Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS PENERAPAN PP No.

23 TAHUN 2018 PADA PERHITUNGAN PPh


TERUTANG CV. (RTD) SURYA CITRA TIMOR

DICKY MICHALDY HANING


16194041

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi


Guna memenuhi sebagian dari
Persyaratan-Persyaratan untuk mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

KUPANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber pendapatan utama di Indonesia di dominasi oleh pajak. Pajak merupakan

kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan di gunakan untuk kepentingan pemerintah dan kesejaheraaan

masyarakat umum. Sebesar 80% penerimaan Negara bersumber dari pajak,

pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak.

Untuk itu, usaha untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak terus dilakukan

pemerintah, dalam hal ini merupakan tugas dari Direktorat Jendral Pajak (DJP).

Berbagai upaya dilakukan agar penerimaan pajak maksimal, seperti pada tanggal 1 juli

2018 telah resmi dilakukannya peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2018 yang

merupakan revisi dari peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013. Pada peraturan

pemerintah nomor 23 tahun 2018 ini terdapat penurunan tarif pajak PPh final dari 1%

menjadi 0,5% yang berlaku bagi usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dengan

peredaran bruto (omset) dibawah Rp. 4.800.000.000 (www.pajakonline.com).

Kebijakan peraturan ini dinilai dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak UMKM dari

tahun ke tahun, sehingga dapat berimplikasi terhadap meningkatnya penerimaan Negara

dari sektor pajak penghasilan atau PPh. Tak hanya itu, penurunan tarif ini juga

memberikan kemampuan lebih kepada pelaku UMKM untuk mengembangkan

usahanya. Peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2018 hadir untuk menawarkan

1
kemudahan bagi UMKM, kemudahan tersebut meliputi bentuk tarif pajak yang rendah,

cara penghitungan, pelunasan, serta pelaporan pajak yang mudah dilakukan

(www.pajak.go.id). Usaha meningkatkan penerimaan negara disektor pajak mempunyai

banyak kendala yaitu antara lain tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah,

sehingga wajib pajak berusaha untuk membayar kewajiban pajaknya lebih kecil dari

seharusnya. (sumber: http://www.pajak.go.id).

Usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Negara berkembang, seperti di

Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-masalah Ekonomi dan Sosial dalam negeri

seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan

distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan

dan pedesaan, serta masalah urbanisasi. Sehingga perkembangan usaha mikro kecil

menengah (UMKM) diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan

terhadap upaya-upaya penaggulangan masalah-masalah tersebut diatas.

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan sektor ekonomi yang

mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data

Produksi Domestik Bruto (PDB) tahun 2011, UMKM mempunyai kontribusi kurang

lebih 57% total Produk Domestik Bruto (PDB). Namun demikian apabila dibandingkan

dengan kontribusi UMKM terhadap penerimaan pajak terdapat ketidaksesuaian. Dimana

kontribusi UMKM pada penerimaan pajak sangat kecil yaitu kurang lebih 0,5% dari

total penerimaan pajak. Ketidakseimbangan kontribusi UMKM tersebut merupakan

suatu indikasi bahwa tingkat ketaatan UMKM dalam memenuhi kewajiban perpajakan

masih sangat rendah. (sumber: http://www.fiskal.kemenkeu.go.id).

2
Uswatun (2018), dalam penelitian yang berjudul analisis perbandingan PP 46 tahun

2013 dan PP 23 tahun 2018 pada UMKM, tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis perbandingan PP 46 tahun 2013 dengan PP 23 tahun 2018 pada UMKM,

dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sebagaimana diketahui bahwa tarif pajak

UMKM 0,5% merupakan tarif opsional, artinya sebagai Wajib Pajak yang telah

terdaftar sebagai Wajib Pajak PPh 0,5% dapat mengajukan permohonan ke Direktorat

Jenderal Pajak untuk mengikuti tarif PPh skema normal sesuai UU Pajak penghasilan

pasal 17 undang-undang No 36 tahun 2008. Pada tanggal 8 juli 2018 pemerintah

mengeluarkan PP 23 tahun 2018 yang dikususkan untuk wajib pajak dalam Negeri yaitu

Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan berbentuk koperasi, persekutuan

komanditer, firma, atau perseroan terbatas yang memiliki dan menerima peredaran bruto

tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 dalam 1 tahun pajak. Aturan pajak yang biasa

dikenal dengan aturan pajak UMKM (usaha mikro, kecil dan menegah) direvisi

terutama tarif yang sebelumnya 1% kini di turunkan menjadi 0,5%. Berdasarkan hasil

analisis PP 46 tahun 2013 dan PP 23 tahun 2018 maka di peroleh kesimpulan PP 23

tahun 2018 dapat sedikit meringankan nominal pembayaran pajak bagi pelaku UMKM

di bandingkan dengan PP 46 tahun 2013, pelaku UMKM harus mampu

mempertimbangkan kemampuan financial maupun kemampuan administratif untuk

menggunakan PP 23 tahun 2018 yang bersifat opsional karena penetapan dasar

pemungutan pajak adalah penghasilan bruto bukan penghasilan neto.

Luh Indah dan Naniek (2015), dalam penelitian yang berjudul penerapan PP No 46

tahun 2013 pada PPh terutang. Penelitian ini menguji bagaimana penerapan PP No 46

tahun 2013 pada perhitungan PPh terutang PT. AI. Teknik analisis yang digunakan

3
analisis deskriptif komparatif. Penelitian ini menjabarkan proses perhitungan PPh

terutang PT. AI berdasarkan PP nomor 46 tahun 2013 kemudian membandingkan

dengan hasil perhitungan PPh terutang berdasarkan skema umum UU nomor 36 tahun

2008 tentang pajak penghasilan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai PPh

terutang berdasarkan PP No 46 tahun 2013 lebih kecil dibandingkan nilai PPh terutang

berdasarkan UU Pajak Penghasilan.

Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan peranan

masyarakat dalam bidang perpajakan adalah melakukan pembaharuan pajak atau lebih

dikenal dengan reformasi perpajakan. Melalui reformasi perpajakan diharapkan akan

mampu meningkatkan peranan masyarakat dalam bidang perpajakan. Saat ini

pemerintah mulai melirik sektor swasta yang dipastikan memiliki potensi yang besar

untuk pemasukan pajak, yaitu dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), omset dan

labanya memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar.

Namun keberadaan usaha ini yang hampir dapat di jumpai disepanjang jalan nyatanya

mampu memberikan sumbangsih yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi.

Pemahaman wajib pajak akan peraturan yang di berlakukan pada PP nomor 23

tahun 2018 sangat penting dalam penerapannya. Pengaruh adanya PP nomor 23 tahun

2018 sangat dirasakan dan disadari oleh pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah

(UMKM). Namun banyak perbedaan pengaruh yang dirasakan oleh pelaku UMKM.

Ada yang merasakan kemudahan serta masih ada yang belum merasakan kemudahan

dari PP nomor 23 tahun 2018.

Penelitian ini dilaksanakan di CV. (RTD) Surya Citra Timor. CV. (RTD) Surya

Citra Timor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang

4
(cargo) baik melalui pesawat maupun kapal. Omset setahun CV. (RTD) Surya Citra

Timor tidak mencapai Rp 4.800.000.000 sehingga CV. (RTD) Surya Citra Timor masuk

dalam golongan UMKM yang mana perlakuan pajaknya adalah 0,5% dari omset sesuai

dengan PP No 23 tahun 2018. CV. (RTD) Surya Citra Timor memiliki omset dibawah

Rp. 4.800.000.000, pada tahun 2017 CV. (RTD) Surya Citra Timor memiliki omset Rp.

3.442.000.000, pada tahun 2018 CV. (RTD) Surya Citra Timor mengalami penu runan

pengiriman barang sehingga omset Rp. 2.122.000.000 dan pada tahun 2019 CV. (RTD)

Surya Citra Timor memiliki omset Rp. 2.198.500.000 karena biaya angkutan jalan yang

mahal dan tidak fleksibel . CV. (RTD) Surya Citra Timor, telah melayani kebutuhan

para pelanggan akan pengurusan custom clearance pengiriman barang selama lebih dari

12 tahun. Hingga saat ini, CV. (RTD) Surya Citra Timor memiliki sekitar 200

pelanggan full container dan 350 pelanggan eceran, dengan jaringan di surabaya,

kupang, soe, kefa, atambua, dan dili (Timor Leste). CV. (RTD) Surya Citra Timor

mampu memenuhi kebutuhan ekspedisi pelanggan dari mana saja, agen di Dili

memungkinkan untuk membantu pengiriman barang-barang dari luar indonesia.

Pada tanggal 8 juli 2018 pemerintah mengeluarkan PP 23 tahun 2018 yang

dikususkan untuk wajib pajak dalam negeri yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib

Pajak Badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau perseroan terbatas

yang memiliki dan menerima peredaran bruto tidak melebihi Rp.4.800.000.000 dalam 1

tahun pajak. Penelitian ini menjabarkan proses perhitungan PPh terhutang CV. (RTD)

Surya Citra Timor berdasarkan PP No 23 tahun 2018 dengan PP No 46 tahun 2013

kemudian membandingkan dengan hasil perhitungan PPh terhutang berdasarkan skema

umum UU No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Jadi dalam penelitian ini

5
penulis tertarik mengambil judul “Analisis penerapan PP No 23 tahun 2018 pada

perhitungan PPh terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini

adalah penerapan PP No 23 tahun 2018 pada perhitungan PPh terutang CV. (RTD)

Surya Citra Timor.

1.3 Persoalan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka perumusan persoalan yang akan di

bahas dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan PP No. 23 tahun 2018 pada

perhitungan PPh terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor.

1.4 Tujuan dan Kemanfaatan

 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

menganalisis penerapan PP No. 23 tahun 2018 pada perhitungan PPh terutang

CV. (RTD) Surya Citra Timor.

 Manfaat Penelitian

 Kemanfaatan Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi

dalam penelitian lanjutan tentang bagaimana penerapan PP No. 23 tahun 2018

pada perhitungan PPh terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor

6
 Kemanfaatan Praktis

I. Bagi penulis

Penelitian ini di harapkan mampu menambah dan mengembangkan

wawasan informasi serta pengetahuan tentang perpajakan khususnya yang

berkaitan dengan pajak penghasilan terutang.

II. Bagi instasi/perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

dijadikan bahan pertimbangan serta dapat menjadi koreksi untuk instasi

atau perusahan terkait dengan penerapan pajak penghasilan terutang.

III. Bagi pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi, sumber

informasi dan sebagai pembanding untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan judul ini.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

1. Pengertian Pajak

Undang – Undang No. 36 Tahun 2008, menyatakan pajak adalah kontribusi WP

(Wajib Pajak) kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar – besarnya

kemakmuran rakyat. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki

unsur – unsur yaitu: Iuran dari rakyat kepada Negara, berdasarkan Undang – Undang,

tanpa jasa timbale atau kontrapesasi.

2. Pengertian Pajak Menurut Para ahli

 Menurut Soemitro (2011:1) menyatakan bahwa “Pajak adalah iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan Undang – Undang (yang dapat dipaksakan)

yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

 Djadajdiningrat dalam Resmi (2014;1), pajak sebagai suatu kewajiban

menyerahkan sebagian dari kekayaan kekas negara yang disebabkan suatu

keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi

bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta

dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara

langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.

8
 Andriani dalam Waluyo (2013; 2), pajak adalah iuran kepada negara (yang

dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung

dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan

pemerintah.

3. Fungsi-fungsi Pajak

Mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,

khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber

pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

pembangunan. Silahkan disimak berbagai fungsi pajak pada uraian di bawah ini:

 Fungsi Anggaran (Budgetair) Sebagai sumber pendapatan negara, pajak

berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk

menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,

negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan

pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja

pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk

pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,

yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan

pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan

pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama

diharapkan dari sektor pajak.

9
 Fungsi Mengatur (Regulerend) Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan

ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa

digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka

menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri,

diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka

melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk

yang tinggi untuk produk luar negeri.

 Fungsi Stabilitas Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk

menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga

sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain

dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak,

penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

 Fungsi Redistribusi Pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh negara

akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk

juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka

kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat.

10
4. Jenis-jenis Pajak

Resmi (2014:7) mengelompokkan jenis-jenis pajak sebagai berikut:

1. Menurut Golongan

Pajak di kelompokkan menjadi dua, yaitu:

 Pajak Langsung

Adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib

pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau

pihak lain. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh)

 Pajak Tidak Langsung

Adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain atau pihak ketiga. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai

(PPN)

2. Menurut Sifat

Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

 Pajak Subjektif

Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan keadilan pribadi wajib

pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.

Contohnya Pajak Penghasilan (PPh)

 Pajak Objektif

Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik berupa

benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek

11
Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Contohnya Pajak

Pertambahan Nilai (PPN).

3. Menurut Lembaga Pemungut

Pajak dapat dikelompkkan menjadi dua, yaitu:

 Pajak Negara

Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga pada umumnya. Contohnya PPh, PPN, dan

PPnBM.

 Pajak Daerah

Adalah pajak yang dipungut oleh pemerinta daerah baik daerah

tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak

kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah

masing-masing. Contohnya Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan jenis-jenis pajak diatas, dapat diketahui

bahwa pajak dapat di kelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu

pengelompokkan menurut gologannya, menurut sifatnya, dan menurut

lembaga pemungutannya.

5. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dalam system administrasi perpajakan dikenal

dengan Self Assesment System, Official assessment system, dan Withholding Tax

12
System. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang pernah dilaksanakan adalah

sebagai berikut:

a) Official assessment System

Dimana wewenang pemungutan pajak sepenuhnya ada pada fiskus. Utang

pajak timbul kalau ada Surat Ketetapan Pajak (SKP), dilaksanakan sampai

tahun 1967.

b) Semi Self Assesment system

Wewenang pemungutan ada pada Wajib Pajak dan fiskus. Pada awal tahun

pajak Wajib Pajak menaksirkan dahulu berapa pajak yang akan terutang untuk

satu tahun pajak, kemudian mengangsurnya. Akhir tahun pajak, pajak terutang

sesungguhnya ditentukan fiskus. Dilaksanakan di Indonesia pada periode

1968-1983.

c) Full self assessment system

Wewenang sepenuhnya untuk menentukan besar pajak ada pada Wajib Pajak.

Wajib pajak menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan

sendiri pajaknya. Fiskus tidak campur tangan dalam penentuan besarnya

pajak terutang selama Wajib Pajak menyalahi peraturan yang berlaku.

Dilaksanakan secara efektif pada tahun 1984 atas dasar perombakan

perundang-undang perpajakan pada tahun 1983.

d) Withholding system

Wewenang pemungutan pajak ada pada pihak ketiga selain fiskus dan Wajib

Pajak. Dilaksanakan secara efektif sejak 1984.

(sumber buku: perpajakan (konsep dan aspek formal), rekayasa sains).

13
6. Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2

Salah satu contoh dari Pajak Penghasilan (PPh) yaitu Pajak Penghasilan

Pasal 4 ayat 2 (PPh 4 ayat 2) yang dimana PPh Pasal 4 ayat 2 atau disebut juga

PPh final adalah pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib

pajak pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan

pemotongan pajaknya bersifat final. PPh Pasal 4 Ayat 2 atau PPh Final adalah

pajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan tertentu yang bersifat final

dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang dan

penghasilannya dipotong pajak yang bersifat final menurut Undang-Undang

Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 2. Untuk tingkatan tarifnya, Pajak

Penghasilan pasal 4 ayat 2 yang memiliki sertifikat badan usaha dalam kategori

usaha kecil (tingkatan dari 1-4) dikenakan tarif sebesar 2%, untuk kategori usaha

menengah (tingkatan 5-7) tarifnya 3%, untuk tidak mempunyai sertifikasi

kualifikasi usaha tarifnya 4% dan sedangkan yang tidak memiliki sertifikat badan

usaha tarifnya sebesar 6%. Nilai pajak penghasilan bisa dihitung menggunakan

DPP (Dasar Pengenaan Pajak) dari usaha jasa konstruksi yang dikalikan dengan

tarif pajak yang akan dikenakan.

7. PPh Terutang

Hukum pajak Indonesia mengenal istilah pajak terutang. Istilah ini

mengaju pada pajak yang harus dibayarkan pada saat tertentu pada masa pajak,

tahun pajak, atau bagian tahun, sesuai ketentuan dalam undang-undang.

Sedangkan, PPh terutang adalah pajak terutang yang dihitung dari penghasilan

14
kena pajak. Istilah ini memang mirip dengan utang. Pajak penghasilan terutang

bukan sebuah sanksi, melainkan bukti dari tanggung jawab setiap wajib pajak.

Tidak seperti utang pajak, pajak terutang tidak membebani wajib pajak dengan

bunga, denda, atau kenaikan tarif akibat kelalaian. Wajib Pajak juga secara aktif

menghitung pajak terutang sendiri, tidak tergantung pada surat pemberitahuan

atau peringatan. (sumber: https://online.pajak.co.id)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Peraturan pajak penghasilan dengan peredaran bruto tertentu diatur pada

PP No. 46 tahun 2013 yang di keluarkan pada tanggal 12 juni 2013 dan mengatur

tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau

diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Peredaran bruto

yang dimaksud pada peraturan ini sebesar Rp 4.800.000.000 (empat miliar

delapan ratus juta rupiah). PP No. 46 tahun 2013 berlaku per 1 juli 2013. Wajib

pajak yang termasuk dalam peraturan ini adalah wajib pajak orang pribadi dan

wajib pajak badan tidak termasuk BUT (Badan Usaha Tetap) yang memiliki

peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta

rupiah). Pengaturan ini tidak berlaku untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang

melakukan kegiatan usaha perdagangan dan / jasa yang dalam usahanya

menggunakan sarana atau prasarana umum yang dapat di bongkar pasang, baik

yang menetap maupun tidak menetap dan menggunakan sebagian atau seluruh

tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntuhkan bagi tempat usaha atau

berjualan.

15
9. Skema Umum UU No. 36 Tahun 2008

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap orang

pribadi maupun badan berdasarkan jumlah penghasilan yang diterima selama satu

tahun. Ketentuan mengenai PPh pertama kali diatur dalam Undang-Undang No. 7

Tahun 1983.

Untuk mewujudkan sistem perpajakan yang netral, stabil, adil, sederhana,

serta memiliki kepastian hukum dan transparansi, dilakukan sejumlah perubahan

dan penyempurnaan terhadap Undang-Undang Pajak Penghasilan. Perubahan

terakhir mengenai peraturan PPh dapat dilihat dalam UU No 36 Tahun 2008.

Berikut beberapa poin perubahan penting yang harus dipahami wajib pajak.

 Subjek Pajak

Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan membayar

pajak berdasarkan kemampuan dan kondisinya. Dalam Pasal 2, subjek pajak

adalah orang pribadi atau perseorangan dan warisan yang belum terbagi sebagai

suatu kesatuan. Badan yang berbentuk perseroan terbatas, perseroan komanditer,

yayasan, badan usaha milik negara atau daerah, dan persekutuan lainnya, juga

termasuk sebagai subjek pajak. Selain kedua pihak tersebut, bentuk usaha tetap

juga dimasukkan dalam kelompok subjek pajak.

 Objek Pajak

16
Selain subjek pajak, ada pula yang disebut objek pajak, yaitu penghasilan

atau tambahan kemampuan ekonomis yang diperoleh wajib pajak. Penghasilan

yang dimaksud dapat dipakai untuk kegiatan konsumsi atau menambah kekayaan.

Berikut ini contoh objek pajak:

 Gaji, upah, tunjangan, honorarium, uang pensiun, gratifikasi, komisi,

bonus, dan imbalan lainnya atas pekerjaan atau jasa.

 Hadiah yang berasal dari undian atau pekerjaan dan penghargaan.

 Laba usaha, keuntungan yang berasal dari penjualan atau pengalihan harta,

keuntungan atas pembebasan utang, dan keuntungan selisih kurs mata

uang.

 Bunga premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian utang,

dividen, dan premi asuransi.

 Royalti, sewa dan penghasilan yang berhubungan dengan kegiatan

penggunaan harta, serta penghasilan yang berasal dari usaha berbasis

syariah.

 Tambahan kekayaan neto dari penghasilan yang belum terkena pajak, dan

sebagainya.

Perubahan yang dimuat dalam UU No. 36 Tahun 2008 adalah dihapusnya poin

pada huruf j ayat (3). Poin ini membahas tentang bagian yang tidak termasuk

objek pajak. Awalnya, bagian ini berbunyi, “Penghasilan yayasan dari modal

sepanjang penghasilan itu semata-mata digunakan untuk kepentingan umum.”

 Penghasilan Kena Pajak

17
Dalam UU No 36 Tahun 2008, ada beberapa perubahan yang terkait

Penghasilan Kena Pajak. Umumnya, perhitungan penghasilan itu didasarkan pada

penghasilan bruto dikurangi biaya mendapatkan, menagih, atau memelihara

penghasilan. Biaya tersebut meliputi biaya untuk kegiatan usaha, baik secara

langsung maupun tidak langsung, iuran dana pensiun, penyusutan atau

pengeluaran, dan kerugian akibat penjualan atau pengalihan harta.

Pada ketentuan terbaru, ada beberapa biaya tambahan lain yang dimasukkan

dalam poin ini, yaitu sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,

sumbangan untuk penelitian dan pengembangan di Indonesia, sumbangan fasilitas

pendidikan, sumbangan pembinaan olahraga, dan biaya pembangunan

infrastruktur sosial.

 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah pengurangan terhadap

penghasilan bruto Wajib Pajak. Besar PTKP ditentukan oleh pemerintah,

khususnya Menteri Keuangan, berdasarkan perkembangan ekonomi dan harga

kebutuhan pokok di Indonesia.

Selain aturan yang tertera dalam pasal 7 UU No 36 Tahun 2008, terdapat

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI No. 101/PMK.010/2016 tentang

Penyesuaian PTKP. Dalam aturan baru ini, jumlah PTKP untuk wajib pajak orang

pribadi adalah Rp54.000.000.

 Ketentuan Penting Lain

Ketentuan lain yang diatur dalam UU No 36 Tahun 2008 adalah

Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap. Dalam ayat (1)

18
ditetapkan poin apa saja yang tidak boleh dikurangkan pada PKP wajib pajak di

dalam negeri seperti pembagian laba, biaya yang dibebankan untuk kepentingan

pribadi pemegang saham, serta pembentukan dan pemupukan dana cadangan.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018

Latar belakang terbitnya PP 23 tahun 2018 sebagaimana tercantum dalam

konsiderans menimbang dan penjelasan umumnya adalah untuk mendorong

masyarakat berperan serta dalam kegiatan ekonomi formal, dengan memberikan

kemudahan dan lebih berkeadilan kepada Wajib Pajak yang memiliki peredaran

bruto tertentu untuk jangka waktu tertentu. (tambunan:2018). Tujuan pemerintah

mengeluarkan peraturan pemerintah tahun 2018, adalah mendorong masyarakat

untuk membangun dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia serta

membantu masyarakat mengedukasi memberikan pengetahuan tentang manfaat

pajak bagi masyarakat, dan juga masyarakat dapat membuat pembekuan atas

usaha yang dijalankannya, dan memberikan keadilan kepada Wajib Pajak,

masyarakat dapat bersaing dengan baik dan juga pemerintah memberikan

kemudahan masyarakat untuk melaksanakan kewajiban perusahaan.

2.2 Konsep Penelitian

1. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018

Pada tanggal 1 Juli 2018 perubahan tarif yang efektif diberlakukan. Tarif PPh

Final UMKM resmi turun dari 1% menjadi 0,5%. Berubahnya tarif PPh Final

UMKM itu terdapat dalam PP No. 23 Tahun 2018. Peraturan Pemerintah mengenai

19
Pajak Penghasilan atas pendapatan dari kegiatan yang didapatkan atau diperoleh

wajib pajak yang mempunyai peredaran bruto tertentu tersebut merupakan pengganti

atas PP No. 46 Tahun 2013. Pemerintah telah menetapkan untuk meringankan tarif

PPh final menjadi 0,5%. Namun, penetapan ini bersifat pilihan karena wajib pajak

bisa memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5%, atau tetap dengan

memakai skema normal yang mengarah pada pasal 17 Undang-Undang No. 36

Tahun 2008 mengenai pajak penghasilan.

Dalam penerapan PP No. 23 tahun 2018 ada beberapa hal yang diperlukan, yaitu

pendapatan usaha, perhitungan tarif pajak, pembayaran pajak, dan pelaporan pajak.

2. PPh Terutang

PPh terutang merupakan acuan hukum di Indonesia yang mengatur pajak yang

harus dibayarkan pada saat tertentu pada masa pajak atau tahun pajak berdasarkan

ketentuan yang berlaku. PPh terutang merupakan pajak yang dihitung dari

Penghasilan Kena Pajak (PKP).

Penghasilan Kena Pajak adalah dasar penerapan tarif bagi wajib pajak dalam negeri

dalam satu tahun pajak dihitung dengan cara mengurangkan dari penghasilan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 undang-undang PPh 1984 dengan semua

biaya Kecuali biaya yang dikecualikan dan PTKP bagi WP OP. Penghasilan disini

tentu saja bukan penghasilan final, dan bukan penghasilan bukan objek. Pemisahan

ini sengaja saya ulang-ulang karena jika digabung akan merugikan wajib pajak itu

sendiri. Penggabungan penghasilan final dan bukan objek dengan penghasilan kena

pajak akan membuat PPh terutang lebih tinggi dari pada seharusnya Dan beberapa

Wajib Pajak masih saja melakukan kesalahan ini jadi formulanya sebagai berikut:

20
Penghasilan - Biaya - PTKP = Penghasilan Kena Pajak

PPh Terutang = Penghasilan Kena Pajak x Tarif 

Sedangkan tarif yang berlaku saat ini untuk WP Badan adalah:

Tarif PPh Terutang WP Badan:

sampai dengan Rp. 50.000.000,00 sebesar 10%

di atas 50.000.000,00 s.d 100.000.000,00 sebesar 15%

di atas Rp. 100.000.000,00 sebesar 30% 

2.3 Kerangka Dasar Penelitian

Dari teori-teori yang telah dijelaskan dalam landasan teori maka dapat

digambarkan kerangka dasar penelitian berikut ini :

Peraturan Pemerintah
No. 23 Tahun 2018
Peraturan Pemerintah No. 46 Skema Umum UU No. 36
Tahun 2013 Tahun 2008

PPh Terutang

Keterangan:

21
CV. (RTD) Surya Citra Timor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa

pengiriman barang atau cargo baik melalui pesawat maupun kapal. CV. (RTD) Surya Citra

Timor membandingkan perhitungan PPh terutang menggunakan PP No. 23 tahun 2018 , PP

No. 46 tahun 2013 dan skema umum UU No. 36 tahun 2008.

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Sugiyono (2018:130), populasi yaitu wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan pajak tahun 2017 – 2019 CV. (RTD)

Surya Citra Timor.

b. Sampel

Menurut Sugiyono (2008:1180) menjelaskan bahwasannya sampel

memiliki arti suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik yang dimiliki oleh

sebuah populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah laporan pajak tahun 2017 –

2019.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan studi

kepustakaan, observasi lapangan dan dokumentasi. Jenis data yang digunakan

22
dalam penilitian ini adalah data kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

 Studi Kepustakaan, yaitu data di peroleh dari berbagai buku, dokumen,

undang-undang perpajakan, dan tulisan yang relevan untuk menyusun

konsep penelitian serta mengungkap objek penelitian.

 Observasi Lapangan, yaitu pengumpulan data yang di lakukan dengan

melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti.

 Dokumentasi, yaitu usaha untuk memperoleh dokumen-dokumen dari CV.

(RTD) Surya Citra Timor, berupa: bukti pembayaran pajak dan laporan

pajak.

3. Indikator Empirik dan Skala Pengukuran Konsep

Sesuai dengan judul penelitian yang penulis pilih, yaitu “Analisis

Penerapan PP No. 23 tahun 2018 pada Perhitungan PPh Terutang CV.

(RTD) Surya Citra Timor”, maka terdapat satu jenis variabel yang akan diteliti

yaitu, penerapan PP No. 23 tahun 2018 pada perhitungan PPh terutang CV. (RTD)

Surya Citra Timor.

 Perhitungan PPh terutang

CV. (RTD) Surya Citra Timor sebagai perusahaan yang bergerak di

bidang jasa pengiriman (cargo) baik melalui pesawat maupun kapal.

Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis bagaimana penerapan PP

No. 23 tahun 2018 pada perhitungan PPh terutang, Perhitungan tersebut

akan dimasukan ke dalam SPT Badan Tahunan Pajak.

23
Konsep Indikator Empirik Skala Pengukuran
Pendapatan usaha

Penerapan PP 23 Perhitungan tarif pajak


Nominal
Tahun 2018 Pembayaran pajak

Pelaporan Pajak

Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis

(kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai symbol untuk membedakan

sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya. Skala nominal memberikan

suatu sistem kualitatif untuk mengkategorikan orang atau objek kedalam kategori,

kelas, atau klasifikasi.

4. Teknik Analisis Data

1. Analisis Pendahuluan

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

deskriptif konperaktif dengan pendekatan kualitatif. Adapun tahapan pengolahan

dan analisis data selama proses penelitian bersamaan dengan pengumpulan data

adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis perhitungan PPh terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor

berdasarkan peraturan umum UU pajak penghasilan. Perhitungan PPh

24
terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor berdasarkan peraturan UU pajak

penghasilan dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

 Melakukan proses rekonsiliasi fiskal atas laporan laba rugi komersial

CV. (RTD) Surya Citra Timur yang disusun atas pembekuan CV. (RTD)

Surya Citra Timur untuk menyesuaikan dengan ketentuan pajak,

sehingga diperoleh laporan laba rugi fiskal.

 Menganalisis perhitungan laba fiskal dari laporan laba rugi fiskal

kemudian menghitung penghasilan kena pajak (PKP) sebagai dasar

pengenaan pajak.

 Menganalisis perhitungan PPh terutang berdasarkan hasil perkalian tarif

pajak dengan penghasilan kena pajak.

 Menganalisis perhitungan pajak kurang atau lebih bayar dengan cara

mengurangi jumlah PPh terutang berjalan dengan kredit pajak pada

tahun bersangkutan.

 Menganalisis perhitungan angsuran PPh pasal 25 yaitu pengurangan PPh

terutang dengan kredit pajak kemudian dibagi 12 bulan.

b. Menganalisis perhitungan PPh terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor

berdasarkan PP nomor 23 tahun 2018.

perhitungan PPh terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor berdasarkan PP

nomor 23 tahun 2018 dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu nilai

peredaran bruto setahun wajib pajak. apabila peredaran bruto setahun

Wajib Pajak kurang dari Rp. 4.800.000.000,00 maka wajib pajak tersebut

dikenakan PPh final dengan tarif 0,5% sesuai dengan ketentuan PP nomor

25
23 tahun 2018. PPh terutang dihitung dengan mengalikan tarif 0,5% pada

dasar pengenaan pajak yaitu peredaran bruto perusahaan perbulannya.

c. Membandingkan hasil pada terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor

berdasarkan UU pajak penghasilan dengan berdasarkan PP nomor 23

tahun 2018. Perbandingan dilakukan dengan menjabarkan jumlah PPh

terutang yang dihasilkan prosesnya perhitungannya, serta kemudahan yang

diperoleh dari penerapan teknik yang dilakukan.

2. Analisis Lanjutan

Langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian ini yaitu

a. Mengumpulkan data, tahap awal dari aktivitas analisis data adalah

pengumpulan data,

b. Menyortir data yang tidak perlu, yaitu proses pemeriksaan kejelasan dan

kelengkapan terkait laporan pajak dan bukti pembayaran pajak,

c. Melakukan perhitungan ulang dan menganalisis penerapan PP No. 23 tahun

2018 pada perhitungan PPh Terutang

d. Membandingkan perhitungan penerapan PP No. 23 tahun 2018 pada

perhitungan PPh Terutang

e. Menyimpulkan data, yaitu penetapan perhitungan Pajak Penghasilan atas

penghasilan dari usaha yang diterima atau di perolehan wajib pajak yang

memiliki peredaran bruto tertentu yang diterapkan oleh CV. (RTD) Surya

Citra Timor telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013

yang telah di revisi dan disahkan pada Juni 2018 dengan Peraturan

26
Pemerintah No. 23 Tahun 2018 berdasarkan Peraturan Perpajakan yang

berlaku.

BAB IV

ANALISIS DAN BAHASAN HASIL ANALISIS

4.1 Gambaran Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum CV. (RTD) Surya Citra Timor

CV. (RTD) Surya Citra Timor, merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang jasa pengiriman barang (cargo) baik melalui pesawat maupun kapal. CV.

(RTD) Surya Citra Timor berlokasi di Jln. Timor Raya KM 9 Oesapa – Kupang

NTT. CV. (RTD) Surya Citra Timor, telah melayani kebutuhan para pelanggan akan

pengurusan custom clearance pengirimian barang selama lebih dari 12 tahun. Dengan

memegang teguh komitmen dan fokus terhadap bidang bisnisnya, CV. (RTD) Surya

Citra Timor, mampu memperoleh kepercayaan dari para pelanggan. Jaringan CV.

(RTD) Surya Citra Timor telah menjangkau seluruh Indonesia bagian timur melalui

kerjasama dengan mitra-mitra di seluruh nusantara, memberikan anda kemudahan

pengiriman barang kemana saja secara cepat, aman dan menguntungkan. Yang

terpenting adalah penawaran harga yang terjangkau. Pelanggan dari berbagai bidang

telah menggunakan jasa perusahaan kami. Hingga saat ini, CV. (RTD) Surya Citra

Timor, memiliki sekitar 200 pelanggan full container dan 350 pelanggan eceran.

Dengan jaringan di Surabaya, Kupang, Soe, Kefa, Atambua dan Dili (Timor Leste),

CV. (RTD) Surya Citra Timor, mampu memenuhi kebutuhan ekspedisi pelanggan

27
dari mana saja. Agen di Dili memungkinkan kami untuk membantu pengiriman

barang-barang dari luar Indonesia.

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

 Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan cargo yang handal dengan menawarkan layanan yang

berkualitas kepada masyarakat Indonesia.

 Misi Perusahaan

 Bekerja keras menciptakan peluang dan pertumbuhan untuk menjadi

perusahaan yang terbaik.

 Mengutamakan mutu dan pelayanan demi kepuasan pelanggan.

 Menjadi mitra usaha yang andal dan terpercaya.

 Menjadi tempat untuk berprestasi dan mengembangkan diri bagi

karyawan.

 Menjadi asset yang berharga dan membanggakan bagi masyarakat, Bangsa

dan Negara.

4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan sebuah kerangka dari berbagai komponen

atau unit kerja dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh beberapa anggota

masyarakat. Dengan adanya suatu struktur organisasi, maka masyarakat dapat

mengetahui secara jelas tentang pembagian kerja, fungsi, dan jenis kegiatan

28
yang dikoordinasikan secara baik. Struktur Organisasi CV. (RTD) Surya Citra

Timor sebagai berikut:

29
Gambar 4.1

Struktur Organisasi CV. (RTD) Surya Citra Timor

ABDUL RAUF

DIREKTUR

SUBHAN HENDRO
MASHANAFI MUSHANAFI

MANAGER MANAGER LAPANGAN

ANASTASYA NUR AISYA AIMAN IHSANUL KHAERIA M. NUKI MANANG


BRIA FATIKASARI AKBAR ALWI
ADMIN
ADMIN BENDAHARA TAX ADMIN
GUDANG
NOTARIS ACCOUNTANTT KENDARAAN

IMKAR NICHWAN SAPRIL IRFAN MUH IKHSAN


PANDARI MASHANAFI
PEGAWAI
PEGAWAI PEGAWAI
PEGAWAI

29
4.1.4 Deskripsi Kerja

Dalam setiap menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai suatu keberhasilan

yang efektif tergantung dari bagaimana caranya dalam suatu satuan yang

terintegrasi dapat berjalan dengan baik dalam suatu organisasi. Pembagian kerja

dan tugas seharusnya mengarah kepada tercapainya suatu tujuan organisasi.

Berikut uraian pekerjaan dari masing-masing jabatan:

1) Direktur

a. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakankebijakan

perusahaan

b. Memilih, menetapkan,mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian

(manajer)

c. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan

d. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan

2) Manager

a. Menetapkan kebijakan perusahaan dengan menentukan rencana dan tujuan

perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang

b. Mengkoordinir dan mengawasi seluruh aktivitas yang dilaksanakan dalam

perusahaan

c. Membantu peraturan intern pada perusahaan yang tidak bertentangan

dengan kebijakan perusahaan

d. Memperbaiki dan menyempurnakan segi penataan agar tujuan organisasi

dapat tercapai dengan efektif dan efisien

30
e. Menjadi perantara dalam mengkomunikasikan ide, gagasan dan strategi

antara pimpinan dan staf

f. Membimbing bawahan dan mendelegasikan tugas-tugas yang dapat

dikerjakan oleh bawahan secara jelas

g. Posisi general harus bisa mengatur suatu pekerjaan dan harus bisa

mengevaluasi pekerjaan yang sudah selesai.

3) Manager Lapangan

a. Mengatur staf bawahan

b. Mampu menerangkan job description dengan baik

c. Melakukan briefing atau pengarahan ke staff bawahan

d. Mengontrol dan memberikan evaluasi

e. Memberikan motivasi

4) Admin Notaris

a. Memberikan saran dan pendapat hukum (legal opinion) atas seluruh

permasalahan yang dihadapi perusahaan maupun atas kegiatan perusahaan

b. Melakukan review dan filling surat perjanjian / seluruh surat legal (Akta,

ijin, dan lain-lain)

c. Mengurus surat surat tanah ke BPN

5) Bendahara

a. Menerima, menyimpan, menatausahakan, membukukan uang/surat

berharga dalam pengelolaannya

b. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK

31
c. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk

dibayarkan

d. Melakukan pemotongan atau pemungutan penerimaan Negara dari

pembayaran yang dilakukan

e. Menyetor pemotongan atau pemungutan kewajiban ke kas Negara

f. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP, dan

g. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada kepala KPPN

(kuasa BUN)

6) Tax Accountant

a. Merencanakan strategi perpajakan bagi perusahaan (strategi yang positif,

bukan mencurangi)

b. Menganalisa serta memprediksi potensi pajak yang akan ditanggung

perusahaan di waktu mendatang

c. Meimplementasikan perlakuan akuntansi atas peristiwa aktivitas

perpajakan serta menyajikan didalam laporan keuangan fiskal maupun

laporan keuangan komersial

d. Mendokumentasikan dan mengarsipkan perpajakan dengan sangat baik

serta dijadikan bahan pemeriksaan atau penilaian kembali atau evaluasi

7) Admin Kendaraan

a. Menyiapkan dokumentasi yang dibutuhkan dalam kegiatan pengiriman

material baik ke Sub Cont maupun ke customer (surat jalan, packing list,

shipping mark, dll)

32
b. Mengupdate schedule pengiriman pelanggan ke papan schedule ekspedisi

dan control ekspedisi

c. Membuat SPK packing material

d. Menyiapkan biaya akomodasi operasional pengiriman

e. Melakukan pengawasan terhadap masa berlaku surat-surat kendaraan

operasional perusahaan

f. Membuat laporan mengenai biaya perawatan dan perbaikan kendaraan

operasional perusahaan

g. Distribusi surat jalan kembali dari sub cont dan dari pelanggan ke

Departemen terkait

h. Mengendalikan seluruh arsip yang berada di departemen ekspedisi 

i. Dan tugas-tugas lain yang diberikan oleh manajemen.

8) Admin Gudang

a. Menerima serta memproses permintaan pesanan dari pasokan gudang

b. Mengisi data atau informasi yang dibutuhkan  untuk pengiriman

c. Mengatur perbaikan sarana pengangkutan dari maupun ke gudang, serta

mengisi data untuk pemeliharaan preventif setiap bulannya

d. Mempertahankan kualitas layanan sesuai SOP Masing-masing perusahaan

e. Memastikan lingkungan kerja nyaman, bersih sesuai aturan yang berlaku 

f. Melengkapi laporan sesuai dengan informasi yang ada tentang stok gudang

g. Membuat catatan data secara administrasi yang meliputi persediaan

barang. misalnya seputar kode barang, jenis barang dan jumlah barang

33
h. Merapikan setiap barang yang ada di gudang, sesuai kelompoknya masing-

masing.

i. Memproses dan mempersiapkan barang sesuai dengan surat jalan yang

diberikan kan bagian administrasi. biasanya barang tersebut adalah barang

yang akan dikirim ke pelanggan

j. Melakukan perhitungan fisik setiap hari secara manual

k. Berkoordinasi dengan   sales dan dan admin supervisor, terkait dengan

stok barang

l. Memantau jalannya pendistribusian barang yang akan dikirim

m. Merawat dan menjaga armada ekspedisi 

9) Pegawai

a. Mendiskusikan rencan-rencana yang sedang dipikirkan dengan berbagai

hak dan memperoleh kesempatan mereka atau memperoleh alasan rencana

tersebut ditolak.

b. Mempersiapkan instruksi-instruksi tertulis dalam dokumendokumen

lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

merupakan realisasi daripada rencana yang telah ditetapkan.

c. Mengamati kegiatan-kegiatan operasional dan kondisi-kondisi yang

dihadapi untuk mendakan apakah instruksi-instruksi telah dijalankan

dengan baik dan apakah instruksi tersebut menghambat atau memperlancar

pencapaian tujuan.

d. Memberikan informasi dan nasehat kepada petugas-petugas operasional

mengenai pelasanaan tugas-tugas yang telah didelegasikan kepada mereka.

34
4.2 Analisis Pendahuluan

Pemerintah menurunkan kebijakan PP nomor 23 tahun 2018 tentang pajak

penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau di peroleh Wajib Pajak

yang memiliki peredaran bruto tertentu, untuk menggantikan PP nomor 46 tahun 2013.

Tarif PPh final UMKM diturunkan dari 1% menjadi 0,5% yang dimuat dalam

peraturan baru tersebut. Perubahan tarif yang di turunkan adalah inti dari peraturan

pemerintah yang baru.

Melakukan analisis penerapan PP 23 tahun 2018 pada perhitungan PPh terutang

di mulai dari:

1) Pendapatan usaha

Pendapatan Usaha CV. (RTD) Surya Citra Timor memiliki omset dibawah Rp.

4.800.000.000. Pada tahun 2017 pendapatan usaha CV. (RTD) Surya Citra

Timor yaitu Rp. 3.442.000.000, pada tahun 2018 pendapatan usaha CV. (RTD)

Surya Citra Timor yaitu Rp. 2.122.000.000 dan pada tahun 2019 pendapatan

usaha CV. (RTD) Surya Citra Timor yaitu Rp. 2.198.500.000.

2) Perhitungan tarif pajak

Perhitungan PPh terutang dengan membandingkan berdasarkan skema umum

UU No 36 tahun 20008, PP No 46 tahun 2013 dan PP No 23 tahun 2018.

3) Pembayaran pajak

Pembayaran pajak CV. (RTD) Surya Citra Timor menggunakan PP No 23

tahun 2018.

35
4) Pelaporan pajak

Pelaporan pajak CV. (RTD) Surya Citra Timor sudah sesuai dengan peraturan

perpajakan yang berlaku.

4.3 Analisis Lanjutan

Analisis lanjutan dilakukan oleh peneliti dalam menjawab rumusan masalah

adalah dengan melakukan perhitungan ulang dan menganalisis penerapan PP No. 23

tahun 2018 pada perhitungan PPh Terutang. Pada tahun 2017 CV. (RTD) Surya Citra

Timor memiliki omset Rp. 3.442.000.000, pada tahun 2018 terjadi penurunan

pengiriman barang sehingga omset Rp. 2.122.000.000 dan tahun 2019 memiliki omset

Rp. 2.198.500.000.

 Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Melakukan perhitungan ulang dan menganalisis berdasarkan Skema Umum

Undang-Undang Pajak Penghasilan, PP No. 46 tahun 2013 dan PP No. 23 tahun

2018 pada perhitungan PPh Terutang.

36
Tabel 4.1

Perhitungan PPh Terutang dengan membandingkan Skema Umum UU No. 36 Tahun

2008, PP No. 46 Tahun 2013 dan PP No. 23 Tahun 2018 pada CV. (RTD) Surya Citra

Timor tahun 2017

Perhitungan PPh Terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor Tahun 2017

Skema Umum UU PP No. 46 Tahun PP No. 23 Tahun


  No. 36 Tahun 2008 2013 2018
Pendapatan Rp 3.442.000.000 Rp 3.442.000.000 Rp 3.442.000.000
       
Biaya Operasional :      
Biaya BBM & Makan Rp 745.000.000 Rp 745.000.000 Rp 745.000.000
Biaya Bongkar Muat Rp 324.500.000 Rp 324.500.000 Rp 324.500.000
Biaya Perawatan Kendaraan Rp 667.100.000 Rp 667.100.000 Rp 667.100.000
Biaya Usaha :      
Biaya Gaji Rp 158.200.000 Rp 158.200.000 Rp 158.200.000
Biaya Listrik, Air, dan
Telepon Rp 18.411.403 Rp 18.411.403 Rp 18.411.403
Biaya Pengiriman Rp 114.132.244 Rp 114.132.244 Rp 114.132.244
       
Total Biaya   Rp 2.027.343.647 Rp 2.027.343.647 Rp 2.027.343.647
Laba Bersih Rp 1.414.656.353 Rp 1.414.656.353 Rp 1.414.656.353
PPh Final Rp 13.512.000 Rp 13.512.000 Rp 13.512.000
       
Laba Setelah Pajak Rp1.401.144.353 Rp1.401.144.353 Rp1.401.144.353
PPh Terutang : Rp 210.171.653 Rp 2.101.717 Rp 1.050.858

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hasil PPh terutang CV. (RTD) Surya

Citra Timor untuk tahun pajak 2017 sebesar Rp.210.171.653 dengan menggunakan

skema umum UU No. 36 tahun 2008, sedangkan perhitungan PPh terutang

37
menggunakan PP No. 46 tahun 2013 sebesar Rp.2.101.717, dan perhitungan PPh

terutang menggunakan PP No. 23 tahun 2018 sebesar Rp.1.050.858.

Tabel 4.2

Perhitungan PPh Terutang dengan membandingkan Skema Umum UU No. 36 Tahun

2008, PP No. 46 Tahun 2013 dan PP No. 23 Tahun 2018 pada CV. (RTD) Surya Citra

Timor tahun 2018

Perhitungan PPh Terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor Tahun 2018

Skema Umum
UU No. 36 Tahun PP No. 46 Tahun PP No. 23 Tahun
  2008 2013 2018
Pendapatan Rp 2.122.000.000 Rp 2.122.000.000 Rp 2.122.000.000
       
Biaya Operasional :      
Biaya BBM & Makan Rp 513.750.000 Rp 513.750.000 Rp 513.750.000
Biaya Bongkar Muat Rp 140.350.000 Rp 140.350.000 Rp 140.350.000
Biaya Perawatan Kendaraan Rp 413.000.000 Rp 413.000.000 Rp 413.000.000
Biaya Usaha :      
Biaya Gaji Rp 158.200.000 Rp 158.200.000 Rp 158.200.000
Biaya Listrik, Air, dan Telepon Rp 18.411.403 Rp 18.411.403 Rp 18.411.403
Biaya Pengiriman Rp 91.184.128 Rp 91.184.128 Rp 91.184.128
       
Total Biaya Rp 1.334.895.531 Rp 1.334.895.531 Rp 1.334.895.531
Laba Bersih Rp 787.104.469 Rp 787.104.469 Rp 787.104.469
PPh Final Rp 15.590.000 Rp 15.590.000 Rp 15.590.000
       
Laba Setelah Pajak Rp 771.514.469 Rp 771.514.469 Rp 771.514.469
PPh Terutang : Rp 115.727.170 Rp 1.157.272 Rp 578.636

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hasil PPh terutang CV. (RTD) Surya

Citra Timor untuk tahun pajak 2018 sebesar Rp.115.727.170 dengan menggunakan

38
skema umum UU No. 36 tahun 2008, sedangkan perhitungan PPh terutang

menggunakan PP No. 46 tahun 2013 sebesar Rp.1.157.272, dan perhitungan PPh

terutang menggunakan PP No. 23 tahun 2018 sebesar Rp.578.636.

Tabel 4.3

Perhitungan PPh Terutang dengan membandingkan Skema Umum UU No. 36 Tahun

2008, PP No. 46 Tahun 2013 dan PP No. 23 Tahun 2018 pada CV. (RTD) Surya Citra

Timor tahun 2019

Perhitungan PPh Terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor Tahun 2019

Skema Umum UU PP No. 46 Tahun PP No. 23 Tahun


  No. 36 Tahun 2008 2013 2018
Rp Rp
Pendapatan 2.198.500.000 2.198.500.000 Rp 2.198.500.000
       
Biaya Operasional :      
Rp Rp
Biaya BBM & Makan 478.500.000 478.500.000 Rp 478.500.000
Rp Rp
Biaya Bongkar Muat 206.000.000 206.000.000 Rp 206.000.000
Rp Rp
Biaya Perawatan Kendaraan 447.800.000 447.800.000 Rp 447.800.000
Biaya Usaha :      
Rp Rp
Biaya Gaji 158.200.000 158.200.000 Rp 158.200.000
Biaya Listrik, Air, dan Rp Rp
Telepon 18.411.403 18.411.403 Rp 18.411.403
Rp Rp
Biaya Pengiriman 109.867.839 109.867.839 Rp 109.867.839
       
Rp Rp
Total Biaya 1.418.779.242 1.418.779.242 Rp 1.418.779.242
Rp Rp
Laba Bersih 779.720.758 779.720.758 Rp 779.720.758
PPh Final Rp Rp Rp 10.992.500

39
10.992.500 10.992.500
       
Rp Rp Rp
Laba Setelah Pajak 768.728.258 768.728.258 768.728.258
Rp Rp Rp
PPh Terutang :
115.309.239 1.153.092 576.546

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hasil PPh terutang CV. (RTD) Surya

Citra Timor untuk tahun pajak 2019 sebesar Rp.115.309.239 dengan menggunakan

skema umum UU No. 36 tahun 2008, sedangkan perhitungan PPh terutang

menggunakan PP No. 46 tahun 2013 sebesar Rp.1.153.092, dan perhitungan PPh

terutang menggunakan PP No. 23 tahun 2018 sebesar Rp.576.546.

Nilai tersebut di peroleh dengan proses panjang, proses yang harus dilalui untuk

perhitungan PPh terutang berdasarkan skema umum, mengharuskan Wajib Pajak

untuk paham betul akan penyusunan pembukuan agar dapat memperoleh nilai dasar

pengenaan pajak.

4.4 Bahasan Hasil Analisis

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti terhaadap Penerapan PP No. 23

Tahun 2018 pada Perhitungan PPh Terutang CV. (RTD) Surya Citra Timor tahun

2017-2019 diketahui bahwa penerapan PP No.23 tahun 2018 pada perhitungan PPh

terutang sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil

analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan usaha

40
CV. (RTD) Surya Citra Timor memiliki omset dibawah Rp. 4.800.000.000, pada

tahun 2017 CV. (RTD) Surya Citra Timor memiliki omset Rp. 3.442.000.000, pada

tahun 2018 CV. (RTD) Surya Citra Timor mengalami penurunan pengiriman barang

sehingga omset Rp. 2.122.000.000 dan pada tahun 2019 CV. (RTD) Surya Citra

Timor memiliki omset Rp. 2.198.500.000 karena biaya angkutan jalan yang mahal

dan tidak fleksibel .

2. Perhitungan tarif pajak

Perhitungan tarif pajak CV. (RTD) Surya Citra Timor membandingkan tiga

perhitungan berdasarkan skema umum UU No.36 tahun 2008, Peraturan Pemerintah

No.46 tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah No.23 tahun 2018.

3. Pembayaran pajak

Pembayaran pajak yang digunakan CV. (RTD) Surya Citra Timor yaitu

menggunakan PP No.23 tahun 2018.

4. Pelaporan Pajak

Pelaporan pajak yang di gunakan CV. (RTD) Surya Citra Timor yaitu SPT

tahunan badan.

41
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada CV.

(RTD) Surya Citra Timor, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan yaitu CV.

(RTD) Surya Citra Timor lebih menguntungkan bila menerapkan PP Nomor 23 Tahun

2018 pada perhitungan pajak penghasilannya, karena memberikan kemudahan serta

kesederhanaan perhitungan serta jumlah pajak penghasilan yang dibayarkan lebih

kecil, dibandingkan dengan menerapkan peraturan umum UU Pajak Penghasilan dan

PP No. 46 Tahun 2013.

5.2. Implikasi Teoritis

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 tentang pajak

penghasilan dari usaha yang diterima dan diperoleh wajib pajak yang memiliki

peredaran bruto tertentu telah dirilis dan mulai berlaku sejak 1 juli dan mulai berlaku 1

juli 2018. Kini sejak diberlakukannya PP No. 23 Tahun 2018, maka tarif PPh bagi

UMKM turun menjadi 0,5%. Hal ini dilakukan pemerintah dikarenaka mendorong

peran serta masyarakat dalam kegiatan ekonomi formal, lebih memberikan keadilan,

kemudahan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, memberi kesempatan

berkontribusi bagi Negara, pengetahuan tentang manfaat pajak bagi masyarakat

meningkat. Hukum pajak Indonesia mengenal istilah pajak terutang. Istilah ini

42
mengacu pada pajak yang harus dibayarkan pada saat tertentu dalam masa pajak, tahun

pajak, atau bagian tahun, sesuai ketentuan dalam undang-undang. Sedangkan, PPh

terutang adalah pajak terutang yang dihitung dari Penghasilan Kena Pajak.

Berdasarkan kesimpulan dapat di ketahui bahwa CV. (RTD) Surya Citra Timor

perhitungan PPh terutang berdasarkan PP No. 23 Tahun 2018 lebih menguntungkan

dibandingkan peraturan umum UU Pajak Penghasilan, karena memberikan kemudahan

serta kesederhanaan perhitungan serta jumlah pajak penghasilan yang dibayarkan lebih

kecil.

5.3. Implikasi Terapan

Berdasarkan implikasi teoritis di atas maka terdapat beberapa saran yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak CV. (RTD) Surya Citra Timor:

Bagi CV. (RTD) Surya Citra Timor hendaknya bisa mengambil kebijakan dalam

pemenuhan kewajiban perpajakannya melalui penerapan PP No. 23 Tahun 2018.

43
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, P.J.A, 2013. waluyo. Akuntansi Pajak. Jakarat penerbit: Salemba Empat.

Handayani. Luh Indah dan Naniek Noviari. 2015. Penerapan PP Nomor 46 Tahun

2013 pada Perhitungan PPh Terutang. Bali.

Mardiasmo. (2018). Perpajakan Edisi Revisi tahun 2018. Penerbit Andi.

Prof. Dr. Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Uswatun. 2018. Analisis Perbandingan PP 46 Tahun 2013 dan PP 23 Tahun 2018

pada UMKM. Yogyakarta.

Resmi, dan Djadajdiningrat. 2014. Asas dan Dasar Perpajakan 2. Bandung.

Eresco.

Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Buku 1 Edisi 8. Jakarta: Salemba

Empat.

Siti Kurnia Rahayu, (2010). Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.

Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Soemitro, Rocmat. 2011. Asas dan Dasar Perpajakan. Refika Aditama, Bandung.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung:

ALFABETA

Tulus T.H Tambunan. 2018. Perekonomian Indonesia 1965-2018. Yogyakarta

Ghalia Indonesia

Undang-Undang No 36 Tahun 2018

PP Nomor 23 Tahun 2018

44
PP Nomor 46 Tahun 2013

http://www.fiskal.kemenkeu.go.id

https://online.pajak.co .id

https://djp.online.co.id

45

Anda mungkin juga menyukai