Anda di halaman 1dari 7

Vol. 3, No.

1, Agustus 2022 p-ISSN : 2723-6498 e-ISSN: 2723-6501


DOI Issue : 10.46306/rev.v3i1 Doi Artikel : 10.46306/rev.v3i1.94

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23 ATAS


PENDAPATAN PERUSAHAAN PADA PT.JAGAD TOTAL LOGISTIC
EXPRESS
Erren Imaniar Rizqi1, Agus Subandoro2
1,2
Program Studi Fakultas Ekonomi Akuntansi Kampus STIE Mahardhika, Surabaya
Email: errenimaniar1808@gmail.com, agus.subandoro@stiemahardhika.ac.id.

ABSTRAK
Pajak ialah suatu kontribusi atau iuran wajib yang
dibayarkan oleh rakyat atau wajib pajak kepada negara untuk
kepentingan pemerintah dan kesejahteraan masyarakat.
Pendapatan merupakan penghasilan yang timbul dari
aktivitas perusahaan yang biasa dikenal dengan sebutan
yang berbeda seperti penjualan, penjualan jasa (fee), bunga,
dividen, royalti, dan sewa. Adapun, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui tata cara perhitungan dan Pelaporan
Pendapatan Perusahaan Pada PT.Jagad Total Logistic
Express serta apakah telah sesuai dengan Undang-Undang
Pajak No. 36 Tahun 2008 Dan 141/PMK.03/2015.
Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini akan membahas
masalah dengan cara mengumpulkan, menguraikan,
menghitung, dan membandingkan suatu keadaan serta
menjelaskan suatu keadaan. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa Perhitungan PPh. Pasal 23 dikenakan
tarif 2% dan dapat disimpulkan bahwa perhitungan, dan
pelaporan PPh pasal 23 atas Pendapatan Perusahaan Pada
PT.Jagad Total Logistic Express sudah sepenuhnya sesuai
dengan Undang-Undang Pajak No. 36 Tahun 2008 Dan
141/PMK.03/2015.
Kata kunci: Pajak, Pendapatan Perusahaan, PPh 23,
Perhitungan, Pelaporan

ABSTRACT
Tax is a mandatory contribution or contribution paid by
the people or taxpayers to the state for the benefit of the
government and the welfare of the community. Revenue is
income arising from the company's activities which are
commonly known by different names such as sales, sales of
services (fees), interest, dividends, royalties and rent.
Meanwhile, the purpose of this research is to find out the
procedure for calculating and reporting company income at
PT. Jagad Total Logistic Express and whether it is in

15
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23 ATAS PENDAPATAN PERUSAHAAN
PADA PT.JAGAD TOTAL LOGISTIC EXPRESS | Hal 15-21

accordance with Tax Law no. 36 of 2008 and


141/PMK.03/2015.
In this study, the research method used was descriptive
quantitative. This study will discuss the problem by
collecting, describing, calculating, and comparing a
situation and explaining a situation. From the research
results show that the calculation of PPh. Article 23 is subject
to a 2% rate and it can be concluded that the calculation and
reporting of Income Tax Article 23 on Company Revenues at
PT. Jagad Total Logistic Express is fully in accordance with
Tax Law no. 36 of 2008 and 141/PMK.03/2015.
Keywords: Tax, Company Income, PPh 23, Calculation,
Reporting

PENDAHULUAN
Suatu pemerintahan di setiap negara harus menjalakan roda perekonomiannya
menggunakan baik. sebab, kemungkinan besar ini akan berpengaruh terhadap pembangunan
negara tersebut. Maka dari itu buat kemakmuran semua masyarakat umum , pada tujuan negara
yang sudah diatur oleh Undang-Undang. salah satu aspek dalam penyelenggaraan
pembangunan dibutuhkan dana yang berasal dari penerimaan pajak.
Pajak ialah suatu kontribusi atau iuran wajib yang dibayarkan oleh rakyat atau wajib pajak
kepada negara untuk kepentingan pemerintah dan kesejahteraan masyarakat. Adapun pajak
yang telah ditetapkan pemerintah salah satunya merupakan Pajak Penghasilan. Pajak
Penghasilan ialah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam tahun pajak atau bisa juga dikenakan pajak atas penghasilan dalam
bagian tahun pajak.
Pajak Penghasilan yang ditetapkan salah satunya ialah PPh Pasal 23 yang merupakan salah
satu jenis pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah
dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.Umumnya penghasilan jenis ini
terjadi saat adanya transaksi antara pihak yang menerima penghasilan (penjual atau pemberi
jasa) dan pemberi penghasilan.Pihak pemberi penghasilan (pembeli atau penerima jasa) akan
memotong dan melaporkan PPh pasal 23 tersebut kepada kantor pajak.
Sistem administrasi perpajakan yang digunakan di Indonesia yaitu withholding tax.
Penerapan withholding tax system di Indonesia seperti yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana yang telah diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008. Pada sistem ini, undang-undang menunjuk satu
pihak yang biasanya merupakan sumber penghasilan untuk memotong atau memungut pajak
penghasilan kepada pihak lain yang menerima penghasilan. Sistem ini digunakan agar wajib
pajak langsung membayar pajak penghasilan ketika menerima penghasilan tersebut menurut
(Marina et al., 2013).
Perhitungan Pajak yang akan disetor harus dihitung dengan benar, lalu disetorkan ke bank
persepsi. Setelah itu dibuat pelaporan pajak oleh wajib pajak ke kantor pajak. Dalam hal ini
seringkali pelaporan pajak tidak dilakukan dengan baik oleh wajib pajak. Sehingga penulis
tertarik melakukan penelitian tentang perhitungan dan pelaporan pajak penghasilan pasal 23
atas pendapatan perusahaan PT.Jagad Total Logistic Express.

16
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23 ATAS PENDAPATAN PERUSAHAAN
PADA PT.JAGAD TOTAL LOGISTIC EXPRESS | Hal 15-21

KAJIAN TEORI
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat menurut pernyataan Pawoko (2007:4).
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
dikarenakan suatu keaadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara
kesejahteraan secara umum menurut S.I Djajadiningrat dari buku Ziski Azis (2016 : 1)
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa pajak merupakan
kontribusi wajib yang harus diserahkan oleh rakyat atau wajib pajak kepada negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan pajak yang bersifat memaksa tanpa adanya jasa timbal
balik dari negara secara langsung.
Menurut (Waluyo, 2010) pengertian Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung
berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku, pajak penghasilan dikenakan kepada subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Adapun pendapat dari Resmi, (2011:74) menyatakan Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak
yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
satu tahun pajak .
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pajak penghasilan merupakan pajak
yang dihitung dan dikenakan kepada subjek pajak berdasarkan peraturan perpajakan.
Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) ialah pajak yang dikenakan pada penghasilan
atas modal, penyerahan jasa, atau pemberian dan penghargaan, selain yang sudah dipotong
PPh Pasal 21.umumnya penghasilan jenis ini terjadi ketika adanya transaksi antara pihak yang
menerima penghasilan (penjual atau pemberi jasa) dan pemberi penghasilan.
Pihak pemberi penghasilan (pembeli atau penerima jasa) akan memotong serta melaporkan
PPh pasal 23 tersebut kepada kantor pajak.Objek PPh Pasal 23 sudah ditambahkan oleh
pemerintah hingga menjadi 62 jenis jasa lainnya seperti yang tercantum pada PMK No.
141/PMK.03/2015.
Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari
penghasilan. Ada dua jenis tarif yang dikenakan pada penghasilan yaitu 15% dan 2%,
tergantung dari objek PPh pasal 23 tersebut. Berikut ini adalah daftar tarif dan objek PPh Pasal
23 :
1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas :
• Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga dan
royalti;
• Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21;
2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan
penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.
3. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan
jasa konsultan.
4. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah yang diuraikan dalam
Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015 dan efektif mulai berlaku pada tanggal 24
Agustus 2015.

17
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23 ATAS PENDAPATAN PERUSAHAAN
PADA PT.JAGAD TOTAL LOGISTIC EXPRESS | Hal 15-21

5. Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh
Pasal 23.
6. Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk:
• Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
• Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan faktur
pembelian);
• Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan kepada
pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis);
• Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran sebesar
jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan
dengan faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).
Jumlah bruto tersebut tidak berlaku atas:
• Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa katering;
• Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa, telah dikenakan pajak yang bersifat
final;
• Pembayaran gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain yang merupakan
imbalan atas pekerjaan yang dilakukan wajib pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja.
Hal ini harus dibuktikan oleh kontrak kerja dengan pengguna jasa dan daftar pembayaran gaji,
tunjangan, upah, atau honorarium;
• Pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan hasil pengadaan barang atau material
terkait jasa yang diberikan. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur pembelian atas pengadaan
barang atau material;
• Pembayaran melalui penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus dibuktikan oleh
faktur tagihan dari pihak ketiga dan disertai dengan perjanjian tertulis;
• Pembayaran kepada penyedia jasa yang berupa penggantian atau reimbursement. Ini
berlaku untuk biaya yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini
harus dibuktikan oleh faktur tagihan dan bukti pembayaran.
Tata cara Penyetoran PPh Pasal 23
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010
tanggal 1 April 2010 yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184/PMK.03/2007, PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari
libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pada pengertian hari libur nasional termasuk hari yang
diliburkan buat penyelenggaraan Pemilihan umum yg ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti
bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan menggunakan Surat Setoran Pajak.
SSP ini berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak bila sudah disahkan oleh pejabat kantor

18
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23 ATAS PENDAPATAN PERUSAHAAN
PADA PT.JAGAD TOTAL LOGISTIC EXPRESS | Hal 15-21

penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah menerima validasi. SSP dianggap
sah Bila sudah divalidasi menggunakan nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
Adapun tempat pembayaran merupakan kantor Pos atau bank yg ditunjuk oleh Menteri
Keuangan menjadi daerah pembayaran pajak.
Tata cara Pelaporan PPh Pasal 23
Pemotong PPh Pasal 23 wajib memberikan tanda bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada
orang pribadi atau badan yang dipotong setiap melakukan pemotongan atau pemungutan. Bagi
penerima penghasilan, bukti pemotongan PPh Pasal 23 ini adalah bukti pelunasan PPh terutang
dalam tahun tersebut yang nantinya akan dikreditkan dalam SPT Tahunannya.
Apabila masa pajak telah berakhir, pemotong PPh Pasal 23 wajib melaporkan pemotongan
yang telah dilakukan dalam masa pajak tersebut. Pelaporan ini dilakukan dengan
menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23/26 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
pemotong PPh Pasal 23 terdaftar.
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 23/26 harus disampaikan paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir. Contoh, untuk pemotongan PPh Pasal 23 bulan
Oktober 2010, SPT Masa PPh Pasal 23 harus disampaikan paling lambat tanggal 20 Nopember
2010.
Dalam hal batas akhir pelaporan di atas bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu
atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pengertian hari
libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang
ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Sistem pemungutan pajak menurut Sumarsan dalam (Lestari et al., 2017) sebagai berikut:
a) Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
b) Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
c) With holding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
pemotongan atau pemungutan PPh 23 umumnya terjadi ketika adanya transaksi antara pihak
pemberi penghasilan atau penerima jasa menggunakan penerima penghasilan. Pihak-pihak
yang berhak memotong atau memungut pajak penghasilan pasal 23 adalah:
1. Badan Pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk usaha tetap (BUT)
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk Direktorat Jenderal Pajak sesuai
dengan KEP-50/PJ/1994.
pada sisi lain, pihak penerima penghasilan dapat berupa wajib pajak dalam negeri orang
pribadi, wajib pajak dalam negeri badan, serta bentuk perjuangan tetap (BUT).

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan pada PT.Jagad Total Logistic Express yang berlokasi di Jl.Nanas Utara
2 No.21, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Waru, Sidoarjo.

19
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23 ATAS PENDAPATAN PERUSAHAAN
PADA PT.JAGAD TOTAL LOGISTIC EXPRESS | Hal 15-21

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif merupakan data yang dinyatakan dalan bentuk angka sedangkan data kualitatif
adalah data yang dinyatakan dalam bentuk deskriptif atau dalam bentuk uraian. Data kuantitatif
berupa daftar pendapatan perusahaan yang dilakukan PT.Jagad Total Logistic Express dan
buku pembantu pajak. Data kualitatif berupa profil perusahaan PT.Jagad Total Logistic
Express.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari sumbernya yaitu berupa daftar pendapatan perusahaan, buku
pembantu pajak, SSP, SPT Masa/Tahunan PT.Jagad Total Logistic Express, dan profil
perusahaan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tabel 2. Pelaporan PPh pasal 23 atas pendapatan PT. Jagad Total Logistic
Masa PPh pasal 23
Pelaporan SPT
pajak tarif 2%
Jun-22 Rp227.019 dilaporkan
Jul-22 Rp408.790 dilaporkan
Agu-22 Rp593.054 dilaporkan
Berdasarkan tabel 1 PT. Jagad Total Logistic telah melakukan pemungutan PPh pasal 23
sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 karena melakukan pemungutan PPh
pasal 23 setiap terjadi transaksi. Perhitungan PPh 23 didapat dengan cara mengalikan tarif PPh
pasal 23 yaitu sebesar 2% dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
Sedangkan tabel 2 menunjukkan pelaporan SPT pada PT. Jagad Total Logistic, dari tabel
tersebut kita dapat mengetahui bahwa PT. Jagad Total Logistic selalu melaporkan SPT masa
PPh pasal 23 bersamaan dengan pelaporan SPT tahunan, yaitu dilaporkan paling lambat 14
hari bulan berikutnya. Dengan begitu PT. Jagad Total Logistic sudah melakukan pelaporan
SPT sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian atas perhitungan dan pelaporan pajak pada PT.Jagad Total Logistic
Express maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Perhitungan dan pemungutan PPh pasal 23 pada PT.Jagad Total Logistic Express sudah
sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008.
2) Pelaporan PPh pasal 23 dan SPT tahunan pada PT.Jagad Total Logistic Express sudah
sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
Marina, Rachmat, K., & Lukas, T. (2013). Evaluasi Penerapan PPh Pasal 23 Pada PT. BIN
(PERSERO) Di Tahun 2012. Ilmiah, 17(2), 41–47.
Pawoko, 2007. Undang-undangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta.
Ziski Azis, HermansyahSembiring, dkk. (2016). Perpajakan Teori dan Kasus. Medan:
CV.MADENATERA.
Waluyo. (2010). Akuntansi Pajak. (Ema Sri Suharsi, Ed.) (3 ed.). Jakarta.
Resmi, 2011. Perpajakan Teori Dan Kasus, Salemba Empat. Jakarta.

20
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23 ATAS PENDAPATAN PERUSAHAAN
PADA PT.JAGAD TOTAL LOGISTIC EXPRESS | Hal 15-21

Setiawan, B., & Fitriandi, P. (2017). Kupas Tuntas PPh POTPUT. (E. S. Suharsi, Ed.) (2 ed.).
Jakarta: Salemba Empat.
Resmi, Siti . (2011). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: SALEMBA EMPAT.
Bawono, I. R., & Novelsyah, M. (2016). Perpajakan Untuk Bendaharawan. (I. R. Bawono,
Ed.) (Revisi). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Lestari, D. P., Harimurti, F., & Kristianto, D. (2017). Evaluasi Mekanisme Pemotongan,
Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 (Studi Kasus PT Batik Danar Hadi
Solo). Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, 13(1), 84–91.
https://doi.org/10.1534/g3.118.200372

21

Anda mungkin juga menyukai