Anda di halaman 1dari 43

SEJARAH

PERSIAPAN PAS SMANSA 47


2023/2024
Penyusun : X-7

Bab 1 (Konsep Dasar


Ilmu Sejarah) : Amanda Agustia Anggraini
Arib Dzakwan Al Mukmin
Daffa Tegar Abdullah
Farhan Nur Afifudin
Karohmat
Mahadewi Audrey Putri Jabbar
Moksha Ragadewa Oroh
Moreno Kris Lunar
Muhammad Bachrul Alam
Nayla Latifah Zahra
Rafif Sidiq Daifullah
Raisha Aulia Ramadhani
Salwa Zahia El Fouz
Shirazy Zhafir Andhika

Bab 2 (Penelitian Sejarah) : Ahmad Zaki Ali


Alvino Rasya Ramadhan
Anindya Farahaniya Afandi
Cinta Audia Zaidany
Fatma Agustina
Irish Kian Brilly Putra
Kayla Putri Atha Nasabila
Keisha Maharani
Mohammad Luthfi
Queena Hasna Oriva
Rafsya Emirza El Hakim
Raya Alya
Sabrina Ramadhani
Zagita Donella Elfariza

Bab 3 (Zaman Pra Aksara


di Indonesia) : Catherine Akheela Yosev Saragih
Hanif Arzani
Josephine Jessica Krysti Waluya
Lashifa Hanania Lizqi Naufa
Latiefah Zahra
Muhammad Fattah Rizqan Fuada
Naila Alma Putri Rapsodi
Naqlisya Athari Ahza
Naufal Ayzura Fathan
Prayata Rafif Nugraha
Rahyshya Raya Nugroho
Rayna Rafifa Nylat Mahezy
Saphira Evani Maliqa
Zahran Arrazaq Parto Atmojo
BAB 1 (Konsep Dasar Ilmu Sejarah)

A. Pengertian Sejarah
1. Secara Etimologis
Secara Etimologi, kata sejarah berasal dari Bahasa Arab, yaitu ‘Syajaratun’ yang
berarti ‘pohon’. Hal ini memiliki pengertian bahwa pohon digambarkan sebagai suatu
simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang, daun, akar, dll.
Pohon ini mempresentasikan bahwa manusia itu hidup dan akan terus tumbuh seiring
berjalannya waktu dan ruang tempat dimana manusia itu berada.

Kesimpulan:
Sejarah adalah rekonstruksi peristiwa masa lalu (bersifat penting, abadi, dan unik) yang
benar-benar terjadi dan berisi segala kegiatan manusia. Rekonstruksi tersebut berasal dari
hasil kesimpulan data-data yang telah teruji.

2. Menurut Para Ahli

a. SARTONO KARTODIRJO
Sejarah dibatasi oleh dua hal, sejarah dalam arti objektif dan subjektif. Secara objektif,
menunjuk pada peristiwa atau kejadian itu sendiri. Secara subjektif, sejarah yang telah ditulis
sejarawan.

b. MOH. YAMIN
Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan dari berbagai
peristiwa yang dapat dibuktikan kebenarannya.

c. HERODOTUS
Sejarah bukan berkembang dan bergerak lurus ke depan dengan tujuan pasti, melainkan
melingkar, yang tinggi rendahnya disebabkan oleh keadaan manusia.

d. IBNU KHALDUN
Sejarah adalah catatan tentang manusia dan peradabannya dengan seluruh proses perubahan
secara nyata dengan segala sebab akibatnya.
B. Manusia dan Sejarah

1. Peran Manusia Dalam Sejarah


Sejarah memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan manusia karena sebagaimana
diketahui bahwa suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu tidak dapat dikatakan sebagai
sejarah apabila tidak berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Berdasarkan pemahaman itu, maka manusia dan sejarah memiliki keterkaitan yang erat
dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Manusia dalam proses sejarah
selalu menempatkan dirinya sebagai objek sekaligus subjek sejarah.

Pada saat tokoh besar menggunakan pengaruh yang sangat menentukan dalam sejarah,
sebenarnya pengaruh mereka masih sangat terbatas. Pilihan mereka dibatasi oleh keadaan
sejarah, paling tidak aspek ruang dan waktu. Tidak ada penguasa atau pemimpin yang
dapat mendorong orang banyak dan mengubah cara tanpa menggunakan beberapa macam
instrumen yang menekan dan mempengaruhi sistem yang mengorganisir kekuasaan.

a. Manusia Sebagai Objek Sejarah


Objek sejarah, yaitu perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi
waktu (masa lampau). Waktu merupakan unsur penting dalam sejarah. Waktu dalam
hal ini adalah waktu lampau sehingga asal mula maupun latar belakang menjadi
pembahasan utama dalam kajian sejarah.

b. Manusia Sebagai Subjek Sejarah


Pelaku sejarah merupakan orang yang terlibat dalam suatu peristiwa sejarah,
sementara saksi sejarah merupakan orang yang mengetahui peristiwa sejarah
meskipun tidak terlihat secara langsung. Manusia sebagai subjek sejarah adalah
tindakan manusia dalam menentukan arus kesejarahan. Maksudnya adalah peran ini
kebanyakan dilakukan oleh para sejarawan yang melakukan penelitian dan menulis
peristiwa yang terjadi di masa lalu. Manusia sebagai subjek sejarah cenderung bersifat
subjektif, yaitu bergantung pada sudut pandang dari manusia tersebut.

c. Konsep Sejarah
Kata sejarah diambil dari bahasa Arab yaitu kata syajarah yang berarti pohon. Dalam
bahasa Inggris, sejarah disebut dengan history. Dalam bahasa Yunani disebut dengan
kata historia yang memiliki arti inkuiri (inquiry), wawancara (interview), interogasi
dari seorang saksi mata dan juga laporan mengenai hasil-hasil tindakan itu. Dari
bahasa Yunani itulah istilah historia masuk ke dalam bahasa-bahasa lain, terutama
melalui perantaraan bahasa Latin.

Jika ditinjau ke dalam bahasa Latin, kata historia masih memiliki makna yang sama
seperti dalam bahasa Yunani. Hanya saja tekanannya lebih pada pengamatan
langsung, penelitian, dan laporan-laporan hasilnya. Tacitus seorang sejarawan pada
masa Romawi menggunakan istilah historia untuk judul bukunya Historiae. Di dalam
buku itu Tacitus menulis laporan-laporan hasil pengamatannya secara pribadi. Selain
itu Tacitus juga menulis laporan-laporan mengenai periode lebih awal (14-68 M) yang
diberinya judul Annales. Pada masa ini penggunaan kata historia belum digunakan
untuk menunjukkan peristiwa di masa lampau.

Manusia dan sejarah sebagai sebuah konsep dan pemahaman tidak dapat dipisahkan,
sejarah tanpa manusia adalah khayalan. Manusia dan sejarah merupakan kesatuan
dengan manusia sebagai subjek dan objek sejarah. Apabila manusia dipisahkan dari
sejarah maka dapat dikatakan ia bukan manusia lagi, tetapi sejenis makhluk biasa,
seperti hewan. Perlu di garis bawahi di sini bahwa ingatan manusia sangatlah
memegang peranan yang penting. Ingatan itu digunakan manusia untuk menggali
kembali pengalaman yang pernah dialaminya. Mengingat berarti mengalami lagi,
mengetahui kembali sesuatu yang terjadi di masa lalu. Namun ingatan manusia
terbatas sehingga perlu alat bantu yaitu tulisan yang berfungsi untuk menyimpan
ingatannya.

Dengan tulisan, manusia mencatat pengalamannya. Pengalaman yang dialami


manusia, dituturkan kembali dengan menggunakan bahasa. Sejarah adalah
pengalaman dan ingatan manusia yang diceritakan. Dapatlah dikatakan bahwa
manusia berperan di dalam terbentuknya sejarah karena manusia-lah yang membuat
pengalaman menjadi sejarah. Manusia adalah penutur sejarah yang membuat cerita
sejarah, sehingga semakin jelaslah bahwa manusia adalah sumber dari sejarah itu
sendiri.

d. Manusia Hidup Dan Berkreativitas Dalam Ruang dan Waktu

Dalam ilmu sejarah, manusia dalam aktivitas dengan masyarakat atau bangsanya
merupakan kajian utama. Sejarah mendeskripsikan aktivitas manusia yang terjadi
pada masa lalu. Namun, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bukan berarti
sejarah menjelaskan aktivitas manusia secara keseluruhan. Kisah manusia tersebut
berkaitan dengan kreasi dari perjalanan kehidupan manusia di dalam menghadapi
kehidupannya.

Kisah manusia tersebut dibatasi oleh ruang dan waktu, di mana berkaitan erat pula
dengan tempat di mana manusia itu berada. Berdasarkan sudut pandang waktu,
kreativitas yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau berbeda dengan
kreativitas yang dilakukan oleh manusia pada masa kini. Demikian halnya dengan
pemahaman dalam konsep ruang. Pemahaman tentang ruang dan waktu diperlukan
untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kronologis.
Berkaitan dengan kreativitas, apa yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau
misalnya adalah bagaimana manusia pada zaman batu melakukan aktivitas makan,
minum, berpakaian serta melakukan perjalanan menjadi pengalaman yang diwariskan
bagi masa-masa sesudahnya. Sebagai contoh adalah bagaimana kreativitas manusia
untuk melakukan suatu perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, di mana ini
dijadikan sebagai pengalaman bagi generasi sesudahnya. Sebagai contoh konkret,
pada awalnya manusia menggunakan tenaganya sendiri dengan berjalan kaki. Lalu
mereka memanfaatkan tenaga hewan, misalnya kuda untuk melakukan perjalanan.

2. Manusia sebagai Penggerak, Pelaku dan Saksi Sejarah

a. Manusia Sebagai Penggerak Sejarah


Sejarah memang tercipta di lingkungan masyarakat. Namun masyarakat bukan
semata-mata objek sejarah. Di satu sisi, masyarakat adalah sebab bagi terjadinya
sejarah. Dalam konteks ini, masyarakat ibarat wadah bagi sejarah.

Pada sisi yang lain, masyarakat acap merupakan subjek yang mengarahkan laju
sejarah. Dalam konteks inilah konsep kekuatan rakyat (people power) menemukan
relevansinya. Di balik hal tersebut memang sering hadir orang besar, namun apalah
arti individu semacam ini tanpa dukungan masyarakat atau rakyat. Dengan demikian,
masyarakat juga merupakan faktor penggerak sejarah.

Menurut George Novack, ada beberapa penggerak sejarah, di antaranya adalah:


1. Orang besar
2. Kekuatan ideal
3. Rakyat atau bangsa terpilih
4. Manusia dan lingkungan

b. Manusia Sebagai Pelaku Sejarah


Pengertian pelaku sejarah adalah seseorang atau beberapa kelompok orang yang terlibat
secara langsung (baik itu yang mengalami ataupun sekedar menyaksikan) dalam sebuah
peristiwa besar dan penting di dalam sebuah negara.
Yang dimaksud dengan peristiwa besar/penting di dalam sebuah negara adalah peristiwa di
mana terjadi sebuah hal yang sangat menarik perhatian umum dan kemudian membawa
sebuah dampak besar yang mempengaruhi kehidupan banyak orang/masyarakat luas.

Contoh Pelaku Sejarah :


1. Cut Nyak Dien, Imam Bonjol yang berperang melawan para penjajah.
2. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai tokoh proklamator Indonesia.

c. Saksi Sejarah
Pengertian saksi sejarah adalah seseorang ataupun kelompok yang mengenal sosok pelaku
sejarah tersebut dengan baik. Seperti : Keluarga, Teman, Sahabat, Orang terdekat dan
Seperjuangan.

C. Kegunaan Sejarah
Menurut Kuntowijoyo sejarah itu berguna secara intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik
sebagai pengetahuan. Seandainya saja sejarah tidak ada gunanya secara ekstrinsik, yang
berarti tidak ada suenbangannya di luar dirinya, cukuplah. dengan nilai-nilai intrinsiknya.

1. Intrinsik
(1) Sejarah sebagai ilmu
(2) Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
(3) Sejarah sebagai pernyataan pendapat
(4) Sejarah sebagai profesi

a. Sejarah Sebagai Ilmu


Banyak contoh sejarawan bukanlah orang yang memang terdidik untuk menjadi
sejarawan, tetapi penulis sejarah dapat datang dari mana saja. Wartawan, guru,
politisi, sastrawan, maupun pendeta boleh saja menulis sejarah. Jikalau dokter atau
insinyur harus dating dari orang yang memang dididik dalam ilmunya, tidak
demikian seorang sejarahwan. Sejarah adalah ilmu yang terbuka. Kenyataan
bahwa sejarah menggunakan bahasa sehari-hari, tidak menggunakan istilah-istilah
teknis, memperkuat keterbukaan itu. Keterbukaan itu membuat siapapun dapat
mengaku sebagai sejarawan secara sah, asal hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan sebagai ilmu.

Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan berbagai cara :


(1) Perkembangan dalam filsafat
(2) Perkembangan dalam teori sejarah
(3) Perkembangan dalam ilmu-ilmu lain
(4) Perkembangan dalam metode sejarah. Perkembangan dalam sejarah selalu
berarti bahwa sejarah selalu responsif terhadap kebutuhan masyarakat akan
informasi

b. Sejarah Sebagai Cara Mengetahui Masa Lampau


Sejarah alat yang tepat sebagai membuka atau menghadirkan masa lalu

● Manusia
Manusia sebagai pelaku sejarah, karena setiap kajian tentang peristiwa akan selalu
melibatkan manusia di dalamnya
● Ruang
Tempat terjadinya peristiwa, yang memberikan gambaran jelas sehingga peristiwa
tersebut memang ada dan nyata
● Waktu
Proses kelangsungan dari suatu peristiwa

c. Sejarah Sebagai Pernyataan Pendapat


Banyak penulis sejarah yang menggunakan ilmunya untuk menyatakan pendapat.
Sebagai contoh adalah di dalam penulisan sejarah Amerika, meskipun di tempat lain
penggunaan sejarah untuk menyatakan pendapat selalu terjadi.
Di Amerika ada dua aliran yang sama sama berpendapat bahwa dalam masyarakat
selalu ada konsensus, dan para sejarawan selalu bersifat konformistis: sebaliknya
disebut konflik karena menekankan seolah-olah dalam masyarakat selalu terjadi
pertentangan dan menganjurkan supaya orang bersikap kritis dalam berpikir tentang
sejarah

d. Sejarah sebagai Profesi


Tidak semua sejarawan dapat tertampung dalam profesi kesejarahan. Ada lulusan
sejarah yang jadi karyawan dari suami bidang usaha seperti tekstil, garmen, farmasi
dan tidak sedikit yang menjadi guru di luar keilmuannya. Semua tempat itu tentu saja
memerlukan seorang yang yang dapat menulis sejarah, tetapi kita tidak dapat
mengharapkan semua orang untuk memiliki idealisme.

2. Ekstrinsik
(1) Moral
(2) Penalaran
(3) Politik
(4) Kebijakan
(5) Perubahan
(6) Masa depan
(7) Keindahan
(8) Ilmu bantu

a. Pendidikan Moral
Sejarah dapat dijadikan pendidikan moral, karena didalam suatu peristiwa sejarah
terdapat nilai-nilai yang bisa dijadikan penuntun kehidupan manusia yang hidup
di masa sekarang.

b. Pendidikan Penalaran
Seseorang yang belajar sejarah tidak akan berpikir monokausal, pikiran yang
menyatakan bahwa sebab terjadinya peristiwa itu hanya dilatar belakangi oleh satu
sehab. Pemikiran & Penalaran yang kritis dan banyak penyebabnya.

c. Pendidikan Politik
Sebuah pemerintah menjadikan sejarah sebagai salah satu langkah indoktrinasi
atau pendoktrinan yang berguna untuk menunjang. kebijakan-kebijakan yang
sedang dijalankan di suatu negara.

d. Pendidikan Kebijakan
Tentang keberhasilan masa lalu, akan dijadikan sebuah pendidikan untuk
menerapkan kebijakan dalam kehidupan di masa sekarang. Sejarah semacam
ini diperlukan oleh semua lembaga penelitian, untuk menentukan suatu kebijakan
dibutuhkan suatu pandangan tentang lingkungan alam, masyarakat, dan sejarah.

e. Pendidikan Perubahan
Perubahan Sejarah dapat memberikan pemahaman akan adanya suatu
perubahan dari satu masa ke masa yang lain. Pendidikan perubahan diperlukan
oleh polisi, ormas ormas, usaha-usaha, bahkan pribadi-pribadi. Di dalam dunia
yang semakin sempit ini, tidak ada yang lebih cepat daripada perubahan. Kaum
politisi yang tidak dapat mengantisipasi gelagat perubahan akan ketinggalan.
Untuk dapat melestarikan kepemimpinan, perlu diketahui perubahan apa yung
sedang dialami oleh para pengikut.

f. Pendidikan Masa Depan


Sejarah dapat meramal sesuatu yang terjadi di masa depan. Di beberapa universitas
negara maju, seperti Amerika. History of the Future sudah diajarkan. Sebagai
negara yang mengalami industrialisasi belakangan, Indonesia mempunyai
keuntungan, karena dapat belajar dari negara industrial.

g. Pendidikan Keindahan
Peninggalan-peninggalan sejarah dijadikan sebagai suatu rekreasi yang
mana dapat merasakan atau menciptakan keindahan. Reruntahan istana,
benteng benteng, bahkan monumen pertempuran atau membaca buku sejarah akan
membawa kita seolah merasa sedang dalam momen-momen di mana kita diajak ke
masa itu. Suatu pengalaman estetik akan datang melalui mata waktu kita ke
peninggalan-peninggalan sejarah. Peninggalan-peninggalan tersebut sehagian
besar tersimpan dengan baik di museum-museum.

h. Pendidikan Ilmu Bantu


Dapat membantu menjelaskan menjelaskan permasalahan yang di kaji dalam ilmu
ilmu lain (sosiologi, hukum, antropologi)

D. Sejarah sebagai Ilmu, Peristiwa, Kisah dan Seni


1. Sejarah Sebagai Ilmu

a. Pengertian Sejarah Sebagai Ilmu

Peristiwa yang telah terjadi di masa lampau menjadi pengalaman dan memori
kolektif oleh umat manusia. Oleh karena itu, sejarah sangatlah bergantung pada
pengalaman manusia. Pengalaman tu kini terekam dalam berbagai macam dokumen.

Dokumen-dokumen tersebutlah yang kemudian diteliti oleh para sejarawan


sehingga menghasilkan tulisan sejarah. Tulisan sejarah inilah yang kemudian memberikan
pengetahuan tentang masa lalu. Sayangnya rekaman tentang masa lalu acap kali tidak
lengkap untuk dijadikan sebagai bahan penyusunan sejarah. Akibatnya pengetahuan
tentang masa lampau pun menjadi tidak lengkap.

Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat mendasar, sebenarnya


terdapat pula kesamaan-kesamaan antara ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu alam. Keduanya
sama-sama disusun berdasarkan pengalaman, pengamatan dan juga penyerapan. Dengan
demikian dapatlah dipahami bahwa sejarah sebagai ilmu adalah sejarah yang ditulis atau
dikaji dengan melalui proses dan metode - metode ilmiah, sehingga diperoleh sebuah
kebenaran.

b. Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Ilmu:

Sebagai ilmu, sejarah tidak berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya. Sejarah sebagai ilmu memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Memiliki objek


Objek sejarah adalah perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi
waktu (masa lalu) dan waktu adalah unsur terpenting yang ada di dalam sejarah. Sejarah
memiliki objek sendiri yang tidak dimiliki ilmu lain secara khusus. Jikalau fisika
membicarakan waktu fisik, maka sejarah membicarakan waktu manusia. Waktu dalam
pandangan sejarah tidak pernah lepas dari aktivitas manusia. Oleh karena itu, soal asal-
mula selalu menjadi bahasan utama sejarah.

(2) Bersifat Empiris


Kata empiris berasal dari bahasa Yunani, emperia yang memiliki arti pengalaman.
Sejarah sangatlah bergantung pada pengalaman manusia yang terekam di dalam
dokumen. Dokumen-dokumen tersebut diteliti oleh penulis sejarah maupun sejarawan
untuk menentukan sebuah fakta. Fakta yang telah ditentukan itu kemudian interpretasi
atau ditafsirkan. Dari interpretasi atas fakta inilah, maka akan dihasilkan suatu tulisan
sejarah.

(3) Memiliki teori


Kata teori berasal dari bahasa Yunani yaitu theoria yang berarti renungan.
Seperti ilmu-ilmu lain, sejarah juga memiliki teori. Teori pada umumnya berisi suatu
kumpulan tentang kaidah pokok suatu ilmu. Ilmu-ilmu alam menjadikan alam sebagai
objeknya, sedangkan ilmu-ilmu sosial menjadikan masyarakat sebagai objek penelitian,
maka sejarah memiliki objek sendiri, yaitu manusia dan waktu.

(4) Memiliki Generalisasi


Kata generalisasi berasal dari bahasa Latin yaitu generalis yang memiliki arti umum.
Sama dengan ilmu lain, sejarah menarik kesimpulan-kesimpulan umum. Namun perlu
diingat bahwa kesimpulan untuk ilmu-ilmu lain bersifat nomotetis, sementara sejarah
bersifat ideografis. Generalisasi sejarah seringkali merupakan koreksi atas kesimpulan-
kesimpulan ilmu lain.

(5) Memiliki metode


Kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos yang berarti cara. Metode sejarah
adalah sekumpulan prinsip-prinsip dan aturan yang sistematis, yang dimaksudkan untuk
memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan bagi sejarah,
menilai secara kritis dan menyajikan suatu sintesis dari hasil-hasilnya, biasanya dalam
bentuk tulisan.

c. Contoh Sejarah Sebagai IImu:

1. Teori masuknya ajaran agama Hindu-Budha ke Indonesia


2. Teori masukya ajaran agama Islam ke Indonesia
3. Teori asal usul nenek moyang bangsa Indonesia
4. Teori Terbentuknya Kepulauan Indonesia

2. Sejarah Sebagai Peristiwa

a. Pengertian Sejarah Sebagai Peristiwa

Sejarah sebagai peristiwa adalah suatu kejadian yang terjadi di masa lampau yang
telah terjadi dengan berdasarkan pada fakta dan disertai dengan bukti yang membuktikan
bahwa peristiwa di masa lalu itu benar-benar jelas telah terjadi. Pemahaman akan sejarah
sebagaimana terjadinya itulah yang dimaksudkan dengan sejarah sebagai peristiwa.
Melalui peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui keterkaitan sebab-akibat dari
terjadinya suatu peristiwa. Dengan adanya peristiwa atau kejadian-kejadian di dalam ruang
lingkup kehidupan manusia atau masyarakat, ilmu sejarah berusaha untuk menyusun
rangkaian peristiwa yang terjadi di dalam ruang lingkup kehidupan manusia atau
masyarakat sejak dahulu sampai mencoba untuk memprediksi peristiwa yang akan datang.

b. Ciri-ciri Sejarah Sebagai Peristiwa

Sejarah sebagai peristiwa memiliki sifat atau karakteristik, yaitu:

1) Bersifat objektif, memiliki sifat objektif sebab sejarah berdasarkan pada hasil
kumulatif atau hasil gabungan dari beberapa pendapat para penulis sejarah atau
sejarahwan yang bersifat fakta di mana fakta-fakta itu haruslah disertai dengan bukti-
bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

2) Bersifat empiris, memiliki sifat empiris sebab sejarah bersumber pada pengalaman
manusia yang berdasarkan data atau fakta yang sebenarnya.
- Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945.
- Peristiwa penculikan Ir Soekarno dan Moh Hatta yang dilakukan oleh golongan muda
untuk dibawa ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.

c. Contoh Sejarah Sebagai Peristiwa

Sebagai contoh, peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah dunia antara lain


Perang Dunia I dan II, Revolusi Industri, Perang Dingin, dan kejatuhan Tembok Berlin.
Setiap peristiwa ini memiliki dampak yang signifikan pada dunia saat ini dan membentuk
cara kita memandang dan memahami dunia.

Dalam sejarah juga terdapat peristiwa-peristiwa penting di tingkat lokal dan


nasional, seperti perjuangan kemerdekaan Indonesia, pembentukan Republik Indonesia,
dan peristiwa-peristiwa sejarah lainnya di Indonesia. Secara umum, sejarah dapat
dipandang sebagai catatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lalu dan
membentuk cara kita memandang dunia saat ini.

- Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945:


- Peristiwa penculikan Ir Soekarno dan Moh Hatta yang dilakukan oleh golongan muda
untuk dibawa ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945;
- Peristiwa Pertempuran Surabaya antara TKR, Rakyat Surabaya dan Sekitarnya
menghadapi Sekutu pada 10 November 1945;
- Peristiwa Agresi Militer Belanda 1 pada tanggal 21 Juli - 5 Agustus 1947;
- Peristiwa Agresi Militer Belanda 2 pada tanggal 19-20 Desember 1948.
3. Sejarah Sebagai Kisah

a. Pengertian Sejarah Sebagai Kisah

Sejarah sebagai kisah adalah peristiwa sejarah yang telah direkonstruksi atau
diceritakan kembali berdasarkan penafsiran atau ingatan seseorang, baik seorang pencerita
sejarah, penulis sejarah maupun sejarawan. Sejarah sebagai kisah juga merupakan
pendapat masing-masing yang merupakan hasil interpretasi perorangan yang masih utuh
dan belum di generalisasikan. Semua hasil karya manusia merupakan bukti dari kisah
manusia yang hidup dan cenderung bersifat dinamis (selalu berubah). Mendeskripsikan
sejarah sebagai kisah tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi di
masa lampau.

b. Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Kisah

1. Bersifat subjektif
2. Sebagai sarana untuk menjelaskan di masa lalu

c. Contoh-Contoh Sejarah Sebagai Kisah

1. Kisah Ken Arok


2. Kisah Ratu Shima

4. Sejarah Sebagai Seni

a. Pengertian Sejarah Sebagai Seni

Sejarah sebagai seni melibatkan penggunaan seni dan imajinasi untuk


memperindah dan menghidupkan cerita sejarah, menjadikan fakta-fakta sejarah lebih
menarik bagi pembaca. Penulisan sejarah yang mengandung unsur seni memerlukan
imajinasi, interpretasi, dan penggunaan bahasa yang indah serta komunikatif. Dengan
teknik narasi dan gaya penulisan yang kreatif, sejarah dapat disajikan dengan cara yang
mudah dimengerti dan memikat bagi para pembaca, pendengar, atau penikmatnya.
b. Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Seni:

1. Sejarah Memerlukan Intuisi


2. Sejarah Memerlukan Imajinasi
3. Sejarah Memerlukan Emosi
4. Sejarah Memerlukan Gaya Bahasa

c. Contoh-Contoh Sejarah Sebagai Seni:

1. Seni Sastra Sejarah: Penelitian sejarah melalui sastra mencakup penggunaan bahasa
yang indah dan narasi kreatif, seperti ditunjukkan dalam karya-karya terkenal seperti
"The Histories" karya Herodotus dan "The Peloponnesian War" karya Thucydides.

2. Seni Pemahaman Historis: Pendekatan seni dalam sejarah juga melibatkan


kemampuan sejarawan untuk menggunakan imajinasi dan interpretasi dalam memahami
latar belakang serta konteks peristiwa sejarah.

3. Seni Visual Sejarah: Representasi visual sejarah melalui lukisan, patung, dan
arsitektur, seperti Patung Liberty di New York atau lukisan "The Death of Socrates"
karya Jacques-Louis David, menyajikan dimensi artistik pada narasi sejarah.

4. Seni Penceritaan Sejarah: Sejarah sebagai seni penceritaan menggabungkan keahlian


naratif untuk menjelaskan peristiwa sejarah dengan cara yang membangkitkan imajinasi
pembaca, sebagaimana terlihat dalam karya-karya populer seperti "A Brief History of
Time" karya Stephen Hawking dan "Guns, Germs, and Steel" karya Jared Diamond.

E. Cara Berpikir Sejarah

1. Cara Berpikir Kronologis


Berpikir kronologis adalah sebuah cara berpikir secara runtut dalam suatu peristiwa.
Jadi konsep ini sangat penting sekali digunakan dalam suatu analisa peristiwa yang terjadi
pada masa lalu.
Dengan adanya pendekatan konsep berpikir kronologis pada analisis sebuah peristiwa
yang terjadi pada masa lalu akan lebih mudah mengetahui urutan peristiwa secara urut,
runtut, dan berkesinambungan secara utuh.
Contoh Uraian sebelum hingga terjadinya peristiwa proklamasi dengan cara berpikir
kronologis adalah sebagai berikut:

● Tanggal 6 Agustus 1945, Amerika melakukan pengeboman pada Kota Hiroshima.


Kota Hiroshima adalah kota penting di Negara Jepang.
● Tanggal 9 Agustus 1945, Amerika melakukan pengeboman pada Kota Nagasaki.
Kota Nagasaki juga sebagai salah satu kota penting di Negara Jepang.
● Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah pada blok Amerika.
● Tanggal 15 Agustus 1945, Sutan Syahrir mengetahui berita menyerahnya Jepang
● Tanggal 16 Agustus 1945, Golongan Muda memaksa Bung Karno melakukan
kemerdekaan Indonesia. Keadaan ini dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.
● Tanggal 17 Agustus 1945, pembacaan teks proklamasi telah dilakukan.

2. Cara Berpikir Diakronik


Diakronik dalam KBBI memiliki arti, yaitu berkenaan dengan pendekatan bahasa
dengan melihat perkembangan sepanjang waktu yang bersifat historis. Secara
etimologis, kata “diakronik” diambil dari bahasa Yunani, yaitu dia yang artinya melalui
atau melampaui dan juga chronicus yang artinya adalah waktu. Berarti diakronik atau dia
chronicus merupakan suatu hal yang sudah berlalu atau sudah melampaui waktunya.

Selain itu, menurut Wahyu Iryana di dalam bukunya yaitu Historiografi Barat (2014)
menyampaikan bahwa diakronik merupakan memanjang dalam waktu dan juga
menyempit dalam ruang. Selanjutnya, menurut Krisanjaya dalam Hakikat Linguistik
Bandingan (1996) mengutarakan jika dalam konteks kajian linguistik, sifat diakronik
dapat berarti bahwa kajian ini berorientasi dan berfokus kepada dimensi dua kurun waktu
berbeda secara menurun, mengikuti penggalan dua waktu yang berbeda.

a. Berikut Buku yang Disusun Dengan Cara Berpikir Diakronik

1. Bukan 350 Tahun Dijajah.


2. Nusantara: Sejarah Indonesia.
3. Pemberontakan Petani Banten 1888.
4. Orang Jepang di Koloni Asia Tenggara.
5. Peristiwa Tiga Daerah: Revolusi dalam Revolusi.

b. Ciri-Ciri Berpikir Diakronik


1. Cakupan kajian atau pembahasan lebih luas.
2. Mengurai pembahasan pada satu peristiwa.
3. Mengkaji kesinambungan antara satu peristiwa dengan yang lain.
4. Terdapat konsep perbandingan.
3. Cara Berfikir Sinkrokik
Berasal dari bahasa Yunani, yaitu Syn yang memiliki arti dengan, sedangkan
untuk chronoss sendiri memiliki arti waktu atau masa. Dengan dua arti tersebut
jika disimpulkan maka sinkronik berarti menyempit dalam waktu namun
meluas dalam ruang.

a. Contoh Judul Buku yang Menggunakan Cara Berpikir Sinkronik:


1. Keadaan ekonomi di Indonesia pada Tahun 1998
2. Kepemimpinan dalam sejarah bangsa
3. Ketoprak orde baru: Dinamika teater rakyat jawa di era industrialisasi
budaya
4. Suasana tragedi pada pemberontakan G3OS/PKI
5. Suasana di jakarta ketika pembacaan proklamasi Kemerdekaan.
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

b. Ciri-Ciri Berpikir Sinkronik:


1. Mengkaji kejadian di masa lalu
2. Memiliki sifat horizontal
3. Kejadian yang lebih sempit
4. Bersifat serius dan lebih sulit
5. Tidak berat kajian pada struktur

4. Perbedaan Diakronik dan Sinkronik


Cara berpikir Sinkronik meluas dalam ruang, tetapi terbatas dalam waktu.
Sementara itu, cara berpikir diakronis memanjang dalam waktu, tetapi terbatas
dalam ruang. Jadi, berdasarkan penjabaran di atas, maka perbedaan konsep
berpikir sinkronis dan diakronis terletak pada cakupan waktu dan ruangnya.
Konsep berpikir sinkronis tidak berfokus pada waktu, sedangkan diakronis
menekankan aspek waktu ketimbang cakupan ruangnya.

Latihan Soal
1. Menurut Sartono Kartodirjo, apa yang dimaksud dengan sejarah secara subjektif?
a. Sejarah yang merujuk pada peristiwa atau kejadian itu sendiri.
b. Sejarah yang ditulis oleh sejarawan.
c. Sejarah yang memiliki tujuan pasti.
d. Sejarah yang berkembang secara melingkar.
e. Sejarah yang bersifat abadi dan unik.

2. Bagaimana Herodotus menggambarkan perkembangan sejarah?


a. Berkembang secara lurus ke depan dengan tujuan pasti.
b. Berkembang melingkar, tinggi rendahnya disebabkan oleh keadaan manusia.
c. Berkembang tanpa arah yang jelas.
d. Berkembang secara acak tanpa keterkaitan.
e. Berkembang berdasarkan faktor alam.

3. Apa pengertian sejarah menurut Moh. Yamin?


a. Sejarah adalah rekonstruksi peristiwa masa lalu.
b. Sejarah adalah ilmu pengetahuan hasil penyelidikan peristiwa yang dapat
dibuktikan.
c. Sejarah adalah catatan tentang manusia dan peradabannya.
d. Sejarah adalah perjalanan yang berkembang lurus ke depan.
e. Sejarah adalah proses perubahan manusia tanpa sebab akibat.

4. Dalam konteks entimologi, dari mana asal kata "sejarah"?


a. Bahasa Inggris, artinya inquiry dan interview.
b. Bahasa Arab, artinya pohon.
c. Bahasa Yunani, artinya historia.
d. Bahasa Latin, artinya rekam.
e. Bahasa Jerman, artinya Vergangenheit.

5. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai subjek sejarah?


a. Manusia yang menjadi objek peristiwa sejarah.
b. Manusia yang menjadi saksi peristiwa sejarah.
c. Manusia yang menulis sejarah.
d. Manusia yang terlibat dalam suatu peristiwa sejarah.
e. Manusia yang hanya berperan sebagai pengamat.

6. Apa yang dimaksud dengan objek sejarah?


a. Perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi waktu.
b. Peristiwa yang berkaitan dengan aktivitas manusia.
c. Manusia yang terlibat langsung dalam peristiwa sejarah.
d. Orang yang mengenal sosok pelaku sejarah dengan baik.
e. Saksi sejarah yang tidak terlibat langsung dalam peristiwa.

7. Bagaimana sejarah digunakan sebagai pendidikan moral?


a. Sejarah memberikan pemahaman akan perubahan dari satu masa ke masa lain.
b. Sejarah mengajarkan cara mengetahui masa lampau.
c. Sejarah memberikan contoh nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman
kehidupan.
d. Sejarah memberikan pemahaman tentang masa depan.
e. Sejarah digunakan sebagai pendidikan politik.
8. Objek utama dalam studi sejarah sebagai ilmu adalah:
a) Alam semesta
b) Manusia dan waktu
c) Flora dan fauna
d) Benda mati
e) Cuaca dan iklim

9. Apa yang dimaksud dengan sifat empiris dalam sejarah?


a) Berdasarkan spekulasi
b) Bergantung pada pengalaman manusia yang terdokumentasi
c) Menggunakan keberanian
d) Bersifat abstrak
e) Tidak bergantung pada fakta

10. Manakah di antara berikut yang termasuk ciri sejarah sebagai peristiwa?
a) Bersifat subjektif
b) Menggunakan imajinasi
c) Berdasarkan fakta dan bukti
d) Tidak memerlukan bukti
e) Bersifat abstrak

11. Kisah Ken Arok dan kisah ratu Shima merupakan contoh dari sejarah sebagai:
a) Ilmu
b) Peristiwa
c) Kisah
d) Seni
e) Semua jawaban benar

12. Apa yang membedakan sejarah sebagai seni dengan sejarah sebagai ilmu?
a) Sejarah sebagai seni tidak memerlukan fakta
b) Sejarah sebagai seni lebih bersifat subjektif dan kreatif
c) Sejarah sebagai ilmu tidak menggunakan bahasa yang indah
d) Sejarah sebagai seni hanya melibatkan imajinasi
e) Tidak ada perbedaan antara keduanya

13. Buku yang disusun dengan cara berpikir diakronik akan lebih fokus pada:
a) Kesinambungan antar peristiwa dalam rentang waktu
b) Kesinambungan antar peristiwa dalam ruang
c) Satu peristiwa pada satu titik waktu
d) Kesinambungan antar peristiwa dalam ruang dan waktu
e) Satu peristiwa pada rentang waktu yang panjang
14. Manakah di antara berikut yang termasuk ciri berpikir sinkronik?
a) Melibatkan analisis di masa lalu
b) Memiliki sifat horizontal
c) Mengkaji kejadian dalam rentang waktu yang panjang
d) Bersifat serius dan sulit
e) Fokus pada struktur peristiwa
BAB 2 (Penelitian Sejarah)

Objek penelitian sejarah adalah peristiwa penting yang terjadi pada masa lampau. Sedangkan
cara yang dilakukan dalam penelitian sejarah disebut metode sejarah.

Penelitian sejarah bertujuan untuk mencari kebenaran, yaitu kebenaran menurut takaran ilmu
pengetahuan. Ciri umum dari kebenaran ilmu pengetahuan yaitu bersifat rasional dan empiris.

Penelitian Sejarah ada 5 Tahap

1. Pemilihan Topik
2. Pencarian Sumber Sejarah (Heuristik)
3. Kritik Sumber Sejarah (Verifikasi)
4. Penafsiran Sumber Sejarah (Interpretasi)
5. Penulisan Sejarah (Historiografi)

A. Pemilihan Topik
Seorang penulis sejarah maupun seorang sejarawan haruslah menentukan topik atau tema
Sejarah diharapkan memiliki manfaat sebagai panduan bagi masyarakat pada masa sekarang
dalam menjalani kehidupan menuju masa depan.

yang akan menjadi fokus penelitiannya. Topik yang diteliti haruslah topik yang layak untuk
dijadikan penelitian. Untuk mengarahkan masalah yang akan diteliti dalam topik tersebut
alangkah baiknya dibuat terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi masalah
penelitian. pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan,
bagaimana dan mengapa.

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan topik.

1. Kebermanfaatan Ilmiah
Setiap ilmu bertugas untuk selalu menemukan berbagai hal baru dari objek kajiannya,
termasuk pula sejarah yang harus selalu menemukan berbagai hal baru dari objek yang
dikajinya.

2. Kebermanfaatan Sosial
Di dalam memilih topik penelitian sejarah, ada beberapa hal yang harus dihindari oleh
seorang penulis sejarah maupun sejarawan, diantaranya:
● Kesalahan Baconian
Terjadi apabila seseorang beranggapan bahwa tanpa konsep, teori, ide, paradigma
praduga, hipotesis atau generalisasi yang lain, penelitian sejarah dapat dilakukan.
● Kesalahan Terlalu banyak pertanyaan
Terjadi apabila menanyakan lebih dari dua pertanyaan sekaligus, menanyakan satu
masalah tetapi jawaban atas pertanyaan itu menimbulkan pertanyaan baru.
● Kesalahan pertanyaan yang bersifat dikotomi
Terjadi karena adanya pandangan hitam putih bahwa seolah-olah peristiwa atau tokoh
hanya memiliki dua kemungkinan.
● Kesalahan Metafisik
Tidak mengangkat topik-topik filsafat, moral dan teologi. Sejarah merupakan ilmu empiris
yang tidak membahas persoalan metafisik.
● Kesalahan Topik Fiktif
Topik fiktif bukanlah topik sejarah. Perlu dipahami bahwa di dalam sejarah tidak
mengenal kata "andai kata“

B. Pencarian Sumber Sejarah (Heuristik)


Pencarian sumber sejarah tahapan heuristik merupakan tahapan kedua dalam langkah
penelitian sejarah dengan mengutamakan keberadaan dari sumber primer daripada
sumber sekunder. Seorang penulis sejarah harus benar-benar mengetahui mana sumber
primer dan sumber sekunder untuk mengidentifikasi sumber tersebut, sebab banyak
sekali ketersediaan sumber sejarah.

1. Sumber Primer
Merupakan sumber yang berasal dari masa lampau secara langsung melalui
kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan indra lain,
seperti orang yang menjadi pelaku sejarah atau orang melihat sejarah tersebut sebagai
saksi, dan benda atau artefak yang terlibat dalam sejarah

2. Sumber Sekunder
Sumber yang berasal dari masa kini dengan informasi yang tidak langsung atau
bukan dari pelaku sejarah. Contohnya, seperti informasi yang disampaikan baik oleh
penulis sejarah atau sejarawan entah dari buku atau artikel atau surat kabar

Di dalam pencarian sumber sejarah, ada beberapa kesalahan yang harus dihindari, seperti:
● Kesalahan Holisme
Terjadi apabila memilih satu bagian penting dan menganggap bagian tersebut sudah
mewakilkan keseluruhannya
● Kesalahan Pragmatis
Terjadi apabila tujuan tertentu penulis hanya memilih sumber yang mendukung
tujuan tersebut
● Kesalahan Ad Hominem
Terjadi apabila seseorang memilih orang, otoritas, profesi, pangkat atau jabatan di dalam
pengumpulan sumber sejarah
● Kesalahan Kuantitatif
Terjadi karena orang lebih mempercayai dokumen dengan angka-angka dibanding
dengan testimoni biasa
● Kesalahan Estis
Terjadi apabila seseorang hanya memilih sumber-sumber sejarah yang sekiranya memiliki
efek estetis

C. Kritik Sumber Sejarah (Verifikasi)


Sumber sejarah yang telah terkumpul tidak dapat langsung digunakan, dikarenakan agar tidak
terjadi kesalahan informasi. Dengan itu perlulah dilakukan suatu bentuk verifikasi/ kritik
sumber. Tujuan utama dari kritik sumber adalah, untuk melakukan seleksi data sehingga
diperoleh fakta informasi yang akurat.
Kritik sumber meliputi dua yaitu, Kritik Ekstern dan Kritik Intern.

1. Kritik Ekstern
Kritik yang dilakukan untuk mengetahui keaslian sumber, dengan cara meneliti kertas
yang digunakan, tintanya, hurufnya, usia sumber dan lainnya.
Contoh:
Seorang ingin melakukan penelitian sebuah naskah yang ditulis oleh pegawai kolonial
Inggris di Indonesia, maka bentuk huruf & gaya bahasa yang digunakan haruslah
bersesuaian dengan zaman tersebut, sehingga dapat dikatakan naskah tersebut adalah asli.

2. Kritik Intern
Kritik yang berkait dengan isi pernyataan, fakta fakta, dan ceritanya dapat
dipercaya. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam kritik ini yaitu, dengan cara
membandingkan dengan sumber lain yang juga memberikan informasi yang sama.

Kritik juga dilakukan oleh para peneliti sejarah terhadap sumber sumber lisan.
Cara ini dilakukan untuk melihat apakah yang disampaikan oleh informan mengandung
kebenaran/ kebohongan. Peneliti sejarah melakukan kritik dengan;
1) Melihat usia informan
Semakin tua informan, makan semakin rentan pula informasi yang ia ingat
2) Melihat peran yang dilakukan informan dalam peristiwa yang di teliti.
Memastikan informan menyaksikan kejadian secara langsung/ tidak
3) Melakukan pengecekan antara informan yang satu dan informan lainnya

Dalam melakukan kritik sumber, ada beberapa hal yang harus dihindari;
● Kesalahan Pars Pro Toto
Terjadi apabila penulis sejarah menganggap bahwa bukti yang hanya berlaku
untuk sebagian dianggap berlaku untuk keseluruhan.
● Kesalahan Toto Pro Pars
Terjadi apabila seorang penulis sejarah mengemukakan keseluruhan, padahal bukti
yang dimaksud adalah bukti sebagian.
● Kesalahan Mengganggap Pendapat Umum Sebagai Fakta

D. Penafsiran Sumber Sejarah (Interpretasi)


Interpretasi adalah tahap keempat penelitian sejarah. Peneliti memberikan penafsiran,
pendapat, dan analisis dari fakta yang telah diperoleh dan diverifikasi. Fakta-fakta akan
dihubungkan hingga membentuk rangkaian peristiwa dan maknanya.

Interpretasi dalam penulisan sejarah adalah melakukan analisis terhadap suatu


peristiwa atau data yang sudah didapat dari berbagai sumber.

Kajian sejarah bersifat ilmiah, dalam penafsiran biasanya menggunakan teori dari ilmu
ilmu sosial. Dengan cara ini, diharapkan penulisan sejarah akan lebih objektif dalam
keilmiahannya. Walaupun, penafsiran dalam sejarah tidak dapat lepas dari unsur
subjektivitas penulisnya.

Beberapa Bentuk Penafsiran Sejarah:


1. Determinisme Rasial
2. Penafsiran Geografis
3. Interpretasi Ekonomi
4. Penafsiran Teori Besar
5. Penafsiran Spiritual atau Idealistik
6. Penafsiran Ilmu dan Teknologi
7. Penafsiran Sosiologis
8. Penafsiran Sintesis

E. Penulisan Sejarah (Historiografi)


Penulisan sejarah adalah tahapan akhir dalam penelitian sejarah. Historiografi adalah proses
menyusun secara tertulis dari hasil temuan-temuan yang telah diperoleh menjadi suatu
cerita.

Berikut adalah penyajian penelitian sejarah yang pada umumnya terdiri dari 3 bagian utama,
yakni :
1. Bagian Pertama
Terdiri atas judul dan pendahuluan dimana memuat latar belakang penelitian,
permasalahan, kajian pustaka, metode yang digunakan dan garis besar dari isi penelitian.

2. Bagian Kedua
Terdiri atas pembahasan atau uraian argumentasi yang disusun menjadi kisah atau
rekonstruksi peristiwa yang dikaji. Pada bagian ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa
bagian. Selain itu, pembagian ini dimaksudkan untuk menggiring pembaca menuju
kesimpulan dari penelitian.
3. Bagian Ketiga
Terdiri atas kesimpulan dari mana yang dilakukan oleh penulis sejarah atau sejarawan.
Pada bagian akhir ini juga dimuat daftar pustaka dan sumber sumber yang digunakan
untuk penyusunan kisah atau cerita sejarah.

Hal yang harus dihindari di dalam melakukan penulisan sejarah:


1. Kesalahan Narasi
Kesalahan di dalam penyajian.
Terdapat 3 hal yang harus dihindari :
● Kesalahan Periodesasi
- Terjadi ketika penulis memandang periode sebagai waktu pasti.
Contoh : Zaman kuno di Indonesia tidak berakhir tepat pada abad ke-15, tetapi berakhirnya suatu
periodisasi di setiap tempat memiliki perbedaan.
● Kesalahan Didaktis
- Terjadi ketika penulis menggunakan historiografi untuk mengajarkan nilai.
● Kesalahan Pembahasan
- Terdiri dari 2 hal, yaitu :
• Penggunaan bahasa yang emosional
• Pemakaian kalimat yang bukan merupakan konsekuensi kalimat sebelumnya

2. Kesalahan Argumen
Terjadi ketika penulis membuat kesalahan dalam menguraikan gagasannya saat penyajian.
Kesalahan dapat berupa :
● Kesalahan Konseptual
Terjadi jika penulis memakai istilah yang mempunyai 2 / lebih makna (bersifat ambigu) dan
pembaca akan terkecoh.
● Kesalahan Substansial
Terjadi jika penulis mengemukakan argumen yang tidak relevan / tidak rasional
● Kesalahan Generalisasi
Di dalam penulisan sejarah, fakta-fakta sejarah harus diseleksi dan disusun dengan baik.
Selain itu dalam menyeleksi fakta sejarah, dibutuhkannya relevansi. Yang artinya, fakta
yang digunakan dalam sejarah adalah fakta yang berkaitan dengan topik penelitian.

- Terdapat 4 aspek yang menjadi ukuran bagi relevansi, yaitu :


1. Kronologis
2. Biografis
3. Geografis
4. Aspek Fungsional

Tabel ; (contoh peristiwa : Proklamasi Kemerdekaan)


No Aspek Keterangan

1 Biografis - Berkaitan dengan tokoh/kelompok


- Contoh : Soekarno, Moh.Hatta, Ahmad Soebardjo

2 Geografis - Berkaitan dengan nama pulau atau kota tempat terjadinya


suatu peristiwa
- Contoh : Pulau Jawa dan Kota Jakarta

3 Kronologis - Berkaitan dengan periode waktu saat peristiwa


berlangsung

4 Fungsional - Berkaitan dengan jabatan orang yang terlibat dalam


peristiwa tersebut

Setelah diseleksi, barulah disusun. Penyusunan fakta sejarah yang paling masuk akal adalah
penyusunan secara kronologis dalam periode-periode waktu. Dan juga dapat dilakukan
berdasarkan sudut pandang geografis tempat sejarah terjadi serta tokoh pelaku sejarah.

Hasil penelitian sejarah dapat ditulis dalam suatu tulisan yang terdiri atas 3 bagian besar yaitu:
1. Pengantar
Di dalam pengantar dikemukakan permasalahan, latar belakang, historiografi dan pendapat
penulis tentang tulisan orang lain.
2. Penelitian
Pertanggung jawaban penulis diperlihatkan dengan menampilkan catatan dan lampiran karena
setiap data yang ditulis harus disertai dengan data yang mendukung.
3. Kesimpulan
Uraian yang disajikan di bagian sebelumnya. Dalam generalisasi ini akan tampak apakah penulis
melanjutkan, menerima, memberi catatan atau menolak generalisasi yang sudah ada

Latihan Soal
1. Apa yang dimaksud dengan objek penelitian sejarah?
a. Fakta sejarah
b. Peristiwa masa lalu
c. Metode sejarah
d. Filsafat sejarah
e. Historiografi
2. Ada berapa tahap dalam penelitian sejarah?
a. 3 tahap
b. 4 tahap
c. 5 tahap
d. 6 tahap
e. 7 tahap

3. Manakah yang bukan termasuk dalam tahap Pemilihan Topik?


a. Mencari kebermanfaatan ilmiah
b. Menentukan pertanyaan penelitian
c. Memilih sumber sejarah
d. Menghindari kesalahan baconian
e. Menentukan topik penelitian

4. Sumber yang berasal dari masa kini dan memberikan informasi tidak langsung disebut...
a. Sumber utama
b. Sumber sekunder
c. Sumber primer
d. Sumber lisan
e. Sumber historis

5. Apa yang menjadi tujuan dari kritik sumber sejarah?


a. Menilai keindahan sumber
b. Mengevaluasi isi sumber
c. Menentukan umur sumber
d. Melihat kuantitas sumber
e. Mencari kebenaran sejarah

6. Tahapan yang melibatkan analisis terhadap suatu peristiwa atau data dalam penelitian
sejarah disebut...
a. Pemilihan topik
b. Kritik sumber

c. Penafsiran
d. Historiografi
e. Heuristik

7. Apakah yang menjadi kesalahan pars pro toto?

a. Menganggap bagian sebagai keseluruhan


b. Menganggap keseluruhan sebagai bagian
c. Menganggap keseluruhan tidak relevan
d. Menghindari fakta yang spesifik
e. Mengecilkan peran sumber utama

8. Tahapan apa yang melibatkan penyusunan tertulis dari hasil temuan penelitian sejarah?
a. Pencarian sumber
b. Kritik sumber
c. Penafsiran

d. Historiografi
e. Pemilihan topik

9. Berapa bagian utama pada penyajian penelitian sejarah menurut penjelasan di atas?
a. 2

b. 3
c. 4
d. 5
e. 6

10. Apa yang termasuk dalam Bagian Pertama penulisan sejarah menurut penjelasan di atas?
a. Pembahasan
b. Pengantar
c. Kesimpulan
d. Historiografi
e. Pencarian sumber

11. Apa yang harus dihindari dalam penulisan sejarah untuk menghindari kesalahan narasi?
a. Kesalahan didaktis
b. Kesalahan pembahasan
c. Kesalahan periodesasi
d. Kesalahan argumen

e. Kesalahan narasi

12. Aspek apa yang tidak termasuk sebagai ukuran relevansi dalam seleksi fakta sejarah?
a. Kronologis
b. Biografis
c. Geografis

d. Kuantitatif
e. Fungsional
13. Tahap apa yang memerlukan analisis terhadap fakta sejarah yang diperoleh?
a. Pemilihan topik
b. Pencarian sumber
c. Kritik sumber

d. Penafsiran
e. Historiografi

BAB 3 (Zaman Pra Aksara di Indonesia)

A. Manusia Purba Indonesia


1. Meganthropus
Fosil megantropus adalah salah satu fosil manusia purba Indonesia yang ditemukan oleh
Ralph von Koeningswald pada tahun 1941 di Sangrian. Jenis manusia purba Indonesia
ini diperkirakan sebagai manusia tertua yang hidup di Jawa. Diperkirakan Megantropus
hidup sekitar 2jt - 1jt tahun yang lalu. Fosil ini disebut dengan nama Megantropus
Paleojavanicus, yang berarti manusia bertubuh besar dan tertua di Jawa. Megantropus
Paleojavanicus dianggap sebagai manusia purba tertua di Indonesia.

2. Pithecanthropus

Fosil Pithecanthropus merupakan fosil manusia purba Indonesia yang paling banyak
ditemukan di Kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan jika kala
Pleistosen di Indonesia didominası oleh manusia dari jenis Pithecanthropus. Penemuan
fosil jenis Pithecanthropus banyak ditemukan di Perning, Kedung Brubus, Trinil,
Sangiran, Sambungmacan dan Ngandong Manusia Pithecanthropus merupakan
pendukung kebudayaan berburu dan mengumpulkan makanan.

Manusia Pithecanthropus digolongkan menjadi tiga yaitu Pithecanthropus erectus,


Pithecanthropus soloensis dan Pithecanthropus mojokertensis.

a. Pithecanthropus mojokertensis
Ditemukan oleh Weidereich dan Ralph von Koenigswald pada tahun 1936 di
Mojokerto, Jawa Timur. Jenis manusia purba ini diperkirakan berasal dari masa
Pleistosen Bawah. Pithecanthropus mojokertensis memilikı ciri-ciri berbadan
tegap dengan nisi tengkoraknya diperkirakan 650 cc pada anak-anak dan 1000 cc
pada dewasa. Memiliki rahang atas menonjol ke depan dengan giginya yang besar-
besar, tonjolan kening yang tebal, dan tulang pıpı yang sangat kuat.
Pithecanthropus mojokertensis diperkirakan hidup bersamaan dengan
Meganthropus

b. Pithecanthropus soloensis
Ditemukan pada tahun 1939 di Lembah Sungai Bengawan Solo. Jenis manusia
purba ini diperkirakan berasal dari masa Pleistosen Bawah (Zaman pleistosen
adalah salah satu bagian dari sejarah perkembangan bumi) Pleistosen atau disebut
juga dengan diluvium termasuk dalam zaman kuarter (zaman keempat). Pleistosen
juga merupakan suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara
1.808.000-11.500 tahun yang lalu). Pithecanthropus Soloensis mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut, Tengkorak lonjong, tebal, dan padat, Kepala bagian belakang
menonjol, Memiliki rongga mata yang sangat panjang, Hidung tebal dan lebar,
Tidak memiliki tulang dagu, Mempunyai alat pengunyah yang kuat, Tinggi badan
berkisar 165 - 180 cm, Volume otak 750 - 1.350 cc.

c. Pithecanthropus erectus
Memiliki pengertian manusia kera yang berjalan tegak. Fosil ini ditemukan oleh
Eugene Dubois pada tahun 1890 di Trinil, Lembah Sungai Bengawan Solo.
Penemuan di Trinil tersebut meliputı gıgı, rahang, tengkorak, dan tulang paha.
Diperkirakan Pithecanthropus hidup sekitar 300.000 tahun yang lalu, pada masa
Pleistosen Tengah.

3. Homo
Manusia Wajakensis atau Homo Wajakensis, ditemukan oleh B. D. Von
Rietschoten pada tahun 1889 di Desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur, dengan
fragmen fosil berupa rahang bawah, tengkorak, dan ruas tulang leher. Merupakan
jenis Homo sapiens pertama di Asia. Homo Soloensis, juga dikenal sebagai
Pithecanthropus erectus, memiliki ciri-ciri berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
dengan tinggi badan antara 130 hingga 210 cm. Ciri fisiknya mencakup tengkorak
sedang dan agak lonjong, wajah datar dan lebar, akar hidung lebar, dahi yang sedikit
miring, dan volume otak sekitar 1.630 cc, dengan tinggi sekitar 173 cm.

4. Homo Sapiens
Manusia sapiens, atau manusia cerdas, merupakan hasil akhir dari panjangnya
proses evolusi yang membentuk manusia purba. Ditemukan setelah ribuan tahun
evolusi, manusia jenis ini tidak hanya mahir dalam pembuatan peralatan sehari-hari,
tetapi juga menonjol dalam penggunaan akal dan memiliki sifat-sifat yang mencirikan
manusia modern. Ciri-ciri fisiknya mencakup tinggi badan bervariasi, berat badan
yang beragam, volume otak yang mencapai 1.000-2.000 cc, serta perubahan di bagian
gigi, rahang, dan otot-otot kunyah, menandai munculnya dagu di rahang bawah.
Manusia sapiens juga telah mengembangkan bahasa komunikasi yang
mendukung interaksi dan pemahaman kompleks.

B. Asal-Usul Nenek Moyang Indonesia


1. Teori Yunan
Teori Yunan ini menyatakan bahwa manusia purba di Indonesia atau nenek moyang bangsa
ini berasal dari Yunan bagian Cina Selatan. Teori ini berdasarkan adanya kesamaan
artefak dan Bahasa Melayu yang berkembang di Nusantara serumpun dengan bahasa
yang ada di negara Kamboja. Dengan kata lain, kemiripan Bahasa Melayu dengan Bahasa
Kamboja menandakan adanya pertalian dengan daratan Yunan. Serta, artefak kapak tua yang
ditemukan di indonesia diketahui mempunyai kemiripan dengan kapak tua yang ditemukan
di daerah Asia Tengah.
Teori Yunan didukung oleh sejumlah ahli sejarah, seperti Mohammad Ali, Robert Barron
von Heine, dan J. H. C. Kern.

2. Teori Nusantara
Teori Nusantara yang bisa dibilang sangat berbeda dengan teori Yunan. Teori ini
menyebutkan bahwa bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia itu sendiri, yakni
tidak melalui proses migrasi dari daerah manapun. Teori Nusantara ini didukung oleh para
ahli, Gorys Keraf, J. Crawford, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Muhammad Yamin.

Dasar utama teori Nusantara adalah berdasarkan pada bangsa Melayu yang merupakan
bangsa dengan peradaban yang sudah tinggi. Anggapan tersebut didasari pada hipotesis
bahwa bangsa Melayu telah melewati proses perkembangan budaya sebelumnya di
wilayahnya. Jadi kesimpulannya, bangsa Melayu asli di nusantara yang akhirnya tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya tanpa adanya perpindahan ke wilayah tersebut.

Teori Nusantara juga didukung dengan penemuan adanya kesamaan bahasa Melayu
dengan bahasa Kamboja karena sebuah kebetulan. Kemudian penemuan Homo Soloensis
dan Homo Wajakensis di Pulau Jawa menjadi penanda bahwa keturunan bangsa Melayu
memiliki kompetensi berasal dari Jawa.

3. Teori Out of Africa


Teori ini mengungkapkan bahwa asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
Afrika. Anggapan ini berdasarkan pada kajian ilmu genetika lewat penelitian DNA
mitokondria gen perempuan dan gen laki-laki. Mereka kemudian bermigrasi dari Afrika
hingga ke wilayah Australia yang sudah mendekati wilayah Nusantara.

Teori ini kemudian mengungkapkan bahwa bangsa Afrika bermigrasi atau melakukan
perpindahan menuju Asia Barat sekitar 50.000-70.000 tahun yang lalu. Pada sekitar tahun
itu bumi sedang memasuki akhir dari zaman glasial, yakni ketika permukaan air laut menjadi
lebih dangkal karena air masih berbentuk gletser.

Pada masa itu memang memungkinkan manusia untuk menyebrangi lautan hanya dengan
menggunakan perahu sederhana. Perpindahan bangsa afrika ke Asia kemudian terpecah
menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok yang tinggal sementara di bagian wilayah Timur
Tengah atau Asia Barat Daya dan ada kelompok lain yang bermigrasi dengan menyusuri
Pantai Semenanjung Arab menuju India, Asia Timur, Australia, termasuk Indonesia

4. Teori Out of Taiwan


Teori Out of Taiwan mengungkapkan bahwa asal-usul bangsa Indonesia adalah berasal dari
kepulauan Famosa tau wilayah Taiwan. Teori in rupanya didukung oleh ahli bernama
Harry Truman Simanjuntak yang mendasari alas argument pada teori ini. Dasar utama dari
teori Out of Taiwan yang pertama adalah tidak adanya pola genetika yang sama antara
kromosom manusia bangsa Indonesia dengan manusia dari bangsa Tiongkok.

Nasib berdasarkan teori ini, bahasa yang digunakan dan berkembang di nusantara adalah
bahasa yang masuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa rumpun Austronesia ini
digunakan oleh para leluhur bangsa Indonesia, terutama yang menetap di Pulau Formosa.
Jadi, dari segi bahasa sudah jelas bahwa orang-orang nusantara mengadopsi budaya
Austronesia dan mengembangkannya hingga menjadi bangsa Indonesia seperti saat ini.

C. Kehidupan Manusia Masa Berburu Makanan dan


Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana

Periodisasi atau pembabakan waktu pada masa pra-aksara di Indonesia salah satunya adalah
kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana. Pada
periode ini juga sering dikenal dengan pembabakan masa paleolithikum-mesolithikum.

Keadaan alam pada masa pleistosen berlangsung selama beberapa juta tahun yang lalu dengan
kondisi alam masih tidak stabil, baik dalam bentuk fisik, iklim, maupun perkembangan manusia.

Tempat-tempat yang menarik untuk didiami adalah tempat yang cukup mengandung bahan
makanan dan air. Kehidupan di dalam kelompok dilakukan secara kommunal primitif yang berarti
segala alat produksi yang dimiliki oleh manusia adalah milik bersama dan untuk kepentingan
bersama. Semua kegiatan ini dilakukan oleh seluruh anggota kelompok.

Kegiatan berburu dan peralatan hidup di dalam kelompok menggunakan alat-alat dari terbuat dari
apa yang disediakan oleh alam seperti batu, tulang dan kayu yang hanya dibentuk sekedar untuk
memenuhi tujuan penggunaannya sehingga dapatlah dikatakan periode ini sebagai Zaman Batu.

Peralatan yang dihasilkan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana

1. Kapak perimbas: Alat batu yang salah satu permukaannya dipangkas


untuk memperoleh ketajaman. Pendukung kebudayaan kapak ini diduga
adalah Pithecanthropus. Daerah Pacitan, Jawa Timur merupakan daerah
terkaya kapak perimbas, sehingga disebut sebagai hasil kebudayaan
Pacitan.

2. Alat Serpih: Alat yang terbuat dari serpihan batu. Alat ini digunakan
sebagai pisau, penusuk, gurdi. Bentuknya tergolong sederhana dengan
kerucut pukul dan dataran pukul yang rata. Di Indonesia, alat serpih
ditemukan berasal dari masa akhir Pleistosen Tengah atau awal Pleistosen Atas.

3. Alat-alat tulang dan tanduk: Biasanya digunakan sebagai tombak, pencukil, atau belati.
Ditemukan di daerah Jawa, terutama Ngandong, Jawa Timur, sehingga disebut juga sebagai hasil
kebudayaan Ngandong.

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana


didominasi oleh jenis manusia Pithecantrophus dan Megantrophus.
Kehidupan manusia masa ini cenderung masih nomaden (berpindah)
maupun seminomaden dengan mulai menetap di gua-gua. Kehidupan
manusia pada masa ini belum mengenal kepercayaan yang berkaitan dengan hal-hal spiritual. Hal
ini sebab, sebagian besar atau bahkan keseluruhan aktivitas dari manusia hanya /terfokus untuk
mempertahankan kehidupannya, memenuhi kebutuhan dasamya, yaitu makan di tengah keadaan
alam yang masih belum stabil.

D. Kehidupan Manusia Masa Berburu Makanan dan


Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ini manusia sudah memulai usaha-
usaha untuk memelihara dan mengembangbiakkan binatang. Meskipun telah ada usaha untuk
pengembangbiakkan binatang, pada masa ini, pola tempat tinggal manusia pun masi belum
menetap secara permanen. Manusia masih memilih gua-gua sebagai tempat tinggal yang letaknya
berdekatan dengan Sungai maupun tepi Pantai.

Jika sumber makanan di lingkungan sekitar sudah berkurang, maka mereka akan pergi dan
mencari tempat lain, di mana sumber makanan yang masih tersedia secara berlimpah. Sementara
itu mereka yang tinggal di tepi pantai, mulai melakukan berbagai usaha untuk mencari ikan di laut
dan juga muara sungai. Selain memakan ikan dan kerang, mereka juga memakan tumbuh-
tumbuhan dan hewan-hewan darat.

Di Indonesia, sepanjang pantai timur Sumatera bagian utara,


ditemukan peninggalan berupa sampah dapur yang terdiri atas
tumpukkan kulit kerang yang disebut kjokkenmoddinger Tumpukan
kulit kerang yang membukit itu. menunjukkan adanya penduduk
yang telah tinggal di sekitar tepi pantai dan makanan laut sebagai
sumber pangannya.

Kehidupan spiritual dan sosial-ekonomi masyarakat dapat dilacak dari penemuan dari lukisan-
lukisan di dinding gua tempat tinggal mereka. Sebagai salah satu contoh yang terdapat di Gua
Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut berupa cap tangan dengan latar belakang
cat merah yang diperkirakan mungkin mengandung arti kekuatan pelindung untuk mencegah roh-
roh jahat. Sementara itu, cap tangan yang jari-jarinya tidak lengkap dianggap sebagai tanda adat
berkabung.

Kehidupan spiritual dan sosial-ekonomi masyarakat dapat dilacak dari penemuan dari lukisan-
lukisan di dinding gua tempat tinggal mereka. Sebagai salah satu contoh yang terdapat di Gua
Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut berupa cap tangan dengan latar belakang
cat merah yang diperkirakan mungkin mengandung arti kekuatan pelindung untuk mencegah roh-
roh jahat. Sementara itu, cap tangan yang jari-jarinya tidak lengkap dianggap sebagai tanda adat
berkabung.

lukisan-lukisan di dinding gua itu dibuat dengan cara menggores


dindingnya atau dengan menggunakan cat alami yang didominasi
oleh warna merah, putih dan hitam. Alam kepercayaan masyarakat
pada masa ini juga nampak terlihat dari upacara-upacara penguburan.
Seperti yang ditemukan di Gua Lawa, Sampung, Gua Sodong, dan
bukit kerang di Sumatera Utara.

Berikut ini adalah peralatan yang digunakan pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut:

1. Alat Serpih Bilah

Alat serpih adalah alat yang masih tetap bertahan digunakan sejak masa
sebelumnya. Di mana dalam teknik pembuatannya melanjutkan teknik dari
masa sebelumnya, tetapi bentuk-bentuk alatnya lebih maju dalam berbagai
corak untuk bermacam kegunaannya. Batuan yang digunakan untuk
membuat alat ini umumnya adalah kalsedon, gamping dan andesit. Di
Indonesia tradisi serpih bilah pada masa ini banyak ditemukan di daerah
Sulawesi Selatan.

2. Kapak Genggam Sumatera (Pebble)

Pebble adalah alat batu yang dipangkas pada salah satu sisi permukaan dan
berbentuk lonjong. Alat ini ditemukan di bukit-bukit kerang di pantai timur
Sumatera Utara dan Aceh. Kapak genggam Sumatera ini secara umum
banyak ditemukan di Asia Tenggara. Selain di Indonesia, kapak jenis ini
juga ditemukan di Tiongkok Selatan,Vietnam, Kamboja, Pegunungan
Annam, Thailand, Semenanjung Malaya, Australia dan juga Tasmania.
3. Alat Tulang in

Penemuan alat tulang yang terkenal dari periode ini adalah alat-alat yang
ditemukan di Gua Lawa di daerah Sampung, Ponorogo, Jawa Timur.
Di dalam Gua Lawa ditemukan alat-alat tulang yang berasal dari masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut dan juga alat-alat
tulang yang berasal dari masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana. Jadi, perkembangan kehidupan manusia pada masa ini
dapat dikatakan sudah mengalami beberapa hal yang cukup maju.
Diantaranya dengan ditemukannya alat-alat yang telah diolah dengan lebih baik lagi jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Di sisi lain, jejak-jejak kehidupan spiritual pun sudah
mulai nampak dari petunjuk yang diberikan dalam goresan-goresan di dinding gua yang
menunjukkan bahwa manusia pada masa ini sudah mulai memikirkan dan mempercayai kekuatan
yang diluar nalar manusia itu sendiri yang disebut dengan kekuatan gaib.

E. Masa Pra Aksara di Indonesia


1. Paleolitikum (Batu Tua)
Pada periode Paleolitikum, atau Zaman Batu Tua, manusia menjalani kehidupan
pemburu-pengumpul yang menantang, bergantung pada sumber daya alam untuk
kelangsungan hidup. Gaya hidup nomaden mereka memperlihatkan adaptasi yang luar
biasa terhadap lingkungan yang keras dan perubahan iklim yang konstan. Dalam
kelompok kecil yang berpindah-pindah, mereka membawa perkakas sederhana,
khususnya alat dan senjata batu yang menjadi ciri khas zaman ini. Alat batu, seperti kapak,
pisau, dan tombak, menjadi instrumen penting bagi kelangsungan hidup manusia pada
masa ini, karena mereka belum mengenal logam. Berburu dan meramu hewan besar,
seperti mammoth dan rusa, menjadi kegiatan utama untuk memperoleh daging
sebagai sumber protein. Kerjasama dalam kelompok menjadi kunci dalam pengejaran dan
berburu.
Masa Paleolitikum mencirikan fase awal perkembangan manusia sebagai pemburu-
pengumpul yang tangguh dan inovatif. Fondasi gaya hidup nomaden, keterampilan
berburu, seni, serta kehidupan dalam kelompok kecil pada masa ini membentuk landasan
bagi perjalanan evolusi manusia menuju masa Mesolitikum.
Masa Paleolitikum berlangsung sekitar ± 750.000 - 15.000 tahun yang lalu

a. Cara Mendapatkan Makanan:


Dengan cara berburu dan meramu, yaitu mendapatkan apapun yang disediakan di alam
dan bisa di makan (Food Gathering & Food Hunting)

b. Prinsip Komunal Primitif:


Tidak ada pembagian kerja antara laki laki dan perempuan, artinya semua manusia
sama derajatnya (sama hak & kewajibannya)

2. Mesolitikum (Batu Tengah)


Masa Mesolitikum atau zaman batu tengah, adalah fase yang mengikuti Paleolitikum,
terus menandai perjalanan evolusi manusia. Pada periode ini, gaya hidup pemburu-
pengumpul terus berkembang dengan penyesuaian tertentu terhadap lingkungan yang
berubah. Meskipun masih mengandalkan sumber daya alam, manusia Mesolitikum
menunjukkan tanda-tanda perkembangan dalam cara mereka beradaptasi. Berburu dan
meramu tetap menjadi kegiatan utama, namun, kemungkinan, dengan peralatan yang lebih
canggih, mereka dapat meningkatkan efisiensi dalam mendapatkan sumber protein. Ini
mencakup penggunaan teknik berburu yang lebih canggih. Kelompok masih berkolaborasi
dalam aktivitas ini, tetapi mungkin dengan strategi yang lebih canggih.
Pentingnya penggunaan api juga muncul pada masa Mesolitikum. Manusia pada periode
ini telah menguasai penggunaan api, memberi mereka keunggulan tambahan dalam
menghadapi lingkungan yang berubah dan mungkin dalam pengolahan makanan.
Keberadaan api tidak hanya memberikan cahaya dan perlindungan dari predator, tetapi
juga membuka peluang baru dalam pengolahan makanan dan pemanasan. Peran gender,
meskipun tetap mendasar, mungkin mengalami sedikit pergeseran seiring dengan
perkembangan teknologi. Peralatan yang lebih canggih mungkin memerlukan spesialisasi,
dan inilah mungkin awal dari pergeseran peran yang lebih khusus. Masa Mesolitikum
menandai langkah maju dalam perjalanan manusia menuju masa Neolitikum.
Masa Mesolitikum berlangsung sekitar ± 20.000 - 10.000 tahun yang lalu

a. Cara Mendapatkan Makanan:


Dengan cara berburu dan meramu, yaitu mendapatkan apapun yang disediakan di alam
dan bisa dimakan (Food Gathering & Food Hunting). Namun, diakhir Mesolitikum
manusia sudah mulai melakukan Food Producing.

b. Prinsip Komunal Primitif:


Tidak ada pembagian kerja antara laki laki dan perempuan, artinya semua manusia
sama derajatnya (sama hak & kewajibannya)

3. Revolusi Neolitikum (Batu Muda)


Revolusi Neolitikum adalah sebuah perubahan besar yang terjadi pada zaman batu
muda atau yang biasa juga disebut dengan masa neolitikum. Revolusi Neolitikum
diperkirakan terjadi pada periode sekitar 14.000-12.000 tahun yang lalu ketika manusia
mulai merubah kebiasaan mereka dalam memproduksi pangan. Revolusi Neolitikum atau
bisa juga disebut dengan Revolusi Pertanian, adalah suatu periode transisi di dalam
sejarah perkembangan umat manusia dari yang sebelumnya hidup dengan cara berburu
dan meramu (food gathering and food hunting) serta nomaden (berpindah-pindah) menjadi
masyarakat yang menerapkan sistem pemukiman dan menerapkan pertanian (food
producing). Revolusi Neolitikum dimulai sekitar 10.000 SM di daerah Mesopotamia
tepatnya di daerah Fertile Crescent, wilayah berbentuk bulan sabit yang kini terletak di
daerah Timur Tengah. Dimana di tempat inilah manusia pertama kali menerapkan sistem
pertanian.
Masa Neolitikum berlangsung sekitar ± 2.500 sebelum masehi

a. Sistem Pembagian Kerja:


● Adanya sistem pembagian kerja antara laki laki dan perempuan
● Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin
● Semisal mempersiapkan ladang dilakukan oleh laki laki, sedangkan menanam
adalah tugas perempuan

b. Cara Mendapatkan Makanan:


Manusia sudah mengenal Food Producing dengan cara bercocok tanam dan mengenal
sistem ladang. Selain itu, berburu dan meramu masih dilakukan di masa masa ini.

Revolusi Neolitikum Secara Konsep:


Seorang arkeolog Australia. Velle Gordon Childe yang menciptakan istilah Revolusi
Neolitik pada 1935 untuk menggambarkan periode perubahan yang radikal dan penting di
mana manusia mulai membudidayakan tanaman membiakkan hewan untuk dimakan, dan
membentuk pemukiman secara permanen Kehadiran sistem pertanian memberikan garis
pemisah yang tegas antara manusia pada zaman Neolitik dengan manusia-manusia pada
periode sebelumnya.

Periode Revolusi Neolitikum bukanlah berarti bahwa aktivitas berburu dan meramu sama
sekali telah ditinggalkan. Mungkin diperlukan waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun
bagi manusia untuk sepenuhnya beralih dari cara hidup ini yang sebelumnya
mengumpulkan biji-bijian tanaman liar untuk kemudian lebih memilih memelihara kebun
kecil dan kemudian membentuk ladang tanaman yang ukurannya besar. Manusia mulai
memilih menetap juga disebabkan oleh semakin meningkatnya upaya untuk melakukan
aktivitas pertanian. Selain daripada melakukan penanaman gandum dan sejenisnya,
manusia mulai menanam makanan yang kaya dengan protein seperti kacang polong.
Karena adanya kelebihan dari hasil produksi tanaman itulah yang kemudian tersedia bahan
pangan untuk menambah jumlah populasi, hal ini juga ditunjang oleh hasil produksi yang
konsisten dan kemampuan manusia dalam menyimpan benih serta merawat tanaman.

Hasil Revolusi Neolitikum:

1. Sistem Pertanian
Domestikasi tanaman terutama sereal seperti gandum emmer, gandum einkorn, dan barley
termasuk di antara tanaman pertama yang didomestikasi oleh komunitas pertanian
Neolitik di Fertile Crescent. Para petani awal ini juga memelihara lentil, buncis, kacang
polong, dan rami. Domestikasi adalah proses di mana petani memilih sifat yang diinginkan
dengan pembiakan generasi tanaman atau hewan secara berurutan. Seiring waktu, spesies
domestik menjadi berbeda dari kerabat liarnya. Sekitar pada rentang waktu yang sama
ketika para petani di kawasan Bulan Sabit Subur mulai menabur gandum, orang-orang di
Asia juga mulai menanam padi dan millet yang diperkirakan mulai terjadi sejak 7,700
tahun yang lalu. Di Semenanjung Yucata, budidaya labu dimulai sekitar 10.000 tahun yang
lalu, sedangkan tanaman mirip jagung muncul sekitar 9.000 tahun yang lalu.

2. Sistem Peternakan
Manusia mulai melakukan eksperimennya dengan hal yang berkait dengan pertanian,
manusia juga melakukan hal yang sama pada hewan. Peternakan yang paling awal atau
domestikasi hewan yang paling awal adalah jenis hewan yang diburu oleh manusia pada
zaman Neolitik untuk diambil dagingnya. Salah satu hewan yang didomestikasi adalah
babi yang dikembangbiakkan yang semula berasal dari babi di hutan dan begitu juga
dengan halnya kambing, domba, kuda, dan ayam, sapi dan beberapa hewan lainnya yang
sanggup untuk dipelihara dan dikembangbiakkan oleh manusia. Pada gilirannya hewan
peliharaan ini juga membuat pekerjaan pertanian yang berat dilakukan apabila hanya
mengandalkan tenaga manusia mulai menggunakan tenaga hewan untuk menggarap
lahan-lahan yang hendak ditanami. Selain membantu pekerjaan manusia untuk pertanian
hewan juga memberikan nutrisi bagi manusia melalui susu dan daging yang menyebabkan
tingkat populasi yang semakin stabil.

3. Perubahan Sosial
Revolusi Neolitikum juga menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Sebagaimana
diketahui bahwa pada periode sebelumnya masyarakat hidup dalam sistem sosial yang
bersifat komunal primitif di mana tanpa adanya pembagian kerja dan terdapat kesetaraan
gender baik antara laki-laki dan perempuan. Di masa Neolitikum akibat dari adanya
perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam hal- hal mendasar bagi kehidupan manusia,
yakni memproduksi makanannya telah menyebabkan adanya pembagian kerja di antara
anggota masyarakat. Perlu kiranya diakui pula bahwa dengan ditemukannya sistem
pertanian dan domestikasi hewan telah mendukung munculnya populasi yang lebih besar
secara tidak langsung mendorong terbentuknya organisasi pemerintahan. Menurunya
status perempuan disebabkan oleh karena laki-laki mengambil peran yang lebih besar
sebagai pemimpin dalam kelompok, pekerjaan dan juga sebagai seorang pejuang Hierarki
sosial secara berangsur mulai terbentuk di mana kelas sosial yang terbentuk pada masa ini
ditentukan oleh pekerjaan. Sehingga tidaklah mengherankan apabila mulai muncul
barang-barang kerajinan seperti tekstil, tembikar, perkakas rumah tangga, patung dan
lukisan yang kelak nantinya mendorong pula munculnya kerajinan logam.

4. Tradisi Megalitikum
Kebudayaan megalitikum, sebagai bagian dari periode neolitikum, mencerminkan
kepercayaan manusia terhadap hal-hal sakral dan manifestasi spiritual. Terjadi pada fase
neolitikum, di mana manusia mulai menetap dan memproduksi makanan sendiri.
Kebudayaan ini ditandai dengan pembangunan struktur monumental seperti dolmen,
punden berundak, waruga, sarkofagus, kubur batu, menhir, dan arca batu. Tradisi
megalitikum bertahan di beberapa tempat di dunia, tetap menjadi bagian dari sejarah dan
kepercayaan masyarakat, menggambarkan keberlanjutan nilai-nilai spiritual dari masa lalu
hingga kini.
5. Perundagian (Zaman Logam)
Zaman perundagian di Indonesia atau disebut dengan zaman logam di Indonesia adalah
suatu periodisasi sejarah Indonesia pada masa pra-aksara yang merupakan suatu bentuk
evolusi kebudayaan manusia. Disebut dengan zaman logam karena perubahan kebudayaan
ini ditandai dengan kemampuan manusia dalam melebur logam Zaman perundagian di
Indonesia terjadi setelah fase neolitikum di Indonesia. Perundagian diambil dari kata
undagi (bahasa bali) yang artinya sekelompok orang yang mempunyai kepandaian
atau keterampilan jenis usaha tertentu

Masa Perundagian berlangsung sekitar ± 800 sebelum masehi

a. Ciri-Ciri Zaman Perundagian di Indonesia:


● Telah dibuatnya berbagai benda yang terbuat dari logam (besi dan perunggu)
● Berbagai benda yang terbuat dari bahan tanah liat yang telah dibuat dengan menggunakan
roda pemutar dalam berbagai bentuk dan ukuran
● Upacara penguburan
● Masyarakat yang sudah menetap dan mempunyai keahlian kerja masing-masing
● Mata pencaharian masyarakat yaitu beternak, bertoni, dan berdagang, pembuatan perahu,
pembuatan benda dari tanah liat, batu maupun logam
● Pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan benda-benda alam

b. Pembagian Kerja Pada Masa Perundagian:


● Tidak ada pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin
● Pembagian kerja berdasarkan keahliannya
● Semisal, seorang laki-laki memiliki kemampuan meleburkan besi, maka laki-laki tersebut
menjadi pandai besi. Sebaliknya, jika seorang perempuan memiliki kemampuan mengolah
ladang, maka ia menjadi petani.

Tabel Pra-Aksara

Paleolitikum Mesolitikum Neolitikum Perundagian

Jenis Pithecanthropus Semua jenis Homo,


Manusia Meganthropus kecuali Homo Homo Sapiens Homo Sapiens
Sapiens

Cara Food Gathering Food Gathering


Produksi Food Hunting Food Hunting Food Producing Food Producing
Food Producing
Makanan
Kapak Genggam Kapak Persegi
Kebudayaan Kapak Perimbas Flakes (serpih) Kapak Lonjong Terbuat dari
Kapak Penetak Abris Sous Roche Beliung Persegi Logam
Kjokkenmoddinger

Survival of the Survival of the Primus Primus Interpares


Kehidupan Fittest Fittest Interpares Pembagian Kerja
Pembagian Kerja Rata
Sosial
Nomadem Semi Nomaden Menetap Menetap
Mengenal Api (Permanen) (Permanen)

Kepercayaan Belum ada Animisme & Animisme & Animisme &


kepercayaan Dinamisme Dinamisme Dinamisme

Latihan Soal
1. Fosil Pithecanthropus ditemukan terutama di wilayah...
a. Afrika
b. Eropa
c. Kepulauan Indonesia
d. Amerika Selatan
e. Asia Selatan

2. Apa ciri khas dari Pithecanthropus mojokertensis?


a. Tinggi badan 130-210 cm
b. Ditemukan di Trinil, Jawa Timur
c. Volume otak 650 cc pada anak-anak dan 1000 cc pada dewasa
d. Tengkorak lonjong dan padat
e. Hidup bersamaan dengan Homo Wajakensis

3. Teori Yunan mengklaim bahwa nenek moyang Indonesia berasal dari...


a. Pulau Jawa
b. Kamboja
c. Yunan, Cina Selatan
d. Australia
e. India

4. Menurut teori Nusantara, bangsa Indonesia berasal dari...


a. Yunan
b. Eropa
c. Indonesia itu sendiri
d. Afrika
e. Amerika Utara

5. Alat Serpih Bilah digunakan pada masa...


a. Paleolithikum
b. Mesolithikum
c. Neolitikum
d. Megalitikum
e. Pleistosen

6. Apa ciri utama kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana?
a. Penggunaan alat besi
b. Gaya hidup nomaden
c. Sistem pertanian
d. Penggunaan tulang dan tanduk
e. Pembuatan gua-gua sebagai tempat tinggal

7. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, manusia mulai...
a. Menjadi nomaden
b. Menetap secara permanen
c. Membuat alat serpih
d. Menggunakan kapak perimbas
e. Mengembangkan sistem pertanian

8. Lukisan dinding gua Leang-Leang mencerminkan...


a. Kehidupan manusia pada masa Paleolithikum
b. Kebudayaan Megalitikum
c. Kehidupan spiritual dan sosial-ekonomi
d. Domestikasi hewan
e. Sistem pertanian

9. Domestikasi tanaman pertama pada Revolusi Neolitikum terjadi di...


a. Amerika Selatan
b. Asia Timur
c. Afrika Utara
d. Fertile Crescent
e. Australia

10. Apa dampak utama Revolusi Neolitikum pada kehidupan manusia?


a. Berkembangnya kehidupan nomaden
b. Munculnya kebudayaan Megalitikum
c. Penemuan alat besi
d. Berkembangnya sistem pertanian dan pemukiman
e. Domestikasi binatang liar

11. Tradisi Megalitikum apa yang menjadi ciri khas kebudayaan megalitikum?
a. Sistem pertanian
b. Pembangunan gua-gua
c. Pemanfaatan logam
d. Struktur batu monumental
e. Pemeliharaan binatang peliharaan

12. Apa yang merupakan bagian dari tradisi megalitikum?


a. Punden berundak
b. Sistem nomaden
c. Kehidupan berburu
d. Alat serpih
e. Lukisan gua

13. Siapa yang menciptakan istilah Revolusi Neolitik pada 1935 untuk menggambarkan
periode perubahan yang radikal?
a. Von Koenigswald
b. John Lubbock
c. Ralph von Koeningswald
d. Harry Truman Simanjuntak
e. Velle Gordon Childe

Anda mungkin juga menyukai