Anda di halaman 1dari 2

PAPARAN KONTRA TERHADAP E KATALOG KONSTRUKSI PAPARAN PRO TERHADAP E KATALOG KONSTRUKSI

Untuk saat ini , metode pemilihan penyedia e-purchasing menjadi trend dibeberapa daerah
dalam memilih penyedia melalui e-katalog.

Adanya pro dan kontra terhadap kebijakan LKPP yang dalam beberapa SE nya salah satunya
SE 3 tahun 2023 tentang Afirmasi Belanja Produk Dalam Negeri Dan Produk Usaha Mikro,
Usaha Kecil, Dan Koperasi Melalui E-Purchasing yaitu Menginstruksikan kepada
KPA/PPK/PP untuk melakukan pemilihan penyedia dengan urutan/prioritas pelaksanaan
pengadaan barang/jasa dilakukan melalui metode pemilihan E-purchasing., dan diperkuat
lagi dengan ketentuan pasal 38 ayat (1) Pepres No 12 tahun 2021 yang menyatakan bahwa
secara hirarki harus diutamakan metode pemilihan E-purchasing.

Permasalahan yang terjadi, kita sebagai pelaksana tidak membaca seutuhnya ayat ayat lain
yang tentu dijadikan dasar ketepatan penetapan metode pemilihan penyedia khususnya
pasal 39 ayat (6) yang menyatakan tender dilakukan dalam hal tidak dapat menggunakan
epurchasing, penunjukan langsung ,pengadaan langsung dan tender cepat, ini artinya ke 5
metode harus jelas justifikasi pemilihannya.

Khusus untuk pengadaan barang, maka tentu kita tidak perlu berdebat bilamana
menggunakan ekatalog,karena jenis pengadaan barang itu adalah pengguna langsung
mendapatkan wujudnya , dan ini sangat berbeda dengan kontruksi, perlu langkah
mengeksekusi gambar, yang didalamnya ada bahan, tenaga dan peralatan seblum
konstruksi itu terbangun.

Mari kita merujuk pada tahapan perencanaan pengadaan dan kita korelasikan dengan
keputusan deputi 122 tahun 2022 Tata Cara Penyelenggaraan Katalog Elektronik, dimana
untuk menentukan layaknya sebuah produk yang akan dicantumkan dalam katalog tentu
akan melewati penelahaan produk, yang artinya apakah benar produk atau pekerjaan
konstruksi ini akan menggunakan katalog dan meyakini bahwa saat pelaksanaan kontrak
tidak terjadi beberapa hal (khusus pekerjaan konstruksi);

1. Adanya 1 (satu) paket pekerjaan yang berpotensi akan ada beberapa kontrak
pesanan lagi yang menyebabkan butuhnya pengendalian kontrak yang lebih berat
2. Adanya 1 (satu) paket pekerjaan yang berpotensi didalamnya ada banyak
penyedia yang menyebabkan butuhnya pengendalian kontrak yang lebih berat
3. Kurangnya nilai pagu bilamana kontrak akan berubah yang diakibatkan
dibutuhkan pekerjaan baru
4. Adanya potensi membangun etalase baru yang justru tidak memenuhi pasal 38
ayat(2) yaitu epurchasing dilakukan dalam hal pekerjaan konstruksi, barang/jasa
lainya sudah tercantum dalam ekatalog, yang artinya pencantuman itu sudah ada
saat perencanaan bukan saat kontrak terlaksana
Jadi kesimpulan disini, kami tim Kontra, sangat tidak setuju jika pekerjaan konstruksi itu di
ekatalogkan kecuali pekerjaan tersebut memiliki karakter prototype, standar dan atau
bersifat pekerjaan terpasang, bukan pekerjaan yang secara DED kemungkinan berubah, hal
ini juga diperkuat PP 22 tahun 2020 pasal 62 yang menempatkan metode pemilihan tender
hiraki utama dan katalog pada hiraki terakhir, yang artinya dalam penerapan pasal 38 ayat
(1) harus juga dipastikan jenis pengadaan/pekerjaan dan prinsip prinsip pengadaannya
terutama efektif yang sesuai pemanfaatn sehingga tujuan pengadaan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai