Anda di halaman 1dari 24

Pokok Bahasan :

1.Dasar Hukum Bea Cukai


2.Pengertian Bea Cukai
3.Subjek Objek Bea Cukai
4.Mekanisme dalm Bea Cukai
5.Penentuan Tarif Bea Cukai
BEA CUKAI

BEA CUKAI TATA


DAN
KEPABEANA LAKSANA
N
KEPABEANAN

JENIS PELAYANAN
KEPABEANAN
Dasar Hukum 1. Undang-Undang No. 11 Tahun 1995, tentang Cukai
2. Undang-Undang No. 39 Tahun 2007, 15 Agustus 2007.

Pengertian Cukai adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap


barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakterik
tertentu.

Sifat atau a.       konsumsinya perlu dikendalikan


Karakter b.      peredarannya perlu diawasi
Brg tertentu c. pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negative
bagi masyarakat atau linkgungan hidup, atau
d. pemekaiannya perlu pembebanan pungutan Negara
demi keadilan dan keseimbangan.

Objek BC Barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakterik


tertentu diatas.

Bea Cukai Subjek BC Subjek Cukai adalah orang atau badan yang menghasilkan atau
memproduksi barang-barang kena cukai.

Tarif Cukai Tarif cukai dapat berupa prosentase dan dapat diubah dalam
bentuk rupiah untuk setiap satuan barang kena cukai atau
penggabungan antara prosentase dengan rupiah.

1. Cukai atas barang kena cukai yang


W aktu dibuat di Indonesia, dilunasi pada
saat pengeluaran barang kena cukai
Pelunasan
dari pabrik /tempat penyimpanan.
Bea Cukai 2. Cukai atas barang kena cukai yang
diimpor dilunasi pada saat barang
kena cukai diimpor untuk dipakai.
3. Pelunasan cukai dapat diberikan
secara berkala kepada pengusaha
pabrik dalam jangka waktu paling
W aktu & Cara lama 45 hari sejak tanggal
Pelunasan pengeluaran barang kena cukai tanpa
dikenakan bunga
Bea Cukai

Cara pelunasan cukai, baik yang di buat di


Indonesia maupun yang diimpor
Cara dilaksanakan dengan cara :
Pelunasan a. Pembayaran
Bea Cukai b. Pelekatan pita cukai,
c. Pembubuhan tanda pelunasan cukai
lainnya

Pengusaha pabrik atau Importir barang kena cukai yang


pelunasan cukainya dengan cara pembayaran berkala, tidak
Sanksi Dalam membayar cukai sampai dengan jangka waktu pembayaran
secara berkala berakhir, selain wajib membayar cukainya,
Bea Cukai
ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 10
% dari nilai cukai yang terhutang.
Dasar Hukum 1. Undang-Undang No. 11 Tahun 1995, tentang Cukai
2. Undang-Undang No. 39 Tahun 2007, 15 Agustus 2007.
3. Undang-Undang N0.17 tahun 206 tentang Kepabenanan
Pengertian Cukai adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap
barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakterik
tertentu.

Sifat atau a.       konsumsinya perlu dikendalikan


Karakter b.      peredarannya perlu diawasi
Brg tertentu c. pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negative
bagi masyarakat atau linkgungan hidup, atau
d. pemekaiannya perlu pembebanan pungutan Negara
demi keadilan dan keseimbangan.
Objek BC Barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakterik
tertentu diatas.

Subjek BC Subjek Cukai adalah orang atau badan yang menghasilkan atau
memproduksi barang-barang kena cukai.

Tarif Cukai Tarif cukai dapat berupa prosentase dan dapat diubah dalam
bentuk rupiah untuk setiap satuan barang kena cukai atau
penggabungan antara prosentase dengan rupiah.
1. Cukai atas barang kena cukai yang
Waktu dibuat di Indonesia, dilunasi pada
saat pengeluaran barang kena cukai
Pelunasan
dari pabrik /tempat penyimpanan.
Bea Cukai 2. Cukai atas barang kena cukai yang
diimpor dilunasi pada saat barang
kena cukai diimpor untuk dipakai.
3. Pelunasan cukai dapat diberikan
secara berkala kepada pengusaha
pabrik dalam jangka waktu paling
Waktu & Cara lama 45 hari sejak tanggal
Pelunasan pengeluaran barang kena cukai tanpa
dikenakan bunga
Bea Cukai

Cara pelunasan cukai, baik yang di buat di


Indonesia maupun yang diimpor
Cara dilaksanakan dengan cara :
Pelunasan a. Pembayaran
Bea Cukai b. Pelekatan pita cukai,
c. Pembubuhan tanda pelunasan cukai
lainnya
Pengusaha pabrik atau Importir barang kena cukai yang
pelunasan cukainya dengan cara pembayaran berkala, tidak
membayar cukai sampai dengan jangka waktu pembayaran
Sanksi Dalam
secara berkala berakhir, selain wajib membayar cukainya,
Bea Cukai
ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 10
% dari nilai cukai yang terhutang.

Pengecualian Pengenaan Cukai


Cukai tidak dipungut atas barang kena cukai apabila memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
1. tembakau iris dibuat secara sederhana dan tidak dikemas.
2. minuman yang mengandung etil alkohol hasil peragian atau
Tidak dikena- penylingan secara sederhana dan tidak dikemas.
kan Bea Cukai 3. barang kena cukai diangkut terus atau diangkut lanjut dengan
tujuan luar daerah pabean atau diekspor
4. barang kena cukai dimasukkan ke dalam pabrik atau tempat
penyimpanan
5. digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam
pembuatan barang hasil akhir barang kena cukai
6. telah musnah atau rusak sebelum dikeluarkan dari pabrik
atau tempat penyimpan
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang
Pengesahan Agreement Establishing the World
Dasar
Trade Organization.
Hukum 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan Kepabeanan.
3. Undang-undang Republik Indonesia nomor 17 tahun
2006 tentang Perubahan atas undang-undang Nomor 10
tahun 1995 tentang Kepabeanan

1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan


dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang
masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan
bea masuk dan bea keluar.
Dasar, Terminologi 2. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia
dan Tujuan Bea Terminologi yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara
Barang Ekspor Kepabeanan diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona
Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang
didalamnya UU kepabeanan.
3. Kawasan pabean adalah kawasan dengan batasbatas
tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat
lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang
sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.

a. menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri;


Tujuan b. melindungi kelestarian sumber daya alam;
Bea Barg c. mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari
komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional; atau
Ekspor
d. menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam
negeri.

Pemeriksaan pabean meliputi:


Pemeriksaan 1. meliputi penelitian dokumen,
Pabean 2. pemeriksaan fisik barang.
3. dilakukan secara selektif.

Ketentuan
Kepabeanan
1. W ajib mencantumkan barang dalam manifesnya.
2. W ajib menyerahkan pemberitahuan pabean mengenai
barang yang diangkutnya sebelum melakukan
pembongkaran.
3. W ajib membongkar paling lambat 24 (dua puluh
empat) jam sejak kedatangan sarana pengangkut,
Kewajiban untuk sarana pengangkut yang melalui laut;
Memasuki 4. W ajib membongkar paling lambat 8 (delapan) jam
Daerah sejak kedatangan sarana pengangkut, untuk sarana
Pabean pengangkut yang melalui udara; atau
5. W ajib pada saat kedatangan sarana pengangkut,
untuk sarana pengangkut yang melalui darat.
6. dalam keadaan darurat, pengangkut dapat
membongkar barang impor terlebih dahulu dan wajib:
(a). melaporkan keadaan darurat tersebut ke kantor
pabean terdekat pada kesempatan pertama; dan
(b) menyerahkan pemberitahuan pabean paling lambat
72 (tujuh puluh dua) jam sesudah pembongkaran.

Importir, eksportir, pengusaha tempat penimbunan


Kewajiban sementara, pengusaha tempat penimbunan berikat,
Pembukuan pengusaha pengurusan jasa kepabeanan, atau pengusaha
pengang-kutan wajib menyelenggarakan pembukuan.

(1) Pembukuan wajib diselenggarakan dengan baik agar


menggambarkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya, dan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan
mengenai harta, kewajiban, modal, pendapatan, dan
Kewajiban,
biaya.
Syarat dan (2) Pembukuan wajib diselenggarakan di Indonesia
Sanksi tdk dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, mata uang
Pembukuan Syarat rupiah, dan bahasa Indonesia, atau dengan mata uang
Pembukuan asing dan bahasa asing yang diizinkan oleh menteri.
(3) Laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang
menjadi bukti dasar pem-bukuan, surat yang berkaitan
dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat
yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan
wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun pada tempat
usahanya di Indonesia

Sanksi tidak 1. Orang atau badan yang tidak menyelenggarakan


Menyelenggara pembukuan dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
kan Pembukuan
2. Orang atau badan yang tidak memenuhi ketentuan
pembukuan dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang
Pengesahan Agreement Establishing the World
Dasar
Trade Organization.
Hukum 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan Kepabeanan.
3. Undang-undang Republik Indonesia nomor 17 tahun
2006 tentang Perubahan atas undang-undang Nomor 10
tahun 1995 tentang Kepabeanan

1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan


dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang
masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan
bea masuk dan bea keluar.
2. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia
Terminologi yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara
Kepabeanan diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona
Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang
didalamnya UU kepabeanan.
3. Kawasan pabean adalah kawasan dengan batasbatas
tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat
lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang
sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
Pemeriksaan pabean meliputi:
Pemeriksaan 1. penelitian dokumen,
Pabean 2. pemeriksaan fisik barang.
3. dilakukan secara selektif.

1. Wajib mencantumkan barang dalam manifesnya.


2. Wajib menyerahkan pemberitahuan pabean
mengenai barang yang diangkutnya sebelum
melakukan pembongkaran.
3. Wajib membongkar paling lambat 24 (dua puluh
empat) jam sejak kedatangan sarana pengangkut,
Kewajiban untuk sarana pengangkut yang melalui laut;
Memasuki 4. Wajib membongkar paling lambat 8 (delapan) jam
Daerah sejak kedatangan sarana pengangkut, untuk sarana
Pabean pengangkut yang melalui udara; atau
5. Wajib pada saat kedatangan sarana pengangkut,
untuk sarana pengangkut yang melalui darat.
6. dalam keadaan darurat, pengangkut dapat
membongkar barang impor terlebih dahulu dan
wajib:
(a). melaporkan keadaan darurat tersebut ke kantor
pabean terdekat pada kesempatan pertama; dan
(b) menyerahkan pemberitahuan pabean paling
lambat 72 (tujuh puluh dua) jam sesudah
Importir, eksportir, pengusaha tempat penimbunan
Kewajiban sementara, pengusaha tempat penimbunan berikat,
Pembukuan pengusaha pengurusan jasa kepabeanan, atau pengusaha
pengang-kutan wajib menyelenggarakan pembukuan.

(1) Pembukuan wajib diselenggarakan dengan baik agar


menggambarkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya, dan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan
mengenai harta, kewajiban, modal, pendapatan, dan
Kewajiban,
biaya.
Syarat dan (2) Pembukuan wajib diselenggarakan di Indonesia
Sanksi tdk dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, mata uang
Pembukuan Syarat rupiah, dan bahasa Indonesia, atau dengan mata uang
Pembukuan asing dan bahasa asing yang diizinkan oleh menteri.
(3) Laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang
menjadi bukti dasar pem-bukuan, surat yang berkaitan
dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat
yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan
wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun pada tempat
usahanya di Indonesia

Sanksi tidak 1. Orang atau badan yang tidak menyelenggarakan


Menyelenggara pembukuan dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
kan Pembukuan
2. Orang atau badan yang tidak memenuhi ketentuan
pembukuan dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
453/KMK.04/2002 tentang Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Impor sebagaimana
Dasar Hukum telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Tatalaksana Keputusan Menteri Keuangan Nomor
Kepabeanan 112/KMK.04/2003;
2. Peraturan Direktorat Jederal Bea dan Cukai
No.: P-25/BC/2007, tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di
Bidang Impor.

1. Upaya optimalisasi pelayanan dan pengawasan


kepada pengguna jasa kepabeanan di bidang
Tujuan impor melalui penerapan manajemen risiko
Tatalaksana atas pemeriksaan barang dan dokumen;
Kepabenan 2. Pengaturan mekanisme pelayanan keberatan
dimana importir tidak wajib menyerahkan
jaminan dalam hal barang impor belum
dikeluarkan dari Kawasan Pabean;

1. Jalur Hijau adalah mekanisme


pelayanan dan pengawasan pengeluaran 1) Importir berisiko menengah yang
Tatalaksana barang impor dengan tidak dilakukan mengimpor komoditi berisiko rendah;
Kepabenan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan 2) Importir berisiko rendah yang
penelitian dokumen setelah penerbitan mengimpor komoditi berisiko rendah
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang atau menengah;
(SPPB). Jalur Hijau ditetapkan dalam hal
:

1) Importasi oleh Importir berisiko sangat tinggi;


2) Importir yang berisiko tinggi yang mengimpor
komoditi berisiko tinggi atau menengah;
3) Importir berisiko menengah yang mengimpor
komoditi berisiko tinggi;
2. Jalur Merah adalah mekanisme 4) Importir berisiko rendah yang mengimpor komoditi
pelayanan dan pengawasan pengeluaran berisiko tinggi;
5) Barang impor sementara, kecuali oleh MITA
barang impor dengan dilakukan prioritas;
pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen 6) Barang re-impor, kecuali oleh MITA prioritas;
sebelum penerbitan SPPB; dengan 7) Barang impor dengan fasilitas penangguhan
criteria : pembayaran Bea Masuk, cukai, dan PDRI, kecuali
oleh MITA prioritas;
8) Terkena pemeriksaan acak;
9) Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh
pemerintah

Kretria Sistem
Sistem Pelayanan
Kepabeanan
1) Importir berisiko tinggi yang mengimpor
komoditi berisiko rendah;
3. Jalur Kuning adalah mekanisme 2) Importir berisiko menengah yang
pelayanan dan pengawasan pengeluaran mengimpor komoditi berisiko menengah;
barang impor dengan tidak dilakukan 3) MITA Non Prioritas yang mengimpor
pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan komoditi berisiko tinggi.
penelitian dokumen sebelum penerbitan 4) Pejabat Pemeriksa Dokumen memerlukan
SPPB. Jalur Kuning ditetapkan dalam hal pemeriksaan laboratorium, importir
mengajukan permohonan pengambilan
: contoh barang kepada Kepala Bidang
Pelayanan Pabean dan Cukai atau pejabat
yang ditunjuk.

1. Jalur MITA Prioritas yaitu mekanisme


pelayanan dan pengawasan pengeluaran
barang impor oleh Importir Jalur Prioritas
Jalur Mitra Utama (MITA) : dengan langsung diterbitkan SPPB tanpa
a. Importir Jalur Prioritas dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian
b. Importir Non Jalur Prioritas dokumen.
2. Jalur MITA Non Prioritas yaitu mekanisme
pelayanan dan pengawasan pengeluaran
barang impor oleh importir dengan
langsung diterbitkan SPPB tanpa dilakukan
pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen.
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
453/KMK.04/2002 tentang Tatalaksana
Kepabeanan di Bidang Impor sebagaimana
Dasar Hukum telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Tatalaksana Keputusan Menteri Keuangan Nomor
Kepabeanan 112/KMK.04/2003;
2. Peraturan Direktorat Jederal Bea dan Cukai
No.: P-25/BC/2007, tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di
Bidang Impor.
1. Upaya optimalisasi pelayanan dan
pengawasan kepada pengguna jasa
Tujuan kepabeanan di bidang impor melalui
Tatalaksana penerapan manajemen risiko
Kepabenan atas pemeriksaan barang dan dokumen;
2. Pengaturan mekanisme pelayanan keberatan
dimana importir tidak wajib menyerahkan
jaminan dalam hal barang impor belum
dikeluarkan dari Kawasan Pabean;
1. Jalur Hijau adalah mekanisme
pelayanan dan pengawasan pengeluaran 1) Importir berisiko menengah yang
barang impor dengan tidak dilakukan mengimpor komoditi berisiko rendah;
pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan 2) Importir berisiko rendah yang
penelitian dokumen setelah penerbitan mengimpor komoditi berisiko rendah
Surat Persetujuan Pengeluaran Barang atau menengah;
(SPPB). Jalur Hijau ditetapkan dalam hal
:

1) Importasi oleh Importir berisiko sangat tinggi;


2) Importir yang berisiko tinggi yang mengimpor
komoditi berisiko tinggi atau menengah;
3) Importir berisiko menengah yang mengimpor
komoditi berisiko tinggi;
2. Jalur Merah adalah mekanisme 4) Importir berisiko rendah yang mengimpor komoditi
pelayanan dan pengawasan pengeluaran berisiko tinggi;
barang impor dengan dilakukan 5) Barang impor sementara, kecuali oleh MITA
prioritas;
pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen 6) Barang re-impor, kecuali oleh MITA prioritas;
sebelum penerbitan SPPB; dengan 7) Barang impor dengan fasilitas penangguhan
criteria : pembayaran Bea Masuk, cukai, dan PDRI, kecuali
oleh MITA prioritas;
8) Terkena pemeriksaan acak;
9) Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh
pemerintah
Kretria Sistem
Sistem Pelayanan
Kepabeanan
1) Importir berisiko tinggi yang mengimpor
komoditi berisiko rendah;
3. Jalur Kuning adalah mekanisme 2) Importir berisiko menengah yang
pelayanan dan pengawasan pengeluaran mengimpor komoditi berisiko menengah;
barang impor dengan tidak dilakukan 3) MITA Non Prioritas yang mengimpor
pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan komoditi berisiko tinggi.
penelitian dokumen sebelum penerbitan 4) Pejabat Pemeriksa Dokumen memerlukan
SPPB. Jalur Kuning ditetapkan dalam hal pemeriksaan laboratorium, importir
mengajukan permohonan pengambilan
:
contoh barang kepada Kepala Bidang
Pelayanan Pabean dan Cukai atau pejabat
yang ditunjuk.

1. Jalur MITA Prioritas yaitu mekanisme


pelayanan dan pengawasan pengeluaran
barang impor oleh Importir Jalur Prioritas
Jalur Mitra Utama (MITA) : dengan langsung diterbitkan SPPB tanpa
a. Importir Jalur Prioritas dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian
b. Importir Non Jalur Prioritas dokumen.
2. Jalur MITA Non Prioritas yaitu mekanisme
pelayanan dan pengawasan pengeluaran
barang impor oleh importir dengan
langsung diterbitkan SPPB tanpa dilakukan
pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen.
1. Jalur Hijau adalah mekanisme
pelayanan dan pengawasan 1) Importir berisiko menengah yang
pengeluaran barang impor dengan mengimpor komoditi berisiko rendah;
tidak dilakukan pemeriksaan fisik, 2) Importir berisiko rendah yang
tetapi dilakukan penelitian dokumen mengimpor komoditi berisiko rendah
setelah penerbitan Surat Persetujuan atau menengah;
Pengeluaran Barang (SPPB). Jalur
Hijau ditetapkan dalam hal :
1) Importasi oleh Importir berisiko sangat tinggi;
2) Importir yang berisiko tinggi yang mengimpor
komoditi berisiko tinggi atau menengah;
3) Importir berisiko menengah yang mengimpor
komoditi berisiko tinggi;
2. Jalur Merah adalah mekanisme 4) Importir berisiko rendah yang mengimpor komoditi
berisiko tinggi;
pelayanan dan pengawasan pengeluaran
5) Barang impor sementara, kecuali oleh MITA
barang impor dengan dilakukan prioritas;
pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen 6) Barang re-impor, kecuali oleh MITA prioritas;
sebelum penerbitan SPPB; dengan 7) Barang impor dengan fasilitas penangguhan
pembayaran Bea Masuk, cukai, dan PDRI, kecuali
criteria :
oleh MITA prioritas;
8) Terkena pemeriksaan acak;
9) Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh
1) Importir berisiko tinggi yang mengimpor
komoditi berisiko rendah;
3. Jalur Kuning adalah mekanisme 2) Importir berisiko menengah yang
pelayanan dan pengawasan pengeluaran mengimpor komoditi berisiko menengah;
barang impor dengan tidak dilakukan 3) MITA Non Prioritas yang mengimpor
pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan komoditi berisiko tinggi.
penelitian dokumen sebelum penerbitan 4) Pejabat Pemeriksa Dokumen memerlukan
SPPB. Jalur Kuning ditetapkan dalam hal pemeriksaan laboratorium, importir
mengajukan permohonan pengambilan
: contoh barang kepada Kepala Bidang
Pelayanan Pabean dan Cukai atau pejabat
yang ditunjuk.

1. Jalur MITA Prioritas yaitu mekanisme


1. Jalur MITA Prioritas yaitu mekanisme
pelayanan dan pengawasan pengeluaran
barang impor oleh Importir Jalur Prioritas
dengan langsung diterbitkan SPPB tanpa
Jalur Mitra Utama (MITA) : dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian
a. Importir Jalur Prioritas dokumen.
b. Importir Non Jalur Prioritas 2. Jalur MITA Non Prioritas yaitu mekanisme
pelayanan dan pengawasan pengeluaran
barang impor oleh importir dengan
langsung diterbitkan SPPB tanpa dilakukan
pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen.

Anda mungkin juga menyukai