Anda di halaman 1dari 40

MEMBANGUN

JEMAAT
NO. 95 TAHUN 2023/2024
Jalan Ahmad Yani 45, Rantepao 91831 Toraja Utara, Sulawesi Selatan
Tlp. (0423) 21612, 21460, 21219, 21742
Fax. (0423) 27165
E-mail: bpsgetor@gmail.com
Website: bps-gerejatoraja.org

Katalog dalam terbitan (KDT)


Membangun Jemaat

KPWG Gereja Toraja Tahun 2023


Cet. 1 Toraja: Sulo, 2022 Hlm: x
cm.

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Isi di luar tanggung jawab Percetakan.

Dicetak oleh Percetakan Sulo Rantepao

Jalan Sam Ratulangi 66 Rantepao 91831, Toraja Utara, Sulawesi Selatan


Tlp. (0423) 25020, 21024; Faks (0423) 21024.
E-mail: ptsulo@gmail.com
KATA PENGANTAR
Bersyukur kepada Tuhan selalu dan selalu menjadi yang pertama dan terutama setiap kali kita
menyadari atau mengingat betapa baik dan setia Allah Tritunggal. Hanya karena kasih setia-Nya,
seluruh proses telah dilalui sampai Membangun Jemaat tahun 2024 dapat diselesaikan. Lokakarya
penyusunannya dilaksanakan di gedung gereja Gereja Toraja Jemaat Pa’besenan Klasis Kesu’
Tallulolo pada 23-25 Maret 2023. Penulisan, proses penyuntingan, dan koreksi naskah masih
mengambil waktu yang cukup panjang. Selalu banyak yang menjadi pelajaran dan mendorong
peningkatan kualitas tulisan.
Masih dalam perjalanan menghidupi pesan tema SSA XXV, “Bertambah Teguh dalam Iman
dan Pelayanan bagi Semua,” kita terus melayani, belajar, dan berefleksi dalam konteks kini sembari
terus mengarahkan pandangan ke masa depan, khususnya tahun pelayanan 2024. Bergumul dalam
iman, bekerja dalam pengharapan, terus menjadi bagian dari konteks yang di dalamnya proses
penyusunan Membangun Jemaat 2024 dikerjakan. Dampak dari Covid-19 masih membebani, perang
Ukraina masih berlanjut, masalah-masalah sosial, politik dan lingkungan hidup masih terus terlihat
dominan dalam potret besar kehidupan di planet ini pada semua lingkup, lokal, nasional, regional,
dan global. Dinamika kehidupan masyarakat, khususnya terkait dinamika kehidupan sosial politik,
juga terus menjadi realitas yang meminta perhatian serius dari kita semua.
Dalam konteks demikian, Gereja Toraja mesti tetap memosisikan diri sebagai bagian dari
Gerakan Ekumene se-dunia. Kita juga mengingat, Sidang Raya World Council of Churches (WCC) 2022
yang bertemakan “Christ’s Love Moves the World to Reconciliation and Unity” – “Kasih Kristus
Menggerakkan Dunia ini Menuju Rekonsiliasi dan Kesatuan”. Gereja Toraja menjadi bagian
Pergerakan Ekumene Lingkup Asia melalui wadah Christian Conference of Asia (CCA) yang juga baru
saja melaksanakan persidangannya di India pada dengan tema: “God Renew us in Your Spirit and Restore
the Creation” (Ya Allah, baruilah kami di dalam Roh-Mu dan Pulihkanlah Ciptaan”). Sebagai bagian
dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Gereja Toraja menjadi tuan dan puan rumah
Sidang Raya XVIII yang akan diselenggarakan pada tahun 2024 dengan tema, “Hiduplah sebagai
Terang yang Membuahkan Kebaikan, Keadilan, dan Berdamai dengan dengan segenap Ciptaan.”
Atas semuanya itu, gerak karya pelayanan Gereja Toraja memusat pada rekonsiliasi, pembaruan, dan
pemulihan ciptaan yang membuahakan kebaikan keadilan dan perdamaian.
Sebagai bagian upaya memasilitasi para pemberita Firman dalam lingkup Gereja Toraja, dan
memertimbangkan dan mengantisipasi konteks pelayanan di tahun 2024, Membangun Jemaat kali ini
diberi judul, “Berdamai dengan Semua.” Harapan dan doa kita senantiasa, kiranya Membangun
Jemaat berdayaguna dalam pelayanan pembangunan jemaat. Dalam keyakinan bahwa hanya oleh
kuasa Roh Kudus, kita dapat menerima dan memberitakan Firman-Nya, kami mengucapkan selamat
memersiapkan diri dan melayani sebaik-baiknya sebagai pemberita Firman dan menjadi penabur yang
sungguh-sungguh menghidupi Firman yang diberitakan. Tuhan menyertai selalu dan bagi Dialah
segala kemuliaan, sekarang, dan selamanya.

Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja

Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja


KALENDER GEREJA TORAJA
DAN HARI-HARI LIBUR NASIONAL RI TAHUN 2023/2024

KALENDER 2023
TANGGAL KETERANGAN
26 November 2023 Akhir Tahun Gerejawi
03 Desember 2023 Adven I
03 Desember 2023 Hari Difabel Internasional
04 Desember 2023 Ulang Tahun PWGT
10 Desember 2023 Adven II
11 Desember 2023 HUT PPGT
17 Desember 2023 Adven III
17 Desember Pembukaan Pekan Keluarga, Ibadah bersama anak
18-24 Desember Pelaksanaan Pekan Keluarga
Adven IV
24 Desember 2023 Puncak pekan Keluarga (Ibdah Bersama Sekolah
Minggu)
24 Desember 2023 Ibadah Natal Keluarga
Hari Raya Natal
25 Desember 2023
(Kondisikan Ibadah bersama Sekolah Minggu)
Puncak pekan keluarga
26 Desember 2023
(Kondisikan Ibadah bersama anak)
Ibadah Akhir Tahun
31 Desember 2023
(Kondisikan Ibadah bersama Sekolah Minggu)
KALENDER 2024
Ibadah Syukur Menyambut Tahun Baru
01 Januari
(Kondisikan Ibadah bersama Sekolah Minggu)

06 Januari Epifani I

18-25 Januari Minggu Doa Kesatuan Umat Kristen se-dunia

01 Februari Tahun Baru Imlek


14 Februari Rabu Abu
18 Februari Prapaskah 1
Pembukaan Pekan Anak Gereja Toraja dan perayaan
20 Februari
HUT SMGT ke 67
25 Februari Prapaskah II
21 s/d 26 Februari Minggu pelaksanaan Pekan Anak Gereja Toraja
Februari HUT Sekolah Minggu Gereja Toraja pada 27 Februari
Kondisikan ibadah bersama SM
Minggu Transfigurasi
01 Maret Isra Miraj Nabi Muhammad
03 Maret Hari Raya Nyepi
3 Maret Prapaskah III
10 Maret Prapaskah IV
25 Maret HUT Gereja Toraja
Prapaskah V
17 Maret
Pekan PI Gereja Toraja
24 Maret Prapaskah VI dan Minggu Palmarum
28 Maret Kamis Putih
29 Maret Jumat Agung
30 Maret Sabtu Sunyi
PASKAH
31 Maret
(Kondisikan Ibadah bersama Sekolah Minggu)
Mei Bulan Pendidikan Gereja Toraja
01 Mei Hari Buruh Internasional
02 Mei Hari Pendidikan Nasional
03-04 Mei Hari Raya Idul Fitri
9 Mei Kenaikan Yesus Kristus ke Sorga
16 Mei Hari Raya Waisak
19 Mei Hari Pentakosta
26 Mei HUT PGI ke-72 Pundi Khusus PGI
01 Juni Hari Lahir Pancasila
Minggu Trinitas
16 Juni
Pekan Persembahan Gereja Toraja
10 Juli Idul Adha 1443
30 Juli Tahun Baru Hijriah 1444
04 Agustus Aksi Pangiu` Gereja Toraja
17 Agustus Hari Kemerdekaan RI ke 77
01 September Hari Doa Syukur Alkitab
06 Oktober Hari Perjamuan Kudus sedunia dan hari PI Indonesia
08 Oktober Maulid Nabi Muhammad SAW
23 Oktober Pembukaan Pekan Pemuda Gereja Toraja
23-30 Oktober Pekan Pemuda Gereja Toraja
Penutupan Pekan Pemuda Gereja Toraja dan
30 Oktober
Pembukaan Kaum Bapak Gereja Toraja
31 Oktober Hari Reformasi Gereja
31 Oktober - 05
HUT PKB Gereja Toraja
November
31 Oktober - 05 Pekan Kaum Bapak Gereja Toraja
November
Akhir Tahun Gerejawi
24 November
Bahan Khotbah Minggu Adven I, 3 Desember 2023
HUT PWGT

PENGHARAPAN YANG PASTI


Kapa’rannuan Manassa
Bacaan Mazmur : Mazmur 80:1-19
Bacaan 1 : Yesaya 64:1-9
Bacaan 2 : 1 Korintus 1:3-9
Bacaan 3 : Markus 13:24-37 (BU)
Nas Persembahan : 1 Korintus 1:4
Petunjuk Hidup Baru : Markus 13:28-29

Tujuan:
1. Jemaat memahami seperti apa dan bagaimana itu pengharapan yang pasti.
2. Jemaat senantiasa hidup dalam pengharapan yang pasti sebagai kesaksian hidup kristiani.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 80:1-19. Pemazmur menaikkan doa permohonan agar Israel, si “kawanan domba”,
dipulihkan. Permohonan tersebut lahir dalam situasi bangsa Israel yang menderita; penuh dengan air
mata, dan menjadi celaan musuh-musuh mereka (ay. 5-6). Adalah hal yang paling menakutkan bagi
bangsa Israel ketika Allah memalingkan wajah-Nya dari mereka. Karena itu, dalam penderitaan
akibat ketidaktaatan mereka sendiri, pengharapan dipanjatkan hanya kepada Tuhan Sang Gembala
sejati. Pengharapan sekaligus permohonan agar sinar wajah Allah memulihkan mereka. (ay. 7 dan
bdk. Bil. 6:24-26: “Ucapan Berkat”).
Yesaya 64:1-9. Tidak diragukan lagi bahwa Israel adalah umat pilihan untuk menjadi berkat
bagi semua bangsa. Mereka dipilih secara khusus oleh karena kasih-Nya. Akan tetapi, sangat
disayangkan kasih kekal Allah dibalas dengan pemberontakan orang-orang yang dikasihi-Nya. Dalam
situasi ini, kesadaran tentang kesenjangan antara kasih Tuhan yang kekal dan respons umat pilihan
terhadap kasih Tuhan pun muncul. Atas dasar kesadaran, Yesaya mendorong Israel mengaku dosa
sekaligus sekaligus kembali menyatakan pengharapan sebagai anak-anak Tuhan.
1 Korintus 1:3-9. Korintus merupakan sebuah daerah yang beragam dalam berbagai hal,
seperti ekonomi, pemikiran filsafat, dan berbagai jenis agama. Namun, sangat disayangkan bahwa
masyarakat kota yang majemuk itu justru memerlihatkan perilaku bobrok. Kekuatan mereka justru
menjadi kelemahannya. Perilaku bobrok tersebut ternyata juga merasuk ke dalam persekutuan umat
Tuhan. Sifat tinggi hati, persaingan antar kelompok yang kuat, dan ketergantungan pada hikmat dunia
(filsafat tidak jelas) sangat tampak dalam kehidupan jemaat. Melalui surat ini, Paulus mengingatkan
jemaat di Korintus agar mereka mengingat anugerah keselamatan, semata-mata adalah kasih karunia
Tuhan. Kesadaran bahwa semua (yang baik) adalah kasih karunia Allah akan (dipastikan)
menghadirkan damai sejahtera. Untuk memiliki kesadaran itu, umat membutuhkan kerendahan hati
dan pengharapan yang benar, yakni pengharapan hanya dalam Tuhan.
Markus 13:24-37. Sesuai dengan penyusunannya, pasal ini adalah bagian dari khotbah
tentang Akhir Zaman beserta tanda-tanda yang mendahuluinya. Bacaan ini memusat pada
‘Kedatangan Anak Manusia’. Kemuliaan Anak Manusia pada saat kedatangan-Nya menutupi
(mengalahkan) segala hal (kuasa/kemegahan) yang ada. Apakah semua orang akan menikmati
kemuliaan Anak Manusia? Tentu tidak! Karena itu, Yesus memeringatkan agar kita senantiasa
waspada dalam menantikan waktu itu. Karena, hanya orang-orang ‘berpengharapan pasti’ (setia) dan
dalam penantian yang benar (hidup menurut firman) yang akan menikmati serta mengalami
bersukacita penuh atas waktu itu. Orang-orang yang dimaksud dalam hal ini adalah orang-orang yang
meletakkan pengharapannya hanya kepada TUHAN saja.
KORELASI
(Salah satu) tema yang menonjol dari keempat ini adalah pengharapan yang diletakkan di
tempat yang tepat yakni di dalam kuasa dan janji TUHAN.

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Apa itu Pengharapan?
Pengharapan merupakan sebuah kekuatan dalam menjalani kehidupan. Orang-orang yang
memiliki pengharapan akan terus kuat menjalani kehidupannya. Sebab, hanya dengan pengharapan
manusia mampu memaknai kehidupan ini. Sebaliknya, orang-orang yang “tidak berpengharapan”
akan cenderung mengalami kekosongan makna (vacuum existential) yang mendorongnya kepada
keputusasaan menjalani hidup ini. Singkatnya, pengharapan adalah spirit1 untuk menjalani
kehidupan.
Seorang pemikir dari Perancis, Jacques Derrida (1930-2004), pernah menuliskan hal terkait
pengharapan. Derrida memulainya dengan kata “Mesias”. Baginya, ‘Mesias’ dapat diartikan “sesuatu
yang dinantikan” dan “pasti akan terjadi”, namun “entah kapan”. Singkatnya, ‘Mesias’ adalah
“kepastian dalam ketakmenentuan”; pasti akan terjadi tetapi tidak tahu kapan waktunya. Derrida
menyebutnya sebagai pengharapan (Mesianik). Dalam konteks Kristiani, setiap orang percaya
harusnya senantiasa “Berpengharapan Mesianik” (bdk. Ibr. 11:1; “kesatuan iman dan harapan” bisa
dipilah, tetapi tidak bisa dipisahkan).

Bagaimana Hidup dalam Pengharapan yang Pasti?


Setiap orang sangat mungkin (untuk tidak mengatakan pasti) memiliki harapan dalam
hidupnya. Namun, tidak berarti bahwa semua harapan itu akan terwujud. Kepada siapa/apa
pengharapan itu diletakkan (disedan) akan sangat menentukan kepastian dari pengharapan itu.2 Dalam
kehidupan orang-orang percaya, kepada siapa mereka meletakkan harapannya? Jawabannya sangat
jelas dan pasti, yakni hanya kepada Tuhan! Mengapa hanya kepada Tuhan? Jawabannya juga jelas
dan pasti, yakni karena hanya Tuhan yang tidak pernah berubah dalam segala janji-Nya! IA-lah
sumber kebenaran3 dan di dalam kebenaran tidak ada dusta!

Pengharapan sebagai Kesaksian Iman Orang Percaya


Minggu Adven I secara umum di dalam Gereja dimaknai dengan Minggu Pengharapan (hope).
Setelah penantian panjang terhadap kedatangan Mesias, pengharapan akan Sang Penyelamat yang
diurapi dan dinantikan oleh dunia yang “gelap” digenapi. Pada dasarnya, penggenapan janji
kedatangan Mesias diperuntukkan untuk dunia ini tanpa terkecuali. Pada kenyataannya, tidak semua
manusia memiliki pengharapan akan penggenapan janji itu. Karena itu pula, tidak semua orang
merasakan sukacita besar akan kedatangan Mesias. Sebaliknya, bagi orang-orang yang tekun dalam
pengharapan akan mengalami sukacita yang tidak terlukiskan.
Dalam kehidupan orang percaya masa kini, penantian dimaknai dalam tiga hal, yakni: 1)
perayaan pengharapan yang telah digenapi di masa lalu 4, 2) penantian pengharapan kedatangan

1
Kata ‘spirit’ berasal dari kata Latin spiritus yang diterjemahkan: kekuatan, kuasa, roh (penggerak), daya dorong.
2
Jika seseorang sakit, maka ia berharap kepada “ahlinya”, yakni dokter/tabib dan bukan kepada montir. Selain
itu, ada banyak jenis asuransi di dunia ini yang menawarkan berbagai jaminan, namun tidak ada satu pun di antara semua
yang bisa memberikan jaminan kepastian (sewaktu-waktu tanpa diduga asuransi bisa bangkrut, tutup, ingkar janji, dan lain
sebagainya).
3
Bandingkan dengan Yohanes 14:6 dan juga 1 Yohanes 2:21.
4
Merayakan dalam refleksi.
kembali5, dan 3) terus hidup dalam perilaku yang mencerminkan kehidupan orang percaya. 6
Demikianlah kehidupan orang-orang percaya yang senantiasa berpengharapan dalam Tuhan
menantikan (kedatangan kembali) penggenapan janji Tuhan dengan cara menanti yang benar.

5
Menantikan dalam profleksi.
6
Kehidupan yang memuliakan Bapa dan berfokus pada Kristus serta bergantung pada
Roh Kudus.
Bahan Khotbah Minggu Adven II, 10 Desember 2023

PERTOBATAN DAN KESETIAAN


Kapengkatobaran sioloanan Kamarurusan
Bacaan Mazmur : Mazmur 85:1-2, 8-13
Bacaan 1 : Yesaya 40:1-11
Bacaan 2 : 2 Petrus 3:8-15a
Bacaan 3 : Markus 1:1-8 (BU)
Nas Persembahan : Mazmur 85:10-11
Petunjuk Hidup Baru : Markus 1:4

Tujuan:
1. Jemaat memahami bahwa pertobatan merupakan awal mula kesetiaan.
2. Jemaat senantiasa hidup dalam cinta dan kesetiaan kepada Tuhan sebagai tanda pertobatan.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 85:1-2, 8-13. Berdasarkan keyakinan yang kuat, pemazmur menaikkan doa
permohonan pemulihan bagi Israel (ay. 2). Ada kesadaran yang sangat mendasar dari pemazmur,
yakni kedamaian hanya mungkin terjadi jika umat-Nya mendasarkan diri dan hidup pada firman
Tuhan. Selain itu, pemazmur dengan sadar mengajak Israel untuk tidak mengulangi kebodohan yang
pernah mereka lakukan (ay. 8) Karena, kebodohan hanya akan mendatangkan murka Tuhan.
Sebaliknya, ketaatan dan kedekatan kepada Tuhan membawa mereka pada membawa kepada
suasana hidup yang dipenuhi kasih dan kesetiaan serta keadilan dan damai sejahtera yang tidak
berkesudahan (ay. 9-10).
Yesaya 40:1-1. Teks ini menyampaikan pesan penguatan bagi orang-orang Israel yang berada
dalam pembuangan di Babel (ay. 1-5). Pembuangan sebagai akibat dari pelanggaran (dosa dan
kesalahan). Selanjutnya, pesan ini juga tentunya disampaikan kepada setiap orang yang
pelanggarannya mengalami penindasan oleh dosa. Dalam situasi ketertindasan tersebut, pesan
Yesaya memunculkan pengharapan yang menguatkan umat untuk setia menantikan janji pembebasan
Tuhan.
Karena itu, sekalipun berada dalam situasi penderitaan, umat Tuhan dinasihatkan untuk tetap
setia menantikan kelepasan dari-Nya. Dosa pasti dan harus dihukum. Hal tersebut menegaskan
keadilan Tuhan. Sekalipun demikian, kasih Tuhan juga tetap dinyatakan kepada umat-Nya. Dengan
kata lain, kasih Allah tetap nyata dalam penghukuman-Nya. Pembuangan, sebagai penghukuman
akibat dosa, merupakan cara Tuhan mendisiplinkan umat-Nya. Sementara itu, janji yang
memunculkan pengharapan (yang pasti) merupakan tidak terbantahkannya kasih Tuhan. Akan ada
titik yang menjadi ketetapan batas waktu mendisiplinkan umat-Nya. Batas waktu itu merupakan pintu
masuk untuk merayakan kemenangan di dalam Tuhan (ay. 9-11).
2 Petrus 3:8-15a. Surat ini merespons keraguan terhadap kebenaran dan kepastian pesan Ilahi.
Pesan atau wahyu Ilahi yang dulunya begitu kuat diyakini, kini mulai dipertanyakan dengan
munculnya ajaran (tafsiran-tafsiran) yang semena-mena dari guru-guru palsu. Ditambah lagi, satu
persatu “saksi mata” menghilang. Petrus pun mengingatkan dan meneguhkan kembali keyakinan
jemaat bahwa janji dan pesan Ilahi tidak pernah berubah (ay. 8). Tuhan tidak pernah lalai dalam
mengingat dan (pasti akan) menepati janji-Nya dan Ia tidak menginginkan bahkan tidak membiarkan
umat-Nya binasa sekalipun mereka meragukan dan mengabaikan janji-Nya. Sebab itu, Petrus
menasihatkan pertobatan dan kembali ke jalan Tuhan, serta mengingat janji-Nya yang pasti akan
digenapi (ay. 9-10). Kasih dan kesetiaan Tuhan bersifat kekal. Karena itu, umat Tuhan hendaknya
setia menantikan penggenapan janji Tuhan dengan cinta dan kesetiaan kepada-Nya.
Markus 1:1-8. Injil Markus dimulai dengan pelayanan (pembaptisan) Yohanes sebagai
penggenapan nubuat tentang dirinya yang menjadi ‘pembuka jalan’ bagi Yesus Kristus. Sekalipun
demikian, hal itu bukan berarti bahwa Yohanes yang menjadi inti pemberitaan di dalamnya.
Bagaimanapun juga, Yesus Kristus adalah Juruselamat yang diurapi, Mesias yang dijanjikan, dan
dinantikan tetap menjadi inti dan fokus pemberitaan Injil Markus.
Dunia telah begitu rusak akibat dosa. Karena itu, diperlukan persiapan yang matang dalam
rangka kedatangan Yesus Kristus. Pemberitaan (perkataan dan cara hidup) Yohanes Pembaptis
memersiapkan kedatangan Injil ke dalam dunia, ke dalam hati manusia, sekaligus perlawanan
terhadap segala bentuk penghalang bagi Injil tersebut. Matthew Henry (1662-1714), seorang penafsir
dari Inggris, menggambarkan kehidupan Yohanes Pembaptis yang begitu unik sebagai bentuk
perlawanan dan penolakan terhadap gaya hidup “keduniawian”, yakni pemadaman sifat kedagingan.
Henry menyebut hal ini sebagai “kebencian” kudus terhadap hal “keduniawian” dan “kedagingan”.
Lebih jauh, penolakan ini tampak melalui makanan dan pakaian Yohanes Pembaptis; pakaian dan
makanan menjadi simbol penolakan terhadap kesenangan “duniawi”. Dengan demikian, (salah satu)
penekanan dalam teks ini adalah ‘persiapan’ yang matang bagi kedatangan Yesus Kristus.

KORELASI
Keempat bahan bacaan menekankan suasana hati dalam menyambut kedatangan Tuhan
dalam diri manusia (umat-Nya). Suasana hati yang penuh kesetiaan dan cinta menjadi kunci
pemenuhan harapan dari Tuhan.

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Pertobatan dan Kesetiaan
Alkitab memerkenalkan konsep pertobatan dengan kata metanoia (bahasa Yunani) yang
berarti ‘berbalik arah’ atau berbalik dari ‘kehidupan lama’ (manusia lama) kepada ‘kehidupan baru’
(manusia baru dalam Yesus Kristus).7 Setelah ‘berbalik arah’, seseorang tidak diperkenankan lagi
sekali-sekali berbalik ke arah ‘kehidupan lama’.8
Alkitab juga memerkenalkan konsep kesetiaan dengan kata pistis atau pistos (bahasa Yunani)
yang berarti (ke)setia(an). Kata tersebut sering dihubungkan dengan kata hupomone yang berarti
‘ketabahan’ dan ‘ketekunan’. Menariknya, kata pistis atau pistos dapat diumpamakan seperti “anak”.
Ada “anak” berarti ada “orang tua”. Siapa “orang tuanya”? “Orang tuanya” disebut hupomone. Jadi,
dari perkawinan antara ‘ketabahan’ dan ‘ketekunan’ lahirlah seorang anak yang bernama ‘kesetiaan’. 9
Kedua pemahaman di atas menunjukkan bahwa pertobatan dan kesetiaan itu merupakan hal yang
bisa dipilah, namun tidak bisa dipisah. Keduanya harus dan terus berjalan bersamaan dalam satu
kesatuan yang utuh.

Penantian dalam kesetiaan


Akibat dari ketidaksetiaan dan ketidaktaatan Israel, mereka terbuang dari hadapan Tuhan.
Mereka begitu terpuruk dan “kehilangan” harga diri (bdk. Kisah “Anak Hilang”; bahkan dianggap
tidak layak dan mendapat makanan sisa hewan). Sungguh suatu situasi yang sangat menyedihkan

7
Kata ‘dalam’ berarti hidup dalam kasih dan kehendak Yesus Kristus (hidup yang berpusat dan berfokus kepada
Yesus Kristus). Kebalikan dari kata ‘dalam’ adalah ‘luar’. Hal ini menegaskan bahwa di luar kasih dan kehendak Yesus
Kristus tidak mungkin tercipta ‘kehidupan baru’ (manusia baru). Jadi, ‘kehidupan baru’ adalah kehidupan yang berpusat
dan berfokus kepada Yesus Kristus secara terus-menerus untuk mengalami pembaharuan hidup semakin serupa dengan
Kristus.
8
Jangankan ‘berbalik ke kehidupan lama’, menoleh pun harusnya tidak boleh. Bandingkan dengan kisah istri Lot
yang menoleh ke belakang (kehidupan lama) ketika meninggalkan Sodom dan Gomora. Apa yang terjadi? Istri Lot menjadi
tiang garam (dianggap tidak layak untuk masuk ke dalam ‘kehidupan baru’ karena hatinya terus melekat dan tidak tega
meninggalkan ‘kehidupan lama’ yang pasti menuju kepada kebinasaan).
9
Kesetiaan hanya dimungkinkan jika ada yang namanya ‘cinta’. Tanpa cinta tidak mungkin ada kesetiaan.
ketika manusia terbuang (membuang diri) dari hadapan Tuhan. Pemazmur (Mzm. 85:1-2, 8-13)
menyadari penyebab penderitaan yang menciptakan kesadaran dalam dirinya hingga mengajak Israel
untuk memohon pengampunan dan kekuatan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dalam
bacaan Yesaya, masa pembuangan menjadi ruang dan waktu untuk merenungkan ‘ketidaksetiaan’
umat Tuhan. Dalam situasi perenungan itu, pesan penguatan dan pengharapan dari Tuhan
disampaikan (bdk. Sepenggal syair nyanyian: “…dan bangsa yang lelah beroleh harap”). Dalam surat
Petrus, pesan Ilahi dinyatakan untuk menghilangkan keraguan akan janji Tuhan.
Dengan merenungkan ketiga bagian bacaan di atas, salah satu makna yang dapat dipetik
terkait Minggu Adven II adalah bahwa melalui situasi keterpurukan yang sangat dalam, Tuhan terus
mengasihi dengan kembali menyalakan “api” cinta dan kesetiaan dalam diri umat-Nya dalam
menantikan penggenapan janji-Nya. Api cinta dan kesetiaan inilah yang diharapkan sebagai
persiapan dan pembuka jalan bagi kelahiran MESIAS dalam hati setiap orang sebagaimana pesan
dari Injil Markus.

Tuhan lebih besar dari ketidaksetiaan manusia


“Ketika manusia tidak setia Tuhan tetap setia”. Mengapa demikian? Karena Tuhan tidak
pernah mengingkari janji-Nya yang adalah cinta dan kesetiaan. “Ketika manusia melupakan Tuhan,
IA tidak pernah mau membiarkan manusia melupakan diri-Nya”. Mengapa demikian? Karena hidup
manusia berharga di mata Tuhan.
Selamat merayakan Adven II dalam Cinta dan Kesetiaan!

Bahan Khotbah Minggu Adven III, 17 Desember 2023

BERSUKACITA DI DALAM TUHAN


Tontong Parannu lan Puang
Bacaan Mazmur : Mazmur 126
Bacaan 1 : Yesaya 61:1-11 (BU)
Bacaan 2 : 1 Tesalonika 5:16-24
Bacaan 3 : Yohanes 1:6-28
Nas Persembahan : 1 Tesalonika 5:16-18
Petunjuk Hidup Baru : Mazmur 126:3

Tujuan:
1. Jemaat memahami seperti apa dan bagaimana sukacita di dalam TUHAN.
2. Jemaat senantiasa hidup dalam sukacita sebagai perwujudan iman dalam Yesus Kristus.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 126 merupakan nyanyian pujian dalam ziarah atas perkara besar yang dilakukan
oleh Tuhan dalam memulihkan Sion. Karya Tuhan yang begitu menakjubkan dialami serasa mimpi
(ay. 1). Demikianlah karya pemulihan Tuhan yang dialami oleh orang yang tabah dan tekun (setia).
Mereka akan menuai sukacita dari kesetiaan (sukacita yang merupakan buah dari kesetiaan) dalam
penantian anugerah Tuhan.
Yesaya 61:1-11 merupakan berita pembebasan (keselamatan) yang didasari oleh kasih Allah.
Bacaan ini sering diidentikkan dengan tahun Yobel yang mana pembebasan diterima hanya oleh kasih
karunia berdasarkan ketetapan-ketetapan hukum yang berlaku dalam lingkungan bangsa Israel. Selain
itu, Yesus juga mengutip bagian ini, Lukas 4:18-19, dalam menegaskan pembebasan bagi umat
manusia. Pembebasan hendak menegaskan bahwa apa kebebasan manusia mewujud semata-mata
karena kasih karunia. Karena, memang pada dasarnya, manusia tidak dapat mengupayakan
pembebasan dirinya dari dosa dengan kekuatan sendiri. Kasih karunia Allah, yang membebaskan,
mendatangkan sukacita besar bagi manusia sekaligus mengganti aib menjadi sukacita.
1 Tesalonika 5:16-24. Teks ini berisi nasihat-nasihat praktis (ay. 16-22) yang dimulai dari
nasihat untuk bersukacita sebagai kekuatan dalam menjalani hidup sebagai anak-anak Allah dan cara
hidup yang benar dalam penantian penggenapan janji. Kunci untuk menghidupi nasihat-nasihat ini
adalah ketaatan sepenuhnya kepada otoritas Yesus Kristus. IA yang memanggil, IA pula yang akan
menggenapi semua janji pemanggilan-Nya (ay. 23-24).
Yohanes 1:6-28. Fokus pembicaraan pada bagian ini adalah Yohanes Pembaptis sebagai saksi
bagi Terang, yaitu Yesus Kristus. Kendati fokusnya adalah Yohanes, tetapi tokoh utamanya adalah
Yesus Kristus. Pemilihan dirinya sebagai saksi (dan yang mendahului kedatangan Yesus) merupakan
sebuah keistimewaan bagi Yohanes. Karena itu, pemilihan ini menjadi sukacita yang besar.
Menariknya, dalam karya pertobatan, Tuhan melibatkan manusia di dalamnya.

KORELASI
Karya Allah yang membebaskan dari penindasan karena dosa mendatangkan sukacita bagi
manusia.

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Seperti apa sukacita di dalam Tuhan?
Jika ada “sukacita di dalam Tuhan”, maka sebaliknya sangat mungkin juga ada “sukacita di
luar Tuhan”. “Sukacita di luar Tuhan”, tentu saja, tidak didasarkan pada kehendak Tuhan. Lalu,
bagaimana dengan pernyataan pertama? Ada beberapa jenis kesenangan atau kebahagiaan yang bisa
dirasakan oleh manusia, di antaranya kesenangan atau kebahagiaan yang bersifat fisik/biologis,
psikologis, dan juga spiritual. Menurut beberapa tokoh dan pemikirannya dalam filsafat, kesenangan
atau kebahagiaan tertinggi adalah kebahagiaan spiritual. Tidak ada lagi kebahagiaan yang
mengatasinya. Lebih lanjut, menurut Thomas Aquinas, seorang imam asal Italia, tujuan akhir orang
percaya adalah ketika ia memandang (berjumpa) dan merasakan (mengalami) Sang Sumber
kebahagiaan yang adalah Allah sendiri. Jika kebahagiaan tertinggi itu hanya bisa diperoleh dari Sang
Sumber Kebahagiaan, maka artinya manusia tidak dapat menghadirkan kebahagiaan itu dengan
mengandalkan kekuatannya sendiri. Akan tetapi, ia hanya dapat diperoleh jika Tuhan yang
menganugerahkan.
Pertanyaannya selanjutnya, apakah manusia layak menerima kebahagiaan itu? Jawabannya
jelas! Sesungguhnya, manusia sangat tidak layak menerima kebahagiaan itu, tetapi karena karunia
Tuhan di dalam Yesus Kristus, manusia dilayakkan menerimanya. Karena itu, sangat jelas bahwa
kebahagiaan spiritual sebagai kebahagiaan tertinggi merupakan anugerah dari Tuhan, dan itulah yang
dimaksudkan dengan: “Bersukacita di dalam Tuhan”.
Ketiga bacaan memerlihatkan karya Allah dalam menebus dan menyelamatkan umat-Nya
yang memuncak dalam Injil Yohanes (bacaan keempat), yang mana Allah mengutus Yohanes10 untuk
memersiapkan jalan bagi Yesus Kristus.

Mengapa bersukacita di dalam Tuhan?


Kerinduan Tuhan menjumpai dan memulihkan manusia dari dosa dipersiapkan dengan baik
bahkan jauh sebelum hari penggenapannya. Tidak ada kekuatan yang dapat menghalangi kerinduan
tersebut. Dalam kitab Yesaya, ketetatan-ketetapan yang dirancang oleh Allah sendiri adalah untuk
membebaskan umat-Nya dalam tahun Yobel. Dalam tahun ini, umat dibebaskan ‘hanya oleh kasih

10
Menarik untuk diperhatikan pada diri Yohanes Pembaptis, bahwa kesadarannya sebagai pendahulu yang dipilih
dan ditetapkan oleh Allah sendiri menciptakan sukacita yang luar biasa dalam melaksanakan segala tugas dan tanggung
jawab yang dipercayakan kepadanya dengan setia bahkan ketika ia harus mengalami martir (dibunuh karena
mempertahankan kebenaran yang dipersaksikannya).
karunia Allah’ (tidak melibatkan upaya manusia). Selanjutnya, karya Allah yang membebaskan itu
memuncak di dalam kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia menjumpai manusia yang terbelenggu
oleh dosa. Semuanya dilakukan karena kasih-Nya yang begitu besar kepada dunia, sekalipun manusia
tidak layak menerima anugerah keselamatan itu oleh karena keberdosaannya. Bukankah suatu
sukacita yang tiada terkira ketika manusia menerima sesuatu yang tidak dapat diusahakannya serta
tidak layak diterimanya tetapi tetap dianugerahkan kepadanya?

Sukacita yang Mewujud dalam Gaya Hidup


Kata Yunani untuk “bersukacitalah senantiasa” dalam 1 Tesalonika 5:16 adalah pantote
(senantiasa) dan khairete (bersukacitalah). Kata khairete berasal dari kata khara yang memiliki tiga
makna utama dalam Perjanjian Baru, yakni (1) kegembiraan yang meluap-luap (kepenuhan), (2)
kegembiraan mendalam yang muncul dari hubungan pribadi manusia dengan Allah, dan (3)
kegembiraan karena memenuhi kehendak Allah. Sementara kata ‘senantiasa’ bermakna berkelanjutan
dan/atau terus menerus. Dari ketiga makna pokok tersebut, sukacita yang dimaksudkan bukan emosi
sesaat, melainkan kegembiraan atau sukacita meliputi tindakan sebagai buah dari relasi dengan Allah.
Dengan kata lain, sukacita yang mewujud dalam tindakan secara terus menerus (senantiasa) sekaligus
gaya hidup. Gaya hidup yang menjadi kesaksian kasih Allah merupakan sukacita di dalam Tuhan.
Hal itu yang dikehendaki oleh Tuhan dalam menyambut kedatangan-Nya. Amin!
Bahan Khotbah Minggu Adven IV, 24 Desember 2023

PERDAMAIAN DARI PIHAK TUHAN


Puang Matua oto’na Kamarampasan
Puang Oto’na Kasikaeloan
Bacaan Mazmur : Lukas 1:46b-55
Bacaan 1 : 2 Samuel 7:1-17
Bacaan 2 : Roma 16:25-27
Bacaan 3 : Lukas 1:26-38 (BU)
Nas Persembahan : Roma 16:27
Petunjuk Hidup Baru : Lukas 1:38

Tujuan:
1. Jemaat memahami bahwa Allah memulai karya perdamaian dengan manusia di dalam Yesus Kristus.
2. Jemaat senantiasa hidup dalam karya perdamaian dari Allah.

PEMAHAMAN TEKS
Lukas 1:46b-55 adalah refleksi iman sekaligus pujian Maria kepada Tuhan atas perbuatan
besar yang dilakukan Tuhan atas dirinya dan kepada semua orang yang takut akan Dia. Pujian
tersebut merupakan keyakinan yang luar biasa atas perbuatan Tuhan di masa lalu dan yang akan Ia
lakukan di masa depan bagi orang-orang yang takut kepada-Nya. Perbuatan Tuhan di masa lalu
direfleksikan dan diprofleksikan11 (masa depan; pengharapan) “kini” dan “di sini”.
2 Samuel 7:1-17. Setelah pergumulan panjang yang dialami Israel di bawah pimpinan Daud,
Allah menganugerahkan ketenangan dan keamanan dari semua ancaman musuh. Dalam situasi ini,
ia ingin mendirikan tempat bagi Tuhan. Melihat kerinduan ini, tampaknya tidak ada yang salah,
bahkan terlihat sangat mulia. Kerinduan inipun dipandang baik oleh Natan sebagai rencana yang
tepat. Namun, Tuhan berkehendak lain. Di sini, Tuhan justru memberikan pemahaman yang benar
kepada Daud dan kepada Natan. Tuhan mengingatkan Daud bahwa Ia yang berdaulat atas segala
pencapaiannya. Pada saat yang sama, Ia juga memerbaiki pemahaman Natan yang setuju dengan
rencana Daud.
Salah satu pesan tersirat teks ini adalah bahwa Tuhan menghendaki agar Daud dan Natan
menaklukkan kehendak mereka di bawah kehendak Tuhan agar hubungan mereka tetap terjaga di
dalam ketaatan, karena hubungan yang baik dengan Tuhan merupakan kunci ketenangan dan
kedamaian. Selanjutnya Tuhan memberikan janji keamanan bagi Daud dan keturunannya. Oleh
keturunan Daud kelak, Bait Allah akan dibangun.
Roma 16:25-27. Surat Paulus kepada jemaat di Roma diakhiri dengan sebuah doksologi
(pujian). Di sini, ia menegaskan bahwa cara sempurna menjadi manusia adalah hidup demi
kemuliaan Allah (ay. 27). Pujian kepada Tuhan merupakan suatu cita-cita karena umat manusia telah
ditarik keluar dari keberdosaannya. Dosa telah menjungkirbalikkan umat manusia, sehingga manusia
memandang seolah-olah Tuhan tidak ada. Sebab itu, pujian kepada Allah adalah sesuatu yang
asing; dan yang normal adalah pujian manusia pada dirinya (Rm. 1:28). Namun, kabar baiknya
adalah cita-cita ini, hidup sebagai pujian kepada Allah, kini diberitakan agar manusia dapat hidup
dalam “ketaatan iman” (ay. 26). Ketaatan dan pujian kepada Allah sudah selayaknya sebab Ia telah
mengambil inisiatif dan mengungkapkan kasih-Nya di dalam Yesus Kristus (ay. 25).
Lukas 1:26-38. Malaikat Gabriel merupakan salah satu malaikat utama. Dengan demikian
pesan Allah yang dibawanya tentunya membawa pesan utama pula. Setelah beberapa ratus tahun
tidak ada pesan Allah kepada orang Israel, tibalah IA menggenapi janji kelepasan dan perdamaian

11
Bahasa yang digunakan Joas Adiprasetya untuk sesuatu yang diarahkan kepada masa depan.
kepada umat-Nya (…dan bangsa yang lelah kini beroleh harap). Situasi ini dialami oleh Maria. Dalam
teks ini, ia menerima pemilihan Allah atas dirinya. Namun menariknya, respons Maria atas pemilihan
dan rencana Allah menjadi sukacita besar baginya. Luapan sukacita itu bahkan jauh lebih besar dari
pada resiko sosial yang mungkin diterimanya. Rencana Allah jauh lebih besar dari yang dapat
dipikirkan dan direncanakan manusia. Rencana ini merupakan puncak penggenapan janji
perdamaian Allah dengan manusia. Maria pun menyambut dengan sukacita pendamaian dari Tuhan
untuk dirinya dan untuk semua makhluk.

KORELASI
Setelah melalui serentetan perguluman, Tuhan menganugerahkan ketenangan dan keamanan
(kedamaian) bagi Daud. Setelah melalui masa penantian yang sangat lama, Tuhan pun melaksanakan
penggenapan janji (puncak) kepada manusia melalui Maria yang direspons dengan pujian. Setelah
mengalami pemulihan dan pendamaian dari pihak Tuhan, Paulus memokuskan hidup dan
pelayanannya bagi kemuliaan Tuhan serta mengajak jemaat di Roma untuk tetap hidup di jalan
perdamaian Tuhan.12 Pendeknya, hanya oleh karya kasih karunia Tuhan, manusia beroleh anugerah
pendamaian dan keselamatan melalui di dalam Yesus Kristus.

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Pemberontakan Manusia versus Kesetiaan Tuhan
Pelanggaran terhadap perintah merusak hubungan antara pihak pemberi perintah dan pihak
penerima perintah. Demikianlah, yang terjadi ketika manusia melanggar perintah yang diberikan oleh
Tuhan di Taman Eden. Hal tersebut mengakibatkan terpisahnya manusia dengan Tuhan. Apakah itu
menjadi akhir dari relasi Tuhan dengan manusia? Sama sekali tidak! Justru pada titik inilah karya
pemulihan dari Tuhan untuk manusia (baca: dunia) dimulai. Ketika manusia “hilang”, maka Tuhan
mencari manusia. Pencarian yang dilakukan-Nya bersifat menyeluruh baik dalam ruang maupun
waktu. Mengapa Ia melakukan ini? Apa tujuan-Nya?

Pendamaian dari Tuhan bagi Manusia


Terhadap rusaknya sebuah karya, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi: (1) dibuang atau
(2) diperbaiki. Alih-alih membuang ciptaan yang “rusak”, Allah justru memperbaikinya. Ia memilih
untuk berdamai dengan manusia walaupun manusialah yang memulai permusuhan itu. Manusia
begitu berharga di mata Tuhan (sebagai ciptaan yang dipercaya menjadi penangjung jawab bumi). Ia
berkenan menganugerahkan perdamaian walaupun manusia tidak layak menerimanya. Akan tetapi,
apakah semua manusia menerima tawaran (anugerah) pendamaian dari TUHAN?
Maria, dalam Injil Lukas, memerlihatkan sebuah sikap hati yang patut diteladani. Walaupun
harus berhadapan dengan resiko yang besar dan sangat mungkin dianggap aib dalam masyarakat, ia
justru menerima dengan sukacita kehendak Allah dalam dirinya. Maria sepenuhnya tunduk kepada
kehendak Allah. Minggu Adven ke IV dimaknai sebagai ‘Minggu Perdamaian’. Kita diharapkan
bersukacita menyambut kedatangan Yesus Kristus sebagai anugerah pendamaian dan keselamatan
dari pihak Allah.

Bahan Khotbah Malam Natal, 24 Desember 2023

HARI INI…
Allo totemo…
Bacaan Mazmur : Mazmur 96:1-13

12
Perhatikan latar belakang kehidupan Paulus.
Bacaan 1 : Yesaya 9:2-7
Bacaan 2 : Titus 2:11-14
Bacaan 3 : Lukas 2:1-20 (BU)
Nas Persembahan : Mazmur 96: 8-9
Petunjuk Hidup Baru : Titus 2:11-12

Tujuan:
1. Jemaat semakin meyakini bahwa Kristus adalah Juruselamat yang dijanjikan oleh Allah.
2. Jemaat menjadikan “hari ini” sebagai momentum untuk menghidupi keselamatan di dalam Kristus.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 96 merupakan undangan bagi seluruh bumi untuk menyambut Tuhan sebagai Raja.
Frasa “seluruh bumi” menegaskan bahwa kedatangan Tuhan akan menjadi sukacita bukan hanya
untuk manusia, tetapi juga untuk seluruh bumi. Undangan untuk menyambut kedatangan Tuhan
dalam teks ini terkesan berani dan provokatif. Israel bukanlah bangsa yang besar jika dibandingkan
dengan bangsa-bangsa lain, seperti Babel, Mesir, dan Asyur. Bangsa-bangsa besar tersebut memiliki
allah yang mereka sembah. Akan tetapi, pemazmur menandaskan bahwa Tuhan-lah yang menjadikan
langit. Allah bangsa-bangsa lain tampak sebagai berhala di hadapan-Nya. Dengan penegasan ini,
pemazmur mengundang seluruh makhluk untuk memuliakan Tuhan dengan nyanyian syukur dan
mempersaksikan perbuatan-perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa dari hari ke hari. Jika Ia datang
untuk menjadi Raja dan Hakim yang akan memerintah dalam kebenaran dan keadilan, maka sudah
selayaknya seluruh isi bumi bersukacita menyambut-Nya.
Yesaya 9:2-7 merupakan kabar sukacita bagi Israel Utara dan Israel Selatan. Dalam
ketidakberdayaan, keduanya telah tergoda untuk mencari perlindungan kepada bangsa-bangsa yang
mereka anggap digdaya. Hasilnya, mereka semakin terpuruk. Yesaya menggambarkan kondisi Israel
sebagai bangsa yang berjalan dalam kegelapan atau berada di dunia orang mati. Namun, cinta Allah
yang kekal hadir menerangi kegelapan mereka. Ia berkenan mengangkat mereka dari kematian.
Gambaran tentang tongkat penindas yang dipatahkan dan alat-alat perang yang dimusnahkan oleh
Allah semakin menegaskan tindakan Allah yang tidak hanya melepaskan mereka dari kematian,
melainkan juga membawa mereka kepada hidup yang tentram. Menariknya, Yesaya menubuatkan
bahwa seluruh tindakan Allah tersebut mewujud di dalam diri seorang Anak Laki-laki. Ia-lah yang
akan mewajahkan atribut-atribut Allah, seperti Penasihat Ajaib, Pahlawan Perang, Bapa yang Kekal,
dan Raja Damai. Singkatnya, kelahiran sang anak menegaskan bahwa Allah berdiam bersama umat-
Nya. Ia akan menjadi hakim yang mengukuhkan kebenaran dan keadilan, menjadi pembela umat-
Nya, dan pelindung bagi orang-orang yang terpinggirkan. Di dalam Dia, seluruh makhluk akan
diperdamaikan dengan Allah.
Titus 2:11-14 menegaskan bahwa kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia sudah
terwujud di dalam Yesus Kristus. Oleh kasih karunia itu, Allah melayakkan dan menguduskan kita
menjadi umat kepunyaan-Nya. Di dalam kasih karunia itu pula, Allah mendidik kita untuk hidup
bijaksana, adil, dan saleh. Dengan kata lain, status “umat Tuhan” itu adalah perwujudan kasih
karunia. Mereka wajib menghidupi status tersebut dalam kekudusan karena Ia yang
mengaruniakannya adalah kudus. Lalu, Paulus menegaskan kepada Titus bahwa kesalehan hidup
umat Tuhan perlu memiliki dimensi rasuli. Umat Tuhan wajib menjadikan kesalehannya sebagai
kesaksian tentang Dia yang mengaruniakannya. Dengan cara inilah, kasih karunia yang
menyelamatkan dialami dan dirayakan dalam kehidupan sehari-hari.
Lukas 2:1-20 mengisahkan tentang kelahiran Yesus Kristus. Dari kisah tersebut Lukas
mencatat beberapa hal menarik. Pertama, Yesus adalah keturunan Daud. Ironisnya, kebenaran Yesus
sebagai keturunan Daud diperoleh melalui sensus penduduk yang diperintahkan oleh Kerajaan
Romawi. Di sini, Lukas hendak menegaskan sejak awal bahwa Allah melibatkan bangsa lain dalam
karya penyelamatan-Nya. Yesus lahir bukan hanya untuk orang Yahudi, melainkan juga untuk semua
orang. Kedua, tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Kata “penginapan” dalam teks
ini memakai kata Yunani kataluma yang merujuk kepada sebuah ruangan pada konstruksi rumah
orang Yahudi. Kataluma biasa dipakai oleh tuan rumah untuk menjamu tamu. Karena kataluma tidak
tersedia, maka Maria melahirkan di tempat lain yang kemungkinan besar sering menjadi tempat
peristirahatan hewan-hewan yang dipakai oleh para peziarah. Tempat tersebut cukup mudah diakses
oleh orang banyak. Namun, tempat tersebut tidak bisa dipadankan dengan kandang hewan
sebagaimana yang kita pahami dalam konteks Toraja. Singkatnya, Lukas menyaksikan bahwa Yesus
lahir di tempat yang memudahkan orang untuk berjumpa. Dengan demikian, pesannya juga jelas. Ia
lahir untuk semua orang. Ketiga, kesaksian para gembala. Malaikat memberitakan kepada mereka
bahwa Ia yang lahir adalah Juruselamat yang akan mendatangkan kedamaian bagi seluruh bumi. IA
tidak datang hanya untuk Israel, tetapi juga untuk seluruh bumi. Berita sukacita tersebut terjadi “hari
ini”. Ajakan para gembala, “Marilah kita pergi...” menjadi ajakan bukan hanya untuk berjumpa
dengan Juruselamat, melainkan juga untuk meneruskan kabar sukacita tentang kelahiran Sang
Juruselamat.

KORELASI
Natal Kristus adalah karunia Allah yang menyelamatkan dalam kebenaran dan keadilan.
Karena itu, Natal Kristus adalah berita sukacita bagi semua makhluk. Ia menjadi berita sukacita bagi
orang-orang yang tertindas dan dirundung kegelapan, seperti orang Israel dan kita. Ia menjadi berita
gembira bagi orang-orang sederhana seperti gembala. Berita sukacita tersebut terjadi “hari ini.”

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Dalam penghayatan kalender gerejawi, malam Natal akan terasa istimewa. Pada malam ini,
penantian kita akan datangnya pengharapan, cinta kasih, sukacita, dan kedamaian yang telah
digemakan dalam minggu-minggu Adven mewujud secara secara sempurna dalam Natal Kristus.

Sukacita atas Natal Kristus


Sukacita atas Natal Kristus merujuk kepada kata joy dalam bahasa Inggris. Kata tersebut
menegaskan bahwa sukacita atas kelahiran Kristus adalah sukacita yang datangnya dari Tuhan. Jika
Natal Kristus adalah kelahiran Juruselamat, maka sukacita Natal adalah sukacita atas keselamatan
yang telah dirancangkan dan sekarang diwujudkan oleh Allah. Menariknya, pemazmur menyatakan
bahwa sukacita atas kedatangan Allah merupakan sukacita bagi seluruh bumi. Kesaksian ini
memerlihatkan bahwa Kristus lahir bukan hanya untuk manusia, melainkan juga untuk seluruh bumi.
Natal adalah kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Karena itu, nilai-nilai cinta kasih, sukacita, dan
kedamaian yang menjadi virtue (kebajikan) dalam peristiwa Kristus perlu menjangkau seluruh
makhluk. Kebajikan tersebut bisa dikonkritkan, misalnya, dalam semangat ugahari (sederhana,
secukupnya, atau sahaja) dalam merayakan Natal Kristus.

Pemerintah Romawi dan Para Gembala


Natal Kristus adalah pernyataan Allah yang menghendaki keselamatan semua bangsa. Yesaya
menyebutnya sebagai Raja Damai. Dia akan memulihkan dunia dan mendamaikan bangsa-bangsa.
Tindakan Allah memulihkan dunia tidak hanya tampak dalam tindakan-Nya merangkul “sang
penindas,” melainkan juga orang-orang kecil dan terpinggirkan. “Sang penindas” dalam kisah Lukas
diwakilkan oleh pemerintah Romawi dan orang-orang kecil diwakilkan oleh para gembala. Ketiadaan
tempat pada kataluma memungkinan orang-orang kecil seperti para gembala tidak kesulitan untuk
menjumpai Kristus yang lahir. Mereka bahkan tampil sebagai orang-orang istimewa di hadapan
Kristus. Kita bisa menduga bahwa setelah Yesus lahir, ada banyak orang yang datang untuk melihat-
Nya. Mereka tentu akan melihat kelahiran itu sebagai kelahiran yang biasa. Kesaksian para
gembalalah yang akhirnya menyingkapkan keistimewaan kelahiran Kristus. Bayi yang lahir itu adalah
Sang Mesias, Juruselamat. Hal itu juga yang disaksikan Paulus kepada Titus. Kasih karunia Allah
yang menyelamatkan semua manusia sudah dinyatakan Allah di dalam Yesus Kristus. Di dalamnya,
Allah berkenan mengasihi “para penindas” dan orang-orang kecil bahkan kita semua. Ia
menguduskan dan melayakkan kita menjadi umat kepunyaan-Nya. Kelahiran Sang Bayi memberi
pengharapan kepada orang-orang yang tertindas dan umat Tuhan yang berjalan dalam kegelapan.
Lebih dari itu, sebagaimana yang digemakan oleh pemazmur dan Malaikat, kelahiran Kristus bukan
hanya kabar gembira bagi semua orang, melainkan juga bagi semua makhluk.

Hari ini sebagai momentum


“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias....” Seluruh kabar sukacita tentang
Natal menemukan momentumnya dalam pernyataan tersebut. Seluruh penantian akan kedatang Sang
Mesias yang menyelamatkan terwujud pada hari ini. Frasa “hari ini” tidak hanya menunjuk kepada
hari kelahiran Yesus di Betlehem 2000-an tahun yang lalu. Frasa ini juga menunjuk kepada kesehari-
harian kita. “Hari ini” adalah momen tiap saat. Maksudnya, jika Allah melalui Natal Kristus telah
dan terus menyatakan cinta-Nya bagi dunia, maka sebagai umat yang telah dikuduskan-Nya kita
mestinya mengambil bagian dalam karya Allah itu “hari ini” (baca: setiap saat). Ajakan “Marilah kita
pergi...” menjadi ajakan untuk berjumpa dengan Kristus dalam keseharian. Ajakan ini adalah tugas
rasuli yang menyuarakan kehadiran Juruselamat kepada dunia yang gelap dan kelam. Undangan
tersebut mengajak kita untuk memberitakan cinta Kristus kepada dunia yang dalam kegelapan karena
penindasan, diskriminasi, dan ketidakadilan. Dalam seluruh hal tersebut, catatan Paulus kepada Titus
perlu terus menggema, “hendaklah hidupmu kudus karena Dia yang kamu layani dalam keseharian
adalah kudus.” Natal Kristus “hari ini” perlu dihidupi oleh orang percaya dalam kekudusan hidup
setiap hari.
Bahan Khotbah Natal, 25 Desember 2023

IMANUEL
Imanuel
Bacaan Mazmur : Mazmur 98
Bacaan 1 : Yesaya 52: 7-10
Bacaan 2 : Ibrani 1:1-12
Bacaan 3 : Yohanes 1:1-14
Nas Persembahan : Mazmur 98:4
Petunjuk Hidup Baru : Yesaya 52: 9

Tujuan:
1. Jemaat mampu mengenali segala bentuk perlawanan dan penolakan kepada Allah yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Jemaat meyakini bahwa Natal Kristus adalah tindakan cinta dari Allah untuk dunia yang menolak-Nya.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 98 merupakan nyanyian syukur atas keselamatan yang dikerjakan Allah. Di sini,
pemazmur memerlihatkan sebuah kesaksian yang menarik. Pada bagian awal (ay. 1-3), karya
penyelamatan Allah terkesan sangat eksklusif. Allah yang adil digambarkan sebagai Allah yang
melepaskan umat-Nya dari penindasan bangsa lain. Bagi pemazmur, tindakan Allah tersebut
mengakar dalam kasih dan kesetiaan-Nya kepada Israel. Dengan kata lain, Allah akan berperkara
dengan siapapun yang menindas Israel, umat-Nya. Pada bagian akhir, pemazmur melakukan
lompatan besar. Kasih Allah bukan hanya kepada Israel, melainkan juga kepada seluruh bumi. Dia
akan datang menghakimi dunia dan menyatakan keadilan-Nya bagi seluruh bumi. Dengan kata lain,
Allah akan memerangi segala bentuk penindasan atas ciptaan yang dikasihi-Nya. Jadi, tampak jelas
bahwa seluruh karya penyelamatan merupakan inisiatif dari Allah. Karena itu, pemazmur mengajak
seluruh bumi untuk bersukacita atas kedatangan Allah yang menyelamatkan.
Yesaya 52:7-10 merupakan nubuatan untuk Yerusalem. Serangan Babel telah memporak-
porandakan kota Yerusalem. Kehancurannya menyisakan duka yang dalam bagi orang-orang Israel
Selatan (Benyamin dan Yehuda). Mereka tidak hanya kehilangan simbol identitas, melainkan juga
kehilangan pengharapan. Kehancuran Yerusalem dilihat oleh orang-orang Israel sebagai tanda
takluknya Allah yang mereka sembah. Dalam kondisi terpuruk seperti itulah, Yesaya bernubuat untuk
orang-orang yang berduka atas kehancuran Yerusalem. Seseorang akan datang kepada mereka untuk
membawa kabar sukacita tentang Tuhan. Pesannya jelas. Allah tidak ditaklukkan oleh ilah-ilah Babel.
Allah tetap menjadi raja bagi Israel. Dia akan kembali ke Sion untuk memulihkan Yerusalem. Karena
itu, dalam nubuatan ini, Yesaya mengajak orang-orang Israel Selatan untuk bergembira sebab Tuhan
telah menghibur umat-Nya. Keselamatan yang dikerjakan oleh Allah untuk Israel akan menjadi
kesaksian di seluruh bumi.
Ibrani 1:1-12 mengenalkan identitas Kristus yang hadir sebagai penyelamat. Dia adalah Allah
yang telah menyatakan diri-Nya kepada para nabi. Melalui Dialah, Allah mengomunikasikan diri-
Nya kepada seluruh ciptaan. Di dalam Dia, rupa Allah yang penuh misteri tampak dengan jelas.
Dengan kata lain, Dialah Imago Dei yang sesungguhnya. Sekarang, Dia hadir di dunia, tidak terbatas,
dan memasuki keterbatasan ciptaan dalam rangka penyucian berdosa. Apakah Dia kehilangan
kemuliaannya? Tidak! Penulis surat Ibrani membandingkan-Nya dengan Malaikat yang kerap
menjadi utusan Allah. Sekilas, keduanya menjadi media Allah menyatakan diri-Nya. Akan tetapi,
Yesus lebih tinggi dari malaikat. Bahkan, malaikat menyembah-Nya karena Dia adalah Anak Allah
yang layak disembah dan Allah yang kekal. Di dalam dan melalui Yesus Kristus, Dia yang berada di
tempat yang mahatinggi berkenan menyapa kemanusiaan.
Yohanes 1:1-14 berbicara empat hal tentang identitas Yesus. Pertama, Yohanes menegaskan
bahwa Yesus adalah Firman yang sudah ada sejak kekal (en arkhe en ho logos). Penegasan tersebut
menyaksikan bahwa Yesus bukan ciptaan. Dia sudah ada sebelum segala sesuatu ada. Kedua, Yesus
adalah Sang Firman yang melalui-Nya segala sesuatu diciptakan. Kesaksian ini menggemakan peran
dan kehadiran Kristus di dalam karya penciptaan. Segala sesuatu diciptakan oleh Allah di dalam dan
melalui Kristus. Dengan kata lain, segala sesuatu ada karena Kristus (nothing exist without Christ).
Ketiga, Kristus adalah pribadi Allah (kai theos ho logos). Maksudnya, Kristus, Sang Logos, ada dalam
relasi yang intim dengan Sang Bapa. Keempat, Dia yang Ilahi berkenan memasuki kefanaan (sarx)
ciptaan. Dengan keempat identitas tersebut, Yohanes menandaskan bahwa dunia yang
digambarkannya sebagai tempat yang dikuasai oleh kegelapan menjadi terang karena kehadiran-Nya.
Lebih jauh, Yohanes menyaksikan bahwa Sang Firman, Allah yang kekal, itu sekarang berdiam di
antara kita dan menjadi sama seperti kita. Di dalam dia, kita melihat kemuliaan Allah. Ironisnya,
dunia yang dijadikan-Nya kerap tidak mengenal-Nya.

KORELASI
Janji penyertaan Allah terhadap umat-Nya mewujud secara sempurna di dalam kelahiran
Yesus Kristus. Dialah Sang Imanuel. Dialah Allah yang telah sebelum segala sesuatu ada. Melalui-
Nya Allah berdiam bersama dengan umat-Nya dan berkenan dikenali oleh semua orang. Di dalam
Dia, Allah menyatakan cinta kasih-Nya bagi seluruh ciptaan.

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Natal Kristus dan Dunia yang Carut-Marut
Yohanes 3:16 menyatakan dengan jelas bahwa fokus penyelamatan Allah mencakup seluruh
dunia. Mengapa dunia? Yohanes menggambarkan dunia sebagai kegelapan yang dihuni oleh
kekuatan jahat yang melawan Allah. Dalam ungkapan Yesaya, kegelapan adalah perasaan diabaikan
dan dilupakan oleh Tuhan. Jadi, Natal Kristus merupakan intervensi Allah atas dunia yang gelap dan
kelam itu. Pemazmur menyebutnya sebagai tindakan Allah yang menyelamatkan. Kelahiran Kristus
adalah proklamasi penolakan Allah atas segala sesuatu yang berpotensi mematikan kehidupan. Di
dalam Kristus, kejahatan dunia yang tampil dalam bentuk penindasan, diskriminasi, perang, dan
ketidakadilan ditransformasi menjadi dunia yang penuh cinta kasih, sukacita, dan kedamaian. Jika
kegelapan dan tindakan melawan kehendak Allah dilihat sebagai ekspresi kematian, maka Natal
Kristus adalah terang di dalam kegelapan dunia. Terang itu memberi kehidupan. Akan tetapi, seperti
kesaksian Yohanes “Dunia tidak mengenal-Nya.” Karena itu, orang percaya perlu mengabarkan
Kristus bagi dunia yang bukan hanya tidak mengenal-Nya, melainkan juga dunia yang mengenal
namun menolak-Nya.

Natal Kristus: Allah Tinggal di antara Kita


Jika dunia tidak mengenal Kristus, maka dalam rangka pemberitaan tentang Kristus, umat
Tuhan perlu mengenal Dia dengan benar. Siapakah Kristus yang lahir itu? Penulis Surat Ibrani
menyebutnya sebagai sapaan Allah untuk dunia. Dalam keintiman dengan Sang Bapa, kita
mengenalnya sebagai Anak. Dengan menegaskan kedudukannya yang lebih tinggi dari malaikat,
maka pesannya semakin jelas. Dia adalah Allah yang berada di tempat maha tinggi, namun berkenan
menyapa kemanusiaan melalui kelahiran-Nya di dunia. Di dalam Dia, manusia melihat rupa Allah
yang sesungguhnya. Senada dengan itu, Yohanes menegaskan bahwa Dia adalah Allah yang kekal.
Melalui-Nya, dunia tercipta. Ironisnya, dunia menolak-Nya. Sekalipun demikian, Natal Kristus
menegaskan bahwa Allah tidak pernah kehilangan cinta untuk dunia yang menolak-Nya. Ia
meninggalkan kemuliaan-Nya, tanpa pernah kehilangan kemuliaan, untuk berkemah bersama
ciptaan-Nya. Ia menjadi menjadi manusia tanpa pernah berhenti menjadi Allah. Dalam konteks
Yesaya, Natal Kristus adalah “kembalinya Tuhan ke Sion.” Pemulihan Yerusalem yang hancur bisa
dimaknai secara baru sebagai dipulihkannya kembali kehidupan seperti ketika dunia diciptakan. Lalu,
umat yang merasa “diabaikan oleh Allah” pantas bersukacita karena Allah ada di antara mereka.
Dengan berdiam-Nya Allah di antara kita, maka kesehari-harian kita menjadi penuh makna.
Bahan Khotbah Minggu, 31 Desember 2023

MENJADI AHLI WARIS KERAJAAN ALLAH


Ma’mana’ lan Kadatuan-Na Puang Matua
Bacaan Mazmur : Mazmur 148
Bacaan 1 : Yesaya 61:10-62:3
Bacaan 2 : Galatia 4:4-7 (BU)
Bacaan 3 : Lukas 2:22-40
Nas Persembahan : Mazmur 148:13
Petunjuk Hidup Baru : Galatia 4:7

Tujuan:
1. Jemaat mengenal ciri-ciri menjadi ahli waris kerajaan Allah.
2. Jemaat belajar menghidupi ciri-ciri ahli waris kerajaan Allah.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 148 merupakan salah satu Mazmur penciptaan (selain Mzm. 8, 19, 65, dan 104).
Secara umum, Mazmur penciptaan berisi puja dan puji kepada Allah Sang Pencipta. Sementara,
Mazmur 148 merupakan seruan untuk seluruh ciptaan untuk memuji Allah. Seruan “Pujilah
TUHAN!” muncul di hampir semua ayat, di awal dan di akhir. Pemazmur mengajak semua ciptaan,
yakni langit, malaikat, matahari, bulan, bintang, hewan laut, api hujan es, dsbnya, untuk memuji-
muji Sang Pencipta. Semuanya, diundangan untuk bergabung dalam orkestrasi puja dan puji kepada
Allah.
Yesaya 61:10-62:3 menampilkan sukacita umat Tuhan yang akan pulang dari pembuangan.
Menurut Yesaya, Allah menjadi aktor tunggal di balik kepulangan mereka. Karena itu, ia meminta
umat Israel untuk tidak ragu kembali ke Yerusalem. Mereka memang terhilang sebagai bangsa, tetapi
Tuhan mencari mereka. Yerusalem tidak akan ditinggalkan lagi. Mereka akan disebut sebagai bangsa
yang kudus dan orang-orang tebusan Tuhan. Cinta kasih dan kesetiaan Tuhan akan menjadi pegangan
mereka menata ulang kehidupan yang baru pasca pembuangan.
Galatia 4:4-7 menggarisbawahi Kristus telah datang dalam daging (lahir dari seorang
perempuan) untuk membebaskan kita dari “tuan tua” (hukum). Karena itu, kita dimungkinkan
menjadi anggota keluarga Allah. Hubungan kita dengan Kristus-lah yang menentukan status baru kita
dalam keluarga. Akibatnya, sebagai anggota keluarga Allah, kita melakukan apa yang seharusnya
dilakukan oleh orang layak menerima berkat dan warisan.
Lukas 2:22-40 memerkenalkan Yesus melalui Simeon dan Hana. Kisahnya dimulai dengan
menampilkan Yesus sebagai laki-laki Yahudi yang taat. Akan tetapi, dari Simeon, kita tahu bahwa
Yesus adalah keselamatan yang berasal dari Allah. Ia akan akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa.
Sementara itu, Hana bersaksi bahwa Yesus akan menjadi kabar gembira bagi semua orang yang
menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

KORELASI
Melalui Yesus Kristus, Allah mencari dan melawat umat-Nya. Dia adalah keselamatan bagi
bangsa-bangsa dan pengharapan bagi orang-orang yang menantikan kelepasan. Di dalam Dia kita
disebut sebagai umat kudus dan ahli waris kerajaan Allah.

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Warisan Kerajaan Dunia versus Warisan Kerajaan Allah
Ada apa dengan warisan dalam dunia, sehingga ia kerap membawa dampak buruk dalam
keluarga atau antar keluarga? Timbul perselisihan, pertengkaran, kebencian, iri hati, saling
menghakimi, dan lain-lain. Pemicunya dapat diakibatkan oleh keinginan untuk menguasai, rasa tidak
puas, penilaian layak tidaknya menerima warisan, dan lain-lain. Banyaknya warisan atau banyaknya
harta, tidak akan pernah bisa berbuat sesuatu untuk keadaan (baca: kehidupan) manusia setelah
kematian - sebatas pada masa nafas masih di kandung badan. Warisan dalam dunia tidak bisa di
bawah ke liang kubur terlebih tidak dapat membeli keselamatan. Warisan dalam dunia diberikan
berdasarkan garis keturunan, umumnya dari orangtua kepada anak kandung.
Lalu bagaimana dengan warisan Kerajaan Allah (warisan sorgawi)? Apakah karena tidak
kelihatan lalu tidak bisa dikejar? Ataukah karena warisan tersebut adalah urusan nanti, bukan
sekarang? Perbedaan mendasar warisan kerajaan dunia dari warisan Kerajaan Allah adalah pada
pemilik dan status penerima warisan. Pemilik warisan Kerajaan Allah adalah Allah, yang diberikan
kepada dunia (manusia) yang memiliki status sebagai orang percaya yaitu anak-anak Allah. Status
yang hanya diperoleh di dalam penebusan Kristus (Gal. 4:4-5). Penebusan dari status hamba yaitu
kehidupan masa lalu (Gal. 4:8-11) menjadi anak, dikuasai oleh Roh Allah sehingga memiliki hak
berseru “ya Abba, ya Bapa”. Sapaan “anak-Bapa” menunjukkan relasi yang begitu dekat dan akrab.
Status/jati diri orang percaya inilah yang menjadikannya sebagai ahli waris kerajaan Allah.

Standar Ahli Waris Kerajaan Allah


Ya! Tak dapat dipungkiri bahwa status sebagai ahli waris dapat digunakan salah. Karena itu,
ada standar dalam status tersebut. Pemazmur mengungkapkan bahwa seluruh ciptaan dipanggil untuk
memuji Allah, sesuai pemberian Sang Pencipta. Oleh karena manusia telah dikuatkan dan diangkat
oleh-Nya, sehingga Allah dipuja dan dipuji oleh semua orang yang dikasihi-Nya (Mzm. 148:14).
Dalam segala keberadaan hidup, hanya Allah yang dipuja dan dipuji, bukan yang lain. Sebab, Allah
melalui Roh menguasai hidup anak-anak-Nya. Puji-pujian itu menghasilkan hidup yang bersukaria
dan bersorak-sorak di dalam Tuhan, yang mengenakan pakaian keselamatan dan menumbuhkan
kebenaran untuk dilakukan sampai pada tujuan akhir, yaitu bersinar seperti cahaya dan menyala
seperti suluh (Yes. 61:10-62:1).

Ciri-ciri ahli waris kerajaan Allah


Injil Lukas menyatakan dengan jelas ciri-ciri ahli waris Kerajaan Allah setelah status anak-
anak Allah diberikan. Hidup benar dan saleh, dikuasai oleh Roh, mendapat dan menghidupi janji
Allah, memuji Allah sampai akhir hidup (dicontohkan oleh Simeon); mencintai Bait Allah,
menunjukkan praktik hidup beribadah melalui puasa, doa, senantiasa mengucap syukur kepada Allah
(dicontohkan oleh Hana). Taat kepada aturan/ketentuan untuk menjadi ahli waris (dicontohkan oleh
Yusuf dan Maria). Kesalehan dan kekudusan hidup serta ketaatan pada ketentuan dilakukan oleh
orang percaya sebagai bentuk respons syukur atas status sebagai ahli waris.

Bahan Khotbah Akhir Tahun, Minggu, 31 Desember 2023

MENJADI MAHKOTA KEAGUNGAN DI TANGAN TUHAN


Mendadi Makota Ballo Diong Pala’Na Puang
Bacaan : Yesaya 61:10-62:12
Nas Persembahan : Mazmur 148:13
Petunjuk Hidup Baru : Yesaya 62:3
Tujuan:
1. Jemaat menjadi mahkota keagungan di tangan Tuhan.
2. Jemaat menikmati kehidupan sebagai mahkota keagungan Tuhan.

PEMAHAMAN TEKS
Yesaya 61:10-62:12 menampilkan sukacita umat Tuhan yang akan pulang dari pembuangan.
Menurut Yesaya, Allah menjadi aktor tunggal di balik kepulangan mereka. Karena itu, ia meminta
umat Israel untuk tidak ragu melangkah pulang ke Yerusalem. Mereka memang terhilang sebagai
bangsa, tetapi Tuhan mencari mereka. Yerusalem tidak akan ditinggalkan lagi. Mereka akan disebut
sebagai bangsa yang kudus dan orang-orang tebusan Tuhan. Menurut Yesaya, cinta kasih dan
kesetiaan Tuhan akan menjadi pegangan mereka menata kehidupan yang baru pasca pembuangan.

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Tema hari Minggu terkahir tahun 2023 adalah “menjadi ahli waris Kerajaan Allah”.
Bagaimana kelanjutan bila telah menjadi ahli waris kerajaan Allah? Tema ibadah penutupan tahun
2023 adalah “menjadi mahkota di tangan Tuhan”. Apakah kehidupan sejak 1 Januari sampai 31
Desember 2023 ini telah meyakinkan kita untuk tiba pada “menjadi mahkota keagungan di tangan
Tuhan?” Bagaimana kesiapan menyongsong tahun 2024?
Mahkota dan serban (ay. 3) adalah penutup kepala manusia. Mahkota dapat menjadi simbol
kekuasaan, kejayaan, kemakmuran, dan kehidupan setelah kematian. Serban dapat menjadi simbol
kebesaran dan kemegahan. Situasi umat Israel yang digambarkan setelah mengalami perjuangan
panjang dan memperoleh pemulihan. Keadaan umat yang telah mengalami pemulihan kembali ke
Yerusalem adalah bersorak-sorak di dalam Allah, kepada mereka Allah mengenakan pakaian
keselamatan dan jubah kebenaran, seperti keindahan pengantin memakai perhiasan (61:10).
Selanjutnya, umat hidup mengerjakan keselamatan dan kebenaran serta meyakini bahwa berkat-
berkat Allah yang tak ternilai akan memancar pada masa mendatang seperti buah-buahan dari bumi
yang dihasilkan setiap tahun (61:11).
Hidup manusia tidaklah berhenti pada menikmati berkat-berkat Allah, melainkan senantian
berproses dan berjuang mengerjakan keselamatan itu dengan giat dan tekun (62:1). Mereka adalah
saksi tentang kebenaran sehingga memiliki nama baru dari Tuhan (62:2). Memiliki hubungan yang
dekat dengan Tuhan yang digambarkan dengan sepasang mempelai yang ditinggalkan karena dosa
dan diterima kembali sebagai istri yang dikasihi (62:4), hal ini menimbulkan kegirangan dari Allah
seperti kegirangan seorang muda melihat pengantin perempuan (62:5).
Allah terus bekerja dalam proses kehidupan manusia dan mengutus para hamba-Nya untuk
melindungi dan menuntun umat tiba pada tujuan akhir (62:6-7). Allah memenuhi kebutuhan hidup
umat dengan memberkati dan tidak menyerahkan ke tangan musuh (62:8-9). Allah membuka jalan
kembali bagi umat untuk menikmati kekudusan hidup (62:10-12).

Bahan Khotbah Tahun Baru, 1 Januari 2024

TATAPLAH! SEMUA SUDAH BARU


Tiroi! Kupopemba’ru Nasang
Bacaan Mazmur : Mazmur 8
Bacaan 1 : Pengkhotbah 3:1-13
Bacaan 2 : Wahyu 21:1-6 (BU)
Bacaan 3 : Matius 25:31-46
Nas Persembahan : Mazmur 8:10
Petunjuk Hidup Baru : Wahyu 21:5a
Tujuan
1. Jemaat memahami bahwa pembaharuan adalah pekerjaan Allah.
2. Jemaat meyakini bahwa manusia yang terbatas diciptakan secara istimewa untuk mengambil bagian dalam
pembaharuan yang dikerjakan oleh Allah.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 8:1-10 menampilkan keistimewaan manusia di antara ciptaan lainnya. Kemegahan
ciptaan sudah cukup membuat pemazmur takjub. Akan tetapi, ia lebih takjub lagi ketika ia mendapati
keistimewaan manusia hampir sama dengan Allah. Manusia yang tidak berdaya dan penuh dosa
dalam gambaran bayi-bayi dan anak–anak menyusu itu telah dimahkotai dengan hormat dan
kemuliaan untuk berkuasa atas ciptaan lainnya (ay. 7).
Pengkhotbah 3:1-13 memerlihatkan hidup apa adanya. Pada ayat 1-10, pengkhotbah
memerlihatkan peristiwa yang sering berubah-ubah dalam kehidupan. Hal tersebut terjadi tanpa
pandang bulu, di luar kendali kita, dan membuat memperdaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada yang dapat dilakukan oleh manusia untuk membuat hidupnya lebih baik di luar kendali
Allah. Semua telah diatur oleh Allah menurut ritme dan hikmat-Nya. Seringkali, tindakan-tindakan
dan keputusan-keputusan Allah melampaui jangkauan akal kita. Ayat 11-13 membawa kita pada
kesadaran bahwa pekerjaan-pekerjaan Allah tidak terselami oleh manusia. Sekalipun demikian,
Pengkhotbah juga bersaksi bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi secara serampangan. Semua terjadi
dalam cinta Tuhan dan indah pada waktu-Nya (kairos).
Wahyu 21:1-6a menampilkan gambaran langit dan bumi yang dibaharui oleh Allah (kainos).
Dalam dunia baru ini, Yohanes melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru. Yerusalem yang baru
dalam gambaran itu adalah jemaat Allah dalam keadaannya baru dan sempurna bagaikan pengantin
perempuan yang berdandan untuk suaminya (ay. 1). Semuanya telah baru! Kekuatan jahat yang
disimbolkan dengan laut, air mata, maut, dan perkabungan telah dihapuskan oleh Allah. Hal-hal
tersebut menjadi mungkin karena Allah berdiam di tengah-tengah umat-Nya (Imanuel). Bumi dan
langit baru itu telah dan sedang dikerjakan Yesus Kristus menuju kesempurnaannya. Barangsiapa
percaya dan setia kepada-Nya, ia akan disebut pemenang dan mendapatkan air kehidupan. Akan
tetapi, ia yang terus berkanjang dalam dosa akan mengalami kematian yang kedua, yakni kematian
seutuhnya.
Matius 25:31-46 berbicara tentang penghakiman yang dilakukan oleh Anak Manusia.
Keselamatan itu rupanya tidak selalu berbuah dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, teks ini bisa
menjadi peringatan dan cermin untuk menjalani hidup kekinian. Kita semua dipanggil untuk menjadi
saudara bagi yang lain, khususnya bagi orang-orang yang disebut sebagai “yang paling hina.”
Perhatian kita pada yang lain (liyan) tidak dalam rangka mencari untung apalagi untuk kemuliaan
diri sebab orang demikianlah yang disebut sebagai orang yang arogan. Kita dimungkinkan
melakukannya karena kasih Kristus melingkupi kita. Tindakan kasih kepada Kristus harus terwujud
dalam tindakan kasih bagi sesama sebagai tanda ketaatan dan penyembahan kepada Allah.

KORELASI
Manusia diciptakan dengan sangat istimewa. Fakta ini tidak menghilangkan fakta lain bahwa
kita sungguh terbatas menyelami pekerjaan Allah. Kita diberi tanggung jawab untuk memelihara
kehidupan dan Tuhan sendiri yang akan membuatnya paripurna dalam langit dan bumi yang baru.
Sekalipun demikan, pada akhirnya kita akan menjawab pertanyaan ini, “Apa yang sudah kamu
lakukan untuk saudaraku yang paling hina ini?”

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Dalam catatan sejarah, perayaan tahun baru sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu atau 2000
tahun sebelum zaman bersama (SZB). Perayaan tersebut dicetuskan oleh bangsa Babilonia untuk
menyambut tahun baru. Mereka berpatokan pada penanggalan bulan pertama perpotongan lingkaran
katulistiwa dan rotasi bumi. Dalam perkembangan dan perubahan kalender Masehi di Eropa Barat
pada abad ke-8, kalender Masehi versi Julius Caesar berganti menjadi Kalender Gregorian. Pemimpin
gereja pada masa itu (1582) menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun baru.
Saat ini, tahun baru merupakan momentum yang ditunggu-tunggu banyak orang. Momen
pergantian tahun biasanya ditandai dengan perayaan meriah. Ada banyak perayaan unik yang
dilakukan bersama orang-orang terdekat. Tahun baru sering juga menjadi momentum untuk
berikhtiar melakukan hal-hal yang lebih baik. Di tengah realitas seperti ini, adakah yang sungguh-
sungguh baru?

Kebaruan sebagai Harapan dan Tindakan


Tataplah! Semua sudah baru. Apa yang baru? Apakah yang dimaksud baru adalah hal-hal
material? Apakah yang baru itu adalah baju baru, sendal atau sepatu baru, rumah baru, kendaraan
baru, pekerjaan baru, teman baru, atau pacar baru? Apakah baru yang dimaksudkan pergantian dari
tahun lama ke tahun yang baru? Sepertinya bukan. Injil Matius menegaskan bahwa kebaruan yang
dikerjakan Allah menyasar orang-orang hina, terlantar, miskin atau yang tersisihkan. Kata “baru”
(kainos) yang dipakai dalam konsep langit dan bumi baru bukan soal kronologis, melainkan tentang
kualitas. Di dalam karya penyelamatan Kristus, umat Allah menjadi ciptaan baru. Jadi, hidup baru
berarti hidup suci, kudus atau sesuai kehendak Kristus.
Sebuah kata bijak mengatakan bahwa hidup yang berkualitas bukan ketika sukses dan kaya,
bukan ketika memiliki gelar yang tinggi atau ketika memegang kekuasaan, tetapi ketika kehadiran
kita berguna atau telah menjadi berkat bagi yang lain. Ungkapan “semua sudah baru” menyiratkan
harapan dan tindakan. Hidup baru yakni hidup yang berkualitas menjadi harapan kita dan hal itu
harus nyata atau dinyatakan dalam kesehari-harian. Kita juga dapat mewujudkannya dalam kerja dan
karsa kita sebagai doa (laborare est orare – kerja adalah doa).

Keistimewaan Manusia dan Tanggungjawabnya sebagai Ciptaan yang Istimewa


Manusia yang hina telah menjadi mulia di dalam Kristus. Pengakuan Gereja Toraja menegaskan
bahwa kita adalah persekutuan eskatologis yang sedang hidup di dalam Kerajaan Allah, namun belum
dan menuju kesempurnaannya (already but not yet). Manusia sebagai ciptaan yang istimewa ada untuk
memuliakan Allah. Thomas Aquinas (1225-1275), seorang imam asal Italia, mengatakan bahwa
keistimewaan manusia memungkinkannya mengalami Allah di dalam relasi dengan ciptaan yang
lain. Manusia memuliakan Tuhan tidak hanya di dalam ibadah seremonial, tetapi juga di dalam
dalam seluruh kesehari-harian.
Manusia dapat memuliakan Allah dengan berbagai cara. Pertama, melalui ibadah dan
penyembahan, baik pribadi maupun bersama umat Tuhan. Di dalam penyembahan, manusia
menyatakan puja dan pujinya. Kedua, manusia menghargai sesama manusia sebagai gambar Allah,
termasuk segala potensi yang ada di dalam dirinya. Kita semua dipanggil untuk menjadi saudara bagi
yang lain, khususnya bagi orang-orang yang disebut sebagai “yang paling hina.” Tindakan kasih
kepada Kristus harus terekspresi dalam tindakan kasih bagi sesama (Mat. 25:45). PGT Bab 4 butir 3
menegaskan bahwa “Kerajaan Allah telah hadir di antara manusia yang tanda-tandanya, antara lain
penyembuhan orang sakit, pembangkitan orang mati, pengusiran setan-setan, dan pemberitaan Kabar
Baik”. Kehadiran dan keberpihakan Gereja bagi yang lain (liyan) adalah tanda hadirnya Kerajaan
Allah bagi mereka. Ketiga, manusia menyatakan cinta Allah bagi semua ciptaan (bdk. Mzm. 8:7).

Keterbatasan Manusia
Manusia sebagai ciptaan istimewa tetap memiliki keterbatasan. Di antara segudang harapan
untuk hidup secara baru dan hidup yang lebih baik, realitas hidup justru selalu menyajikan pilihan-
pilihan yang acap kali memperdaya. Pengkhotbah menegaskan bahwa kita sungguh terbatas
menyelami pekerjaan Allah, sekaligus membuat kita untuk memahami bahwa di dalam Dia tidak ada
yang terjadi secara serampangan. Semua terjadi dalam cinta kasih Tuhan dan semua indah dalam
waktu Tuhan. Karena itu, menyadari keterbatasan, melihat realitas hidup, dan berserah pada
kehendak, kuasa, dan kasih-Nya adalah cara terbaik menjalani hidup secara baru.

Bahan Khotbah Epifani Pertama - Sabtu, 6 Januari 2024

DIA HADIR UNTUK SEMUA


Sae Belanna Mintu’ Tau
Bacaan Mazmur : Mazmur 72:1-7, 10-14
Bacaan 1 : Yesaya 60:1-6
Bacaan 2 : Efesus 3:1-12 (BU)
Bacaan Injil : Matius 2:1-12
Nas Persembahan : Matius 2:11
Petunjuk Hidup Baru : Yesaya 60:1

Tujuan:
1. Jemaat memahami bahwa di dalam Yesus Kristus, Allah menghendaki keselamatan bagi dunia.
2. Jemaat belajar terbuka menerima orang lain dan menjadi teladan memerjuangkan kesetaraan umat manusia.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 72:1-7; 10-14 menggambarkan peran raja dengan bahasa yang sangat positif,
terutama bagaimana raja harus melakukan keadilan dan menegakkan pemerintahan yang damai.
Lebih jauh, pemazmur menggambarkan bahwa raja bertanggung jawab dalam mengumandangkan
seruan keadilan bagi kaum tertindas. Hal ini tentu berbanding terbalik dengan banyaknya sosok
negatif raja di Perjanjian Lama (PL). Lalu, bagaimana Mazmur ini harus dibaca? Ada dua cara
membacanya. Pertama, Mazmur ini dapat dibaca sebagai sebuah satire atau sindiran dari pemazmur
kepada tamaknya para raja di masa-masa itu. Pada masa itu, banyak raja-raja yang mengagungkan
dan mementingkan dirinya sendiri. Kedua, Mazmur ini merupakan sebuah pengharapan atas Mesias
yang ideal. Di tengah banyaknya raja yang tidak menghiraukan warga yang tertindas, Mazmur ini
dikumandangkan dalam pengharapan bahwa Mesias yang ideal akan datang mengubah situasi ini.
Yesaya 60:1-12 memberikan pandangan yang luar biasa tentang masa depan Sion yang penuh
dengan terang, kemakmuran, dan kebanggaan. Ayat 1-3 menggambarkan cahaya Ilahi, “…kemuliaan
TUHAN terbit atasmu” (ay. 1), “…terang TUHAN terbit atasmu,” (ay. 2), dan “…raja-raja kepada
cahaya yang terbit bagimu” (ay. 3). Selanjutnya, ayat 4-12 menggambarkan Sion di masa depan.
Gambaran itu adalah dampak dari terang Allah yang menerangi kegelapan bangsa Israel. Mereka
yang telah bertahun-tahun dibuang di tanah Babel hingga Persia akhirnya diterangi. Di sana, Yesaya
menjelaskan “…anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong”
(ay. 4), “…sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu” (ay. 5), “…supaya orang
dapat membawa kekayaan bangsa-bangsa kepadamu” (ay. 11), dsbnya.
Efesus 3:1-12. Paulus menerima penyingkapan rahasia Injil yang diwahyukan kepadanya.
Rahasia itu adalah kasih karunia dan damai sejahtera Allah dalam Yesus Kristus yang dianugerahkan
bagi semua bangsa. Sesungguhnya, rahasia itu telah dinyatakan juga kepada para nabi dan rasul-rasul
(ay. 5). John Stott (1921-2011), seorang pendeta asal Inggris, mengatakan bahwa rahasia (misterion)
merupakan hal yang tak dapat dijangkau akal manusia, tetapi dinyatakan oleh Allah sehingga semua
orang dapat mengetahuinya. Misterion itu kini tersingkap di dalam Yesus Kristus. Kebenaran yang
tersingkap itu adalah kasih karunia Allah bagi semua bangsa yang menerobos tembok pemisah dan
sekat-sekat kemanusiaan sekaligus. Pemahaman dan pengajaran Paulus melampaui bahkan
bertentangan dengan pemimpin Yahudi dan pemahaman umumnya yang menganggap diri mereka
sebagai satu-satunya bangsa pewaris anugerah Allah. Kasih Allah di dalam Yesus Kristus menyambut
seluruh umat manusia dalam persekutuan hingga semua tembok-tembok pemisah kemanusiaan
diratakan. Kasih-Nya membuka ruang yang memungkinkan manusia berelasi secara baru dengan
Sang Penciptanya.
Matius 2:1-12. Bacaan ini semakin mengonfirmasi bahwa kasih Allah melintasi batas-batas
manusia sebagai ciptaan. Setelah memberitakan kelahiran Yesus kepada kelompok yang paling kecil,
yakni para gembala, Allah menjangkau sekelompok orang Majus, diyakini dari Persia (sekarang Iran),
yang ahli dalam dunia perbintangan. Melalui sebuah bintang yang bercahaya sangat terang, Allah
menuntun dan mengarahkan mereka hingga saat-saat terakhir mereka meninggalkan Yudea. Para
majus adalah ilmuwan yang menganut agama lain. Akan tetapi, Allah membawa mereka
menggunakan pengetahuan mereka kepada Kristus. Ironis lagi, Allah menggunakan para Majus
untuk menyampaikan kelahiran Yesus kepada Raja Herodes, para imam kepala, dan ahli-ahli Taurat.
Kasih Allah bagi dunia sangatlah besar, hingga mereka yang memeluk agama lain mendapat bagian
dalam kasih itu.

KOLERASI
Pertama-tama kita harus meyakini bahwa peristiwa Inkarnasi atau kelahiran Yesus Kristus
adalah kasih Allah yang merengkuh semua ciptaan. Peristiwa ini juga menandai dimulainya Kerajaan
Allah di dalam Yesus Kristus di dunia. Sebuah singkapan rahasia Ilahi pada manusia yang membawa
manusia pada hidup yang melimpah. Kehidupan yang teranugerahi itu juga melintasi batas-batas
yang diciptakan manusia. Karena, IA hadir bagi semua.

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Kristus Raja bagi Semua
Pada masa PL, ada begitu banyak raja yang memimpin. Namun, mereka tidak menggunakan
kesempatan memimpin dengan baik layaknya seorang pemimpin yang harus selalu hadir dalam
keberadaan umat yang dipimpinnya. Alih-alih berdiri di pihak rakyat kecil, mereka justru
mementingkan diri sendiri. Mazmur 72 memerlihatkan gambaran raja ideal yang harus selalu hadir
dalam menegakkan keadilan terutama bagi kaum yang tertindas. Jika demikian, maka semua
gambaran ideal Mazmur 72 dilaksanakan, sebagaimana kata Yesaya, semua orang dapat hidup dalam
terang, kemakmuran, dan kebanggaan untuk kemuliaan Tuhan. Ada begitu banyak pemimpin di
dunia, namun adakah raja yang se-ideal seperti yang digambarkan Mazmur dan Yesaya? Raja atau
pemimpin yang sesungguhnya yang digambarkan dalam Mazmur dan Yesaya sempurna dalam diri
Yesus Kristus yang adalah raja dunia. IA selalu hadir dalam keberadaan umat manusia. Karena itu,
kita harus selalu berfokus pada raja yang ideal itu.

Inkarnasi Kristus meretas Tembok-tembok Pemisah


Inkarnasi Kristus menandakan Allah mencintai semua ciptaan dan menandakan Kerajaan
Allah telah dimulai di dunia. Melalui inkarnasi Kristus, kita menyadari bahwa kita adalah umat yang
dikasihi-Nya. Karena itu, dapatkah kita berkata bahwa saya lebih berharga dari yang lain? Atau saya
lebih suci dari dia? Saya puang dan kamu kaunan, saya memiliki kuasa dan kamu tidak? Semua orang,
di dalam Kristus, mengalami penyingkapan misteri ilahi. Di sana, kita mengalami terang Ilahi dan
pembaharuan hidup, sebagaimana yang tertera dalam Mazmur dan Yesaya. Pertentangan Paulus
dengan pemimpin Yahudi memerlihatkan bahwa karya Allah di dalam Kristus tidak berlaku bagi satu
bangsa saja, melainkan meluap untuk seluruh ciptaan-Nya. Luapan kasih itu memungkinkan kita
untuk berelasi dengan-Nya. Sama halnya dalam Matius, kita diperlihatkan bahwa peristiwa kelahiran
Kristus meluap juga kepada para Majus, sebagai representasi orang asing. Singkatnya, Allah hadir
bagi semua dan Kerajaan-Nya sudah dimulai kini dan di sini. Kita sebagai orang yang percaya kepada-
Nya diundang ke dalam arak-arakan untuk memberitakan bahwa inkarnasi Kristus meretas tembok-
tembok pemisah menuju kesempurnaan Kerajaan Allah.
Bahan Khotbah Minggu, 7 Januari 2024
Baptisan Yesus

FIRMAN YANG MENATA DAN MEMBARUI DUNIA


Bisara tu Unnato’ sia Umba’rui Lino
Bacaan Mazmur : Mazmur 29
Bacaan 1 : Kejadian 1:1-5 (BU)
Bacaan 2 : Kisah Para Rasul 19:1-7
Bacaan Injil : Markus 1:4-11
Nas Persembahan : Mazmur 29:11
Petunjuk Hidup Baru : Markus 1:7

Tujuan:
1. Jemaat memahami bahwa Allah Tritunggal adalah menata kehidupan manusia dan semesta.
2. Jemaat memahami bahwa tatanan hidup dari Allah itu membawa kita pada terang.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 29 terdiri dari tiga bagian utama. Ayat 1-2 berisi pujian pembuka untuk memuji
Allah. Ayat 3-9 merupakan alasan ia memuji Allah. Ayat 10-11 adalah penegasan kembali
pemerintahan Allah yang mulia dan implikasinya bagi umat. Mari kita melihat ketiga bagian tersebut.
Bagian pertama terdiri dari seruan bahwa hanya Tuhan layak untuk disembah. Bahasa yang
digunakan bersifat imperatif atau perintah. Selanjutnya, bagian kedua berpusat pada “suara
Allah”. Pemazmur menggambarkan suara itu menggema dan memengaruhi ciptaan. Misalnya, suara
Tuhan di atas air (ay. 3) dan penuh semarak (ay. 4). Atau misalnya, suara Tuhan mematahkan pohon
aras Libanon, pohon terkuat di Timur Tengah (ay. 5), membuat rusa betina mengandung (ay. 9)
dsbnya. Gambaran tentang suara yang mengatasi ciptaan tersebut memuncak pada pernyataan
pemazmur, yakni “TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya
memberkati umat-Nya dengan sejahtera” (ay. 11). Poin penting bacaan ini merupakan teofani atau
penampakan Tuhan di dunia.
Kejadian 1:1-5. Kisah penciptaan ini merupakan awal dari perjalanan umat Allah. Karena
itu, Kejadian tidak dimaksudkan sebagai reportase penciptaan atau buku Sejarah. Kitab ini
dimaksudkan sebagai risalah teologis atau pernyataan iman. Umumnya, kita memahami bahwa Allah
mencipta dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada (creatio ex nihilo). Akan tetapi, Ia justru mencipta
dari seuatu yang belum berbentuk, kosong, dan gelap gulita (tohu wa-vohu). Bacaan ini menegaskan
tindakan cinta Allah yang menata kekosongan yang kacau balau menjadi ciptaan yang begitu indah.
Bacaan ini sengaja diletakkan pada Minggu Epifani, Pembaptisan Yesus, untuk mengingatkan kita
bahwa penciptaan dimulai dalam kekacauan, begitu pula perjalanan kita dalam iman kita. Kita
dibaptis ke dalam kenyataan hidup yang tertata oleh cinta Allah.
Kisah Para Rasul 19:1-7. Baptisan murid Yohanes di Efesus merupakan penanda bahwa
mereka sudah bertobat dan siap menerima kedatangan Mesias (ay. 4). Mereka menerima Roh Kudus
setelah mereka menerima baptisan dalam Yesus. Dalam nama Yesus, Allah mengaruniakan Roh
Kudus sehingga mereka dapat berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat (ay. 6). Hanya di dalam
Yesus Kristus, Allah mengaruniakan Roh-Nya dan karya dan karunia Roh hanya dimungkinkan
dalam sikap percaya kepada Yesus Kristus. Karya dan karunia Roh Kudus merupakan perluasan dari
karya penebusan Kristus, sebagaimana karya penebusan dan keselamatan Kristus merupakan
perluasan dari karya keselamatan Allah. Dengan demikian, baptisan dalam nama Yesus Kristus (ay.
5-6) merepresentasikan relasi dan karya yang esa Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus (bdk. Mat.
28:19).
Markus 1:4-11. Allah memproklamirkan “Yesus sebagai Anak yang dikasihi dan yang
diperkenan” (ay. 11). Hanya dalam nama Yesus kemuliaan dan kepenuhan kasih Allah dinyatakan
kepada manusia dan dunia. Di dalam Yesus, Roh Kudus membebaskan manusia dari kunkungan
dosa. Bersama Bapa dan Roh, Yesus mengaruniakan penebusan dan keselamatan sehingga manusia
dimampukan menghadapi kehidupan yang penuh tantangan dan ancaman serta terus menerus
menegakkan kembali harkat dan martabat kemanusiaan.

KOLERASI
Allah dengan kuasa firman dan Roh Kudus mencipta keteraturan dan pembaruan keutuhan
seluruh ciptaan. Allah Bapa di dalam Roh-Nya memproklamirkan Yesus sebagai Anak yang
diperkenan menjadi jalan penebusan dan penyelamatan sehingga manusia menemukan kehidupan
yang sejati. Kehadiran Allah yang berfirman dan kehadiran Roh Kudus dalam baptisan Yesus adalah
tanda kepedulian Allah pada dunia dan manusia. Ia tidak membiarkan kekacauan akibat dosa
mengacaukan ciptaan-Nya. Allah tidak menghendaki dosa dalam segala bentuknya terus
mengacaukan manusia dan dunia beserta segala isinya. Ia turun dan hadir menata dan membarui
dunia menuju rancangan yang dikehendaki-Nya.

POKOK YANG DIKEMBANGKAN DALAM KHOTBAH


Allah menghendaki Tatanan Terbaik bagi Dunia
Kemuliaan dan kuasa Allah diproklamasikan kepada manusia dan dunia (Mrk. 1:11) bahwa
Ia-lah Pencipta, Raja, dan Penguasa atas bumi serta alam semesta. Kasih-Nya yang tak terbatas
mengendalikan segala kuasa kegelapan dan gelombang badai yang mengancam dan merusak. Dengan
firman-Nya (Kej. 1:3) atau suara-Nya (Mzm. 29:3-9), Ia menata dan mengendalikan keberlangsungan
hidup manusia dan seluruh ciptaan (bdk. Kol. 1:15-17). Allah mengubah kegelapan jadi terang;
kekacauan jadi ketaraturan; ancaman dan kebinasaan menjadi kelepasan dan kedamaian. Allah yang
jauh kini hadir bersama manusia khususnya umat-Nya dalam arak-arakan perjuangan dan pembaruan
di tengah-tengah dunia. Gereja sebagai persekutuan milik Allah, Tubuh Kristus dan didiami serta
dipimpin Roh Kudus (PGT) diutus ke tengah-tengah dunia menjadi sebuah arak-arakan atau
peziarahan (pilgrimage) yang terus berjuang melaksanakan dan memberlakukan kehendak-Nya
menuju kepenuhan hidup dalam Kerajaan Allah (sebagaimana diharapkan dan terus-menerus
didoakan bahwa kiranya “…Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga”). Gereja hadir membawa
kehidupan baru yang melampaui kaidah-kaidah umum. Ia berarak sebagai umat yang dinamis yang
terus menerus membarui diri dan pro-aktif memelopori pembaruan-pembaruan dalam seluruh aspek
kehidupan bersama. Ia terus memerjuangkan dan memelihara keberlangsungan-keberlanjutan
keutuhan ciptaan menuju kesempurnaan rancangan-Nya, yakni Kerajaan Allah. Gereja hadir
berpartisipasi dan mengarahkan kehidupan bersama secara positif, kritis, aktif, dinamis sekaligus
realistis serta berpengharapan.

Pembawa Terang
Dunia diliputi kesuraman manakala manusia dengan pongah menafikan intervensi Allah
dalam karsa dan karyanya. Orang percaya sendiri sering memisahkan secara ekstrim “urusan gereja
sebagai hal yang rohani yang bernilai tingggi dari pada urusan kehidupan sehari-hari sebagai hal
duniawi yang rendah nilainya”. Melalui Sang Firman (Kej. 1:3), yang telah menjadi daging (Yoh. 1:1-
3), Allah mencipta segala sesuatu (Kol. 1:15-17), dan hanya melalui Yesus, Ia berkenan (Mrk. 1:11).
Maka dari itu, sesungguhnya tidak ada lagi yang tidak dikuasai dan dikendalikan oleh-Nya (bdk. Mat.
28:18), serta tidak ada lagi yang disembah dan dimuliakan. Jemaat di Efesus yang dibaptis dalam
Kristus menerima Roh Kudus sehingga mampu bernubuat dan berbahasa roh (Kis. 19:6). Setiap orang
yang dibaptis telah “mati dan bangkit bersama Kristus” (Rm. 6:5), atau seperti kata Paulus “bukan
aku lagi hidup melainkan Kristus yang hidup dalam aku” (Gal. 2:20). Adalah bait Roh Kudus (1 Kor.
6:19-20). Dunia menjadi “pusat dan panggung mendemontrasikan kemuliaan Allah” karena orang
percaya menjadikan seluruh hidupnya sebagai ibadah kepada Allah (Rm. 12:1-2), semua dilakukan
bukan lagi untuk diri dan kepentingan-kepentingan sesaat di dunia (Kol. 3:23), melainkan untuk
kemuliaan Allah (bdk. 1 Kor.10:31). Ketika Kristus menjadi Tuhan, teladan, dan tujuan hidup orang
percaya, maka semua bentuk ancaman yang mengganggu dan mengacaukan kehidupan manusia di
atas planet bumi akan semakin berkurang dan bahkan bergesar ke arah sebaliknya yakni semakin
berlakunya dan terlaksanya tanda-tanda damai sejahtera di tengah kehidupan bersama.
Bahan Khotbah Minggu, 14 Januari 2024
Minggu Ketiga setelah Epifani

DENGAR DAN IKUTLAH DIA


Perangi Ammi turu’I
Bacaan Mazmur : Mazmur 139:1-6, 13-18
Bacaan 1 : 1 Samuel 3:1-20 (BU)
Bacaan 2 : 1 Korintus 6:12-20
Bacaan 3 : Yohanes 1:43-51
Nas Persembahan : Mazmur 139:14
Petunjuk Hidup Baru : 1 Korintus 6:20

Tujuan:
1. Jemaat belajar untuk mengenali panggilan untuk mengikut Yesus.
2. Jemaat tidak segan menyampaikan suara kenabian di tengah wacana politik yang meminggirkan Tuhan.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 139 adalah kekaguman Raja Daud terhadap pengawasan Tuhan terhadapnya sejak
kandungan. Hidupnya terbuka seluruhnya di hadapan Tuhan. Perhatian dan pemeliharaan Tuhan
membangun kejemuan terhadap kejahatan (ay. 19-22) dan kerinduan akan kebenaran dalam dirinya
(ay. 23-24).
1 Samuel 3:1-20 menceritakan pemanggilan Samuel untuk menjadi nabi Tuhan kepada umat
Israel yang susah mendengarkan firman-Nya. Hal pertama yang harus dipelajari Samuel adalah
mengenali suara Tuhan (ay. 7). Tiga kali Tuhan memanggilnya, tetapi ia menganggap suara itu adalah
suara Eli. Akhirnya, Eli mengerti bahwa Tuhan-lah yang memanggil Samuel (ay. 8), dan ia melatih
Samuel dalam sikap yang tepat, yaitu memohon Allah berbicara karena siap mendengar (ay. 9).
Pesan yang disampaikan kepada Samuel sangat berat, karena menyangkut hukuman terhadap
Eli, tuannya (ay. 11-14). Samuel tidak mau memberitahukannya kepada Eli (ay. 15) yang telah
menjadi bapa angkatnya (ay. 16). Namun, kembali ia dilatih oleh Eli untuk menyampaikannya
dengan terus terang (ay. 17). Eli, yang sudah diperingatkan Tuhan (1 Sam. 2:27-36), hanya bisa pasrah
(ay. 18). Dalam keterusterangan, Samuel dimampukan untuk selalu menyampaikan firman Tuhan
kepada umat-Nya tanpa ada satu pun firman yang gugur (ay. 19). Keterusterangan itu justru
membangun kepercayaan umat (ay. 20).
Dari Yohanes 1:43-51, kita mengetahui bahwa beberapa murid Yesus pernah menjadi murid
Yohanes Pembaptis dan mulai mengenal Yesus di sungai Yordan setelah dibaptis. Filipi dan Nataniel
menunjukkan bahwa orang-orang Israel semestinya menanggapi Yesus, sebagai nabi yang
dinubuatkan Musa dan Mesias serta para nabi. Mereka yang melihat Yesus akan menjadi seperti
Yakub yang melihat tangga yang menghubungi surga dan bumi, sehingga malaikat-malaikat Allah
dapat sibuk dengan berbagai tugas di bumi. Yakub kemudian dikuatkan dengan janji Allah yang akan
digenapi oleh Yesus.
Paulus, dalam 1 Korintus 6:12-20, berbicara kepada jemaat yang sebagian menganggap
bahwa sama seperti orang non-Kristen bebas makan apa saja, maka mereka juga bebas memenuhi
nafsu birahi sama seperti masyarakat di sekitarnya. Tubuh dianggap lepas dari ranah rohani karena
akan turut binasa. Paulus mengingatkan mereka bahwa tubuh mereka akan dibangkitkan dan
sekarang merupakan anggota tubuh Kristus serta tempat Roh Kudus diam. Mereka yang telah
dikuduskan dalam nama Yesus dan dalam Roh Allah (6:11) harus menjaga kekudusan tubuh sendiri
dan tubuh Kristus.
KORELASI
Mendengarkan Allah bukan prakarsa kita karena sebelum kita mendengar, Allah sudah
membentuk kita dan mengetahui semua kata dan langkah kita. Samuel harus belajar untuk mengenali
firman Allah untuk menjadi seorang nabi. Bagi kita, hal terutama adalah mendengarkan panggilan
Yesus untuk mengikut-Nya. Kemudian, kita harus siap mendengarkan firman yang membatasi dan
mengatur nafsu dan tingkah laku kita.

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Banyak suara yang dapat didengarkan, terutama pada saat ini, terutama kubu-kubu politik dengan
banyaknya janji yang manis. Jika disimak dari keramaian diskusi di sosial media, suara-suara politik
jauh lebih menarik daripada suara Tuhan. Bagaimana caranya kita mendengar suara Tuhan dan
mengikut-Nya?
1. Samuel harus belajar mengenali suara Tuhan. Dalam bacaan Injil, dasar suara Tuhan adalah
panggilan Yesus untuk mengikut Dia. Dialah penghubung antara surga dan bumi sehingga
janji-janji Allah digenapi. Yang memanggil kita ialah Tuhan yang mengenal kita dengan
sangat baik (Mzm. 139).
2. Suara Tuhan tidak selalu menyampaikan pesan yang enak didengar. Firman Allah termasuk
batas-batas yang ditentukan Allah untuk tubuh kita (1 Kor. 6:12-20), dan tuntutan untuk
menggunakan kuasa dengan baik (1 Sam. 3:13; bdk. 2:12-16). Pelanggaran batas itu sebagai
gaya hidup menempatkan kita di bawah hukuman Allah, seperti terjadi dengan Elia (bdk. 1
Kor. 6:9-10).
3. Suara Tuhan harus disampaikan dengan terus terang, baik oleh para pelayan Tuhan di dalam
jemaat, maupun oleh orang-orang percaya di dalam masyarakat. Samuel harus
menyampaikan firman yang menghukum ayah angkatnya sendiri. Ia merasa kepahatian dan
belajar mengatasinya.
Bahan Khotbah Minggu, 21 Januari 2024
Minggu keempat setelah Epifani

HARGA MENGIKUT YESUS


Angga’na Unturu’ Puang Yesu
Bacaan Mazmur : Mazmur 62:6-13
Bacaan 1 : Yunus 3:1-5, 10
Bacaan 2 : 1 Korintus 7:29-31
Bacaan 3 : Markus 1:14-20 (BU)
Nas Persembahan : Mazmur 62:6-7
Petunjuk Hidup Baru : Markus 1:17

Tujuan:
1. Jemaat percaya pada Injil sehingga meninggalkan kejahatan.
2. Jemaat percaya pada Injil sehingga giat dalam misi Allah.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 62 ditulis dalam konteks pemerasan dan serangan dari kaum penjahat. Ditegaskan
bahwa Allah saja yang dapat membuat jiwa tenang dan selamat. Orang percaya mencurahkan isi hati
kepada Dia yang berkuasa dan setia (ay. 9, 12-13). Harta yang didapatkan dengan pemerasan dan
penipuan hanya seperti angin saja (ay. 10).
Ketika Yunus (Yunus 3:1-5, 10) dipanggil untuk kedua kalinya untuk pergi ke Niniwe, ia taat.
Ternyata pemberitaannya menimbulkan pertobatan seperti yang jarang dilihat di kalangan Israel
sendiri, yang mana orang-orang dari semua golongan masyarakat menjadi takut akan Allah dan
berhenti dari berbagai bentuk tindak kejahatan. Jadi, Allah menyesal, bukan dari rencana-Nya untuk
menghukum kejahatan, melainkan menyesal dari hukuman-Nya terhadap Niniwe yang sudah
bertobat.
Israel pada zaman Yesus juga perlu bertobat. Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dalam
solidaritas dengan Israel, tetapi Ia memulai pelayan-Nya di depan umum setelah Yohanes dipenjara.
Galilea adalah bagian Israel yang paling jauh dari Yerusalem, selain bahwa Yesus dibesarkan di sana.
Ia memberitakan Injil Allah. Kata “Injil” berarti maklumat tentang sesuatu yang penting untuk
semua, seperti kelahiran anak bagi Kaisar. Pengumuman Yesus lebih penting lagi. Kerajaan Allah
yang dinantikan dalam kitab para nabi dan Mazmur sudah dekat. Allah telah mengutus Yesus demi
memulihkan umat-Nya, Israel, dan mendatangkan damai sejahtera di seluruh bumi. Pemulihan
tersebut termasuk hukuman terhadap kejahatan. Karena itu, memercayai Injil tidak terlepas dari
pertobatan, seperti yang digerakkan oleh Yohanes Pembaptis.
Kemudian, Yesus memanggil empat orang untuk meninggalkan profesi dan keluarga untuk
menjadi “penjala manusia”. Untuk apa meninggalkan keadaan yang terbilang sudah mapan menurut
ukuran zaman itu? Tindakan mereka masuk akal jika memang Kerajaan Allah sudah dekat, sehingga
sebanyak mungkin orang Israel perlu diberi kesempatan untuk bertobat. Intinya, Yesus memelopori
jalan menjadi murid. Hal tersebut lebih penting daripada keluarga, tetapi dapat juga didukung oleh
keluarga. Keluarga Simon (Petrus) dan Andreas mendukung mereka (lih. Mrk. 1:29).
Paulus sering memaknai pentingnya Injil atau Kerajaan Allah kepada jemaat-jemaat. Dalam
1 Korintus 7:29-31, terdapat lima hal duniawi yang “seolah-olah” tidak ada, yakni perkawinan, duka,
suka, harta, dan barang secara umum. Mengingat Paulus menyuruh suami-isteri untuk bersebutuh
(7:1-5), nas ini tidak berarti bahwa hal-hal duniawi itu ditiadakan sekarang. Hal-hal itu akan berlalu,
sehingga tidak ada lagi dalam dunia mendatang. Jadi, harta dan keturunan tidak lagi menjadi hal yang
menentukan apakah hidup kita bermakna.
KORELASI
Sebagai Raja atas Israel, Allah melindungi orang-orang yang mengandalkan-Nya dan akan
menghukum orang-orang yang memeras sesamanya (Mzm. 62). Pertobatan termasuk kepercayaan
pada ancaman itu sehingga kejahatan ditinggalkan (Yun. 3). Pertobatan juga berarti kepercayaan akan
pengampunan Allah, sehingga menjadi giat bagi misi untuk memberitakan Injil (Mrk. 1:14-20).
Dengan demikian, hal-hal duniawi ditempatkan sebagai hal-hal yang sementara saja, ketimbang
hidup sesuai dengan Kerajaan Allah yang kekal.

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


Sesuatu dianggap mahal kalau manfaatnya tidak sesuai dengan pengeluaran, atau kita tidak
mampu membayarnya. Harga mengikuti Yesus tidak mahal ketika kita percaya pada Injil yang diberi
dengan cuma-cuma.
1. Kerajaan Allah mendekat dalam pelayanan Yesus dan sudah datang dalam kematian dan
kebangkitan-Nya. Untuk membuat baik dunia yang penuh dosa ini, salah satu aspek dari berita
Injil adalah hukuman Allah terhadap segala kejahatan (bdk. Yun. 3 dan Mzm. 62:12).
2. Pertobatan termasuk meninggalkan kejahatan, termasuk pemerasan terhadap sesama (bdk. Mzm.
62:10).
3. Pertobatan berarti mengikuti Yesus dalam misi Allah, supaya sesama orang berdosa juga
mendapat kesempatan untuk bertobat. Mengikuti Yesus menjadi lebih utama daripada hal-hal
duniawi (bdk. 1 Kor 7:29-31).
Minggu Keempat setelah Epifani, 28 Januari 2024

KUASA FIRMAN-NYA
Kuasa Kadan-Na Puang
Bacaan Mazmur : Mazmur 111:1-10
Bacaan 1 : Ulangan 18:15-20 (BU)
Bacaan 2 : 1 Korintus 8:1-13
Bacaan 3 : Markus 1:21-28
Nas Persembahan : Mazmur 111:1-2
Petunjuk Hidup Baru : Ulangan 18:18

Tujuan:
1. Jemaat memahami kuasa firman Tuhan melampaui segala bentuk kuasa yang ada dalam hidup manusia.
2. Jemaat senantiasa mengandalkan kuasa firman Tuhan sebagai penuntun dan penjaga dalam menjalani
kehidupan.

PEMAHAMAN TEKS
Mazmur 111:1-10 berisi pujian atas karya Tuhan bagi umat-Nya. Ayat 1 menunjukkan pujian
Pemazmur bersama-sama dengan orang benar di dalam jemaah. Puji-pujian tersebut didasarkan atas
perbuatan-perbuatan yang menghadirkan berkat kehidupan (ay. 5) dan keadilan dan kebenaran dari
Tuhan (ay. 7). Seluruh bingkai kebenaran ini didasarkan pada titah dan perintah Allah yang telah
diletakkan dalam perjanjian dengan nenek moyang Israel serta telah menjadi warisan jalan hidup dari
generasi ke generasi. Titah dan perintah tersebutlah yang menjadi penjaga kehidupan Israel yang terus
menerus disaksikan oleh Israel dalam segala situasi kehidupan. Penegasan akan kekuatan titah dan
perintah Tuhan itu bahkan disebut sebagai jalan pembebasan dari musuh yang mendatangkan
penderitaan bagi umat Tuhan (ay. 9).
Ulangan 18:15-20 merupakan kelanjutan pengajaran Musa bagi Israel yang bersiap memasuki
Tanah Perjanjian (Kanaan). Ada begitu banyak nasihat yang diberikan kepada Israel, salah satunya
adalah gaya hidup yang harus berbeda dengan bangsa di sekitar tanah perjanjian. Gaya hidup yang
menjadikan manusia (anak-anak sebagai korban) dan praktik tenung adalah praktik hidup yang
bercela di hadapan Tuhan (ay. 9-14). Musa kemudian menubuatkan sekaligus menegaskan bahwa di
masa mendatang akan bangkit dari tengah-tengah mereka seorang nabi yang asalnya dari Tuhan. Jika
Israel takut mendengar firman Tuhan secara langsung (ay. 16), maka Ia akan hadir melalui seorang
nabi. Lalu, jika firman yang disampaikan tidak diindahkan, maka Tuhan yang akan menuntut
pertanggungjawaban (ay. 19). Pada saat yang sama, jika nabi menyatakan sesuatu yang tidak berasal
dari firman Tuhan sendiri, maka nabi tersebut harus mati (ay. 18).
1 Korintus 8:1-13 berisi nasihat Paulus bagi jemaat di Korintus yang sedang berhadapan
dengan kemajemukan di kota Korintus (suku, budaya, dan agama). Hal tersebut juga melahirkan riak-
riak kecil di tengah persekutuan. Salah satu riak-riak tersebut terkait makanan yang telah
dipersembahkan kepada berhala (ay. 1-4). Ada warga jemaat yang memahami bahwa daging
persembahan tersebut dapat memengaruhi kehidupan beriman. Paulus lalu menegaskan bahwa Allah
kita adalah Yesus Kristus yang mana segala sesuatunya berasal dari Dia dan dari Dialah kita
memeroleh kehidupan (ay. 5-6). Penegasan tersebut menunjukkan kuasa Allah tidak terikat atau
dipengaruhi oleh makanan dan minuman (ay. 8). Namun, kuasa tersebut hanya dinyatakan melalui
Yesus Kristus yang membawa kita menikmati hidup bersama dengan Allah dan memberi hikmat
dalam membangun sikap kepada kepada sesama manusia (ay. 9-13).
Markus 1:21-28 dapat dibaca sebagai sebuah deklarasi otoritas kuasa Kristus melalui kata dan
tindakan-Nya. Otoritas kuasa tersebut sudah ditunjukkan kisah pencobaan Yesus di padang gurun
(1:12-13) dan pemanggilan beberapa orang murid. Pasca pemanggilan murid, Yesus melakukan
perjalanan ke Kapernaum dan pada saat masuk ke rumah ibadah untuk mengajar. Pengajaran Yesus
disaksikan sebagai pengajaran yang penuh kuasa jika dibandingkan dengan ahli-ahli Taurat (ay. 22).
Markus tidak mencatat pesan atau pengajaran Yesus, karena penulis ingin menekankan Yesus Kristus
sebagai Penyampai pesan atau pengajaran tersebut. Hal ini kemudian lebih ditegaskan dalam ayat 23-
25, ketika ada seorang yang kerasukan roh jahat, tetapi mengenal Yesus sebagai yang Kudus dari
Allah. Dengan kuasa otoritas pada diri-Nya, Ia menghardik roh jahat tersebut. Peristiwa tersebut lagi-
lagi menunjukkan kuasa firman Allah atas seluruh kuasa yang ada. Semua orang takjub dan membuat
Yesus dikenal ke seluruh penjuru Galilea.

KORELASI
Pemilihan Tuhan atas umat-Nya adalah sebuah penanda akan pemeliharaan dan
perlindungan kuasa Allah yang tidak terbatas. Penyataan kuasa Allah telah dan terus dinyatakan
melalui firman-Nya di dalam Yesus Kristus. Sang Firman yang berkuasa menjadi jalan pembebasan
dari berbagai penderitaan sebagai pedoman dalam menata kehidupan, menjadi teladan dalam
bersikap, pengingat akan kasih-Nya yang terus menjaga, dan yang akan terus merengkuh segala
keterpurukan kita. Kuasa firman ini jugalah yang akan terus menggerakkan dan membangkitkan
umat-Nya untuk menyatakan kebenaran dan keadilan sebagai kesaksian hidup yang memuliakan
Tuhan. Hidup kita dipelihara oleh kuasa firman-Nya.

POKOK-POKOK PENGEMBANGAN KHOTBAH


14 Februari 2024 akan menjadi puncak perhelatan pesta demokrasi di negara kita Indonesia,
yang ditandai dengan Pemilihan Umum (Pemilu) di tatanan eksekutif dan legislatif. Pemilu
dipahamai sebagai ruang bagi rakyat untuk menyatakan kedaulatan mereka dalam rangka
mengevaluasi dan menata ulang proses pengambilan kebijakan di masa yang akan datang. Gereja,
sebagai bagian dari bangsa ini, juga mesti mengambil peran yang strategis dalam praktik-praktik
demokrasi kita. Perenungan firman Tuhan pada hari ini menjadi penguatan bahwa kuasa Allah yang
akan diproklamirkan dalam pesta demokrasi tersebut. Firman-Nya menjadi pengingat bahwa Allah
akan membangkitkan umat-Nya untuk menyatakan kebenaran dan keadilan di tengah-tengah pesta
demokrasi bangsa. Kita semua adalah umat-Nya yang telah dipilih Allah untuk menyuarakan
kebenaran dan keadilan di dalam kuasa Firman Allah. Karena itu, baik sebagai kandidat (calon) atau
pun sebagai pemilih, kita sama-sama dituntut Allah menyuarakan kebenaran dan keadilan. Seluruh
gerak-gerik partisipasi kita berada dalam kuasa firman-Nya.
Proses reposisi (pemosisian ulang) kekuasaan, melalui pemilu, sering ditandai dengan
berbagai praktik yang memertontonkan ketidakbenaran. Praktik politik uang (jual beli suara),
kampanye hitam, adu domba, politik identitas, dan berbagai tindakan kecurangan lain menunjukkan
ambisi berkuasa yang seringkali kita pandang sebagai hal yang sudah biasa saja. Hal ini bisa menjadi
bola salju (snowball) yang semakin hari semakin besar dan merugikan banyak pihak. Firman Tuhan
hari ini mengajarkan bahwa sebesar apapun ambisi kekuasaan dari manusia, kekuasaan Firman
Allah-lah yang akan berdaulat di atas segalanya. Kuasa Allah dalam Roh Kudus akan terus menjaga
dan memelihara umat Tuhan dalam partisipasi menata bangsa kita.
Pengakuan Gereja Toraja Bab 2 menegaskan bahwa kuasa firman Allah berlaku dalam semua
ciptaan dan perjalanan sejarah kehidupan peradaban manusia. Tidak ada tempat yang bebas dari
kuasa firman Allah. Sebagai anak muda, orangtua, dan lansia, semua ada dalam kuasa-Nya.
Kekuatan masa muda tidaklah menunjukkan kuasa Allah minim atau sedikit dalam mengarahkan
hidup kita. Sementara, kelemahan tubuh di masa tua, tidak berarti kuasa Tuhan tidak bersama-sama
dengan kita. Dalam kelemahan tubuh, pergumulan atau pergulatan karena berbagai pergolakan
hidup, kuasa Firman-Nya mengingatkan kita, Allah akan memberi pembebasan. Tetaplah hidup
dalam kebenaran Allah.
Firman Allah berkuasa memanggil untuk percaya dan janji keselamatan telah digenapi di
dalam Yesus Kristus. Kuasa Firman itulah yang telah memilih dan menetapkan kita menjadi anak-
anak-Nya. Karena itu, kuasa Firman itu jugalah yang akan terus menjaga, dalam menyatakan respons
atas panggilan yang Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai