NAMA ANGGOTA :
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan Ke Hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyusun dan menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Dampak
Kerugian Banjir di Kawasan Desa Dringu – Kabupaten Probolinggo” dengan
tepat waktu. Penelitian ini sangatlah penting, karena dengan disusun suatu
laporan penelitian yang bertujuan mengantarkan para siswa kepada
pemahaman tentang konsep-konsep dasar dari penelitian geografi, serta
sistematika proses suatu sistem pembelajaran yang unggul dan kelak akan.
Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Sukma Tri Sukma
Dewi M.Pd selaku guru pengajar mata pelajaran bidang Geografi di SMA
Negeri 1 Kota Probolinggo yang membantu merealisasikan laporan penelitian
ini.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang
sudah mendukung dalam penyusunan makalah ini. Pihak-pihak tersebut
diantaranya yaitu :
Kedua orang tua peneliti yang telah mendukung peneliti baik secara
materil maupun secara moril.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.............................................................................................................vi
ABSTRAK.......................................................................................................................vii
BAB I.................................................................................................................................8
PENDAHULUAN.............................................................................................................8
A. Latar Belakang.......................................................................................................8
B. Rumusan Masalah..................................................................................................9
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................9
D. Definisi Istilah......................................................................................................10
E. Manfaat Penelitian................................................................................................10
BAB II.............................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................11
A. Banjir..................................................................................................................12
1. Pengertian Bencana Banjir................................................................................12
2. Karakteristik Banjir..........................................................................................12
3. Penyebab Banjir.................................................................................................13
4. Klasifikasi Potensi Daerah Rawan Banjir........................................................14
5. Dampak dari Banjir...........................................................................................14
BAB III............................................................................................................................17
METODE PENELITIAN.................................................................................................17
A. Jenis Penelitian........................................................................................................17
B. Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................................18
iii
Gambar 1. Peta Desa Dringu Kabupaten Probolinggo.....................................................19
C. Kehadiran Peneliti................................................................................................19
D. Sumber Data.........................................................................................................20
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................20
F. Teknik Analisis Data............................................................................................23
BAB IV............................................................................................................................25
HASIL PENELITIAN......................................................................................................25
PEMBAHASAN PENELITIAN....................................................................................28
A. Kesimpulan..........................................................................................................33
B. Saran....................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................35
LAMPIRAN.....................................................................................................................37
a) Pedoman Wawancara........................................................................................37
b) Foto Dokumentasi Penelitian.............................................................................38
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingkat kerugian masyarakat yang
diakibatkan oleh bencana banjir di wilayah Sungai Dringu. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan tingkat kerugian yang
dialami oleh masyarakat wilayah Desa Dringu dengan metode campuran
(mixed method). Data yang dikumpulkan melalui beberapa teknik yaitu
observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Data yang terkumpul, kemudian
dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil analisis
menunjukan bahwa ketinggian banjir yang melanda di kawasan Dringu
mencapai 1-1,5 meter. Daerah yang terkena dampak terparah yaitu RW 4. Hasil
penelitian menunjukan bahwa beberapa pandangan masyarakat, bencana banjir
yang sering terjadi setiap tahunnya tidak dapat merusak aktivitas penduduk.
Dapat diketahui berdasarkan hasil analisis kerugian akibat bencana banjir di
Dringu adalah rusaknya sarana-prasarana yang ada.
ABSTRACT
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banjir merupakan bencana alam yang seringkali terjadi di musim penghujan
yang merebak di berbagai Daerah Aliran Sungai (DAS) di sebagian besar
wilayah Indonesia. Banjir adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan
debit air sungai sehingga meluap dan menggenangi daerah sekitarnya (Dewi
dkk, 2017). Selain itu, banjir terbagi menjadi dua peristiwa, yaitu peristiwa
banjir yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan peristiwa
banjir yang terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit banjir
tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari
kapasitas pengaliran sungai yang ada.
Banjir merupakan bencana alam paling sering terjadi, baik dilihat dari
intensitasnya pada suatu tempat maupun jumlah lokasi kejadian dalam setahun
yaitu sekitar 40% diantaranya bencana alam yang lain (Darmawan dkk, 2017).
Banjir bisa terjadi karena air yang meluap disuatu tempat secara berlebihan
yang bisa diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi, tanggul yang jebol atau
karena naiknya permukaan air laut (D. Arisanty, et al., 2017). Begitu banyak
dampak yang merugikan bagi lingkungan, kesehatan, maupun kenyamanan
masyarakat. Adapun dampak umum yang banyak diakibatkan adanya banjir
adalah kerusakan material atau sarana dan prasarana yang ada, kerugian
ekonomi, banyaknya korban yang meninggal dunia, korban terluka, dan
sebagainya.
Masalah banjir merupakan masalah yang dihadapi dari tahun ke tahun.
Salah satunya yaitu daerah Dringu yang rawan terjadi banjir. Desa Dringu
adalah salah satu desa di Kec. Dringu, Kab. Probolinggo yang memiliki sungai
irigasi. Sungai ini merupakan hilir sungai yang sering terdampar banjir,
umumnya disebabkan karena curah hujan yang tinggi, tidak terkendalinya
aliran sungai, akibat kenaikan debit, pendangkalan dasar sungai, dan adanya
penyempitan sungai. Bencana alam banjir hampir pasti terjadi disetiap musim
penghujan datang (A. Nafarin, et al., 2016). Selain itu, kondisi ini juga
diperparah dengan adanya kiriman air dari Sungai Lumajang dan semakin
berkurangnya daerah resapan air. Wilayah RW 1, 2, 3 dan 4 menjadi wilayah
terancam banjir musiman di Desa Dringu, karena wilayah tersebut merupakan
wilayah yang paling dekat dengan sungai (Hayu dkk, 2022).
Bencana banjir kerap sering terjadi dalam setiap tahunnya sehingga banyak
kerugian yang disebabkan oleh banjir tersebut. Kerugian yang disebabkan baik
berupa kerugian material maupun non-material. Pada tahun 2021, peristiwa
banjir terjadi 4 kali secara berturut-turut yang menyebabkan air masuk ke
rumah warga kurang lebih sekitar 1,5 meter. Tentunya kondisi seperti ini akan
berdampak pada kelumpuhan aktivitas para warganya. Bahkan di tahun yang
sama dikabarkan bahwasannya terdapat satu rumah rusak berat dan lima rumah
rusak sedang di Dusun Gandean RT 02/RW 01, Desa Dringu. Sebagai tindak
lanjut dari peristiwa di atas, maka dibuatlah suatu karya penelitian berupa
artikel dengan judul yaitu "Analisis Dampak Kerugian Banjir di Kawasan Desa
Dringu – Kabupaten Probolinggo.”
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor penyebab utama terjadinya bencana banjir di Sungai Dringu?
2. Bagaimana dampak kerugian yang ditimbulkan dari peristiwa banjir di
9
Sungai Dringu?
3. Bagaimana tindak lanjut dari upaya penanggulangan untuk mengatasi
bencana banjir?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari melakukan penelitian ini yaitu:
D. Definisi Istilah
Definisi tentang bencana yang pada umumnya menjelaskan tentang
karakteristik gangguan terhadap pola hidup manusia, dampak bencana bagi
manusia, dampak terhadap strukur sosial, kerusakan pada aspek sistem
pemerintahan, bangunan , dan lain – lain, serta kebutuhan yang diakibatkan
oleh bencana tersebut. Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian kejadian
yang mengakibatkan korban penderitaan manusia, kerugian harta, benda,
kerusakan lingkungan, sarana dan prasarana, serta dapat menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan manusia. Sedangkan banjir
sendiri memiliki pengertian merupakan peristiwa aliran atau genangan air di
suatu wilayah yang terjadi akibat meluapnya air dari saluran yang ada melebihi
kapasitas pembuangan air disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi
topografi wilayah berupa dataran rendah hingga cekung sehingga menimbulkan
kerugian fisik, sosial dan ekonomi (Riadi Muchlisin, 2022).
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksaanaan penelitian yang telah
10
dilakukan yaitu:
a. Memberikan informasi mengenai daerah-daerah yang berpotensi rawan
terjadi banjir di Desa Dringu.
b. Memberikan informasi mengenai daerah-daerah yang aman akan bahaya
banjir di Desa Dringu.
c. Sebagai sarana pembelajaran mengenai bagaimana penyebab dan
penanganan sebagai tindak lanjut dari peristiwa banjir di Desa Dringu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
Banjir Desa Dringu merupakan prinsip interralasi yaitu hubungan alam dan
alam.
A. Banjir
1. Pengertian Bencana Banjir
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh
faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis (Manghayu Agung, 2018).
Sementara terkadang bencana banjir dapat diprediksi, dan juga tidak dapat
diprediksi. Banjir yang dapat diprediksi ketika datang pada musim
penghujan di daerah yang sering terjadi hujan terutama di kawasan sekitar
daerah Dringu. Sedangkan banjir yang tidak dapat diprediksi biasanya
terjadi pada daerah yang jarang terjadi banjir, biasanya berupa air bah atau
tanggul yang jebol. Bencana banjir dapat merugikan banyak orang, karena
banjir berdampak negatif baik kesehatan ataupun terhadap lingkungan
(Banten, 2018)
2. Karakteristik Banjir
Banjir ini dikarakterisasikan dengan cepatnya kenaikan muka air sungai/
saluran. Dan air kiriman dari sumber dan musim hujan merupakan penyebab
12
utama pada kasus bencana banjir Sungai Dringu, karena kapasitas sungai
yang tidak dapat memadai dalam menampung air yang diakibatkan adanya
pendangkalan di sungai tersebut. Menurut 4 orang warga setempat yang
menjadi narasumber, kejadian banjir Dringu tahun 2021-2022 menjadi
banjir terparah selama lima tahun terakhir dengan ketinggian yang berkisar
antara 1-1,5 meter. Banjir ini terjadi selama beberapa hari. Oleh karenanya
peneliti menyediakan data kejadian banjir di Sungai Dringu dari tahun
2021-2022.
13
Data di atas merupakan kejadian banjir dari tahun 2021-2022. Banjir di
Dringu terjadi secara tidak menentu dan seringkali banjir tersebut terjadi
pada musim penghujan sekitar bulan Januari-Mei.
3. Penyebab Banjir
Fenomena alam yang berubah (topografi) ataupun tingginya curah hujan
juga dapat memicu penyebab terjadinya banjir (Apriyanza, Amri, and
Gunawan 2018), serta kondisi geografisnya juga bisa menjadi pengaruh
terjadinya bencana banjir. Ruang terbuka hijau di beberapa wilayah yang ada di
Indonesia sangatlah kurang, sehingga penyerapan air ke dalam tanahpun juga
kurang. Melihat kondisi yang seperti ini, maka bukan hanya pemerintah yang
harus bergerak mengatasi banjir yang hampir terjadi setiap musim hujan ini,
tetapi juga harus ada kesadaran dari diri tiap individu atau masyarakat untuk
menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan menjaga serta melestarikan
kehijauan lingkungan masing-masing. Bahkan saat ini, di beberapa wilayah
yang ada di Indonesia sudah penuh dengan bangunan-bangunan, sehingga
banyak sampah rumah tangga yang dihasilkan yang kemudian malah dibuang
ke sungai sekitar (R. Afrian, 2021).
14
Ruang terbuka hijau di beberapa wilayah yang ada di Indonesia sangatlah
kurang, sehingga penyerapan air ke dalam tanah juga berkurang. Melihat
kondisi yang seperti ini, maka bukan hanya pemerintah yang harus bergerak
mengatasi banjir yang hampir terjadi setiap musim hujan ini, tetapi juga harus
ada kesadaran dari diri tiap individu atau masyarakat untuk menjaga kebersihan
lingkungan sekitar dan menjaga serta melestarikan kehijauan lingkungan
masing-masing. Saat ini di beberapa wilayah yang ada di Indonesia sudah
penuh dengan bangunan-bangunan, sehingga banyak sampah rumah tangga
yang dihasilkan yang kemudian malah dibuang ke sungai sekitar (R. Afrian,
2021).
Fenomena yang kerap kali terjadi ini, contohnya seperti banjir di wilayah
Dringu yang tentunya telah merugikan sebagian masyarakat disana. Sehingga
mampu menimbulkan sejumlah kerugian, baik itu berupa kerugian material
maupun non-material. Pada tahun 2021 merupakan fenomena banjir yang
sangat memberikan dampak terhadap masyarakat. Hal ini dikarenakan banjir di
kala itu terjadi dengan ketinggian air yang mencapai atap rumah warga, serta
menyebabkan rusaknya tanggul sungai, sehingga luapan air sungai juga turut
bertambah.
15
6. Upaya Penanggulangan Banjir
Kejadian banjir yang terjadi di setiap musim penghujan justru semakin
menjadikan masyarakat setempat menjadi lebih sigap, tangguh, dan siaga
terhadap cara penanganan ketika bencana banjir sudah sering melanda di
sekitar. Dan rata-rata respon tindakan yang dilakukan oleh warga sekitar
setelah terjadi banjir, yaitu sembari menunggu hujan reda dengan sendirinya di
rumah masing-masing dan tidak ada yang melakukan aktivitas pengungsian.
Mereka melakukan demikian ketika terjadi banjir, sebab masyarakat
menganggap hal biasa dan lumrah terjadi terlebih dengan kondisi derasnya
hujan yang tidak memungkinkan.
Opsi lainnya cukup memungkinkan yaitu melakuan pengungsian hanya
ketika banjir sudah sangat parah. Ketika air mulai surut dengan sendirinya,
kemudian air tersebut akan mengalir menuju aliran pembuangan. Sebenarnya
cara seperti ini, masih kurang optimal untuk dilakukan sebagai upaya
pencegahan sebagai solusi terjadinya banjir. Masih perlu adanya beberapa cara
meliputi pembangunan atau perbaikan tanggul, pembuatan resap biopori,
penanaman reboisasi, serta dilakukan early warning system (peringatan dini)
supaya pihak sekitar yang terkait dapat melakukan antisipasi sejak dini
sehingga dapat meminimalisir dampaknya. Upaya agar setiap rumah membuat
sumur resapan untuk menampung air hujan, sehingga dapat mengurangi banjir
dan menambah cadangan air tanah. Dan juga melalui kegiatan bersih desa yang
bertujuan untuk membersihkan lingkungan sekitar selepas air banjir dirasa
mulai surut, dikarenakan lumpur di jalan yang tidak bisa dilewati. Selain itu,
kendala utama diyakini berasal dari kondisi masyarakat itu sendiri.
Peningkatan jumlah penduduk, kepadatan pemukiman, serta sikap masyarakat
terhadap bencana banjir diyakini memiliki relevansi terhadap keberhasilan
program-program pemerintah untuk menangani masalah banjir.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode kualitatif yaitu
jenis penelitian yang mengeksplorasi dan memahami makna di sejumlah
individu atau sekelompok orang yang berasal dari masalah sosial (Cresswell,
2016). Sehingga berdasarkan metode yang digunakan, tentunya jenis penelitian
pada laporan penelitian yang berjudul “Analisis Dampak Kerugian Banjir di
Kawasan Desa Dringu – Kabupaten Probolinggo.” juga menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif.
17
teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi
pustaka. Data dalam penelitian ini kemudian akan dianalisis secara kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan suatu prosedur yang menghasilakan data
deskriptif berupa kata tertulis, atau lisan orang-orang atau perilaku yang
diamati (Moleong, 2001: 103). Metode tersebut dilakukan bertujuan untuk
menganalisis secara deskriptif banyaknya dampak kerugian yang ditimbulkan
oleh bencana banjir dari Sungai Dringu.
18
Banyak penulis maupun peneliti yang telah mencoba mendefinisikan terkait
dengan penelitian kualitatif, sekaligus berpendapat bahwa penelitian kualitatif
adalah strategi penelitian yang akan lebih menekankan pada ‘kata-kata‘,
daripada adanya suatu pengukuran dengan menggunakan angka dalam
pengumpulan dan analisa datanya.
19
memperoleh data yang yang sesuai dengan judul penelitian.
C. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti bertindak sebagai instrumen, sekaligus pengumpul data.
Instrumen selain manusia juga dapat digunakan, namun fungsinya terbatas
sebagai pendukung tugas, sedangkan peneliti sebagai instrumen kunci. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini yang menggunakan metode campuran
(mixed method) adalah sebuah jenis penelitian yang mengumpulkan,
menganalisis, dan mengkombinasikan metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif dalam suatu rangkaian penelitian untuk memahami permasalahan
penelitian (Cresswell, 2015). Jika peneliti ingin memilih rancangan penelitian
ini, maka sangat diperlukan untuk memahami tentang penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Kehadiran peneliti adalah mutlak, sebab peneliti harus berinteraksi
dengan lingkungan, baik manusia maupun non-manusia yang ada dalam
penelitian.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh. Data
merupakan hasil pencatatan baik berupa fakta dan angka yang dijadikan bahan
untuk menyusun informasi. Dan dalam hal ini yang menjadi sumber data
semisal komunitas sepeda. Ditinjau berdasarkan pengertian di atas, subyek
penelitian dicmana subyek tersebut akan diambil datanya dan selanjutnya akan
diambil kesimpulannya, atau sejumlah subyek yang akan diteliti dalam suatu
penelitianyang digunakan :
Dalam penelitian yang dilakukan penulis menggunakan dua sumber data
yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari objek yang diteliti oleh
orang atau organisasi yang sedang melakukan penelitian. kami mengambil
data ini dari hasil wawancara secara langsung dari kepala desa dan warga
dari desa-desa di daerah Kabupaten Dringu yang terkena bencana banjir.
20
2. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang diperoleh dari pengumpulan data yang
menunjang data primer. Data sekunder dalam penelitian ini adalah
teks/literatur/jurnal jurnal yang berhubungan dengan bencana banjir di
dringu. Selain itu, peneliti juga mengambil data dari Kantor Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Probolinggo. Data-data tersebut ambil meliputi
data jumlah penduduk, luas wilayah, dan penggunaan lahan.
2. Wawancara
Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2019) merupakan
percakapan dua orang di mana mereka berbagi ide dan informasi, kemudian
dapat disaring menjadi sebuah kesimpulan atau interpretasi dari topik yang
21
sedang dibahas. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari informan dengan
cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada ketua balai desa
dringu dan BPBD untuk mengetahui informasi atau data tentang rekapitulasi
bencana banjir dringu, kerugian yang ditimbulkan, serta bantuan yang telah
diterima. Ketika mengoperasikan metode wawancara ini, peneliti
menggunakan interview terpimpin atau bebas terarah, artinya peneliti sudah
menyiapkan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada informan,
akan tetapi wawancara yang peneliti kehendaki sifatnya tidak mengikat,
sehingga bisa jadi muncul penambahan atau pengurangan pertanyaan.
3. Studi Pustaka
Riset kepustakaan atau sering disebut juga studi pustaka, menurut Zed
(2014: 3) adalah serangkaian kegiatan penelitian yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, kemudian membaca dan mencatat serta
mengolah bahan penelitian tersebut. Lebih lanjut, Sugiyono (2018: 291)
mengatakan bahwa studi kepustakaan berkaitan dengan kajian secara teori
melalui referensi-referensi terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang
berkembang pada situasi sosial yang diteliti
Menurut Zed (2014: 3) ada tiga alasan pemilihan studi pustaka digunakan
sebagai metode penelitian, yakni:
1) Persoalan penelitian hanya bisa dijawab melalui penelitian pustaka dan
tidak mungkin mengharap data dari lapangan,
2) Perlu dilakukan studi pendahuluan untuk memahami gejala yang ada di
masyarakat, dan
3) Data pustaka tetap handal dalam menjawab persoalan penelitian.
Selain itu juga, terdapat ciri utama studi kepustakaan menurut Zed (2008)
meliputi:
1) Peneliti berhadapan langsung dengan teks atau data angka dan bukan
dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa
kejadian, orang, atau benda-benda lainnya.
22
2) Data pustaka bersifat siap pakai artinya peneliti tidak pergi kemana-man
kecuali berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia
di perpustakaan.
3) Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, artinya peneliti
memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan
pertama di lapangan.
4) Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Laporan penelitian ini sengaja disusun atas prinsip kesederhanaan dan
kemudahan. Prinsip ini sengaja dipilih mengingat adanya keterbatasan
kemampuan peneliti yang belum mampu melakukan kajian pustaka secara
mendalam dan lebih detail. Selain itu, tujuan dari penggunaan asas
kesederhanaan dan kemudahan adalah mempermudah pembaca memahami
inti isinya.
23
Adapun model interaktif yang perlu dijalankan untuk teknik analisis data
yaitu sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode
pengumpulan data dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan
masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpul data.
2. Reduksi data
Data yang diperoleh dari sumber referensi yang sangat banyak karena itu
perlu untuk difokuskan lagi pada hal-hal yang penting untuk dicari. Data
yang sudah direduksi tersebut akan mempermudahkan penulis dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
3. Display data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Penyajian dilakukan dalam bentuk kategori yang akan memudahkan
penulis untuk memahami data tersebut
4. Penarikan kesimpulan
Data tersebut akan dilihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam
melakukan perancangan standart operational procedure dan akan
diimplementasikan sesuai dengan kemampuan. Ini merupakan tahap akhir
dari proses pengelohan data melalui pendekatan kualitatif.
Dari serangkaian model interaktif yang telah disajikan tentunya baik metode
penelitian secara kualitatif maupun kuantitatif sama-sama saling memiliki
kerumitan tersendiri. Walaupun dengan cara penyajian hasil data yang berbeda,
keduanya sangatlah penting dalam kegiatan kepenelitian pada seorang peneliti.
Sebab apabila unsur dari metodologi yang digunakan dalam pelaksanannya
tidak ada, maka apalah arti dari sebuah penelitian tanpa ada suatu laporan dari
hasil datanya.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian
25
2) 27 Daerah Dringu diterjang kembali dan hanya sebatas banjir biasa.
Februari
2021
4) 9 Maret Setelah hujan deras yang beberapa jam terus mengguyur, kemudian
2021 terjadilah banjir bandang.
7) 6 Februari Bencana banjir genangan air mencapai separuh badan orang dewasa
2022 jika diluar rumah
26
B. Dampak Banjir Dringu
Banjir di wilayah Dringu ini tentunya telah merugikan bagi masyarakat
disana, sehingga menimbulkan kerugian, baik itu berupa kerugian material
maupun non-material. Pada tahun 2021 merupakan banjir yang memberikan
dampak terhadap masyrakat. Hal ini dikarenakan banjir pada tahun 2021 terjadi
hingga ketinggiannya mencapai atap rumah serta menyebabkan rusaknya
tanggul sungai sehingga luapan air sungai bertambah. Di tahun yang sama
dikabarkan bahwasannya terdapat satu rumah rusak berat dan lima rumah rusak
sedang di Dusun Gandean RT 02/RW 01, Desa Dringu. Daerah terparah yang
terdampak banjir berada di RT 2 RW 1. Di mana wilayah RW 1, 2, 3 dan 4
menjadi wilayah terancam banjir musiman di Desa Dringu, karena wilayah
tersebut merupakan wilayah yang paling dekat dengan sungai. Sungai yang
mulanya memiliki lebar hanya sekitar 12 meter sebelum banjir terparah pada
tahun 2021-2022 masih jauh dari permukiman warga, sehingga dengan
terkikisnya daerah aliran sungai yang terjadi banjir setiap tahunnya lebar
sungai menjadi sekitar 20 meter. Desa Dringu merupakan wilayah rawan
bencana banjir sekaligus merupakan wilayah yang dekat dengan laut. Oleh
karena itu, setiap musim hujan di Desa Dringu mengalami bencana banjir
ringan, banjir bandang, hingga banjir rob.
C. Upaya penanggulangan
Kejadian banjir yang terjadi setiap musim penghujan mengakibatkan
masyarakat menjadi tangguh terhadap bencana banjir. Masyarakat setempat
sudah memiliki persiapan sebelum terjadi banjir. Tindakan yang dilakukan oleh
warga sekitar setelah terjadi banjir adalah menunggu hujan, hingga reda di
rumah masing-masing dan tidak ada yang melakukan pengungsian. Hal ini
dilakukan ketika terjadi banjir yang di anggap biasa oleh masyarakat,
27
pengungsian dilakukan hanya ketika banjir parah. Ketika air sudah mulai surut,
air akan dialirkan menuju pembuangan. Terdapat kegiatan bersih desa untuk
membersihkan lingkungan setelah banjir mulai surut, dikarenakan lumpur di
jalan yang tidak bisa dilewati.
BAB V
PEMBAHASAN PENELITIAN
Pembahasan Penelitian
28
Gambar di atas merupakan banjir ringan yang terjadi pada tanggal 14
Januari 2022. Bencana banjir di atas merupakan banjir ringan yang terjadi
pada malam hari. Masyarakat menganggap bencana banjir di tahun 2022 ini
sebagai genangan air yang biasa terjadi setelah hujan. Beberapa pandangan
masyarakat Desa Dringu bahwa bencana banjir yang sering terjadi setiap
tahunnya tidak dapat merusak aktivitas penduduk Desa Dringu. Kegiatan
sehari-hari penduduk desa Dringu akan tetap dilakukan selama fenomena
bencana banjir tidak berdampak besar terhadap masyarakat Desa Dringu.
Masyarakat Desa Dringu sudah terbiasa dengan banjir dengan begitu lebih
meringankan beban masyarakat sekitar untuk menjaga mental dan
kewaspadaannya terhadap serangan bencana banjir.
2) Banjir bandang
Daerah aliran sungai (DAS) pasca bencana banjir bandang yang
merupakan titik jebolnya penahanan air atau tanggul sungai. Banjir bandang
yang mengakibatkan banyak kerusakan rumah, fasilitas umum seperti jalan
dan yang lainnya, sehingga menciptakan rasa empati terhadap masyarakat
Kabupaten Probolinggo. Oleh karena itu, Desa Dringu pasca bencana banjir
bandang mendapatkan banyak bantuan dari berbagai organisasi bahkan dari
luar kota. Sekitar dua minggu masyarakat Desa Dringu yang terdampak
bencana banjir bergantung dengan bantuan-bantuan tersebut, seperti
makanan, bahan-bahan pokok, bahkan pakaian. Karena fasilitas dapur di
sebagian rumah penduduk mengalami kerusakan parah sehingga
membutuhkan waktu untuk memulai hidup seperti semula.
3) Banjir rob
Di Desa Dringu pernah terjadi banjir rob pada tahun 2017 yang mencapai
sampai ke permukiman warga. Pasang surut atau proses naik turunnya muka
air laut secara teratur yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari
juga berkontribusi terhadap bencana banjir rob (Diposaptono, 2011-87).
Desa Dringu yang memiliki perbatasan dengan teluk madura tentu pesisir
merupakan bagian dari Desa Dringu. dekatnya permukiman Desa Dringu
dengan pantai memberikan kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya
merupakan Desa Dringu memiliki daerah wisata yang sering dikunjungi
29
sebagai tempat wisata yaitu pantai pesona yang terletak di Desa Dringu.
Sedangkan kekurangannya, yaitu memiliki potensi bencana banjir akibat
pasang surutnya air laut. Setelah terjadinya bencana banjir bandang tahun
2021 di Desa Dringu membuat masyarakat mulai berempati terhadap
masyarakat yang terdampak bencana banjir bandang. Masyarakat Desa
Dringu yang terkena dampak tidak begitu parah memiliki rasa simpati untuk
lebihh peduli, sehingga membentuk sebuah komunitas relawan untuk
membantu masyarakat yang terdampak bencana Banjir Bandang.
Kejadian banjir yang terjadi setiap musim penghujan mengakibatkan
masyarakat menjadi lebih tangguh terhadap bencana banjir. Masyarakat
setempat sudah memiliki persiapan sebelum terjadi banjir. Tindakan yang
dilakukan oleh warga sekitar setelah terjadi banjir adalah menunggu hujan,
hingga reda di rumah masing-masing dan tidak ada yang melakukan
pengungsian. Hal ini dilakukan ketika terjadi banjir yang di anggap biasa
oleh masyarakat, pengungsian dilakukan hanya ketika banjir parah. Ketika
air sudah mulai surut, air akan dialirkan menuju pembuangan. Terdapat
kegiatan bersih desa untuk membersihkan lingkungan setelah banjir mulai
surut, dikarenakan lumpur di jalan yang tidak bisa dilewati.
30
bermuara pada kerakusan manusia.
Meskipun perlu dilakukan kajian penelitian yang lebih jauh terhadap
bencana banjir Dringu, namun setidaknya telah menjadi sinyal bahwa
Kabupaten Probolinggo tengah menghadapi krisis sosio-ekologis yang nyata
adanya. Di mana banyak ditemukan bahwa di bagian tepi dan inti dari Sungai
Dringu terlihat sejumlah tumpukan sampah warga yang menggunung dan
justru menyebabkan terjadinya pendangkalan tanah sungai. Tentunya hal itu
akan semakin parah, apabila tidak disikapi dengan lebih bijak dan serius.
Kerentanan memiliki pengertian, yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang
memilki potensi untuk terjadi atau terkena bencana dan dapat menghancurkan
permukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya,
maupun kerugian ekonomi jangka panjang berupa terganggunya roda
perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumber daya alam lainnya.
Adapun kerentanan yang terjadi akibat bencana banjir di Desa Dringu
sebagai berikut:
1. Kerentanan fisik yang menggambarkan
Tingkat kerusakan terhadap fisik (infrastruktur ataupun sarana dan
prasarana, apabila terdapat faktor berbahaya yang tidak dapat terkendali.
Pada bencana banjir di Desa Dringu sudah sering mengalami kerusakan
pada rumah warga, bahkan jalan disekitarnya pun yang memiliki peran
penting bagi aktivitas masyarakat sekitar, serta kepadatan bangunan fasilitas
yang turut terkena bencana.
2. Kerentanan sosial yang menunjukkan perkiraan
Tingkat kerentanan terhadap keselamatan jiwa atau kesehatan penduduk
akan terancam. Sebab banjir yang telah melanda Desa Dringu tergolong
dalam banjir atau bencana musiman, sehingga terkadang masyarakat sekitar
dapat mengenal dengan jelas tanda-tanda akan terjadinya suatu bencana.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa banjir di Desa Dringu jarang
memakan banyak korban dari yang luka-luka hingga meninggal dunia. Dari
beberapa indikatornya antara lain, yaitu kepadatan penduduk, pertumbuhan
penduduk, dan rasio penduduk usia tua-balita, rasio jenis kelamin.
3. Kerentanan ekonomi yang menggambarkan besarnya kerugian
31
Tingkat kerentaan terhadap ekonomi juga amat perlu diperhatikan
sebagai solusi permasalahan ketika terkena bencana sehingga munculnya
suatu ancaman yang tidak dapat diprediksi. Indikator yang dapat dilihat
menunjukkan tingginya tingkat kerentanan ini, semisal terdapat persentase
rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian tentunya akan merasa
kesulitam untuk melakukan berbagai rutinitas hariannya. Karena kondisi
lahan yang telah rusak akibat bencana banjir, beserta turut memengaruhi
kerentanan terhadap persentase rumah tangga masyarat miskin.
4. Kerentanan lingkungan menggambarkan hidup
Suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan. Masyarakat yang
tinggal di suatu daerah yang rentan dari segi kondisi fisik lingkungan secara
geografis yang mudah terkena bencana. Dan kondisi lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan yang bersifat alami, kedekatan dengan sumber
penyebab banjir, beserta penghitungan terhadap kerugian dari banyaknya
daerah rawan yang terkena dampaknya.
32
BAB VI
A. Kesimpulan
Banjir merupakan bencana alam yang seringkali terjadi di musim penghujan
yang merebak di berbagai Daerah Aliran Sungai (DAS) di sebagian besar
wilayah Indonesia. Salah satunya daerah yang sering terkena banjir yaitu
wilayah Dringu. Desa Dringu adalah salah satu desa di Kecamatan Dringu,
Kabupaten Probolinggo yang memiliki sungai irigasi. Penyebab utama dari
fenomena banjir di daerah tersebut adalah Sungai Dringu atau sungai irigasi
tersebut sering terdampar banjir. Faktor-faktor yang menjadi pemicu sungai itu
terdampar banjir antara lain: curah hujan yang tinggi, tidak terkendalinya aliran
sungai, akibat kenaikan debit, pendangkalan dasar sungai, dan adanya
penyempitan sungai. Selain itu, kondisi ini juga diperparah dengan adanya
kiriman air dari Sungai Lumajang dan semakin berkurangnya daerah resapan
air. Banjir di wilayah Dringu ini tentunya telah merugikan bagi masyarakat
disana, sehingga menimbulkan kerugian, baik itu berupa kerugian material
maupun non-material.
Pada tahun 2021, peristiwa banjir terjadi 4 kali secara berturut-turut yang
menyebabkan air masuk ke rumah warga kurang lebih sekitar 1,5 meter.
Kondisi ini berdampak pada kelumpuhan aktivitas para warganya. Bahkan di
tahun yang sama dikabarkan bahwasannya terdapat satu rumah rusak berat dan
lima rumah rusak sedang di Dusun Gandean RT 02/RW 01, Desa Dringu. Serta
terjadi kerusakan tanggul yang menyebabkan luapan air sungai terus bertambah
dan menggenangi wilayah Desa Dringu. Setiap musim penghujan, wilayah
Desa Dringu selalu mengalami bencana banjir ringan, banjir bandang, dan
pernah terjadi banjir rob.
33
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, berikut terdapat saran yang
perlu diperhatikan, yaitu:
1) Diperlukan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah daerah untuk
membuat lubang biopori, pembersihan sungai dari sampah yang menumpuk,
dan pengerukan sungai yang dangkal secara rutin untuk mencegah bencana
banjir.
2) Diperlukan data sekunder yang lebih lengkap terkait informasi banjir yang
terjadi di kawasan tersebut.
34
DAFTAR PUSTAKA
Rosyidie, A. (2013). Banjir: fakta dan dampaknya, serta pengaruh dari perubahan
guna lahan. Jurnal perencanaan wilayah dan kota, 24(3),
241-249.
Muhamad, R. T., Sekarningrum, B., & Agma, Y. M. (2017). Modal Sosial Dalam
Penanggulangan Bencana Banjir (Kasus Di Kabupaten
Bandung, Jawa Barat). Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Sosiologi, 1(2), 101-114.
Wahyuni, H., Suhartini, E., Arifiyanti, J., & Sosio, S. (2022) Capacity Building of
Society Affected By Floods Through “Local Volunteer
Community” In Dringu Village Probolinggo City.
Rahim, A., & Yudhastuti, R. (2018). Pemetaan Dan Analisis Faktor Risiko
Lingkungan Kejadian Leptospiros Berbasis Sistem Informasi
Geografis (Sig) Di Kabupaten Sampang. Jurnal Universitas
Airlangga.
36
LAMPIRAN
a) Pedoman Wawancara
1. Bagaimana awal terjadinya banjir?
12. Apa saja kerugian yang bapak/ ibu rasakan dari banjir ini?
13. Bagaimana tanggapan bapak/ ibu mengenai banjir yang sering menerpa
daerah ini?
37
b) Foto Dokumentasi Penelitian
38