SEJARAH
SEJARAH
A. Pengertian Sejarah
1. Secara Etimologis
Secara Etimologi, kata sejarah berasal dari Bahasa Arab, yaitu ‘Syajaratun’ yang
berarti ‘pohon’. Hal ini memiliki pengertian bahwa pohon digambarkan sebagai suatu
simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang, daun, akar, dll.
Pohon ini mempresentasikan bahwa manusia itu hidup dan akan terus tumbuh seiring
berjalannya waktu dan ruang tempat dimana manusia itu berada.
Kesimpulan:
Sejarah adalah rekonstruksi peristiwa masa lalu (bersifat penting, abadi, dan unik) yang
benar-benar terjadi dan berisi segala kegiatan manusia. Rekonstruksi tersebut berasal dari
hasil kesimpulan data-data yang telah teruji.
a. SARTONO KARTODIRJO
Sejarah dibatasi oleh dua hal, sejarah dalam arti objektif dan subjektif. Secara objektif,
menunjuk pada peristiwa atau kejadian itu sendiri. Secara subjektif, sejarah yang telah ditulis
sejarawan.
b. MOH. YAMIN
Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan dari berbagai
peristiwa yang dapat dibuktikan kebenarannya.
c. HERODOTUS
Sejarah bukan berkembang dan bergerak lurus ke depan dengan tujuan pasti, melainkan
melingkar, yang tinggi rendahnya disebabkan oleh keadaan manusia.
d. IBNU KHALDUN
Sejarah adalah catatan tentang manusia dan peradabannya dengan seluruh proses perubahan
secara nyata dengan segala sebab akibatnya.
B. Manusia dan Sejarah
Pada saat tokoh besar menggunakan pengaruh yang sangat menentukan dalam sejarah,
sebenarnya pengaruh mereka masih sangat terbatas. Pilihan mereka dibatasi oleh keadaan
sejarah, paling tidak aspek ruang dan waktu. Tidak ada penguasa atau pemimpin yang
dapat mendorong orang banyak dan mengubah cara tanpa menggunakan beberapa macam
instrumen yang menekan dan mempengaruhi sistem yang mengorganisir kekuasaan.
c. Konsep Sejarah
Kata sejarah diambil dari bahasa Arab yaitu kata syajarah yang berarti pohon. Dalam
bahasa Inggris, sejarah disebut dengan history. Dalam bahasa Yunani disebut dengan
kata historia yang memiliki arti inkuiri (inquiry), wawancara (interview), interogasi
dari seorang saksi mata dan juga laporan mengenai hasil-hasil tindakan itu. Dari
bahasa Yunani itulah istilah historia masuk ke dalam bahasa-bahasa lain, terutama
melalui perantaraan bahasa Latin.
Jika ditinjau ke dalam bahasa Latin, kata historia masih memiliki makna yang sama
seperti dalam bahasa Yunani. Hanya saja tekanannya lebih pada pengamatan
langsung, penelitian, dan laporan-laporan hasilnya. Tacitus seorang sejarawan pada
masa Romawi menggunakan istilah historia untuk judul bukunya Historiae. Di dalam
buku itu Tacitus menulis laporan-laporan hasil pengamatannya secara pribadi. Selain
itu Tacitus juga menulis laporan-laporan mengenai periode lebih awal (14-68 M) yang
diberinya judul Annales. Pada masa ini penggunaan kata historia belum digunakan
untuk menunjukkan peristiwa di masa lampau.
Manusia dan sejarah sebagai sebuah konsep dan pemahaman tidak dapat dipisahkan,
sejarah tanpa manusia adalah khayalan. Manusia dan sejarah merupakan kesatuan
dengan manusia sebagai subjek dan objek sejarah. Apabila manusia dipisahkan dari
sejarah maka dapat dikatakan ia bukan manusia lagi, tetapi sejenis makhluk biasa,
seperti hewan. Perlu di garis bawahi di sini bahwa ingatan manusia sangatlah
memegang peranan yang penting. Ingatan itu digunakan manusia untuk menggali
kembali pengalaman yang pernah dialaminya. Mengingat berarti mengalami lagi,
mengetahui kembali sesuatu yang terjadi di masa lalu. Namun ingatan manusia
terbatas sehingga perlu alat bantu yaitu tulisan yang berfungsi untuk menyimpan
ingatannya.
Dalam ilmu sejarah, manusia dalam aktivitas dengan masyarakat atau bangsanya
merupakan kajian utama. Sejarah mendeskripsikan aktivitas manusia yang terjadi
pada masa lalu. Namun, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bukan berarti
sejarah menjelaskan aktivitas manusia secara keseluruhan. Kisah manusia tersebut
berkaitan dengan kreasi dari perjalanan kehidupan manusia di dalam menghadapi
kehidupannya.
Kisah manusia tersebut dibatasi oleh ruang dan waktu, di mana berkaitan erat pula
dengan tempat di mana manusia itu berada. Berdasarkan sudut pandang waktu,
kreativitas yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau berbeda dengan
kreativitas yang dilakukan oleh manusia pada masa kini. Demikian halnya dengan
pemahaman dalam konsep ruang. Pemahaman tentang ruang dan waktu diperlukan
untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kronologis.
Berkaitan dengan kreativitas, apa yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau
misalnya adalah bagaimana manusia pada zaman batu melakukan aktivitas makan,
minum, berpakaian serta melakukan perjalanan menjadi pengalaman yang diwariskan
bagi masa-masa sesudahnya. Sebagai contoh adalah bagaimana kreativitas manusia
untuk melakukan suatu perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, di mana ini
dijadikan sebagai pengalaman bagi generasi sesudahnya. Sebagai contoh konkret,
pada awalnya manusia menggunakan tenaganya sendiri dengan berjalan kaki. Lalu
mereka memanfaatkan tenaga hewan, misalnya kuda untuk melakukan perjalanan.
Pada sisi yang lain, masyarakat acap merupakan subjek yang mengarahkan laju
sejarah. Dalam konteks inilah konsep kekuatan rakyat (people power) menemukan
relevansinya. Di balik hal tersebut memang sering hadir orang besar, namun apalah
arti individu semacam ini tanpa dukungan masyarakat atau rakyat. Dengan demikian,
masyarakat juga merupakan faktor penggerak sejarah.
c. Saksi Sejarah
Pengertian saksi sejarah adalah seseorang ataupun kelompok yang mengenal sosok pelaku
sejarah tersebut dengan baik. Seperti : Keluarga, Teman, Sahabat, Orang terdekat dan
Seperjuangan.
C. Kegunaan Sejarah
Menurut Kuntowijoyo sejarah itu berguna secara intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik
sebagai pengetahuan. Seandainya saja sejarah tidak ada gunanya secara ekstrinsik, yang
berarti tidak ada suenbangannya di luar dirinya, cukuplah. dengan nilai-nilai intrinsiknya.
1. Intrinsik
(1) Sejarah sebagai ilmu
(2) Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
(3) Sejarah sebagai pernyataan pendapat
(4) Sejarah sebagai profesi
● Manusia
Manusia sebagai pelaku sejarah, karena setiap kajian tentang peristiwa akan selalu
melibatkan manusia di dalamnya
● Ruang
Tempat terjadinya peristiwa, yang memberikan gambaran jelas sehingga peristiwa
tersebut memang ada dan nyata
● Waktu
Proses kelangsungan dari suatu peristiwa
2. Ekstrinsik
(1) Moral
(2) Penalaran
(3) Politik
(4) Kebijakan
(5) Perubahan
(6) Masa depan
(7) Keindahan
(8) Ilmu bantu
a. Pendidikan Moral
Sejarah dapat dijadikan pendidikan moral, karena didalam suatu peristiwa sejarah
terdapat nilai-nilai yang bisa dijadikan penuntun kehidupan manusia yang hidup
di masa sekarang.
b. Pendidikan Penalaran
Seseorang yang belajar sejarah tidak akan berpikir monokausal, pikiran yang
menyatakan bahwa sebab terjadinya peristiwa itu hanya dilatar belakangi oleh satu
sehab. Pemikiran & Penalaran yang kritis dan banyak penyebabnya.
c. Pendidikan Politik
Sebuah pemerintah menjadikan sejarah sebagai salah satu langkah indoktrinasi
atau pendoktrinan yang berguna untuk menunjang. kebijakan-kebijakan yang
sedang dijalankan di suatu negara.
d. Pendidikan Kebijakan
Tentang keberhasilan masa lalu, akan dijadikan sebuah pendidikan untuk
menerapkan kebijakan dalam kehidupan di masa sekarang. Sejarah semacam
ini diperlukan oleh semua lembaga penelitian, untuk menentukan suatu kebijakan
dibutuhkan suatu pandangan tentang lingkungan alam, masyarakat, dan sejarah.
e. Pendidikan Perubahan
Perubahan Sejarah dapat memberikan pemahaman akan adanya suatu
perubahan dari satu masa ke masa yang lain. Pendidikan perubahan diperlukan
oleh polisi, ormas ormas, usaha-usaha, bahkan pribadi-pribadi. Di dalam dunia
yang semakin sempit ini, tidak ada yang lebih cepat daripada perubahan. Kaum
politisi yang tidak dapat mengantisipasi gelagat perubahan akan ketinggalan.
Untuk dapat melestarikan kepemimpinan, perlu diketahui perubahan apa yung
sedang dialami oleh para pengikut.
g. Pendidikan Keindahan
Peninggalan-peninggalan sejarah dijadikan sebagai suatu rekreasi yang
mana dapat merasakan atau menciptakan keindahan. Reruntahan istana,
benteng benteng, bahkan monumen pertempuran atau membaca buku sejarah akan
membawa kita seolah merasa sedang dalam momen-momen di mana kita diajak ke
masa itu. Suatu pengalaman estetik akan datang melalui mata waktu kita ke
peninggalan-peninggalan sejarah. Peninggalan-peninggalan tersebut sehagian
besar tersimpan dengan baik di museum-museum.
Peristiwa yang telah terjadi di masa lampau menjadi pengalaman dan memori
kolektif oleh umat manusia. Oleh karena itu, sejarah sangatlah bergantung pada
pengalaman manusia. Pengalaman tu kini terekam dalam berbagai macam dokumen.
Sebagai ilmu, sejarah tidak berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya. Sejarah sebagai ilmu memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
Sejarah sebagai peristiwa adalah suatu kejadian yang terjadi di masa lampau yang
telah terjadi dengan berdasarkan pada fakta dan disertai dengan bukti yang membuktikan
bahwa peristiwa di masa lalu itu benar-benar jelas telah terjadi. Pemahaman akan sejarah
sebagaimana terjadinya itulah yang dimaksudkan dengan sejarah sebagai peristiwa.
Melalui peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui keterkaitan sebab-akibat dari
terjadinya suatu peristiwa. Dengan adanya peristiwa atau kejadian-kejadian di dalam ruang
lingkup kehidupan manusia atau masyarakat, ilmu sejarah berusaha untuk menyusun
rangkaian peristiwa yang terjadi di dalam ruang lingkup kehidupan manusia atau
masyarakat sejak dahulu sampai mencoba untuk memprediksi peristiwa yang akan datang.
1) Bersifat objektif, memiliki sifat objektif sebab sejarah berdasarkan pada hasil
kumulatif atau hasil gabungan dari beberapa pendapat para penulis sejarah atau
sejarahwan yang bersifat fakta di mana fakta-fakta itu haruslah disertai dengan bukti-
bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
2) Bersifat empiris, memiliki sifat empiris sebab sejarah bersumber pada pengalaman
manusia yang berdasarkan data atau fakta yang sebenarnya.
- Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945.
- Peristiwa penculikan Ir Soekarno dan Moh Hatta yang dilakukan oleh golongan muda
untuk dibawa ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.
Sejarah sebagai kisah adalah peristiwa sejarah yang telah direkonstruksi atau
diceritakan kembali berdasarkan penafsiran atau ingatan seseorang, baik seorang pencerita
sejarah, penulis sejarah maupun sejarawan. Sejarah sebagai kisah juga merupakan
pendapat masing-masing yang merupakan hasil interpretasi perorangan yang masih utuh
dan belum di generalisasikan. Semua hasil karya manusia merupakan bukti dari kisah
manusia yang hidup dan cenderung bersifat dinamis (selalu berubah). Mendeskripsikan
sejarah sebagai kisah tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi di
masa lampau.
1. Bersifat subjektif
2. Sebagai sarana untuk menjelaskan di masa lalu
1. Seni Sastra Sejarah: Penelitian sejarah melalui sastra mencakup penggunaan bahasa
yang indah dan narasi kreatif, seperti ditunjukkan dalam karya-karya terkenal seperti
"The Histories" karya Herodotus dan "The Peloponnesian War" karya Thucydides.
3. Seni Visual Sejarah: Representasi visual sejarah melalui lukisan, patung, dan
arsitektur, seperti Patung Liberty di New York atau lukisan "The Death of Socrates"
karya Jacques-Louis David, menyajikan dimensi artistik pada narasi sejarah.
Selain itu, menurut Wahyu Iryana di dalam bukunya yaitu Historiografi Barat (2014)
menyampaikan bahwa diakronik merupakan memanjang dalam waktu dan juga
menyempit dalam ruang. Selanjutnya, menurut Krisanjaya dalam Hakikat Linguistik
Bandingan (1996) mengutarakan jika dalam konteks kajian linguistik, sifat diakronik
dapat berarti bahwa kajian ini berorientasi dan berfokus kepada dimensi dua kurun waktu
berbeda secara menurun, mengikuti penggalan dua waktu yang berbeda.
Latihan Soal
1. Menurut Sartono Kartodirjo, apa yang dimaksud dengan sejarah secara subjektif?
a. Sejarah yang merujuk pada peristiwa atau kejadian itu sendiri.
b. Sejarah yang ditulis oleh sejarawan.
c. Sejarah yang memiliki tujuan pasti.
d. Sejarah yang berkembang secara melingkar.
e. Sejarah yang bersifat abadi dan unik.
10. Manakah di antara berikut yang termasuk ciri sejarah sebagai peristiwa?
a) Bersifat subjektif
b) Menggunakan imajinasi
c) Berdasarkan fakta dan bukti
d) Tidak memerlukan bukti
e) Bersifat abstrak
11. Kisah Ken Arok dan kisah ratu Shima merupakan contoh dari sejarah sebagai:
a) Ilmu
b) Peristiwa
c) Kisah
d) Seni
e) Semua jawaban benar
12. Apa yang membedakan sejarah sebagai seni dengan sejarah sebagai ilmu?
a) Sejarah sebagai seni tidak memerlukan fakta
b) Sejarah sebagai seni lebih bersifat subjektif dan kreatif
c) Sejarah sebagai ilmu tidak menggunakan bahasa yang indah
d) Sejarah sebagai seni hanya melibatkan imajinasi
e) Tidak ada perbedaan antara keduanya
13. Buku yang disusun dengan cara berpikir diakronik akan lebih fokus pada:
a) Kesinambungan antar peristiwa dalam rentang waktu
b) Kesinambungan antar peristiwa dalam ruang
c) Satu peristiwa pada satu titik waktu
d) Kesinambungan antar peristiwa dalam ruang dan waktu
e) Satu peristiwa pada rentang waktu yang panjang
14. Manakah di antara berikut yang termasuk ciri berpikir sinkronik?
a) Melibatkan analisis di masa lalu
b) Memiliki sifat horizontal
c) Mengkaji kejadian dalam rentang waktu yang panjang
d) Bersifat serius dan sulit
e) Fokus pada struktur peristiwa
BAB 2 (Penelitian Sejarah)
Objek penelitian sejarah adalah peristiwa penting yang terjadi pada masa lampau. Sedangkan
cara yang dilakukan dalam penelitian sejarah disebut metode sejarah.
Penelitian sejarah bertujuan untuk mencari kebenaran, yaitu kebenaran menurut takaran ilmu
pengetahuan. Ciri umum dari kebenaran ilmu pengetahuan yaitu bersifat rasional dan empiris.
1. Pemilihan Topik
2. Pencarian Sumber Sejarah (Heuristik)
3. Kritik Sumber Sejarah (Verifikasi)
4. Penafsiran Sumber Sejarah (Interpretasi)
5. Penulisan Sejarah (Historiografi)
A. Pemilihan Topik
Seorang penulis sejarah maupun seorang sejarawan haruslah menentukan topik atau tema
Sejarah diharapkan memiliki manfaat sebagai panduan bagi masyarakat pada masa sekarang
dalam menjalani kehidupan menuju masa depan.
yang akan menjadi fokus penelitiannya. Topik yang diteliti haruslah topik yang layak untuk
dijadikan penelitian. Untuk mengarahkan masalah yang akan diteliti dalam topik tersebut
alangkah baiknya dibuat terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi masalah
penelitian. pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan,
bagaimana dan mengapa.
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan topik.
1. Kebermanfaatan Ilmiah
Setiap ilmu bertugas untuk selalu menemukan berbagai hal baru dari objek kajiannya,
termasuk pula sejarah yang harus selalu menemukan berbagai hal baru dari objek yang
dikajinya.
2. Kebermanfaatan Sosial
Di dalam memilih topik penelitian sejarah, ada beberapa hal yang harus dihindari oleh
seorang penulis sejarah maupun sejarawan, diantaranya:
● Kesalahan Baconian
Terjadi apabila seseorang beranggapan bahwa tanpa konsep, teori, ide, paradigma
praduga, hipotesis atau generalisasi yang lain, penelitian sejarah dapat dilakukan.
● Kesalahan Terlalu banyak pertanyaan
Terjadi apabila menanyakan lebih dari dua pertanyaan sekaligus, menanyakan satu
masalah tetapi jawaban atas pertanyaan itu menimbulkan pertanyaan baru.
● Kesalahan pertanyaan yang bersifat dikotomi
Terjadi karena adanya pandangan hitam putih bahwa seolah-olah peristiwa atau tokoh
hanya memiliki dua kemungkinan.
● Kesalahan Metafisik
Tidak mengangkat topik-topik filsafat, moral dan teologi. Sejarah merupakan ilmu empiris
yang tidak membahas persoalan metafisik.
● Kesalahan Topik Fiktif
Topik fiktif bukanlah topik sejarah. Perlu dipahami bahwa di dalam sejarah tidak
mengenal kata "andai kata“
1. Sumber Primer
Merupakan sumber yang berasal dari masa lampau secara langsung melalui
kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan indra lain,
seperti orang yang menjadi pelaku sejarah atau orang melihat sejarah tersebut sebagai
saksi, dan benda atau artefak yang terlibat dalam sejarah
2. Sumber Sekunder
Sumber yang berasal dari masa kini dengan informasi yang tidak langsung atau
bukan dari pelaku sejarah. Contohnya, seperti informasi yang disampaikan baik oleh
penulis sejarah atau sejarawan entah dari buku atau artikel atau surat kabar
Di dalam pencarian sumber sejarah, ada beberapa kesalahan yang harus dihindari, seperti:
● Kesalahan Holisme
Terjadi apabila memilih satu bagian penting dan menganggap bagian tersebut sudah
mewakilkan keseluruhannya
● Kesalahan Pragmatis
Terjadi apabila tujuan tertentu penulis hanya memilih sumber yang mendukung
tujuan tersebut
● Kesalahan Ad Hominem
Terjadi apabila seseorang memilih orang, otoritas, profesi, pangkat atau jabatan di dalam
pengumpulan sumber sejarah
● Kesalahan Kuantitatif
Terjadi karena orang lebih mempercayai dokumen dengan angka-angka dibanding
dengan testimoni biasa
● Kesalahan Estis
Terjadi apabila seseorang hanya memilih sumber-sumber sejarah yang sekiranya memiliki
efek estetis
1. Kritik Ekstern
Kritik yang dilakukan untuk mengetahui keaslian sumber, dengan cara meneliti kertas
yang digunakan, tintanya, hurufnya, usia sumber dan lainnya.
Contoh:
Seorang ingin melakukan penelitian sebuah naskah yang ditulis oleh pegawai kolonial
Inggris di Indonesia, maka bentuk huruf & gaya bahasa yang digunakan haruslah
bersesuaian dengan zaman tersebut, sehingga dapat dikatakan naskah tersebut adalah asli.
2. Kritik Intern
Kritik yang berkait dengan isi pernyataan, fakta fakta, dan ceritanya dapat
dipercaya. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam kritik ini yaitu, dengan cara
membandingkan dengan sumber lain yang juga memberikan informasi yang sama.
Kritik juga dilakukan oleh para peneliti sejarah terhadap sumber sumber lisan.
Cara ini dilakukan untuk melihat apakah yang disampaikan oleh informan mengandung
kebenaran/ kebohongan. Peneliti sejarah melakukan kritik dengan;
1) Melihat usia informan
Semakin tua informan, makan semakin rentan pula informasi yang ia ingat
2) Melihat peran yang dilakukan informan dalam peristiwa yang di teliti.
Memastikan informan menyaksikan kejadian secara langsung/ tidak
3) Melakukan pengecekan antara informan yang satu dan informan lainnya
Dalam melakukan kritik sumber, ada beberapa hal yang harus dihindari;
● Kesalahan Pars Pro Toto
Terjadi apabila penulis sejarah menganggap bahwa bukti yang hanya berlaku
untuk sebagian dianggap berlaku untuk keseluruhan.
● Kesalahan Toto Pro Pars
Terjadi apabila seorang penulis sejarah mengemukakan keseluruhan, padahal bukti
yang dimaksud adalah bukti sebagian.
● Kesalahan Mengganggap Pendapat Umum Sebagai Fakta
Kajian sejarah bersifat ilmiah, dalam penafsiran biasanya menggunakan teori dari ilmu
ilmu sosial. Dengan cara ini, diharapkan penulisan sejarah akan lebih objektif dalam
keilmiahannya. Walaupun, penafsiran dalam sejarah tidak dapat lepas dari unsur
subjektivitas penulisnya.
Berikut adalah penyajian penelitian sejarah yang pada umumnya terdiri dari 3 bagian utama,
yakni :
1. Bagian Pertama
Terdiri atas judul dan pendahuluan dimana memuat latar belakang penelitian,
permasalahan, kajian pustaka, metode yang digunakan dan garis besar dari isi penelitian.
2. Bagian Kedua
Terdiri atas pembahasan atau uraian argumentasi yang disusun menjadi kisah atau
rekonstruksi peristiwa yang dikaji. Pada bagian ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa
bagian. Selain itu, pembagian ini dimaksudkan untuk menggiring pembaca menuju
kesimpulan dari penelitian.
3. Bagian Ketiga
Terdiri atas kesimpulan dari mana yang dilakukan oleh penulis sejarah atau sejarawan.
Pada bagian akhir ini juga dimuat daftar pustaka dan sumber sumber yang digunakan
untuk penyusunan kisah atau cerita sejarah.
2. Kesalahan Argumen
Terjadi ketika penulis membuat kesalahan dalam menguraikan gagasannya saat penyajian.
Kesalahan dapat berupa :
● Kesalahan Konseptual
Terjadi jika penulis memakai istilah yang mempunyai 2 / lebih makna (bersifat ambigu) dan
pembaca akan terkecoh.
● Kesalahan Substansial
Terjadi jika penulis mengemukakan argumen yang tidak relevan / tidak rasional
● Kesalahan Generalisasi
Di dalam penulisan sejarah, fakta-fakta sejarah harus diseleksi dan disusun dengan baik.
Selain itu dalam menyeleksi fakta sejarah, dibutuhkannya relevansi. Yang artinya, fakta
yang digunakan dalam sejarah adalah fakta yang berkaitan dengan topik penelitian.
Setelah diseleksi, barulah disusun. Penyusunan fakta sejarah yang paling masuk akal adalah
penyusunan secara kronologis dalam periode-periode waktu. Dan juga dapat dilakukan
berdasarkan sudut pandang geografis tempat sejarah terjadi serta tokoh pelaku sejarah.
Hasil penelitian sejarah dapat ditulis dalam suatu tulisan yang terdiri atas 3 bagian besar yaitu:
1. Pengantar
Di dalam pengantar dikemukakan permasalahan, latar belakang, historiografi dan pendapat
penulis tentang tulisan orang lain.
2. Penelitian
Pertanggung jawaban penulis diperlihatkan dengan menampilkan catatan dan lampiran karena
setiap data yang ditulis harus disertai dengan data yang mendukung.
3. Kesimpulan
Uraian yang disajikan di bagian sebelumnya. Dalam generalisasi ini akan tampak apakah penulis
melanjutkan, menerima, memberi catatan atau menolak generalisasi yang sudah ada
Latihan Soal
1. Apa yang dimaksud dengan objek penelitian sejarah?
a. Fakta sejarah
b. Peristiwa masa lalu
c. Metode sejarah
d. Filsafat sejarah
e. Historiografi
2. Ada berapa tahap dalam penelitian sejarah?
a. 3 tahap
b. 4 tahap
c. 5 tahap
d. 6 tahap
e. 7 tahap
4. Sumber yang berasal dari masa kini dan memberikan informasi tidak langsung disebut...
a. Sumber utama
b. Sumber sekunder
c. Sumber primer
d. Sumber lisan
e. Sumber historis
6. Tahapan yang melibatkan analisis terhadap suatu peristiwa atau data dalam penelitian
sejarah disebut...
a. Pemilihan topik
b. Kritik sumber
c. Penafsiran
d. Historiografi
e. Heuristik
8. Tahapan apa yang melibatkan penyusunan tertulis dari hasil temuan penelitian sejarah?
a. Pencarian sumber
b. Kritik sumber
c. Penafsiran
d. Historiografi
e. Pemilihan topik
9. Berapa bagian utama pada penyajian penelitian sejarah menurut penjelasan di atas?
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
e. 6
10. Apa yang termasuk dalam Bagian Pertama penulisan sejarah menurut penjelasan di atas?
a. Pembahasan
b. Pengantar
c. Kesimpulan
d. Historiografi
e. Pencarian sumber
11. Apa yang harus dihindari dalam penulisan sejarah untuk menghindari kesalahan narasi?
a. Kesalahan didaktis
b. Kesalahan pembahasan
c. Kesalahan periodesasi
d. Kesalahan argumen
e. Kesalahan narasi
12. Aspek apa yang tidak termasuk sebagai ukuran relevansi dalam seleksi fakta sejarah?
a. Kronologis
b. Biografis
c. Geografis
d. Kuantitatif
e. Fungsional
13. Tahap apa yang memerlukan analisis terhadap fakta sejarah yang diperoleh?
a. Pemilihan topik
b. Pencarian sumber
c. Kritik sumber
d. Penafsiran
e. Historiografi
2. Pithecanthropus
Fosil Pithecanthropus merupakan fosil manusia purba Indonesia yang paling banyak
ditemukan di Kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan jika kala
Pleistosen di Indonesia didominası oleh manusia dari jenis Pithecanthropus. Penemuan
fosil jenis Pithecanthropus banyak ditemukan di Perning, Kedung Brubus, Trinil,
Sangiran, Sambungmacan dan Ngandong Manusia Pithecanthropus merupakan
pendukung kebudayaan berburu dan mengumpulkan makanan.
a. Pithecanthropus mojokertensis
Ditemukan oleh Weidereich dan Ralph von Koenigswald pada tahun 1936 di
Mojokerto, Jawa Timur. Jenis manusia purba ini diperkirakan berasal dari masa
Pleistosen Bawah. Pithecanthropus mojokertensis memilikı ciri-ciri berbadan
tegap dengan nisi tengkoraknya diperkirakan 650 cc pada anak-anak dan 1000 cc
pada dewasa. Memiliki rahang atas menonjol ke depan dengan giginya yang besar-
besar, tonjolan kening yang tebal, dan tulang pıpı yang sangat kuat.
Pithecanthropus mojokertensis diperkirakan hidup bersamaan dengan
Meganthropus
b. Pithecanthropus soloensis
Ditemukan pada tahun 1939 di Lembah Sungai Bengawan Solo. Jenis manusia
purba ini diperkirakan berasal dari masa Pleistosen Bawah (Zaman pleistosen
adalah salah satu bagian dari sejarah perkembangan bumi) Pleistosen atau disebut
juga dengan diluvium termasuk dalam zaman kuarter (zaman keempat). Pleistosen
juga merupakan suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara
1.808.000-11.500 tahun yang lalu). Pithecanthropus Soloensis mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut, Tengkorak lonjong, tebal, dan padat, Kepala bagian belakang
menonjol, Memiliki rongga mata yang sangat panjang, Hidung tebal dan lebar,
Tidak memiliki tulang dagu, Mempunyai alat pengunyah yang kuat, Tinggi badan
berkisar 165 - 180 cm, Volume otak 750 - 1.350 cc.
c. Pithecanthropus erectus
Memiliki pengertian manusia kera yang berjalan tegak. Fosil ini ditemukan oleh
Eugene Dubois pada tahun 1890 di Trinil, Lembah Sungai Bengawan Solo.
Penemuan di Trinil tersebut meliputı gıgı, rahang, tengkorak, dan tulang paha.
Diperkirakan Pithecanthropus hidup sekitar 300.000 tahun yang lalu, pada masa
Pleistosen Tengah.
3. Homo
Manusia Wajakensis atau Homo Wajakensis, ditemukan oleh B. D. Von
Rietschoten pada tahun 1889 di Desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur, dengan
fragmen fosil berupa rahang bawah, tengkorak, dan ruas tulang leher. Merupakan
jenis Homo sapiens pertama di Asia. Homo Soloensis, juga dikenal sebagai
Pithecanthropus erectus, memiliki ciri-ciri berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
dengan tinggi badan antara 130 hingga 210 cm. Ciri fisiknya mencakup tengkorak
sedang dan agak lonjong, wajah datar dan lebar, akar hidung lebar, dahi yang sedikit
miring, dan volume otak sekitar 1.630 cc, dengan tinggi sekitar 173 cm.
4. Homo Sapiens
Manusia sapiens, atau manusia cerdas, merupakan hasil akhir dari panjangnya
proses evolusi yang membentuk manusia purba. Ditemukan setelah ribuan tahun
evolusi, manusia jenis ini tidak hanya mahir dalam pembuatan peralatan sehari-hari,
tetapi juga menonjol dalam penggunaan akal dan memiliki sifat-sifat yang mencirikan
manusia modern. Ciri-ciri fisiknya mencakup tinggi badan bervariasi, berat badan
yang beragam, volume otak yang mencapai 1.000-2.000 cc, serta perubahan di bagian
gigi, rahang, dan otot-otot kunyah, menandai munculnya dagu di rahang bawah.
Manusia sapiens juga telah mengembangkan bahasa komunikasi yang
mendukung interaksi dan pemahaman kompleks.
2. Teori Nusantara
Teori Nusantara yang bisa dibilang sangat berbeda dengan teori Yunan. Teori ini
menyebutkan bahwa bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia itu sendiri, yakni
tidak melalui proses migrasi dari daerah manapun. Teori Nusantara ini didukung oleh para
ahli, Gorys Keraf, J. Crawford, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Muhammad Yamin.
Dasar utama teori Nusantara adalah berdasarkan pada bangsa Melayu yang merupakan
bangsa dengan peradaban yang sudah tinggi. Anggapan tersebut didasari pada hipotesis
bahwa bangsa Melayu telah melewati proses perkembangan budaya sebelumnya di
wilayahnya. Jadi kesimpulannya, bangsa Melayu asli di nusantara yang akhirnya tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya tanpa adanya perpindahan ke wilayah tersebut.
Teori Nusantara juga didukung dengan penemuan adanya kesamaan bahasa Melayu
dengan bahasa Kamboja karena sebuah kebetulan. Kemudian penemuan Homo Soloensis
dan Homo Wajakensis di Pulau Jawa menjadi penanda bahwa keturunan bangsa Melayu
memiliki kompetensi berasal dari Jawa.
Teori ini kemudian mengungkapkan bahwa bangsa Afrika bermigrasi atau melakukan
perpindahan menuju Asia Barat sekitar 50.000-70.000 tahun yang lalu. Pada sekitar tahun
itu bumi sedang memasuki akhir dari zaman glasial, yakni ketika permukaan air laut menjadi
lebih dangkal karena air masih berbentuk gletser.
Pada masa itu memang memungkinkan manusia untuk menyebrangi lautan hanya dengan
menggunakan perahu sederhana. Perpindahan bangsa afrika ke Asia kemudian terpecah
menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok yang tinggal sementara di bagian wilayah Timur
Tengah atau Asia Barat Daya dan ada kelompok lain yang bermigrasi dengan menyusuri
Pantai Semenanjung Arab menuju India, Asia Timur, Australia, termasuk Indonesia
Nasib berdasarkan teori ini, bahasa yang digunakan dan berkembang di nusantara adalah
bahasa yang masuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa rumpun Austronesia ini
digunakan oleh para leluhur bangsa Indonesia, terutama yang menetap di Pulau Formosa.
Jadi, dari segi bahasa sudah jelas bahwa orang-orang nusantara mengadopsi budaya
Austronesia dan mengembangkannya hingga menjadi bangsa Indonesia seperti saat ini.
Periodisasi atau pembabakan waktu pada masa pra-aksara di Indonesia salah satunya adalah
kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana. Pada
periode ini juga sering dikenal dengan pembabakan masa paleolithikum-mesolithikum.
Keadaan alam pada masa pleistosen berlangsung selama beberapa juta tahun yang lalu dengan
kondisi alam masih tidak stabil, baik dalam bentuk fisik, iklim, maupun perkembangan manusia.
Tempat-tempat yang menarik untuk didiami adalah tempat yang cukup mengandung bahan
makanan dan air. Kehidupan di dalam kelompok dilakukan secara kommunal primitif yang berarti
segala alat produksi yang dimiliki oleh manusia adalah milik bersama dan untuk kepentingan
bersama. Semua kegiatan ini dilakukan oleh seluruh anggota kelompok.
Kegiatan berburu dan peralatan hidup di dalam kelompok menggunakan alat-alat dari terbuat dari
apa yang disediakan oleh alam seperti batu, tulang dan kayu yang hanya dibentuk sekedar untuk
memenuhi tujuan penggunaannya sehingga dapatlah dikatakan periode ini sebagai Zaman Batu.
Peralatan yang dihasilkan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
2. Alat Serpih: Alat yang terbuat dari serpihan batu. Alat ini digunakan
sebagai pisau, penusuk, gurdi. Bentuknya tergolong sederhana dengan
kerucut pukul dan dataran pukul yang rata. Di Indonesia, alat serpih
ditemukan berasal dari masa akhir Pleistosen Tengah atau awal Pleistosen Atas.
3. Alat-alat tulang dan tanduk: Biasanya digunakan sebagai tombak, pencukil, atau belati.
Ditemukan di daerah Jawa, terutama Ngandong, Jawa Timur, sehingga disebut juga sebagai hasil
kebudayaan Ngandong.
Jika sumber makanan di lingkungan sekitar sudah berkurang, maka mereka akan pergi dan
mencari tempat lain, di mana sumber makanan yang masih tersedia secara berlimpah. Sementara
itu mereka yang tinggal di tepi pantai, mulai melakukan berbagai usaha untuk mencari ikan di laut
dan juga muara sungai. Selain memakan ikan dan kerang, mereka juga memakan tumbuh-
tumbuhan dan hewan-hewan darat.
Kehidupan spiritual dan sosial-ekonomi masyarakat dapat dilacak dari penemuan dari lukisan-
lukisan di dinding gua tempat tinggal mereka. Sebagai salah satu contoh yang terdapat di Gua
Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut berupa cap tangan dengan latar belakang
cat merah yang diperkirakan mungkin mengandung arti kekuatan pelindung untuk mencegah roh-
roh jahat. Sementara itu, cap tangan yang jari-jarinya tidak lengkap dianggap sebagai tanda adat
berkabung.
Kehidupan spiritual dan sosial-ekonomi masyarakat dapat dilacak dari penemuan dari lukisan-
lukisan di dinding gua tempat tinggal mereka. Sebagai salah satu contoh yang terdapat di Gua
Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut berupa cap tangan dengan latar belakang
cat merah yang diperkirakan mungkin mengandung arti kekuatan pelindung untuk mencegah roh-
roh jahat. Sementara itu, cap tangan yang jari-jarinya tidak lengkap dianggap sebagai tanda adat
berkabung.
Berikut ini adalah peralatan yang digunakan pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut:
Alat serpih adalah alat yang masih tetap bertahan digunakan sejak masa
sebelumnya. Di mana dalam teknik pembuatannya melanjutkan teknik dari
masa sebelumnya, tetapi bentuk-bentuk alatnya lebih maju dalam berbagai
corak untuk bermacam kegunaannya. Batuan yang digunakan untuk
membuat alat ini umumnya adalah kalsedon, gamping dan andesit. Di
Indonesia tradisi serpih bilah pada masa ini banyak ditemukan di daerah
Sulawesi Selatan.
Pebble adalah alat batu yang dipangkas pada salah satu sisi permukaan dan
berbentuk lonjong. Alat ini ditemukan di bukit-bukit kerang di pantai timur
Sumatera Utara dan Aceh. Kapak genggam Sumatera ini secara umum
banyak ditemukan di Asia Tenggara. Selain di Indonesia, kapak jenis ini
juga ditemukan di Tiongkok Selatan,Vietnam, Kamboja, Pegunungan
Annam, Thailand, Semenanjung Malaya, Australia dan juga Tasmania.
3. Alat Tulang in
Penemuan alat tulang yang terkenal dari periode ini adalah alat-alat yang
ditemukan di Gua Lawa di daerah Sampung, Ponorogo, Jawa Timur.
Di dalam Gua Lawa ditemukan alat-alat tulang yang berasal dari masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut dan juga alat-alat
tulang yang berasal dari masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana. Jadi, perkembangan kehidupan manusia pada masa ini
dapat dikatakan sudah mengalami beberapa hal yang cukup maju.
Diantaranya dengan ditemukannya alat-alat yang telah diolah dengan lebih baik lagi jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Di sisi lain, jejak-jejak kehidupan spiritual pun sudah
mulai nampak dari petunjuk yang diberikan dalam goresan-goresan di dinding gua yang
menunjukkan bahwa manusia pada masa ini sudah mulai memikirkan dan mempercayai kekuatan
yang diluar nalar manusia itu sendiri yang disebut dengan kekuatan gaib.
Periode Revolusi Neolitikum bukanlah berarti bahwa aktivitas berburu dan meramu sama
sekali telah ditinggalkan. Mungkin diperlukan waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun
bagi manusia untuk sepenuhnya beralih dari cara hidup ini yang sebelumnya
mengumpulkan biji-bijian tanaman liar untuk kemudian lebih memilih memelihara kebun
kecil dan kemudian membentuk ladang tanaman yang ukurannya besar. Manusia mulai
memilih menetap juga disebabkan oleh semakin meningkatnya upaya untuk melakukan
aktivitas pertanian. Selain daripada melakukan penanaman gandum dan sejenisnya,
manusia mulai menanam makanan yang kaya dengan protein seperti kacang polong.
Karena adanya kelebihan dari hasil produksi tanaman itulah yang kemudian tersedia bahan
pangan untuk menambah jumlah populasi, hal ini juga ditunjang oleh hasil produksi yang
konsisten dan kemampuan manusia dalam menyimpan benih serta merawat tanaman.
1. Sistem Pertanian
Domestikasi tanaman terutama sereal seperti gandum emmer, gandum einkorn, dan barley
termasuk di antara tanaman pertama yang didomestikasi oleh komunitas pertanian
Neolitik di Fertile Crescent. Para petani awal ini juga memelihara lentil, buncis, kacang
polong, dan rami. Domestikasi adalah proses di mana petani memilih sifat yang diinginkan
dengan pembiakan generasi tanaman atau hewan secara berurutan. Seiring waktu, spesies
domestik menjadi berbeda dari kerabat liarnya. Sekitar pada rentang waktu yang sama
ketika para petani di kawasan Bulan Sabit Subur mulai menabur gandum, orang-orang di
Asia juga mulai menanam padi dan millet yang diperkirakan mulai terjadi sejak 7,700
tahun yang lalu. Di Semenanjung Yucata, budidaya labu dimulai sekitar 10.000 tahun yang
lalu, sedangkan tanaman mirip jagung muncul sekitar 9.000 tahun yang lalu.
2. Sistem Peternakan
Manusia mulai melakukan eksperimennya dengan hal yang berkait dengan pertanian,
manusia juga melakukan hal yang sama pada hewan. Peternakan yang paling awal atau
domestikasi hewan yang paling awal adalah jenis hewan yang diburu oleh manusia pada
zaman Neolitik untuk diambil dagingnya. Salah satu hewan yang didomestikasi adalah
babi yang dikembangbiakkan yang semula berasal dari babi di hutan dan begitu juga
dengan halnya kambing, domba, kuda, dan ayam, sapi dan beberapa hewan lainnya yang
sanggup untuk dipelihara dan dikembangbiakkan oleh manusia. Pada gilirannya hewan
peliharaan ini juga membuat pekerjaan pertanian yang berat dilakukan apabila hanya
mengandalkan tenaga manusia mulai menggunakan tenaga hewan untuk menggarap
lahan-lahan yang hendak ditanami. Selain membantu pekerjaan manusia untuk pertanian
hewan juga memberikan nutrisi bagi manusia melalui susu dan daging yang menyebabkan
tingkat populasi yang semakin stabil.
3. Perubahan Sosial
Revolusi Neolitikum juga menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Sebagaimana
diketahui bahwa pada periode sebelumnya masyarakat hidup dalam sistem sosial yang
bersifat komunal primitif di mana tanpa adanya pembagian kerja dan terdapat kesetaraan
gender baik antara laki-laki dan perempuan. Di masa Neolitikum akibat dari adanya
perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam hal- hal mendasar bagi kehidupan manusia,
yakni memproduksi makanannya telah menyebabkan adanya pembagian kerja di antara
anggota masyarakat. Perlu kiranya diakui pula bahwa dengan ditemukannya sistem
pertanian dan domestikasi hewan telah mendukung munculnya populasi yang lebih besar
secara tidak langsung mendorong terbentuknya organisasi pemerintahan. Menurunya
status perempuan disebabkan oleh karena laki-laki mengambil peran yang lebih besar
sebagai pemimpin dalam kelompok, pekerjaan dan juga sebagai seorang pejuang Hierarki
sosial secara berangsur mulai terbentuk di mana kelas sosial yang terbentuk pada masa ini
ditentukan oleh pekerjaan. Sehingga tidaklah mengherankan apabila mulai muncul
barang-barang kerajinan seperti tekstil, tembikar, perkakas rumah tangga, patung dan
lukisan yang kelak nantinya mendorong pula munculnya kerajinan logam.
4. Tradisi Megalitikum
Kebudayaan megalitikum, sebagai bagian dari periode neolitikum, mencerminkan
kepercayaan manusia terhadap hal-hal sakral dan manifestasi spiritual. Terjadi pada fase
neolitikum, di mana manusia mulai menetap dan memproduksi makanan sendiri.
Kebudayaan ini ditandai dengan pembangunan struktur monumental seperti dolmen,
punden berundak, waruga, sarkofagus, kubur batu, menhir, dan arca batu. Tradisi
megalitikum bertahan di beberapa tempat di dunia, tetap menjadi bagian dari sejarah dan
kepercayaan masyarakat, menggambarkan keberlanjutan nilai-nilai spiritual dari masa lalu
hingga kini.
5. Perundagian (Zaman Logam)
Zaman perundagian di Indonesia atau disebut dengan zaman logam di Indonesia adalah
suatu periodisasi sejarah Indonesia pada masa pra-aksara yang merupakan suatu bentuk
evolusi kebudayaan manusia. Disebut dengan zaman logam karena perubahan kebudayaan
ini ditandai dengan kemampuan manusia dalam melebur logam Zaman perundagian di
Indonesia terjadi setelah fase neolitikum di Indonesia. Perundagian diambil dari kata
undagi (bahasa bali) yang artinya sekelompok orang yang mempunyai kepandaian
atau keterampilan jenis usaha tertentu
Tabel Pra-Aksara
Latihan Soal
1. Fosil Pithecanthropus ditemukan terutama di wilayah...
a. Afrika
b. Eropa
c. Kepulauan Indonesia
d. Amerika Selatan
e. Asia Selatan
6. Apa ciri utama kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana?
a. Penggunaan alat besi
b. Gaya hidup nomaden
c. Sistem pertanian
d. Penggunaan tulang dan tanduk
e. Pembuatan gua-gua sebagai tempat tinggal
7. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, manusia mulai...
a. Menjadi nomaden
b. Menetap secara permanen
c. Membuat alat serpih
d. Menggunakan kapak perimbas
e. Mengembangkan sistem pertanian
11. Tradisi Megalitikum apa yang menjadi ciri khas kebudayaan megalitikum?
a. Sistem pertanian
b. Pembangunan gua-gua
c. Pemanfaatan logam
d. Struktur batu monumental
e. Pemeliharaan binatang peliharaan
13. Siapa yang menciptakan istilah Revolusi Neolitik pada 1935 untuk menggambarkan
periode perubahan yang radikal?
a. Von Koenigswald
b. John Lubbock
c. Ralph von Koeningswald
d. Harry Truman Simanjuntak
e. Velle Gordon Childe