Anda di halaman 1dari 3

Sebagai pembuka, mari kita bersama-sama bersyukur kepada Allah swt atas

limpahan nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua dengan
ucapan alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tattimmus shalihât, khususnya nikmat
kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan nikmat kemerdekaan ini, kita semua
bisa menunaikan ibadah, kebaikan, aktivitas, dan semua tanggung jawab dengan
penuh ketenangan dan kenyamanan. Semoga ibadah dan kebaikan yang kita
lakukan, bisa menjadi amal yang diterima oleh Allah swt.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad saw, allahumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ alih wa sahbih, yang
telah mengajarkan kita semua perihal pentingnya menumbuhkan sifat nasionalisme
dalam diri kita semua, dan menjadikan nasionalisme sebagai salah satu awal
kejayaan suatu bangsa. Semoga Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan
kepada keluarganya, para sahabatnya, dan semua umatnya. Amin.

Selanjutnya, sebagai pembuka dalam khutbah Jumat di atas mimbar yang sangat
mulia pada siang hari ini, kami selaku khatib mengajak kepada diri sendiri,
keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini,
untuk terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah swt. Karena hanya dengan modal iman dan takwa, kita semua bisa
menjadi hamba yang selamat di dunia dan akhirat. Sebab, tidak ada bekal terbaik
yang layak untuk kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan. Sebagaimana
ditegaskan dalam Al-Qur’an:

‫َو َتَز َّو ُد وا َفِإَّن َخ ْيَر الَّز اِد الَّتْقَو ى َو اَّتُقوِن َيا ُأوِلي اَألْلَباِب‬
Artinya, “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.
Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.”
(QS Al-Baqarah [2]: 197).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Salah satu cara untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt
adalah dengan cara mensyukuri semua nikmat dan karunia yang telah diberikan
kepada kita semua, yaitu nikmat iman dan takwa, nikmat sehat jasmani dan rohani,
dan khususnya nikmat kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan nikmat
kemerdekaan ini, kita bisa menjaga dengan benar keimanan dan ketakwaan kita,
juga bisa menjaga kesehatan jasmani dan rohani kita semua.
Berkaitan dengan keharusan untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, Allah swt
berfirman dalam Al-Qur’an:

‫َم ا َيْفَع ُل ُهَّللا ِبَع َذ اِبُك ْم ِإْن َشَك ْر ُتْم َو آَم ْنُتْم َو َك اَن ُهَّللا َش اِكرًا َع ِليمًا‬
Artinya, “Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan
Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.” (QS An-Nisa’ [4]: 147).

‫َو ِإْن َتُع ُّد وا ِنْع َم َة ِهَّللا ال ُتْح ُصوها ِإَّن َهَّللا َلَغ ُفوٌر َرِح يٌم‬
Artinya, “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” (QS An-Nahl: 18).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah


Nikmat kemerdekaan yang telah Allah berikan kepada kita semua ini wajib untuk
dipertahankan dan kita jaga dengan benar. Cara untuk menjaga dan
mempertahankan kemerdekaan adalah dengan cara menumbuhkan sikap cinta
tanah air, atau yang kita kenal dengan nasionalisme. Sebab, ketika nasionalisme
sudah tertanam dalam jiwa kita, maka kita akan terus berbakti dan mengabdi pada
bangsa tercinta ini.

Selain itu, salah satu kata singkat yang sangat memotivasi kepada kita semua
tentang hal ini adalah ungkapan para ulama perihal nasionalisme, yaitu, “Hubbul
wathân minal imân-Cinta tanah air merupakan bagian dari iman.” Kalimat bijak
ini menjadi salah satu motivasi, khususnya bagi umat Islam untuk terus
menumbuhkan iman dengan sikap nasionalisme yang tinggi pada negaranya, serta
berusaha untuk mengharumkan nama bangsanya.

Representasi dari nasionalisme adalah kita akan selalu berusaha untuk selalu
berbuat baik dan benar pada bangsa dan negara. Kita tidak akan membiarkan
negara ini hancur, terpecah belah, dan tidak terarah. Hal ini sebagaimana
penjelasan Syekh Muhammad Bakri as-Shiddiqi asy-Syafi’i dalam kitab Dalilul
Falihin li Thuruqi Riyadlis Shalihin, ia mengatakan:

‫َيْنَبِغ ي ِلَك اِم ِل اِإْل ْيَم اِن َأْن ُيَعَّمَر َو َطَنُه ِباْلَع َم ِل الَّصاِلِح َو اِإْل ْح َس اِن‬
Artinya, “Sudah seharusnya bagi orang yang sempurna imannya untuk
mengonstruksi negaranya dengan perbuatan-perbuatan benar dan baik.”

Berbuat baik dan benar untuk negara adalah dengan cara berbuat adil, sejahtera,
benar, jujur, serta menghindari setiap perbuatan yang bisa merusak nama baik
bangsa, atau perbuatan yang bisa merugikan bangsa itu sendiri.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah


Selain menumbuhkan sikap nasionalisme, kita juga harus berjuang dan mengabdi
untuk bangsa Indonesia. Dengan kata lain, semua perbuatan yang kita lakukan
harus memiliki nilai manfaat untuk bangsa ini, menjaga marwah dan martabat
bangsa, berusaha untuk terus mengharumkan nama baik negara. Nah, cara terbaik
dalam hal ini adalah dengan cara memperbanyak ilmu pengetahuan dan membuang
segala kebodohan yang ada dalam diri kita.

Berkaitan dengan hal ini, Sayyid Muhammad mengatakan dalam kitab at-
Tahliyatu wat Targhib fit Tarbiyati wat Tahdzib,

‫ُهَو َأْن َتْج َتِهَد ِفي َتْح ِص ْيِل اْلُع ُلْو ِم َو الَم َع اِرِف التي ِبَها َتَتَم َّك ُن ِم ْن ِخ ْد َم ِة الَو َطِن الَع ِزْيِز َع َلى‬
‫َو ْج ِه اِاْل ْك َم اِل َفِاَّن الَج اِهَل َتَص ُّر َفاُتُه ُك ُّلَها َد ِرْيَع ٌة اَل َيْع ِرُف َم ا ِفْيَها الَم ْنَفَع ة‬
Artinya, “(Sikap nasionalisme pada negara) yaitu dengan cara berupaya untuk
mendapatkan ilmu dan pengetahuan, yang dengannya bisa mengabdi pada negara
yang mulia, dengan cara yang sempurna. Sebab, semua tindakan orang bodoh
adalah sebuah upaya yang ia tidak tahu manfaat di dalamnya.”

Anda mungkin juga menyukai