Anda di halaman 1dari 13

Menjalin Pertemanan

yang Sehat

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Guru memahami cara mendampingi peserta didik dalam
menjelaskan tentang arti “menghargai”.
2. Guru memahami cara mendampingi peserta didik dalam
menjelaskan tentang perilaku hubungan yang sehat dan tidak
sehat.

DURASI BACA
15 Menit

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

MEMPERKENALKAN PERUBAHAN
TUBUH KEPADA PESERTA DIDIK
REMAJA

Peserta didik usia remaja akan menghadapi perubahan tubuh dan


juga karakter, terutama saat mengalami pubertas. Karena
perubahan tersebut, biasanya saat puber peserta didik remaja
menjadi rentan terhadap perundungan. Hal inilah yang menjadi
urgensi bagi guru untuk dapat memberikan pengertian kepada
peserta didik remaja bahwa perubahan yang terjadi di diri mereka
adalah hal yang wajar dan tidak selayaknya itu menjadi bahan
candaan atau ejekan.

Strategi yang bisa dilakukan untuk dapat memperkenalkan


perubahan tersebut adalah melalui pembelajaran terkait pubertas.
Dalam kesempatan kali ini, guru akan kembali mendalami materi
apa saja yang bisa diberikan kepada peserta didik remaja terkait
pubertas. Selain itu, terdapat materi terkait hubungan sehat atau
pertemanan sehat yang bisa peserta didik jalin di satuan pendidikan
untuk mencegah perundungan di antara mereka.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

MATERI TERKAIT MENSTRUASI


BAGI REMAJA PEREMPUAN
Menstruasi yang terjadi kepada remaja perempuan bisa menjadi
salah satu contoh yang didiskusikan di kalangan peserta didik. Hal ini
karena menstruasi bisa menjadi alasan beberapa peserta didik
untuk merundung peserta didik lain. Pemberian pengetahuan ini
bisa mencegah perundungan terjadi.

Apa itu menstruasi?


Menstruasi merupakan salah satu tanda pubertas yang berarti
anak perempuan dapat mulai mengandung dan melahirkan
Menstruasi adalah proses alami bagi perempuan.
Menstruasi pertama mulai terjadi pada usia 10-15 tahun.
Apa yang terjadi saat menstruasi?
Saat pertama kali menstruasi, kamu mungkin merasa takut, malu
atau panik. Jangan khawatir, menstruasi adalah proses alami.
Bicaralah pada ibu, kakak, atau ibu guru.
Saat menstruasi darah akan keluar dari vagina/kelamin secara
alami selama 2-7 hari
Menstruasi biasanya terjadi satu kali setiap 21-35 hari.
Masa subur biasanya terjadi 2 minggu sebelum hari pertama
menstruasi.

Apa yang dilakukan saat menstruasi?


Pakai pembalut untuk menampung darah yang keluar dari vagina
Pembalut sekali pakai bisa dibeli di toko, warung, dan satuan
pendidikan. Pembalut sekali pakai harus diganti setiap 4 jam
sekali dan dibuang dengan dilipat terlebih dahulu bersama
bungkusnya.
3

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

MATERI TERKAIT MENSTRUASI


BAGI REMAJA LAKI-LAKI

Menstruasi yang terjadi kepada remaja perempuan bisa menjadi


salah satu contoh kejadian yang didiskusikan di kalangan peserta
didik. Hal ini karena menstruasi bisa menjadi alasan beberapa
peserta didik untuk merundung peserta didik lain. Pemberian
pengetahuan ini bisa mencegah perundungan terjadi

Apa itu menstruasi?


Menstruasi adalah anda anak perempuan tumbuh menjadi
dewasa.
Menstruasi adalah proses alami bagi perempuan.
Menstruasi pertama biasanya mulai terjadi pada usia 10-15
tahun.

Mengapa remaja laki-laki perlu tahu tentang menstruasi?


Agar bisa berlaku sopan dan menghargai perempuan
Ibu yang melahirkan dulunya adalah anak perempuan yang
mengalami menstruasi, sama seperti teman perempuanmu

Apa yang perlu dilakukan remaja laki-laki kepada remaja


perempuan yang mengalami menstruasi?
Tidak mengejek
Bersikap sopan
Tawarkan bantuan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

ILUSTRASI PERUBAHAN PUBERTAS


PADA PEREMPUAN

Sumber: UNICEF (2017)


5

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

PEMBELAJARAN YANG COCOK UNTUK


MENJELASKAN PUBERTAS KEPADA
PESERTA DIDIK REMAJA

Guru dapat melakukan kegiatan bermain peran di dalam kelas.


Permainan peran ini bisa dilakukan oleh 3 peserta didik dengan
skenario sederhana, yaitu 1 peserta didik sedang menstruasi, 1
peserta didik mengejek, dan 1 peserta didik menolong. Seorang
peserta didik perempuan diejek oleh peserta didik laki-laki karena
ada bercak darah di belakang roknya. Dia malu dan tidak mau
masuk kelas, tapi kemudian seorang peserta didik yang lainnya
memberi tahu bahwa ini bukan sesuatu yang pantas untuk
ditertawakan. Sebaiknya kita menolong, misalkan dengan
memberikan jaket untuk menutupi bercak darah tersebut.

Melalui permainan ini, guru dapat membuka ruang diskusi antara


peserta didik perempuan dan laki-laki. Mereka dapat didorong
untuk saling pengertian dan empati kepada apa yang dialami oleh
peserta didik saat mereka puber. Pesan penting yang harus
ditekankan adalah bahwa perubahan yang terjadi pada peserta
didik saat pubertas adalah hal yang wajar dan seharusnya tidak
menjadikannya bahan ejekan, justru harus menolong teman yang
membutuhkan.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

MEMPERKENALKAN KONSEP
PERTEMANAN SEHAT KEPADA
PESERTA DIDIK USIA REMAJA

Dalam memperkenalkan konsep hubungan atau pertemanan yang


sehat, guru dapat melakukan praktik sederhana di kelas. Praktik ini
hanya membutuhkan satu lembar kertas HVS yang dibagikan
kepada seluruh peserta didik. Kertas ini diibaratkan sebagai harga
diri mereka selama praktik ini berlangsung. Seluruh peserta didik
kemudian diminta untuk mendengarkan sebuah cerita yang di
dalamnya, mereka berperan menjadi salah satu tokoh yang
bernama “Dina” (cerita ada pada halaman berikutnya). Saat cerita
dibacakan, peserta didik diminta untuk mengidentifikasi hal apa
saja yang termasuk penghinaan atau hal yang tidak
menyenangkan yang menimpa mereka sebagai “Dina” di cerita
tersebut. Setiap kali ada hal yang tidak menyenangkan terjadi,
peserta didik diminta untuk menyobek sebagian kecil kertas yang
mereka pegang, dan menjatuhkannya ke lantai. Di akhir cerita,
peserta didik akan melihat berapa banyak kertas yang tersisa yang
menandakan harga diri Dina yang masih tersisa.

Di akhir sesi praktik, guru dapat menginisiasi diskusi bersama


peserta didik untuk merangkai apa yang menandakan bahwa
sebuah pertemanan adalah sebuah pertemanan yang sehat dengan
mengidentifikasi apa yang seharusnya dialami oleh Dina dalam
cerita tersebut.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

MEMPERKENALKAN KONSEP
PERTEMANAN SEHAT KEPADA
REMAJA
Cerita Rian dan Dina
Dina dan Rian adalah teman sekelas. Baru saja Dina pindah ke
kompleks perumahan yang sama dengan Rian dan mereka akhirnya
sering bertemu. Rian mengatakan kepada Dina bahwa dia itu anak
perempuan yang tidak terlalu pintar. Hanya anak laki-laki lah yang
pintar. Rian mengatakan kepada Dina bahwa dia seharusnya diam
di rumah dan tidak keluar untuk bermain karena dia adalah seorang
anak perempuan.

Kalau Rian melihat Dina bermain dengan teman-temannya, atau


bersenang-senang, Rian malah marah dan berkata kasar ‘tidak ada
yang suka denganmu’. Rian mengatakan pada Dina bahwa dia
seharusnya merasa beruntung kalau ada orang yang mau berbicara
dengannya, dan dia harusnya bersyukur karena Rian terkadang baik
dengannya. Menurut Rian, tidak ada orang lain yang mau bersikap
baik kepada Dina.

Suatu hari, Rian meminta Dina membawakan jajanan manis, namun


ternyata Dina lupa dan Rian kehilangan kendali atas emosinya. Rian
mendorong Dina dengan sangat keras. Rian mengatakan kalau Dina
itu tidak berguna, dan Rian mendorong Dina karena semua ini salah
Dina yang pelupa.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

KARAKTERISTIK PERTEMANAN SEHAT


YANG BISA DIPERKENALKAN KEPADA
PESERTA DIDIK
Pertemanan sehat:
Mendengarkan ide dan pendapat orang lain
Menghabiskan waktu berkualitas antara satu sama lain
Bekerja sama untuk menyelesaikan suatu masalah
Mengatakan sesuatu yang baik kepada satu sama lain
Mendukung satu sama lain ketika berada dalam situasi yang
sulit (masalah)
Mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan
Mengucapkan 3 kata Ajaib : Maaf, Tolong, Terimakasih
Menerima kelebihan dan kekurangan dari setiap orang

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

KARAKTERISTIK PERTEMANAN TIDAK


SEHAT YANG BISA DIPERKENALKAN
KEPADA PESERTA DIDIK

Pertemanan tidak sehat:


Seseorang memperlakukan orang lain dengan tidak baik, secara
fisik dan emosional
Mengejek nama dan mengolok-olok orang lain
Meminta orang lain mengerjakan sesuatu (contohnya: PR atau
bersih-bersih) sedangkan dirinya bersantai
Melakukan kontrol berlebihan terhadap orang lain atau
mengintimidasi
Memukul atau menyakiti orang lain secara fisik dan mental
Tidak menghargai orang lain/intoleran terhadap perbedaan

10

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

PESAN PENTING DARI CERITA


RIAN DAN DINA

“Dalam hubungan atau pertemanan yang


sehat, kedua pihak harus saling
memperlakukan pihak lain secara adil.
Artinya kedua pihak harus berlaku saling
menghargai. Orang-orang dalam hubungan
yang sehat akan saling percaya,
mendukung, mendengarkan, dan belajar
dari satu sama lain”

11

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Modul 2 :
Program Roots Indonesia

MENANAMKAN BENTUK AFIRMASI


DI ANTARA PESERTA DIDIK
Salah satu cara untuk dapat membangun pertemanan atau
hubungan yang sehat di antara teman sebaya adalah dengan
memberikan kalimat afirmasi atau pujian kepada sesama. Pujian
merupakan salah satu cara menghargai seseorang dan
mengungkapkan kekaguman terhadap sosok dia atau sesuatu yang
telah dia lakukan. Dalam pelaksanaan pelatihan Program Roots
Indonesia kepada Agen Perubahan di satuan pendidikan, biasanya
seorang guru akan memberikan tantangan kepada para peserta
didik untuk dapat memberikan pujian dalam bentuk kartu kepada
sesama Agen Perubahan dan juga peserta didik lainnya. Pujian ini
diberikan atas karakter atau keberhasilan peserta didik tersebut,
bukan kelebihan ekonomi atau fisik yang dimiliki oleh peserta didik.

Contoh pujian yang bisa ditanamkan di antara peserta didik:


“Kamu sangat tegas dan berjiwa pemimpin. Aku jadi terinspirasi,
terima kasih ya!”

Contoh pujian yang tidak tepat:


“Kamu cantik sekali, andai saya bisa secantik kamu”

Pujian yang tidak berorientasi kepada fisik maupun kekayaan dapat


memberikan pengertian pada peserta didik bahwa bentuk afirmasi
seharusnya muncul kepada apa yang sudah dilakukan.

12

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai