Anda di halaman 1dari 41

PERLINDUNGAN

HUKUM DOKTER
HEWAN
dalam PELAYANAN
KESEHATAN HEWAN
DI INDONESIA

Oleh:
DR. Sari Murti W,
SH.M.Hum.
Yogyakarta, 21 September 2018
Agenda
• Memahami hubungan
hukum dokter hewan
dan pasien
• Memahami seluk beluk
perlindungan hukum
bagi dokter hewan
• Memahami mekanisme
dan kendala
penyelesaian sengketa
Hewan adalah binatang
atau satwa yang seluruh
atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di darat,
air, dan/atau udara, baik
yang dipelihara maupun
yang di habitatnya.
• Kesehatan Hewan adalah segala
urusan yang berkaitan dengan
pelindungan sumber daya
Hewan,kesehatan masyarakat,
dan lingkungan serta penjaminan
keamanan Produk Hewan,
Kesejahteraan Hewan, dan
peningkatan akses pasar untuk
mendukung kedaulatan,
kemandirian, dan ketahanan
pangan asal Hewan.
• Dokter Hewan adalah orang yang memiliki
profesi di bidang kedokteran hewan dan
kewenangan Medik Veteriner dalam
melaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan.
• Dokter Hewan Berwenang adalah Dokter Hewan
yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya
dalam rangka penyelenggaraan Kesehatan
Hewan.
• Penyakit Hewan adalah gangguan
kesehatan pada Hewan yang disebabkan
oleh cacat genetik, proses degeneratif,
gangguan metabolisme, trauma,
keracunan, infestasi parasit, prion, dan
infeksi mikroorganisme patogen.
• Veteriner adalah • Medik Veteriner adalah
penyelenggaraan
segala urusan kegiatan praktik
yang berkaitan kedokteran hewan.
dengan Hewan, • Otoritas Veteriner adalah
Produk Hewan, kelembagaan Pemerintah
atau Pemerintah Daerah
dan Penyakit yang bertanggung jawab
Hewan. dan memiliki kompetensi
dalam penyelenggaraan
Kesehatan Hewan
UU PETERNAKAN DAN KESEHATAN
HEWAN
“Pasal 66A
•(1) Setiap Orang dilarang menganiaya dan/atau menyalahgunakan Hewan
yang mengakibatkan cacat dan/atau tidak produktif.
•(2) Setiap Orang yang mengetahui adanya perbuatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib melaporkan kepada pihak yang berwenang.”

Ketentuan Pasal 68 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:


“Pasal 68
•(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
menyelenggarakan Kesehatan Hewan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
•(2) Dalam menyelenggarakan Kesehatan Hewan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya berkewajiban meningkatkan penguatan tugas, fungsi, dan
wewenang Otoritas Veteriner.”
PP No 95 Tahun 2012
Pasal 83
(1) Kesejahteraan Hewan diterapkan terhadap setiap jenis Hewan yang
kelangsungan hidupnya tergantung pada manusia yang meliputi
Hewan bertulang belakang dan Hewan yang tidak bertulang belakang
yang dapat merasa sakit.
(2) Kesejahteraan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara menerapkan prinsip kebebasan Hewan yang
meliputi bebas:
a. dari rasa lapar dan haus;
b. dari rasa sakit, cidera, dan penyakit;
c. dari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan penyalahgunaan;
d. dari rasa takut dan tertekan; dan
e. untuk mengekspresikan perilaku alaminya.
CEK “KAMAR
• Ilmu tentang hubungan
SEBELAH” hukum di mana dokter
merupakan salah satu
Hukum
pihak, dalam
Kedokteran
menjalankan profesinya
untuk memberikan
pelayanan medis.
Ruang Lingkup dan Kedudukan

Hukum Hukum
Rumah Sakit Keperawatan

Hukum Hukum
Hukum
Keselamatan Kedokteran Farmasi klinik
Kerja

Hukum
Hukum
Kesehatan
Kes. Masykt
Lingkungan

HK. KESEHATAN
Landasan
Hubungan Dokter Hewan - Pasien

1. Perjanjian
2. Undang-undang
SUBYEK HUKUM
DALAM PELAYANAN KESWAN

ORANG
(DRH, TENAKESWAN)
SUBYEK HUKUM
KESWAN

BADAN HUKUM
(INSTITUSI PELAYANAN
KESWAN:PUSKESWAN, RUMAH
SAKIT, KLINIK)
HUBUNGAN HUKUM
DOKTER HEWAN DAN PASIEN
• Hubungan antara dokter dan pasien merupakan suatu
perjanjian Pasien dhi hewan secara hukum (by law)
diwakili oleh pemilik atau orang yang membawa pasien
ke dokter hewan
• Perjanjian disini adalah perjanjian terapeutik yang titik
tolaknya pada usaha (inspaning verbintenis) bukan
perikatan yang bertitik tolak pada hasil (resultaat
verbintenis)
• Andaikata akibat yang tidak diinginkan terjadi, maka
risiko yang melekat pada suatu tindakan medis tidak
serta merta dapat dikualifikasikan sebagai tindakan
malpraktek sepanjang dokter hewan telah berupaya
sesuai standar profesinya..
PERJANJIAN TERAPEUTIK

• adalah perjanjian antara dokter dengan


pasien yang memberikan kewenangan
pada dokter untuk melakukan pelayanan
kesehatan pada pasien berdasarkan
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki
oleh dokter tersebut.
• Perjanjian tersebut akan menimbulkan hak
dan kewajiban, yang disebut dengan
Perikatan
TRANSAKSI / PERJANJIAN
TERAPEUTIK

-HUBUNGAN HUKUM
-DOKTER-PASIEN
-PELAYANAN KEDOKTERAN/MEDIK
-STANDAR PROFESI MEDIK
HUBUNGAN HUKUM
Dokter Hewan dan Pasien

• Dokter Hewan mandiri (klinik sendiri) - Pasien


• Dokter Hewan bersama (klinik bersama) - Pasien
• Dokter Hewan yang bekerja di klinik orang lain - Pasien
• Dokter Hewan yang bekerja di RSH-Pasien

• SUBYEK HUKUM KESEHATAN:


1. ORANG (al. Dokter Hewan)
2. BADAN HUKUM
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
(Pasal 1320 KUHPerdata)
1. kesepakatan para pihak
2. adanya kecakapan untuk membuat
suatu perikatan/perjanjian
3. mengenai suatu hal tertentu
4. suatu sebab yang halal/ diperbolehkan.
Implikasi Hukum Transaksi
Terapeutik
Pasal 1388 KUHPerdata :
• Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya

Pasal 1339 KUHPerdata :


• Suatu perjanjian ttidak hanya mengikat untuk hal-hal
yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya tetapi juga
untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian
diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-
undang.
Mulai & berakhirnya
Transaksi/Perjanjian Terapeutik
1. Perjanjian : Berakhir:
Pasien → datang → 1. Sembuh
berobat→ dokter→
setuju. 2. Dokter Resign
3. Pengakhiran oleh Pasien
2. UU : 4. Mati
Ps. 1354 KUHPerdata: 5. Kontrak selesai
Zaakwarneming 6. Kadaluarsa
7. Persetujuan
Memahami seluk beluk perlindungan
hukum bagi dokter hewan

Masih sangat terbatas


karena hanya perlindungan secara perdatanic. pada perjanjian
antara dokter dan pasien serta informed consent untuk setiap
tindakan medis yang dilakukan dokter hewan
Perlindungan hukum

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan


praktik kedokteran mempunyai hak :
memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional;
(Ps 50 UU No 29 Tahun 2004)
Definisi Malpraktek

• Kelalaian dari seorang dokter atau


perawat untuk mempergunakan tingkat
kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam
mengobati dan merawat pasien yang
lazim digunakan terhadap pasien yang
terluka menurut ukuran dilingkungan yang
sama”.
JENIS-JENIS JURIDICAL MALPRACTICE
(dalam hukum kedokteran)

• Criminal malpractice
• Civil malpractice
• Administrative malpractice
CRIMINAL MALPRACTICE

• Perbuatan seseorang dapat dikualifikasikan sebagai


Criminal Malpractice manakala perbuatan tersebut
memenuhi rumusan delik pidana yi:
• 1. perbuatan tersebut (baik positif maupun negatif)
merupakan perbuatan tercela
• 2. Dilakukan dengan sikap batin yg salah (mens rea)
yang berupa kesengajaan (intensional):Ps 344 KUHP,
kecerobohan (reklesness) melakukan tindakan medis
tanpa Informed consent, atau kealpaan (negligence)--
tidak hati-hati sehingga mengakibatkan luka, cacat dll
Criminal Malpractice

Unsur-unsurnya sbb:
✓ Apakah perbuatan (positif act atau negatif act)
merupakan perbuatan yang tercela
✓ Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan
sikap batin (mens rea) yang salah (sengaja,
ceroboh atau adanya kealpaan)
pertanggungjawaban di
depan hukum bersifat
individual/personal
tidak dapat dialihkan pada orang lain atau
pada rumah sakit
CIVIL MALPRACTICE

• Disebut ada Civil malpractice jika tenaga kesehatan


tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan
prestasinya sebagaimana yang telah disepakati,
kategorinya:
• 1. tidak melakukan apa yg menurut kesepakatannya
wajib dilakukan
• 2. melakukan apa yg menurut kesepakatannya wajib
dilakukan namun terlambat
• 3. melakukan apa yang disepakatinya namun tidak
sempurna
• 4. melakukan apa yg menurut kesepakatannya tidak
seharusnya dilakukan
Civil Malpractice
Civil malpractice pembuktiannya dapat dilakukan dengan
dua cara:
▪Cara langsung
Membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya
4 D (Taylor):
1.Duty (kewajiban)
2.Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)
3.Direct Causation (penyebab langsung)
4.Damage (kerugian)
Cara tidak langsung

• Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang


mudah bagi pasien, yakni dengan mengajukan fakta-
fakta yang diderita olehnya sebagai akibat layanan
perawatan (doktrin res ipsa loquitur).
• Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-
fakta yg ada memenuhi kriteria:
• Fakta tidak mungkin ada bila tenaga kesehatan dan
keperawatan tidak lalai
• Fakta itu terjaberada dalam tangung jawab tenaga
kesehatan dn keperawatan
• Fakata itu terjadi tanpa kontribusi dari pasien dkl tidak
ada contributory negligence
Di dalam transaksi terapeutik ada beberapa macam
tanggung gugat antara lain:
•Contractual liability, timul sebagai akibat tidak
dipenuhinyakewajiban dari hubungan kontraktual yg telah
disepakati
•Di lapangan pengobatan, kewajiban yang harus
dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan
keberhasilan karena health care provider baik tenaga
kesehatan maupun rumah sakit bertanggung jawab atas
pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi standar
profesi/standarpelayanan
Vicarius liability
• Vicarius liability atau respondeat superior
ialah tanggunggugat yang timbul atas
kesalahan yang dibuat oleh tenaga
kesehatan yang ada dalam
tanggungjawabnya(sub ordinate),
misalnya RS akan bertanggung gugat
atas kerugian pasien yg diakibatkan
kelalaian perawat sebagai karyawannya.
Liability in tort
Pasal 1365, 1366, 1367 KUHPdt

Liability in tort adalah tanggunggugat atas perbuatan melawan hukum


(onrechtmatigedaad).
Perbuatan melawan hukum tidak terbatas hanya perbuatan yang
melawan hukum, namun juga kewajiban hukum baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap orang lain, yang berlawanan dengan
kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan
dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain
(Hogeraad 31 Januari 1919).
Sanksi
Sanksi Perdata Sanksi Pidana
Administratif
• sanksi yang dikenakan • SanksiPerdata • Disebut Hukuman
terhadap pelanggaran
• Bentuk sanksi dalam • Diatur dalam Pasal10
administrasi atauketentuan
undang-undang yang hukum perdata dapat KUHP
bersifat administratif berupa: • Bentuk Hukuman
• denda • kewajiban untuk dibedakan atas:
• pembekuan hingga memenuhi • Hukuman Pokok
pencabutan sertifikat prestasi(kewajiban) • HukumanTambahan
dan/atauizin(misalnya ijin • hilangnya suatu
praktik tenaga kesehatan),
keadaan hukum, yang
• penghentian sementara
pelayanan
diikuti dengan
terciptanya suatu
• ndakanadministratif
keadaan hukumbaru
Bentuk Akibat hukum atau Sanksi
TanggungJawab Pidana
•Pidana Badan: Kurungan, Penjara
•Pidana Denda
TanggungjawabHukumPerdata
•Gantirugi
Tanggungjawab Hukum Administrasi
•Pencabutan ijin Klinik/RS
Pertanggungjawaban secara perdata
dapat bersifat individual atau korporasi
serta dimungkinkan adanya
vicarious liability
Administrative Malpractice

• Pemerintah dalam menjalankan tugas pengawasan


memiliki kewenangan menerbitkan berbagai peraturan
perundangan dhi UU tentang Peternakan Kesehatan
Hewan beserta peraturan pelaksanaannya ( Surat tanda
register, Surat ijin Praktek dll)
• Pelanggaran atas ketentuan administratif mengakibatkan
dicabutnya ijin
PENYELESAIAN SENGKETA

Litigasi
•Proses penyelesaian sengketa melalui proses litigasi di dalam
pengadilan akan menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversarial
yang belum mampu mencakup kepeningan para pihak dan cenderung
menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaian, beaya mahal,
tidak responsif serta menimbulkan permusuhan antara para pihak

Non Litigasi
•Suatu proses penyelesaian sengketa melalui forum alternatif di luar
pengadilan (negiosiasi, mediasi, konsiliasi)
PB PDHI perlu memikirkan
Konsep Penyelesaian Sengketa
• Didasarkan pada asas atau prinsip tanggung jawab
• Berdasarkan sifat kesukarelaan dalam proses, prosedur
yang cepat, keputusan nonjudicial, prosedur
rahasia(confidential), fleksibilitas yang lebih besar dalam
merancang syarat-syarat penyelesaian masalah, hemat
waktu dan biaya
• Perlu dibentuk suatu badan khusus yang independen
• Dapat dilakukan melalui lembaga konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, penilaian ahli dan arbitrase.
MATUR NUWUN
SEMOGA SEMINAR INI MENGGUGAH
KESADARAN BARU BGI PROFESI
DOKTER HEWAN UNTUK
MENINGKATKAN MARWAH PROFESI
YANG MULIA INI

yogyakarta, 21 septemBer 2018

Anda mungkin juga menyukai