk kita dengarkan walaupun ya aku
orangnya cuek dan diem gini” “kalo aku lebih fokus mendengarkan mereka
berbicara, agar mereka merasa dianggap dan cerita mereka patut untuk kita
dengarkan walaupun ya aku orangnya cuek dan diem gini”

“aku cukup sulit sih kak untuk membiarkan orang nyaman ngobrol sama aku,
jadi ya biar mereka nyaman cerita p aling aku kasih smilling voice saat
merespon cerita mereka dan aku juga prefer buat merespon dengan
menanyakan kemereka apa sih yang mereka rasakan” (Annisa Syafriani
mahasiswi ilkom, 2023)

“kalo itu aku lebih memberikan antusiasime ketika mereka bercerita dan
merespon dengan penuh keyakinan apa yang mereka ceritakan sih kak”
(Fadiah Meisafatrin mahasiswi ilkom, 2023)

“kaloitu aku biasanya menanggapi dengan baik, melakukan kontak mata dan
gak mudah terdistract dengan hal lain jadi lebih fokus kemereka aja” (Lovely
Nur Andini mahasiswi ilkom, 2023)

“kalo aku sih apa yang dia ceritain paling aku iyain aja kak, soalnya aku gak
mau ambil pusing dan kurang suka mempertahankan obrolan sih kalo dia gak
mau ngobrol lagi ya udah gitu” (Satya Prayoga mahasiswa Ilpol, 2023)

“kalo aku lebih baik menjadi pendengar yang baik, merespon dengan
memberikan pertanyaan dulu dia mau direspon atau cukup didengarkan gitu
sih kak” (Clarissa mahasiswi ilpol, 2023)

Dalam dimensi ini penulis dapat menganalisis bahwa untuk mempertahankan


ketertarikan mereka dalam berkomunikasi narasumber lebih banyak mendengarkan
dan merespon dengan respon yang seharusnya narasumber terima atau bertanya
terlebih dahulu apakah lawan bicara ingin direspon atau cukup didengarkan saja. Hal
ini tentu suatu hal yang baik dalam proses komunikasi karena dapat memberikan rasa
kesetaraan, bahwa lawan bicara narasumber juga perlu didengarkan ceritanya dengan
respon yang baik ini berarti narasumber telah memberikan dan menghargai lawan
bicara mereka.

B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Mahasiswa/i Introvert Dalam


Pertemanan di Kampus

Dalam setiap kepribadian memiliki karakteristik tersendiri bagi setiap orang,


kemudian banyak dari kalangan kita menyebut ini sebagai kepribadian terbuka
(Ekstovert) dan tertutup (Introvert). Di dalam budaya karakter, diri ideal itu serius,
disiplin, dan terhormat. Apa yang diperhitungkan bukanlah kesan yang ditampilkan
seseorang di muka umum, tetapi lebih pada bagaimana seseorang berperilaku secara
pribadi. Penggolongan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert terdapat
menggambarkan pola komunikasi dan interaksi sosial setiap individu. Pada, saat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, individu dengan tipe kepribadian
ekstrovert adalah individu dengan karakteristik utama yaitu mudah bergaul, implusif,
tetapi juga sifat gembira, aktif, cakap dan optimis serta sifatsifat lain yang
mengindikasi penghargaan atas hubungan dengan orang lain, sedangkan individu
dengan kepribadian introvert adalah individu yang memiliki karakteristik yang
berlawanan dengan kepribadian ekstrovert, yang cenderung pendiam, pasif, tidak
mudah bergaul, teliti pesimis, tenang dan terkontrol.

Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan


penting. Peranan teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap,
pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku.remaja sering kali menilai bahwa bila
dirinya memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer,
maka kesempatan baginya untuk diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi
besar. Secara umum kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi
dan berinteraksi dengan individu lain . kepribadian paling sering di deskripsikan
dalam istilah sifat yang bisa di ukur yang ditujukan oleh seseorang. Disamping itu
kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri individu.
Remaja yang berpersepsi positif terhadap teman sebayanya, memandang bahwa
teman sebaya sebagai tempat memperoleh informasi yang tidak didapatkan di dalam
keluarga, tempat menambah kemampuan dan menjadi tempat kedua setelah keluarga
untuk mengarahkan dirinya (menuju kepada perilaku yang baik) serta memberikan
masukan (koreksi) terhadap kekurangan yang dimilikinya, yang tentu saja akan
membawa dampak baik bagi remaja yang bersangkutan (santrock, 1997).

Efektivitas Komunikasi antar pribadi dimulai dengan lima kualitas umum


yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
Keterbukaan (Opennes) Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek
dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus
terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang
harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin
menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi, dalam hasil penelitian yang
didapatkan penulis mereka dapat menggunakan dimensi keterbukaan ini dengan
lawan bicara yang memang sudah mereka kenal lama dan sudah memahami satu
sama lain terkait dengan cara berkomunikasi, sikap dan karakter masing-masing.
Empati (Empathy) (Henry Backrack 2012 : 115) mendefinisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada
suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan untuk empati para narasumber
yang memiliki jiwa introvert ini memiliki empati yang tinggi namun mereka tidak
dapat mengekspresikannya dikarenakan satu dan lain hal untuk itu dalam keefektivan
narasumber dalam menyampaikan rasa empaati mereka belum dapat menyampaikan
dengan baik namun mereka dapat merasakan apa yang orang lain rasakan.

Sikap Mendukung (Supportiveness) Hubungan antarpribadi yang efektif


adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep
yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Sikap Positif
(Positiveness) Journal Volume III. No.1. Tahun 2014 Kita mengkomunikasikan sikap
positif dalam komunikasi antarpribadi dengan sedikitnya dua cara yaitu menyatakan
sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita
berinteraksi, dalam memberikan dukungan atau support para narasumber lebih senang
mengutarakannya melalui surat, ucapan melalui sosial media atau memberikan hadiah
sebagai bentuk apresiasi mereka terhadap penacapaian dari teman mereka. Sikap
positif (Positivenes) mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antar
pribadi, yang memberikan pengaruh kepada lawan komunikasi baik positif maupun
negatif dalam penelitian ini penulis ingin melihat bagaimana tanggapan para
narasumber terkait hal yang dapat mempengaruhi pemikiran mereka, didapatkan
berdasarkan hasil penelitian sebagai pendengar mereka cukup sulit untuk menanggapi
hal positif jika sudah mendengar hal negatif. Kesetaraan (Equality) Dalam setiap
situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan.Salah seorang mungkin lebih pandai Lebih
kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain tidak pernah ada
dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal terlepas dari ketidaksetaraan ini
komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Dari penelitian inti
peneliti ingin melihat bagaimana cara para narasumber yang memiliki jiwa introvert
ini untuk memberikan kesetaraan berkomunikasi dengan lawan komunikasinya.
Didapatkan hasil bahwa para narasumber memberikan kesempatan kepada siapapun
untuk berkomunikasi dengan mereka, namun mereka tidak bisa apabila memulai
berkomunikasi dengan orang baru itu akan sangat menguras energy mereka.

Dalam penelitian ini penulis melihat bahwa komunikasi interpersonal yang


dilakukan narasumber masih baik walaupun mereka memiliki kepribadian introvert
yang dikenal dengan tidak ramah, dan pendiam. Mereka masih memiliki jiwa
kepedulian dan menghargai lawan bicara dengan berkomunikasi sebisa mereka,
dengan demikian dalam penelitian ini dapat di simpulkan bahwa komunikasi
interpersonal yang dilakukan oleh narasumber yaitu mahasiswa/i fakultas ilmu
komunikasi dan ilmu politik tahun 2019/2020 menunjukan masih baiknya
komuniikasi diantara mahasiswa/i terkait dengan jiwa introvert yang mereka miliki.

Anda mungkin juga menyukai