Anda di halaman 1dari 37

#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Orang kafir tidak diwajibkan


berpuasa, begitu pula
1 Islam
menqadha’ puasa apabila ia
masuk islam (1)

Mukallaf yakni : baligh (2)


2 Mukallaf dan berakal.

Orang yang tidak mampu


Syarat Wajib Mampu berpuasa, baik secara hakiki
3 atau syar’i maka tidak wajib
Puasa Berpuasa
berpuasa. (3)

Tidak wajib berpuasa atas


4 orang sakit yang
Sehat membuatnya berat saat
berpuasa (4)

Tidak wajib puasa bagi


5 Muqim musafir (yang safarnya
membolehkan qashar)

Footnote :

(1) Orang kafir terbagi menjadi dua :


1) Kafir murtad, bila ia masuk islam lagi maka wajib menqadha’ puasa yang telah
ia tinggalkan selama murtad.
2) Kafir asli, bila ia masuk islam maka tidak wajib menqadha’ puasa yang telah lalu
(2) Anak kecil yang belum baligh belum wajib berpuasa, apabila mereka berpuasa maka
terhitung sebagai puasa sunnah.
(3) Orang yang tidak mampu secara hakiki adalah : orang tua renta, dan sakit yang tak
ada harapan sembuh baginya. Adapun orang yang tidak mampu secara syar’i
adalah wanita haidh dan nifas.
(4) Yakni sakit yang ketika berpuasa membuatnya semakin parah, atau memperlambat
proses kesembuhan, atau bahkan menyebabkan kematian.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Bila seseorang murtad saat


1 puasa (walaupun sebentar
Islam saja) maka puasanya
tidak sah. (1)

Bila seseorang hilang akalnya


karena gila (walaupun
2 Berakal sebentar) maka tidak sah
puasanya.(2)
Syarat Sah
Puasa

Suci dari Wanita yang keluar haidh di


3 haidh dan tengah hari, maka batal
puasanya (3)
nifas

Mengetahui Yakni mengetahui bahwa


4 bahwa hari hari tersebut bukan
tsb sah untuk termasuk hari yang dilarang
berpuasa. (4)
berpuasa

Footnote :

(1) Bila orang kafir (bukan karena murtad) masuk islam pada siang hari maka
disunnahkan baginya imsak (menahan dari pembatal puasa) hingga maghrib.
(2) Adapun bila hilang akal karena pingsan, bius, atau epilepsy, maka ada perincian
khusus terkaitnya di pembahasan pembatal puasa, in-syaa’a Allah.
(3) Bila seorang wanita suci dari haidh pada waktu siang, maka ia disunnahkan pula
untuk imsak hingga maghrib.
(4) Bila ia berpuasa di hari yang diharamkan berpuasa, seperti hari ‘id, maka puasanya
tidak sah.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Hukum Puasa Ketika Sakit

Apabila sakitnya ringan Apabila sakitnya Apabila sakitnya


dan tidak berpengaruh membahayakan membuatnya berat dan
apa-apa bila ia berpuasa, tubuhnya, bahkan bisa lemah, namun tidak
seperti pilek, atau sakit menyebabkan kematian sampai membayakan
kepala ringan. saat ia berpuasa tubuhnya.

Wajib meneruskan puasa Wajib berbuka Lebih utama berbuka


(haram baginya berbuka) (haram baginya berpuasa) (makruh baginya berpuasa)

Keterangan :
Untuk mengambil keringan (rukhshah) kebolehan
berbuka / tidak berpuasa , ia tidak harus menunggu
ketetapan dari dokter muslim yang adil, namun
cukup baginya dengan adanya dugaan kuat atau
pengalaman yang ia ketahui.

Hukum Puasa Ketika Safar

Bila puasa ketika safar


Bila puasa ketika safar Bila puasa ketika safar
membayakan
membuatnya merasa tidak membuatnya
keselamatan dan
berat dan lemas. merasa berat dan lemas
kesehatannya.

Lebih utama baginya tidak Lebih utama baginya tetap Wajib baginya tidak
berpuasa berpuasa berpuasa (berbuka)
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

1
Safarnya adalah safar yang jauh (thawil)
yakni 2 marhalah (kurang lebih 82 km)

Safar tersebut adalah safar yang mubah,


2 yakni bukan safar maksiat, seperti safar
untuk berdagang khamr
termasuk safar yang mendapat keringanan ialah safar
yang makruh, seperti safarnya seseorang sendirian.
Begitu pula safar yang sunnah, seperti safar untuk
menjenguk orang tua yang sakit

Menuju tempat yang jelas, meskipun


3
hanya arahnya
Perincian Tentang Tidak mendapat keringanan orang yang bepergian namun
tak memiliki tujuan pasti, walaupun ia telah menempuh
Safar Yang jarak 2 marhalah
Membolehkan
Seseorang Berbuka Safar tersebut untuk tujuan yang baik,
4
Puasa seperti berdagang
Berbeda jika tidak ada tujuan baik, seperti jalan-jalan
hanya untuk melihat suatu wilayah, atau sekedar hiburan.

5 Telah melewati batas wilayah ia tinggal


Apabila masih berada di wilayah (desa) ia tinggal, maka
Keenam syarat ini adalah belum bisa mengambil keringanan
syarat safar yang
membolehkan seseorang Mengambil keringanan berbuka saat
menqashar shalat 6
sedang dalam safarnya
Apabila sudah sampai di tempat tujuan dan ia sudah
berstatus muqim, maka wajib meneruskan puasanya.

7 Memulai safar sebelum subuh


Apabila ia memulai safar dalam keadaan sudah
berpuasa, maka wajib meneruskan puasanya
❑ Tanbih : saat ia berbuka di tengah safar wajib berniat
mengambil keringanan (niat tarakhus)
Bekal Puasa Ramadhan Kitab Puasa

1 Niat

Syarat pada niat puasa Ramadhan :

o Yakni wajib berniat saat malam hari,


TABYIT dari maghrib sampai sebelum terbit
fajar. (1)

Rukun o Yakni wajib menentukan jenis puasa


Puasa TA’YIN yang akan ia kerjakan, yang dalam hal
ini adalah puasa Ramadhan

o Yakni wajib memperbaharui niat


TAKRAR setiap malamnya, tidak cukup hanya
berniat di awal bulan. (2)

Meninggalkan hal-hal yang


2 membatalkan puasa dari terbit fajar
hingga tenggelam matahari.

Footnote :

(1) Hal ini berdasarkan hadits Nabi ‫ ﵌‬yang diriwayatkan oleh Hafshah :
ِ ِ
َ‫ل ا ْل َف ْجر َف ََل ص َيا َم ل ُه‬ ‫ب‬ َ
‫ق‬ ‫م‬ ‫ا‬‫ي‬ ‫الص‬ِ ‫ت‬
ْ ِ
‫ي‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫م‬ َ
‫ل‬ ‫ن‬ ‫م‬
َ ْ َ َ ِّ ِّ َ ُ ْ َ ْ
“Barangsiapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar,
maka tidak ada puasa untuknya.”
Faidah : hukum asalnya waktu niat adalah bersamaan dengan awal melakukan
ibadah, seperti ketika dalam sholat, maka waktu berniat adalah ketika takbiratul
ihram, namun berbeda dalam puasa fardhu, bila seseorang berniat bersamaan
dengan awal puasa (yakni terbitnya fajar) maka tidak sah puasanya berdasarkan
hadits Hafshah di atas.
(2) Hal ini dikarenakan puasa pada setiap harinya adalah ibadah tersendiri, yang tidak
ada kaitannya antara satu hari dengan yang lainnya.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Perbedaan Antara Niat Puasa Fardhu


Dengan Puasa Sunah

Niat Puasa fardhu Niat Puasa sunnah


❑Waktu niat dari maghrib hingga ❑ Wajib berniat dari maghrib hingga
terbit fajar. tergelincir matahari.
Keterangan : seorang yang bisa meniatkan puasa pada siang hari sebelum tiba
waktu dhuhur, dengan syarat belum melakukan pembatal puasa sejak terbitnya
fajar, namun ia hanya mendapat pahala sejak ia meniatkan puasa.
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ummul mukminin A’isyah :
“Nabi pernah menemuiku pada suatu hari lantas beliau berkata, “Apakah kalian
memiliki sesuatu untuk dimakan?” Kami pun menjawab, “Tidak ada.” Beliau
pun berkata, “Kalau begitu saya puasa saja sejak sekarang.” (HR. Muslim).

❑Wajib menentukan puasa yang ❑ Tidak wajib ta’yin, kecuali puasa yang
dilakukan (ta’yin) memiliki waktu tertentu, seperti puasa
‘Arafah.

❑ Tak boleh menggabungkan dua ❑ Boleh menggabungkan dua puasa


puasa fardhu dalam satu niatan sunnah dalam satu niatan sehari
sehari
ada beberapa perincian mengenai menggabungkan niat 2 ibadah dalam satu waktu : (*)

Menggabung antara puasa Menggabung antara puasa Menggabung antara puasa


fardhu dengan puasa fardhu dengan puasa sunnah dengan puasa
fardhu lain. Sunnah. sunnah lain.

Misalkan menggabung antara Bila puasa sunnahnya ghaira Keduanya sah dan mendapat
niat puasa qadha’ dengan maqshudah li dzatihi (tidak pahala , dengan syarat puasa
puasa kaffarah, maka diperintahkan syariat secara khusus) tsb ghaira maqshudah li
keduanya tidak sah. maka sah, dan mendapat pahala dzatihi, seperti menggabungkan
keduanya, seperti menggabung antara puasa ayyamul bidh
puasa qadha’ dengan puasa senin. dengan puasa senin.

(*) Perincian tentang masalah ini bisa merujuk ke kitab “al-Qowaid al-Fiqhiyyah”
karya Syaikh Abdurrahman as-Saqqaf, terbitan darud dhiya, hal. 144 -161
PEMBATAL-PEMBATAL PUASA
(bagian 1)
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Pembatal-Pembatal Puasa

Membatalkan pahala puasa, Membatalkan puasa dan


namun tetap sah puasanya pahalanya

disebut dengan : disebut dengan :


Al-Muhbithat Al-Mufatthirat

Tidak wajib menqadha’ Wajib menqadha’ puasa

(akan dibahas di halaman berikutnya)

Penulis menyebutkan ada 6 perkara yang bisa


membuat pahala puasa seseorang hangus :

1 Ghibah 2 Namimah

o Yaitu berbicara tentang orang lain o Yakni memindahkan perkataan


dengan hal-hal yang tidak seseorang ke orang lain dengan
disukainya, meskipun hal tersebut tujuan memunculkan permusuhan
benar ada pada dirinya. atau fitnah (adu domba)

3 Berbohong 4 Sumpah palsu

o Yakni mengatakan sesuatu yang o Yakni sumpah yang diucapkan


tidak sesuai dengan kenyataannya. untuk menipu dan mengkhianati
orang lain.

Melihat hal-hal yang haram,


5 Berkata dan melakukan 6 atau yang halal namun disertai
perbuatan kotor
dengan syahwat
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

1 Murtad walaupun sebentar.


Ketiga hal ini
membatalkan puasa
2
Haidh, nifas, dan karena dengannya
melahirkan pada siang hari seseorang
kehilangan syarat
sah & wajib puasa

3 Gila walaupun sebentar

Termasuk dalam hal ini


4
Pingsan dan Mabuk, adalah kesurupan dan
jika terjadi sepanjang puasa penyakit epilepsy / ayan.
Pembatal-
Pembatal 5 Jima’
Puasa
Keempat hal ini
membatalkan bila
Al-Mufatthirat Masukknya benda (‘ain) ke dilakukan dalam
dalam tubuh (jauf) melalui keadaan : (1)
6
lubang yang terbuka Sengaja
(al-manfadz al-maftuh)
Tidak dipaksa
Keluarnya air mani karena Tahu akan (2)
7
istimna’ keharamannya

8
Muntah karena disengaja,
walaupun sedikit
Footnote :

(1) Bila ia melakukan pembatal nomer 4-6, dalam keadaan tidak sengaja, lupa, atau
dipaksa, atau tidak tahu akan keharamannya.. maka puasanya tidak batal.
(2) Ketidaktahuan (jahil) yang dimaafkan dalam perkara ini hanya untuk 2 golongan saja :
1) Orang yang baru masuk islam
2) Orang yang tinggal di pedalaman, jauh dari ulama atau ustadz yang memberinya
pengajaran.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Penjelasan Tambahan Terkait Pembatal Puasa

Pingsan dan mabuk, jika terjadi sepanjang puasa


Bila sempat tersadar walaupun sesaat di siang hari

Pendapat pertama Pendapat kedua


Menurut Imam ar-ramliy : Menurut Imam Ibn Hajar :
puasanya tidak batal, baik karena puasanya batal bila hal diatas terjadi
kecerobohan dan kesengajaan, karena kecerobohan dan
ataupun tidak. kesengajaannya.

Jima’

Jima’ yang membatalkan puasa?


o Jima’ yang membatalkan puasa adalah jima’ yang mewajibkan mandi, yakni apabila
kepala dzakar (hasyafah) telah masuk sempurna ke dalam kemaluan wanita, walaupun
(maaf) dengan kondom atau sejenisnya, walupun tidak sampai keluar mani.
o Namun apabila terjadi jima’ yang tidak mewajibkan mandi, yakni hanya sebagian kepala
dzakar saja yang masuk, kemudian suami tidak meneruskannya, maka dalam hal ini
yang batal adalah puasa si istri, karena masuknya sesuatu (ain) ke dalam farjinya.
(pembahasan lebih lanjut terkait hal ini akan dibahas pada pembatal berikutnya).
Konsekuensi orang yang membatalkan puasanya dengan jima’?
1 2 3 4 5
Wajib Wajib menahan dari Wajib Membayar
berdosa
dita’zir pembatal puasa sampai maghrib menqadha’ kaffarah jima’
Yakni salah satu dari 3 perkara ini secara urut

Memerdekakan Bila tak mampu Puasa 2 bulan Bila tak mampu Memberi makan
budak mukmin berturut-turut. 60 orang miskin.
Yakni bulan hijriyah setiap satu orang 1 mudd.

o Kaffarah ini hanya wajib untuk suami, adapun istri hanya wajib menqadha’.
o Bila ia tidak mampu melakukan semuanya, maka kewajiban kaffarah tidak gugur
atasnya, namun menjadi hutang yang harus ia tunaikan saat telah mampu.
o Bila terjadi jima’ lebih dari sekali dalam satu hari, maka hanya wajib satu kaffarah,
berbeda ketika jima’ pada hari yang berbeda, maka setiap satu hari, satu kaffarah.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Jima’ yang mewajibkan kaffarah?

Jima’ yang Puasanya batal Pada bulan Puasa yg batal adalah Ia berdosa
sempurna (tam) karena jima’ Ramadhan 1 hari sempurna dengan jima’ ini
Yakni jima’ yang bila puasanya batal Tidak wajib kaffarah yakni ia masih termasuk Maka tidak wajib
mewajibkan mandi karena makan apabila di selain ahli wujub hingga kafarah, jika berjima’
janabah, misalkan, kemudian Ramadhan, maghrib, bila ia gila / saat safar atau sakit,
sebagimana berjima’, maka walaupun itu puasa meninggal sebelum sebab ia tidak berdosa
dijelaskan pada tidak wajib wajib, seperti puasa maghrib, maka tidak bila membatalkan
poin 1. kaffarah. qadha’ wajib atasnya kaffarah puasa pada kondisi tsb

Keluarnya air mani karena istimna’

Apakah itu istimna’?


Yakni usaha seseorang untuk mengeluarkan air mani, baik dengan :
Melihat dan berkhayal , bila ia
Tanganya sendiri
tahu hal tersebut menyebabkan Meniduri istrinya
atau istrinya.
keluar mani

Perincian tentang keluarnya mani :

Membatalkan Tak membatalkan


❑ keluar mani dengan istimna’ ❑ Bila keluar bukan karena bersentuhan,
❑ keluar karena bersentuhan dengan seperti melihat dan berkhayal
istrinya, tanpa ada penghalang. ❑ keluar karena sentuhan, namun ada
penghalang, seperti kain.

Hukum berciuman saat berpuasa

HARAM KHILAFUL AULA


Bila dapat membangkitkan Bila tidak sampai membangkitkan
syahwat / birahi syahwat / birahi
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Beberapa masalah terkait masuknya ain ke tubuh

Jarum
Suntik

Pendapat 1 Pendapat 2 Pendapat 3


Jarum suntik Jarum suntik tidak
membatalkan puasa Dirinci : membatalkan secara
secara mutlak mutlak
Ini adalah pendapat
yang mu’tamad
Untuk menguatkan Tidak untuk
tubuh (nutrisi) menguatkan tubuh
membatalkan
Melalui urat Melalui otot
membatalkan Tidak membatalkan

Menelan
Dahak

Bila dahak masih di Bila sudah di bagian


bagian dalam tubuh luar tubuh

Tidak membatalkan membatalkan

Batas bagian luar adalah makhraj


huruf (‫)خ‬ Tanpa ada khilaf
Bagian dalam adalah makhraj (‫)هـ‬
Adapun huruf (‫ )ح‬diperselisihkan : -Imam an-Nawawi :
termasuk bagian luar
-Imam ar-Rafi’iy :
termasuk bagian dalam.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Menelan ludah

Menelan ludah tidak membatalkan puasa karena dianggap


sulit menghindarinya, namun dengan 3 syarat :

Syarat 1 Syarat 2 Syarat 3


Ludahnya murni tidak Ludahnya dalam Masih berada pada
bercampur dengan keadaan suci tidak lidah dan seluruh
benda/zat lain. terkena najis. bagian mulut.
Apabila ia menelan ludah Apabila ia menelan ludah Apabila ia menelan ludah
yang sedikit tercampur yang tercampur dengan darah yang sudah barada di bagian
dengan pasta gigi –misalkan-, yang keluar dari gusi, maka luar, yakni bagian merah bibir,
maka membatalkan membatalkan. maka membatalkan.

Masuknya air ke
tubuh

Ada perincian mengenai hukum air yang masuk tanpa sengaja


saat mandi bagi orang yang berpuasa :

Bila mandi yang dilakukan adalah mandi


Bila mandi yang dilakukan mubah saja,
yang disyariatkan, baik yang sifatnya
seperti mandi biasa untuk
wajib, seperti mandi besar, ataupun
menyegarkan tubuh.
yang sunnah, seperti mandi jum’at

Tidak membatalkan Membatalkan


Dengan syarat bila mandinya dengan Meskipun masuknya air
menuangkan/mengguyurkan air ke badan, tanpa sengaja.
adapun bila dengan menyelam/
berendam… maka batal puasanya.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Masuknya air
saat berkumur

Ada perincian mengenai hukum air yang masuk tanpa


sengaja saat berkumur bagi orang yang berpuasa :

Bila berkumurnya tidak disunnahkan,


Bila berkumur itu disunnahkan, saat semisal kumur keempat pada wudhu, atau
mandi ataupun wudhu. berkumur selain pada wudhu & mandi
(untuk sekedar menyegarkan mulut)
Maka dirinci :

Membatalkan
Dengan mubalaghah Tanpa mubalaghah
Meskipun tanpa mubalaghah
Catatan :

Membatalkan Tidak membatalkan o Mubalaghah adalah melebihkan dari kadar


yang mujzi’ (mencukupi) saat berkumur atau
Karena mubalaghah dalam istinsyaq, dan ini disunnahkan ketika dalam
berkumur ketika puasa keadaan tidak berpuasa.
hukumnya makruh o Mubalaghah ketika berkumur yakni dengan
menggerak-gerakkan air hingga seluruh bagian
mulut dengan kuat.

Cutton bud, atau obat


tetes telinga

Ulama syafi’iyyah berselisih pendapat mengenai masalah ini :

Pendapat 1 Pendapat 2
Membatalkan puasa, karena telinga Tidak membatalkan puasa, karena
adalah manfadz maftuh telinga bukan manfadz maftuh

Pendapat ini adalah yang Pendapat ini adalah ikhtiyar Imam


mu’tamad dalam madzhab. al-Ghazaly, dan dikuatkan oleh
beberapa ulama kontemporer.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Benda yang masuk ke jauf


1
karena lupa

Benda yang masuk karena tidak


2 tahu bahwa bisa ia membatalkan
puasa, dan ketidaktahuannya
karena udzur.

3
Benda yang masuk karena
paksaan yang memenuhi syarat.

Beberapa keadaan Benda yang masuk karena menelan


dimana masuknya ludah murni dan suci yang
4
ain tidak membawa sisa-sisa makanan
membatalkan puasa pada sela-sela gigi.

Debu jalanan yang masuk ke mulut


5 (walaupun ia sengaja membuka
mulutnya)

6
Debu tepung dan sejenisnya yang
masuk ke mulut atau hidung.

7
Lalat atau sejenisnya yang
terbang dan masuk ke dalam tubuh.
MASALAH – MASALAH KONTEMPORER
SEPUTAR PEMBATAL PUASA
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Mukaddimah
Hampir seluruh permasalahan kontemporer tentang pembatal puasa, berkaitan
dengan pembatal “masuknya benda (ain) ke dalam tubuh (jauf) melalui rongga
yang terbuka (al-manfadz al-maftuh)”, oleh karenanya kita kan kuatkan lagi
pembahasan tentang makna dan kriteria masing-masing istilah ini.

‘Ain Jauf Al-manfadz al-maftuh


o Ain adalah segala zat atau o Jauf yakni bagian dalam o yakni lubang terbuka pada
benda yang berfisik, tubuh yang memproses tubuh, yang mencakup:
sehingga tidak masuk makanan dan obat, yakni 1) Mulut,
dalam kategori ini : angin, lambung, atau memproses 2) Hidung,
gas, begitu pula sekedar obat saja, yakni otak, (atau 3) Telinga,
rasa atau bau. tidak memproses 4) Lubang dubur,
keduanya, seperti bagian 5) Farji (kemaluan)
dalam telinga) adapun mata, tidak masuk
al-manfadz al-maftuuh.
KAIDAH :
Acuan batalnya puasa dengan masuknya ain adalah ketika sudah melampaui batas awal
dari bagian dalam manfadz, adapun bila masih di bagian luar maka tidak membatalkan.

Batas awal bagian dalam :


Batas awal
bagian dalam : Setelah makhraj kho’
pangkal hidung luar
(tenggorokan atas)
(muntahal khoisyum) menurut imam ar-Rafi’iy
luar
yang sejajar dengan Setelah makhraj ha’
mata. (tenggorokan tengah)
menurut imam
an-Nawawi
Batas awal
bagian dalam : bagian Batas awal
luar
dalam yang sekiranya bagian dalam :
tak tampak oleh mata Bagian dubur yang tidak
pada majelis wajib dibasuh saat
pembicaraan (takhotub) mandi besar.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Daftar Masalah Kontemporer Terkait Pembatal Puasa

Membatalkan Tidak Membatalkan Terdapat Khilaf atau


(tanpa ada khilaf atau perincian) (tanpa ada khilaf atau perincian) Perincian Akan Hukumnya

Rokok Bekam Tetes Telinga

Ventolin Inhaler Donor darah Tetes mata

Obat yang masuk melalui Suntikan (baik untuk


Enema
pori-pori nutrisi ataupun bukan)

Keteter urin Vicks Inhaler Cuci darah

Gastroskopi Menghirup parfum Anastesi / bius

Suppositoria Memakai celak Nitrogliserin

Swab Nasofaring Memasukkan katup anus Swab Orofaring


bagi penderita wasir

Pasta gigi

Footnote :

❖ Maksud “tidak ada khilaf” disini adalah antara ulama Syaf’iyyah saja, artinya ulama
syafi’iyyah tidak ada perbedaan pendapat bahwa perkara tersebut membatalkan puasa.
❖ Pembagian ini kami ambil dari kitab mandhumah tentang pembatal-pembatal puasa
yang ditulis oleh Syaikh Aliy al-Qudaimiy –hafidhahullah- .
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Membatalkan
(tanpa ada khilaf atau perincian)

o Para ulama Syafi’iyyah menggolongkan asap rokok


sebagai ‘ain, karena adanya bekas dari asap yang
Rokok & Vape
dihirup.
o Walaupun sulit untuk dilihat secara langsung, namun
bekas dari asap tersebut akan terlihat pada pipa/kayu
yang digunakan untuk menghisap rokok/tembakau.
o Perokok pasif / orang yang menghirup asap rokok dari
orang lain tidak batal puasanya.

Eksperimen yang menunjukkan ❑ Faidah : Syaikh Muhammad shalih al-Utsaimin ‫ﵫ‬


bahwa asap rokok memiiki ketika menjelaskan tentang masalah ini mengatakan
bekas yang nampak pada tisu, bahwa merokok dalam bahasa Arab disebut syurbud
hal ini menguatkan bahwa asap dukhan, atau jika diartikan yakni minum/mengisap
rokok mengandung ‘ain. asap. Sehingga mayoritas ulama berpendapat bahwa
rokok membatalkan puasa karena makna tersebut.

o Ventolin inhaler adalah obat yang digunakan dengan


cara dihirup oleh penderita asma ketika sedang
Ventolin Inhaler
kambuh, para ulama syafi’iyyah mengatakan bahwa saat
seseorang menghirup ventolin, disana ada uap cair yang
masuk masuk ke mulut seseorang, sehingga termasuk
ain yang membatalkan puasa.

o Enema adalah prosedur pemasukan cairan ke dalam


Enema kolon melalui anus untuk tujuan medis tertentu, seperti
melancarkan buang air besar.
o Enama membatalkan puasa karena tergolong ‘ain yang
masuk melalui anus yang merupakan rongga terbuka.

o Keteter urin adalah alat yang dimasukkan ke dalam


Keteter urin saluran kencing agar penggunanya bisa kencing dan
membuang urine dengan normal.
o Alat ini membatalkan puasa karena tergolong ‘ain yang
masuk melalui lubang kemaluan lelaki (dalam bahasa
arab disebut ihlil).
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

o Suppositoria adalah obat berbentuk kapsul seperti


Suppositoria peluru yang dimasukkan ke dalam anus, atau vagina.
o Obat ini membatalkan puasa karena dimasukkan
melalui lubang terbuka dalam tubuh.

o Gastroskopi adalah prosedur untuk memeriksa kondisi


Gastroskopi kerongkongan, perut, dan bagian awal usus dua belas
jari (duodenum).
o Enama membatalkan puasa karena tergolong ain yang
masuk melalui kerongkongan yang merupakan rongga
terbuka.

o Swab nasorfaring adalah pengambilan spesimen dari


Swab mukosa saluran napas bagian belakang hidung dan
Nasofaring tenggorokan (nasofaring)
o Swab jenis membatalkan puasa karena alat yang
pengambilan spesimen masuk hingga melebihi bagian
pangkal hidung (muntahal khoisyum).
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Tidak Membatalkan
(tanpa ada khilaf atau perincian)

o Berbekam ketika siang hari tidak membatalkan puasa,


berdasarkan riwayat dari ibnu Abbas, bahwasanya Nabi
Bekam ‫ ﵟ‬berbekam dalam keadaan berpuasa.

o Adapun hadits riwayat Abu Hurarirah : “Telah berbuka


(batal puasanya) orang yang membekam dan yang
dibekam” maka hukum ini telah mansukh dengan
riwayat dari Ibnu Abbas sebelumnya.
o Namun hendaknya seseorang menghindari berbekam di
siang hari saat berpuasa, selain agar badannya tidak
lemas, juga untuk keluar dari khilaf ulama yang
mengatakan batal, yakni hanabilah.

o Donor darah tidak membatalkan puasa sebagaimana


bekam, walaupun dilakukan dengan proses injeksi di
Donor darah
bagian tangan, namun tidak ada benda yang masuk ke
anggota tubuh bagian dalam melalui rongga terbuka.
o Donor darah tidak lebih merupakan proses melukai
tubuh yang tidak mempengaruhi keabsahan puasa,
seperti halnya melukai tubuh dengan jarum, pisau atau
benda-benda lainnya.

o Obat-obatan atau kosmetik yang masuk melalui pori-


Obat yang masuk pori kulit tidak membatalkan puasa karena zat dalam
melalui pori-pori obat tersebut tidak masuk melakui rongga terbuka pada
tubuh (al-manfadz al-maftuh).

o Vicks Inhaler adalah inhaler yang dipakai melalui hidung


untuk melegakan hidung tersumbat atau pilek
Vicks Inhaler
o Inhaler jenis ini tidak membatalkan puasa, karena yang
masuk melalui hidung bukan berupa ‘ain, namun hanya
aroma atau bau.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

o Mencium parfum atau wewangian lainnya tidak


Mencium parfum membatalkan puasa , karena yang masuk melalui
hidung bukanlan ‘ain, melainkan hanya sekedar bau.

o Memakai celak tidak membatalkan puasa meskipun


Memakai celak seseorang mendapati rasanya celak di tenggorokan,
sebab tidak ada rongga terbuka pada mata.

Memasukkan o Penderita ambeien / wasir yang terpaksa harus


memasukkan jari untuk mendorong katup/benjolan
katup dubur bagi
tersebut ke dalam dubur tidak membatalkan, karena
penderita wasir
hal ini dilakukan karena terpaksa dan adanya darurat.
o Berbeda dengan seseorang yang buang air besar,
kemudian memasukkan jarinya ke dalam dubur saat
istinja’, maka ini yang membatalkan puasa menurut
ulama syafi’iyyah
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

Terdapat Khilaf atau Perincian


Terkait Hukumnya

o Pendapat Pertama [mu’tamad dalam madzhab] :


Tetes telinga & Membatalkan puasa, karena tetesan obat masuk ke
cutton bud bagian jauf melalui al-manfadz al-maftuh.
o Pendapat kedua [ikhtiyar imam al-ghazaliy] :
Tidak membatalkan puasa, karena telinga bukan
termasuk al-manfudz al-maftuh.

o Pendapat Pertama [mu’tamad dalam madzhab] :


Tidak membatalkan puasa, karena mata tidak termasuk
Tetes mata al-manfadz al-maftuh dalam pendapat yang rajih.
o Pendapat kedua :
Membatalkan puasa, sebagian ulama kontemporer
menganggap bahwa mata memiliki rongga terbuka
menuju jauf, sehingga masuknya tetesan obat
membatalkan puasa.
 Dijawab bahwa lubang ini sangat kecil dan tidak
terlihat secara kasat mata, sehingga ia tergolong
seperti pori-pori pada kulit.

Suntikan / o Pendapat Pertama [mu’tamad dalam madzhab] :


injeksi Tidak membatalkan puasa secara mutlak, baik injeksi
nutrisi seoerti infus, atau untuk injeksi pengobatan
seperti vaksin, karena obat tersebut tidak masuk
melalui rongga terbuka.
o Pendapat Kedua :
Membatalkan puasa secara mutlak (kebalikan dari
pendapat pertama).
o Pendapat Ketiga :
Ada perincian :
▪ Bila suntikan tersebut untuk nutrisi, seperti infus
maka membatalkan puasa.
▪ Bila suntikan non-nutrisi, maka tidak membatalkan
kecuali bila melalui pembuluh darah.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

o Pendapat Pertama [mu’tamad madzhab] :


Cuci Darah / Tidak Membatalkan, sebagaimana alasan yg disebutkan
Hemodialisis pada permasalahan jarum suntik, yakni ‘ain yang masuk
ke tubuh tidak melalui al-manfadz al-maftuh.
o Pendapat Kedua :
Membatalkan puasa, karena umumnya pasien akan
mendapat penambahan cairan glukosa yang
dimasukkan pada tubuhnya.

❑ Bius melalui injeksi / suntikan.


Anestesi (bius) Hukumnya kembali ke permasalahan jarum suntik yang
sudah berlalu, adapun bila berdasarkan pendapat yang
mu’tamad (yakni tidak batal), maka dilihat :
▪ Apabila bius lokal, yakni hanya menghilangkan
kesadaran / rasa pada bagian tertentu saja.
 maka tidak membatalkan
▪ Apabila bius total, yakni hingga hilang kesadaran
secara penuh, maka ada 2 keadaan :
 Bila pingsan terjadi sepanjang hari (dari subuh
hingga maghrib) maka membatalkan puasa.
 Bila hanya sebentar saja, tidak sampai sepenuh
hari, maka tidak membatalkan puasa.
❑ Bius melalui hidung dengan semacam gas (inhalasi).
maka dilihat :
o Apabila hanya sekedar bau sebagaimana vick inhaler,
maka tidak membatalkan.
o Apabila berupa gas yang membawa cairan , maka ini
membatalkan puasa.
Noted : Syaikh labib Najib menjelaskan bahwa
kategori kedua ini yang banyak dipakai.

o Nitrogliserin adalah obat untuk mencegah dan


meredakan angina pektoris (nyeri dada) pada penderita
Nitrogliserin
penyakit jantung coroner, penggunaan obat ini dengan
meletakkan kapsul dibawah lidah sebagaimana pada
gambar.
o Obat ini bisa membatalkan puasa apabila ada zat yang
masuk ke tenggorokan bersama air liur.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

o Orofaring ada bagian tengah faring yang terdiri dari


Swab Orofaring uvula dan amandel.
o Bila alat swab hanya masuk pada bagian awal orofaring
(dan ini yang banyak) yakni makhroj huruf kho’
(tenggorokan atas) maka tidak membatalkan puasa.
o Namun bila terlalu dalam hilang sampai orofaring yang
bertepatan dengan makhroj ha’ (‫)ح‬, maka ada khilaf :
Nasofaring ▪ Imam an-Nawawy mengatakan tidak batal karena
orofaring masih di bagian luar.
laringofaring ▪ Imam ar-Rafi’iy mengatakan batal, karena sudah
masuk bagian dalam.

o Memakai pasta gigi tidak membatalkan puasa selama


Pasta Gigi tidak ada zat yang masuk bersama air liur dan terasa di
tenggorokan.
o Namun hendaknya menghindari hal ini selama puasa,
sebagai bentuk kehati-hatian.

Referensi

Kitab
 At-Taqrirat as-Sadidah fil Masa’il al-Mufidah, Hasan bin Ahmad al-Kaff, darul mirats
an-nabawiy.
 Hasyiyah al-Bajuriy ‘ala Fathil Qaribil mujib, Ibrahim al-Bajury, darul Minhaj.
 Al-Fiqhi al-Manhaji ala Madzhabil Imam asy-Syaf’iy, Musthafa al-Bugha, Musthafa al-
Khan, Darul Musthafa.
 Mu’nisul Jalis bi Syarhil Yaqutin Nafis, Musthofa bin Ahmad asy-Syafi’i, Darud dhiya’
 At-Ta’liq ‘ala mandhumah al-Mufatthirat al-Mu’ashirah, Labib Najib.

Website
 Halodoc.com
 Aladokter.com
 Wikipedia.org
 Muslimafiyah.com
 Nu.or.id
HAL-HAL YANG DISUNNAHKAN
& DIMAKRUHKAN SAAT BERPUASA
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

1 Menyegerakan berbuka saat telah


yakin masuk waktu maghrib.

2
Berbuka dengan kurma basah
Sunnah- (ruthob) dengan jumlah yang ganjil.
Sunnah
Puasa 3 Sahur, meskipun dengan seteguk air.

4
Mengakhirkan sahur, namun tidak
sampai terlalu mendekati subuh.

Footnote :

(1) Apabila masih ragu-ragu, maka wajib berhati-hati dengan mengakhirkannya sampai
benar-benar yakin.
(2) Urutan keutamaan makanan dalam berbuka :

1 2 3

Ruthob Busr (Kurma mentah Tamr


(Kurma basah) sebelum menjadi ruthob) (Kurma kering)
6
4 5

Air putih, yang paling Hulwun (makanan manis Halwa (makanan manis
utama dg zam-zam yang tidak diproses dg api) yang diproses dg api)
(3) Waktu sahur mulai dari tengah malam, dan yang paling utama sahur dengan kurma.
(4) Disunnahkan untuk berhenti makan & minum sebelum fajar dengan jarak yang
cukup untuk membaca 50 ayat (sekitar 15 menit), sebagai bentuk kehati-hatian,
sebab akurasi jadwal imsakiyah adalanya berubah-ubah, baik terlalu cepat atau
terlalu lambat.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

5 Membaca do’a berbuka.

ُ،‫) ذهَب ال َّظ َمأ‬2( ،‫أفطرت‬


ُ ‫ك‬ ِ
َ ‫ت وعلى رزق‬ ُ ‫وبك آم ْن‬ َ ‫ت‬ ُ ‫) اللهم لك ُص ْم‬1(
ِ
‫) الحمد هلل الذي أعا َنني‬3( ،‫األجر إن شاء اهلل‬ َ
‫وثبت‬ ‫ق‬
ُ ‫رو‬ ‫ع‬
ُ ‫ال‬ ِ
‫ت‬ َّ
‫ل‬ ‫ت‬
َ ‫واب‬
ُ ْ
‫ت‬ ِ
ْ ‫برحمتك التي وس َع‬ِ ‫أسألك‬ ‫إين‬ ‫اللهم‬ ، ‫ت‬ ُ ‫ر‬ ‫ط‬ َ ْ
‫ف‬ ‫أ‬‫ف‬َ ‫ني‬ ‫ق‬َ ‫ز‬ ‫ور‬ ‫مت‬ُ ‫فص‬
ْ ) 4 ( ْ َ ُ
ِ ِ ٍ
.‫ل يشء أن ت َْغف َر لي‬ ُ
‫ك‬
َّ
 Riwayat Abu Dawud secara mursal, tanpa tambahan ( َ‫)وبكَ آم ْنت‬
 Riwayat Abu Dawud dari ibnu Umar
 Do’a Rabi’ bin Hutsaim, tabi’in murid ibn mas’ud
Sunnah-  Do’a Ibnu Umar, diriwayatkan oleh Ibn Majah. (1)

Sunnah 6 Memberi Jamuan berbuka bagi yang berpuasa


(2)

Puasa
Mandi Janabah sebelum fajar
7 (3)
(bila junub di malam hari)

(4)
8 Memperbanyak tilawah al-Qur’an.

9
Melaksanakan Sholat tarawih sejak
malam pertama hingga terakhir

10 Melaksanakan Sholat witir dengan


berjama’ah
Footnote :

(1) Seseorang bisa mencukupkan dengan membaca satu riwayat saja, atau membaca
keseluruhannya, dan ini yang lebih utama.
(2) Yakni dengan memberi hidangan yang mengenyangkan, bila tidak mampu maka bisa
dengan satu gelas air, atau sebutir kurma.
(3) Untuk menghindari masuknya air ke dalam telinga atau mulut saat ia mandi dalam
keadaan sudah puasa.
(4) Yang paling utama dengan mudarasah, yakni seseorang membaca Al-Quran dan orang
lain menyimaknya, kemudian dilakukan secara bergantian.
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

1 Mengunyah sesuatu, tanpa ada yang


masuk ke perut

oApabila sampai ada yang masuk, maka batal puasanya.

Mencicipi makanan tanpa ada hajat, dan


2
tidak ada sedikitpun yang tertelan.

3 Berbekam, dan membekam orang lain.


oKarena ada perselisihan diantara ulama terkait
hukumnya, disamping juga bisa melemaskan badan.
Kemakruhan
4 Menyelam dalam air.
saat berpuasa
oMeskipun untuk mandi wajib, karena dikhawatirkan
ada air yang masuk ke tubuh.

5 Bersiwak setelah waktu dhuhur

Banyak makan dan tidur, serta berbicara


6
hal-hal yang tidak berfaidah
oKarena hal ini membuat seseorang luput dari faidah
dan tujuan disyariatkan puasa.
Menikmati sesuatu yang mubah, baik
7
hal-hal yang dicium, dilihat atau didengar
Footnote :

❑ Perkara-perkara di atas bisa menjadi mubah bila dilakukan karena ada kebutuhan,
seperti ketika seseorang mencicipi masakan untuk mengetahui cita rasanya.
❑ Bila ada perselisihan diantara ulama, sebagian mengatakan batal, dan sebagian
mengatakan tidak, maka yang lebih utama adalah meninggalkannya,
sebagaimana permasalahan nomer (3) , ulama hanabilah mengatakan berbekam
atau membekam orang lain membatalkan puasa, sedangkan mayoritas ulama,
termasuk syafi’iyyah mengatakan tidak batal.
❑ Perkara-perkara mubah yang diduga bisa mengantarkan kepada pembatal puasa
saat dilakukan, maka menjadi makruh, seperti permasalahan nomer (1) dan (4)
MEREKA YANG DISYARIATKAN
IMSAK (MENAHAN) SAMPAI MAGHRIB
#Serial Fikih Ramadhan Kitab Puasa

TABEL PENJELAS TENTANG (1)


GOLONGAN YANG DISYARIATKAN IMSAK
Wajib Sunnah Wajib
No. Golongan (2)
Imsak Imsak Qodho’
1 Sengaja membatalkan puasa -
2 Lupa berniat puasa di malam hari -
3 Makan sahur karena mengira belum terbit
fajar, ternyata sudah masuk waktu subuh. -

4 Berbuka karena mengira sudah tenggelam


matahari, ternyata belum masuk maghrib. -

5 Menelan air saat puasa (bukan karena


thaharah yang wajib atau sunnah) (3) -
6 Orang yang sembuh dari sakit dan musafir -
yang sudah berstatus muqim pada siang hari :
a) Dalam keadaan puasa -
b) Dalam keadaan tidak puasa -
7 Anak kecil yang baligh pada siang hari :
a) Dalam keadaan puasa -
b) Dalam keadaan tidak puasa -
8 Suci dari haidh atau nifas pada siang hari -
9 Sadar dari gila pada siang hari -
10 Kafir yang masuk islam pada siang hari -
(1) Imsak disini adalah menahan dari segala pembatal puasa hingga terbenam matahari,
sebagai bentuk pemuliaan terhadap kesucian bulan Ramadhan, meskipun puasanya di
hari itu batal atau tidak sah, baik mewajibkan qadha’ atau tidak.
(2) Apabila sengaja melakukan pembatal puasa, maka berdosa.
Masalah : Apabila golongan nomer 1-5 berjimak di siang hari, maka tidak ada kewajiban
kaffarah jima’, namun ia berdosa dan tetap wajib imsak sama maghrib.
(3) Seperti masuknya air karena thaharah mubah, seperti mandi biasa, atau thaharah
makruh, seperti berlebihan dalam berkumur dan istinsyaq.
#Fawaid_Ramadhaniyyah

Niatkan I’tikaf
Setiap Masuk Masjid
Syaikh Said Al-Jabiri -hafidhahullah- berkata :
I’tikaf paling minimal adalah
berdiam diri sekadar seseorang disebut
menetap (ukuf), yakni dengan berdiam
di atas kadar tuma'ninah dalam ruku'
(1)
dan semisalnya, dan tidak disyaratnya
(2)
berpuasa untuk keabsahan i’tikaf.

Oleh karena itu, kapanpun


seseorang memasuki masjid, hendaknya
meniatkan berdiamnya ia masjid
sebagai i’tikaf , agar ia mendapat pahala
itikaf, karena setiap amal tergantung
niatnya, dan setiap orang akan
mendapatkan sesuai dengan apa yang
ia niatkan.

(1) kadar tuma’ninah adalah kadar yang cukup untuk


mengucapkan (subhanallah) satu kali, bila kita anggap
sekadar 2 detik, maka minimal kadar seseorang
dianggap i’tikaf adalah berdiam selama 3 detik.
(2) yakni i’tikaf seseorang sah walaupun dilakukan dalam
keadaan tidak berpuasa.
#Fawaid_Ramadhaniyyah

Imam An-Nawawi ‫ ﵫ‬berkata dalam


kitab Al-Majmu' : "hendaknya seseorang
yang duduk di masjid untuk menunggu
shalat, atau melakukan kesibukan terkait
ilmu atau yang lainnya, atau hal-hal
lainnya dari keataan dan perkara mubah ..
agar ia berniat i'tikaf, karena hal tersebut
sah terhitung sebagai i’tikaf, walaupun
waktunya sebentar.”
(1)
Bahkan, hendaknya ia juga menadzarkan
itikaf dengan mengatakan : "untuk Allah
atasku" atau "aku bernadzar i’tikaf di
masjid ini selama aku menetap disini" ,
hal ini agar ia diganjar dengan pahala
amalan wajib, seperti disebutkan dalam
kitab Busyraa al-karīm, karena pahala
(2)

wajib lebih besar dibanding pahala


sunnah.

(1) Hukum asal i’tikaf adalah sunnah, baik di bulan


Ramadhan, atau selainnya, namun ketika itikaf tersebut
dijadikan nadzar, maka hukumnya menjadi wajib.
(2) Yakni Busyraa Al-Kariim Bi Syarhi Masailit Ta’lim, karya
Syaikh Said bin Muhammad Baisyan, salah kitab yang
menjadi rujukan utama untuk syarah penjelasan matan
al-Muqaddimah al-Hadhramiyyah.
#Fawaid_Ramadhaniyyah

Mereka Yang Tertipu


Dengan Tarawihnya
Syaikh Abu Bakr bin Muhammad Syathà ‫( ﵫ‬wafat 1310 H)
menukil dalam kitab beliau, sebuah nasihat berharga dari Quthbu
Al-Irsyàd Abdullàh bin Alawi al-Haddàd ‫ ﵫ‬:

“Hindarilah terlalu berlebihan dalam meringankan shalat,


seperti yang biasa dilakukan kebanyakan orang-orang bodoh
dalam shalat tarawih mereka, sampai sampai dikarenakan
terlalu cepatnya, boleh jadi mereka melewatkan sebagian
perkara-perkara wajib (yakni rukun) , seperti meninggalkan
thuma'ninah di dalam ruku' dan sujud, dan tidak membaca
surat al- Fatihah sesuai dengan sifat yang seharusnya sebab
tergesa-gesa, sehingga di hadapan Allah salah seorang dari
mereka (berada diantara 2 keadaan) :

⁻ Ia tidak (dikatakan) shalat


(karena tidak menyempurnakan
rukun-rukunnya), lalu
mendapatkan pahala,
⁻ tidak pula (dikatakan)
meninggalkannya , lalu ia
menyadari kelalaiannya, dan
selamat dari sifat bangga (karena
telah mengerjakan shalat).”
#Fawaid_Ramadhaniyyah

beliau meneruskan …

“Hal seperti ini dan semisalnya diantara tipu daya syaitan


yang paling besar kepada orang-orang beriman, yang mana
perbuatannya ini dapat membatalkan amalannya, sedangkan
mereka telah melakukan amalan tersebut, maka hindarilah hal
ini, dan perhatikanlah wahai saudara-saudaraku!!
Apabila kalian shalat tarawih, atau shalat-shalat lainnya,
maka sempurnakanlah (rukun-rukun) : berdiri, membaca
(al-Fatihah), ruku', sujud, khusyuk, dan hadirnya hati, serta
rukun-rukun dan adab-adab yang lainnya."

Catatan : Thuma’ninah adalah rukun diantara rukun-rukun shalat menurut


mayoritas ulama dari kalangan : malikiyah, syafi’iyyah, hanabilah, dhahiriyah,
Abu Yusuf dari hanafiyyah, bahkan dinukil ijma’ ulama akan hal tersebut.

Referensi :

Hàsyiyah I’ ànati at-Thàlibín, Abu Bakr ibn Muhammad Syathà


ad-Dimyàthiy, cet. Dàrul Faihà’ – Beirut (jilid 1/511)
#Fawaid_Ramadhaniyyah

beliau meneruskan …

“Hal seperti ini dan semisalnya diantara tipu daya syaitan


yang paling besar kepada orang-orang beriman, yang mana
perbuatannya ini dapat membatalkan amalannya, sedangkan
mereka telah melakukan amalan tersebut, maka hindarilah hal
ini, dan perhatikanlah wahai saudara-saudaraku!!
Apabila kalian shalat tarawih, atau shalat-shalat lainnya,
maka sempurnakanlah (rukun-rukun) : berdiri, membaca
(al-Fatihah), ruku', sujud, khusyuk, dan hadirnya hati, serta
rukun-rukun dan adab-adab yang lainnya."

Catatan : Thuma’ninah adalah rukun diantara rukun-rukun shalat menurut


mayoritas ulama dari kalangan : malikiyah, syafi’iyyah, hanabilah, dhahiriyah,
Abu Yusuf dari hanafiyyah, bahkan dinukil ijma’ ulama akan hal tersebut.

Referensi :

Hàsyiyah I’ ànati at-Thàlibín, Abu Bakr ibn Muhammad Syathà


ad-Dimyàthiy, cet. Dàrul Faihà’ – Beirut (jilid 1/511)

Anda mungkin juga menyukai