Teori pasar efisien merupakan sebuah hipotesis yang menunjukkan bahwa harga sebuah aset
menggambarkan seluruh informasi yang ada di dalamnya.
Contohnya saja aset berupa saham. Meski harganya naik turun, sebenarnya saham selalu
diperjual belikan sesuai nilainya (fair value). Lewat konsep ini kita bisa mengetahui bahwa
seseorang tidak akan bisa secara terus menerus mendapatkan keuntungan di atas rata-
rata return pasaran (beat the market).
2. Efisiensi adalah konsep yang relatif, artinya relatif tergantung Informasi yang tersedia
untuk publik.
Secara umum, ada 3 bentuk hipotesis pasar efisien yakni lemah, semi kuat dan kuat. Berikut
penjelasan selengkapnya!
Hipotesis Pasar Efisien Lemah. Teori ini mengimplikasikan bahwa tidak ada
informasi apapun yang bisa menunjukkan bagaimana pergerakan pasar dan harga
saham. Analisis fundamental dalam investasi saham memang bisa memberikan
informasi bagi investor agar bisa mendapatkan keuntungan di atas rata-rata pasar
dalam jangka pendek. Tapi tidak ada pola tertentu untuk ini. Selain itu, analisis
fundamental juga tidak memberikan keuntungan jangka panjang. Begitu juga dengan
analisis teknikal. Artinya, tidak ada apapun yang bisa memprediksi harga saham
karena pergerakannya random
Hipotesis Pasar Efisien Semi Kuat. Teori ini menyiratkan bahwa nilai saham
adalah gambaran dari seluruh informasi relevan yang dapat diketahui oleh publik.
Informasi ini termasuk laporan keuangan, suku bunga dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan perusahaan. Dari hipotesis ini dapat disimpulkan bahwa harga
saham bisa diprediksi oleh publik dengan melihat informasi-informasi yang ada.
Penggunaan analisis fundamental dan teknikal bisa dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal. Lewat penggunaan analisis fundamental, kamu bisa
mengetahui nilai saham dan membeli saham yang undervalue. Langkah inilah yang
digunakan oleh investor kenamaan dunia, Warren Buffet untuk memilih saham mana
yang layak beli
Hipotesis Pasar Efisien Kuat. Teori ini menyatakan bahwa semua informasi baik yang
dapat diakses secara umum maupun yang sifatnya rahasia bisa merefleksikan harga
saham. Artinya, semua informasi relevan yang beredar di kalangan umum atau
informasi yang berasal dari orang dalam/insider information (seperti manajemen dan
dewan direksi) bisa menjadi cara bagi investor untuk menentukan langkah
investasinya.
Contoh Jurnal 1 :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis pasar efisien dalam bentuk lemah
pada saham - saham yang masuk dalam sektor telekomunikasi di Bursa Efek
Indonesia untuk periode 2014 sampai dengan 2018. Dengan menggunakan data
harian, penelitian ini menerapkan analisis grafik maupun uji formal seperti run test,
uji korelasi, dan uji autokorelasi. Hasil pengamatan secara visual memperlihatkan
kurang adanya suatu pola yang menyimpang dari pola acak pada masing - masing
keempat saham yang diteliti. Hasil run test menunjukkan bahwa return saham
bergerak secara acak terjadi pada tiga saham, yaitu: saham XL Axiata Tbk, Smartfren
Telecom Tbk, dan
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, namun tidak acak pada saham Indosat Tbk.
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa return saham bergerak acak terjadi pada tiga
saham, yaitu: saham XL Axiata Tbk, Indosat Tbk, dan
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, namun tidak acak pada saham Smartfren
Telecom Tbk. Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa return saham bergerak acak
terjadi pada seluruh keempat saham. Hasil - hasil penelitian ini mengarahkan pada
kesimpulan bahwa saham - saham sector telekomunikasi cenderung efisien dalam
bentuk lemah. Namun demikian, hasil - hasil pengujian juga memperlihatkan masih
ada sedikit peluang bagi munculnya pola pergerakan return saham yang tidak acak.
Kata Kunci :
Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah, Random Walk, dan Pasar Saham
Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis informasi yang diperoleh dimana satu atau lebih pihak
dalam suatu transaksi bisnis, atau transaksi potensial memiliki keunggulan informasi
melalui pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer
perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya mengetahui kondisi terkini dan
prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.
Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis informasi dimana satu atau lebih pihak dalam suatu transaksi
bisnis, atau transaksi potensial, dapat mengamati tindakan mereka dalam pemenuhan
transaksi tetapi pihak lain tidak bisa. Moral hazard dapat terjadi karena adanya
pemisahan kepemilikan dan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan
perusahaan besar.
Menurut Clarks dan Sashri (2000) dan Wasilah (2005) dalam Oktobriana (2015), estimasi
asimetri informasi dapat dilakukan berdasarkan tiga pendekatan utama, yaitu:
Contoh jurnal 2 :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari asimetri informasi, ukuran
perusahaan, dan kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Asimetri informasi
diukur menggunakan relative bis-ask spread, ukuran perusahaan diukur menggunakan
log (total aktiva), dan kepemilikan manajerial diukur menggunakan persentase modal
saham yang dimiliki oleh manajemen dari total saham perusahaan. Penelitian ini
menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
periode pengamatan 2005-2007 sebanyak 60 perusahaan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah
metode analisis regresi linier berganda. Berdasarkan data sampel diperoleh hasil
pengujian bahwa variabel asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan
manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode pengamatan 2005-2007.
Kata Kunci : Asimetri informasi, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial,
manajemen laba.