Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Bidang Penelitian Multimedia (JBPM) Vol. 1, No. 2, Juni 2023 pp.

55-62

ANALISIS PEMOTRETAN FOTO MENGGUNAKAN TEKNIK


SEGITIGA EXPOSURE PADA PRODUK MAKANAN KEMASAN
Aidil Syahputra1, Asrul Sani2, Hafidzul Habib3, Qais Ibrahim4, Masri Rudiansyah 5

Program Studi Multimedia, Politeknik Negeri Media Kreatif


Email: aidilsytra@gmail.com , asrulsani@kampuswidudari.ac.id , hafidzulhabib17@gmail.com,
qaisibrahim24@gmail.com , masrirudiansyah@gmail.com

ABSTRAK
Fotografi merupakan bidang pekerjaan industri kreatif yang sangat diminati banyak orang di
indonesia, saat ini fotografi menjadi kebutuhan tiap orang dalam membantu pekerjaan ataupun
membangun suatu brand. Sehingga fotografi dipergunakan sebagai media promosi khalayak. Maka dari
pada itu artikel ini membahas tentang penggunaan fotografi dasar yang diterapkan pada produk makanan
kemasan yang nanti nya akan di branding pada media sosial. Tujuan. Pada saat ini banyak brand-brand
Indonesia yang sudah melibatkan fotografi sebagai media promosi. Namun ada juga beberapa usaha
micro yang belum tau cara mempromosikan usahanya tersebut. Tentunya pada penelitan ini akan
membahas sebagaimana penerapan segitiga exposure pada makanan kemasan. Tujuan peracangan
artikel ini untuk membantu brand-brand atau usaha micro dalam mempromosikan usahanya ke media
sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui tahapan analisis teori, penerapan teknik,
dan mendeskripsikan hasil akhir. Hasil dari foto yang sudah melakukan pemotretan akan diretapkan ke
media sosial Instagram sebagai media promosi.

Kata kunci: Fotografi, Produk Makanan Kemasan, Brand, Media Promosi, Segitiga Eksposure

ABSTRACT
Photography is a field of creative industry work that is in great demand by many people in Indonesia,
nowadays photography is a necessity for everyone in helping work or building a brand. So that
photography is used as a medium of public promotion. Therefore, this article discusses the use of basic
photography applied to packaged food products which will later be branded on social media.
Destination. Currently, many Indonesian brands have involved photography as a promotional medium.
But there are also some micro businesses that don't know how to promote their business. Of course, this
research will discuss the application of the exposure triangle to packaged foods. The purpose of
designing this article is to help brands or micro businesses promote their business on social media. This
study uses qualitative methods through the stages of theoretical analysis, application of techniques, and
describing the final results. The results of photos that have taken photos will be applied to Instagram
social media as promotional media.

Keywords: Photography, Packaged Food Products, Brands, Promotional Media, Exposure Triangle

1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang penuh dengan kaya akan seni dan kebudayaannya yang ada di seluruh
nusantara. Di antaranya, Indonesia memiliki seni fotografi yang bergerak di berbagai bidang industri
kreatif. Sehingga menjadikanya salah satu mata pencarian pekerjaan yang dimiliki oleh beberapa
masyarakat Indonesia. Fotografi juga dimanfaatkan sebagai media atau sarana untuk membantu
menjual/mempromosikan usaha/produk yang dimiliki seseorang untuk meraih keuntungan[1]. Namun
fotografi memiliki beberapa komponen elemen yang harus di ketahui. Dalam fotografi hal yang
terpenting ialah memahami tentang teknik dasar fotografi seperti, segitiga exposure, lighting, dan
komposisi. Hingga sejarah fotografi yang tercipta hingga saat ini yang terus berkembang dengan
pesatnya, bisa kita simpulkan bahwa dunia fotografi terus berjalan dan terus di butuhkan, hal-hal yang

55
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
Syahputra et al / JBPM. Vol. 1, No. 2, Juni 2023 pp. 55-62

perlu diketahui tentunya mempelajari tentang fotografi yang sebenarnya adalah memahami sejarah serta
komponen-komponen yang ada di dalam fotografi itu sendiri.
Istilah Exposure dalam fotografi digital adalah banyaknya jumlah cahaya yang ditangkap oleh
sensok kamera, yang ditentukan oleh lamanya rentang waktu pengkapan cahaya, lebar bukaan lensa,
sensitivitas sensor, serta tingkat terang dari scenario yang dipotret. Dalam konteks pengertian yang lebih
praktis, exposure bisa juga dianggap sebagai tingkat terang sebuah foto. Secara harafiah, istirah fotografi
sendiri merupakan gabungan dari foto (cahaya) dan grafi (menggambar), dan secara keseluruhan bisa
diartikan menjadi “menggambar dengan cahaya”. Begitu pula dengan fotografi digital, file gambar yang
tersimpan dengan kartu memori juga berawal dari cahaya yang dipantulkan atau dipancarkan oleh objek.
Cahaya yang membawa citra objek tersebut diarahkan oleh lensa menuju permukaan sensor, untuk
kemudian dilakukan proses penerjemahan file data gambar[2].
Sejarah fotografi yang dikutip oleh Aviani Rahmawati dalam buku The History of Photography
karya Alam Daveport, yang diterbitkan oleh University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan
bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala
pada dinding dalam ruangan yang gelap terhadap lubang kecil, maka di bagian dalam ruangan itu akan
terefleksikan pemandangan yang berada di luar ruangan yang terlihat secara terbalik yang melewati
lubang tersebut. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena obscura. Sejarah perkembangan
fotografi pada abad ke-17 yaitu tahun 1614, Angelo salah menggunakan perak nitrat yang dibakar oleh
sinar matahari dengan kertas dibungkus. Namun pertemuan itu dianggap kurang berguna oleh ilmuan
lain. Pada tahun 1717, Johan Heinrich Schaulze seorang professor Jerman, menggunakan botol berisikan
perak nitrat dan kabur secara tidak sengaja yang ada dekat jendela membuat gelap dengan sebagian
berwarna putih sehingga tampak terlihat membuat garis pada botol tersebut[3].
Fotografi adalah suatu seni melukis dengan cahaya, jadi faktor cahaya merupakan unsur terpenting
dalam seni fotografi, untuk melakukan suatu pemotretan diperlukannya cahaya. Baik cahaya yang
tampak seperti populer biasa atau dengan sinar merah atau sinar x untuk rontgen. Alat yang paling
populer untuk menangkap cahaya gambar adalah kamera. Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya
dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkapan cahaya. Secara filosofi,
fotografi juga mempunyai banyak definisi maupun pengertian, entah dipandang secara objektif maupun
subjektif. Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah komunikasi. Suatu karya fotografi dapat
disebut memiliki nilai ataupun merupakan ide yang terekpresikan keada pemirsanya sehingga terjalin
suatu kontak pemahaman makna. Dalam hal ini karya foto tersebut juga dapat dikatakan sebagai medium
yang memiliki nilai guna fungsional dan sekaligus sebagai instrumen karena dijadikan alat dalam proses
komunikasi penyampaian pesan/ide si pencipta karya foto[4].
Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, fotografi semakin berkembang menjadikan
fotografi di dalam berbagai bidang, diantaranya di bidang wedding fotografi, food fotografi, fotografi
katalog, dll. Sehingga saat ini fotografi menjadi salah satu media promosi dalam suatu usaha/jasa. Media
fotografi dirasa sangat tepat sebagai sarana untuk mempromosikan suatu brand/company, karena
fotografi terlihat lebih simple, modern dan nyata serta mudah dipahami dan menarik indera penglihatan
manusia bahkan menyetuh hati karena hasil yang terungkap di dalamnya[5]. Adanya perkembangan
teknologi, kamera digital dan kemampuan mengelolah atau memanipulasi suatu foto melalui perangkat
lunak computer yang semakin canggih sehingga mudah untuk digunakan. Hal ini membuat fotografi
sebagai alat komunikasi atau sarana promosi yang sangat efektif dan mudah digunakan. Foto sebagai
sarana promosi menjadi daya tarik tersendiri yang mampu menarik perhatian pembeli untuk dating dan
membeli produk kemasan yang dijual di media social. Media fotografi merupakan salah satu hal yang
sangat penting mendukung sebuah promosi dan iklan terutama untuk promosi produk yang akan dijual.
Namun, sebelum melakukan mempromosikan produk kemasan yang akan pasarkan tentunya harus
mengetahui tentang teknik fotografi itu sendiri, dimana di dalam fotografi sendiri tidak luput dengan
yang namanya kamera. Dengan adanya kamera, tentunya menjadikan alat bantu yang digunakan untuk
menangkap cahaya yang di pantulkan oleh objek/subjek, kemudian menyimpannya ke dalam media
penyimpanan. Kamera juga akan menangkap suatu moment bergerak ataupun momen tidak bergerak.
Tentunya dengan adanya kamera masyarakat Indonesia dapat mempromosikan brand yang dimiliki ke
media sosial, dengan melakukan pemotretan foto produk. Seperti foto makanan kemasan, produk
cosmetic, dan juga jasa.

56
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
Syahputra et al / JBPM. Vol. 1, No. 2, Juni 2023 pp. 55-62

Saat ini dimana produk makanan kemasanan sangatlah sering di gunakan sebagian orang untuk
menjadikan identitas suatu brand, tidak hanya itu produk kemasan tentunya membuat daya tarik pembeli
dikarenakan bentuknya yang lebih. Efisien, praktis dan higienis. Banyak dari brand-brand Indonesia
banyak yang belum menggunakan packaging dengan baik dan tidak memiliki daya tarik tersendiri.
Maka tentunya haruskan mengetahui tentang pentingnya penggunaan packaging dalam menjual suatu
produk.
Hal yang perlu di ketahui tentang penting nya packaging dalam menjual produk adalah
Kemasan/packaging yang dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi
wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan meliputi 3 hal, yaitu merek, kemasan, dan
label.

Kemasan memiliki 5 (lima) prinsip fungsional, diantaranya ;


a) Kemasan (packaging). Pada kemasan ini harus disampaikan tentang jenis produk, dan kegunaannya.
Disini kejujuran jadi hal penting.
b) Kemasan dalam arti secara fisik. Fungsinya sebagai pelindung produk dari benturan, gesekan,
guncangan, hentakan dan lain-lain. Disini kekuatan menjadi prinsip utama.
c) Kemasan yang nyaman di pakai. Maksudnya kemasan disini memberikan rasa nyaman jika disentuh,
permukaannya tidak melukai, lentur saat di genggam, mudah di bersihkan dan disimpan. Kemasan
yang dapat di daur ulang sangat diutamakan
d) Kemasan yang mampu menampilkan citra produk dan segmentasi pasar pemakainnya. Disini
melibatkan banyak unsur terutama yang berkaitan dengan imajinasi, selera, dan fantasi pemakai.
Kemasan/packaging harus mampu menerjemahkan siapa pemakainya, status social, dimana dan
jenis perilaku seperti apa produk tersebut dipakai. Keunikan menjadi nilai penting terhadap kemasan
(Wiyancoko, 2007).
e) Kemasan yang berprinsip mendukung keselarasan lingkungan. Kemasan yang baik adalah kemasan
yang mudah di daur ulang (recycle) ke produk baru dan tidak terkontaminasi. Bisa di lebur dan di
buat Kembali ke produk (reuse) asal[6].

Maka dari itu, mengapa menjadi sasaran penelitan artikel ini. Dikarenakan produk makanan
kemasan memiliki peluang dalam mendukung penjualan produk makanan [7]. Dan artikel ini akan
mengangkat suatu permasalah di bidang promosi usaha, dengan metode basic fotografi dapat
mendukung progres penjualan suatu produk ke konsumen. Maka dari pada itu fotografi berperan sebagai
media dalam mempromosikan produk makanan kemasan. Seperti yang kita ketahui iklan merupakan
salah satu jenis komunikasi pemasaran yang mengacu pada teknik komunikasi yang digunakan pemasar
guna menjangkau konsumennya dalam menyampaikan pesannya. Yang dimana pada sebuah iklan
terdapat unsur-unsur yang saling mendukung guna pesan yang diusung dapat tersampaikan dan
dimengerti oleh targer audiens.

2. Metode Penelitian
Pada penelitian kali ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Seperti yang diketahui
metode kualitatif bersifat cenderung menggunakan teknik analisis. Maka disini penulis akan
menganalisis pemotretan foto kemasan dengan menggunakan teknik fotografi dasar, yang dimana dalam
fotografi dasar memiliki 3 elemen diataranya; ISO, Aperture, dan Diafragma. Dimana dengan 3 elemen
ini nantinya akan memaksimalkan sebuah kamera untuk mengambil sebuah foto. Analisis ini dilakukan
bertujuan untuk menggunakan teknik fotografi dasar, dalam membranding suatu produk. Dan setelah
melakukan pemotretan hasil foto yang sudah di ambil akan di proses ke media sosial sebagai media
promosi atau iklan.
Pada metode pemotretan produk kemasan ini. Tentunya akan terlihat perbandingannya antara
produk yang menjadi daya tarik bagi konsumen dan produk yang kurang dalam memiliki daya tarik.
Dalam metode pemotretan produk kemasan tentunya akan menciptakan karakteristik pada suatu brand
yang akan dipromosikan, dan penulis ingin melihat perbandingan diantara beberapa media promosi yang
menggunakan teknik fotografi dengan yang tidak ada unsur fotografi di dalamnya. Pada metode ini

57
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
Syahputra et al / JBPM. Vol. 1, No. 2, Juni 2023 pp. 55-62

tentunya juga akan menggunakan bantuan teknik cahaya/lighting, nanti nya pada cahaya bantuan ini
yang dapat membantu pemotretan produk kemasan yang akan di branding, untuk menghasilkan gambar
yang diinginkan, dengan menggunakan beberapa teknik cahaya.
Penelitian ini dilakukan dengan bagaimana cara menganalisis makna semiotika secara umum tetapi
lebih jauh akan dideskripsikan mana semiotika yang berkaitan dengan produk kemasan (sematic
product). Dimana produk dimaknai sebuah system tanda (signification system) yang tidak hanya sebuah
sistem komonikasi tetapi juga sebagai pemaknaan. Semiotika dan perkakas konseptualnya dapat
digunakan untuk menganalisis, medeskripsikan dan menginterprestasikan objek desain dan sebagai
prinsip uji coba. Serta menggunakan pendekatan prinsip-prinsip dalam desain kemasan, sehingga dapat
menghasilkan hasil analisis yang berupa peranan-peranan desain kemasan makanan produk lokal
mampu atau tidak dalam mewadahi sebuah pesan/komunikasi terakhir produsen terhadap konsumen.
Sebagai alat penentuan keputusan pembelian konsumen, serta sebuah brand identity produk[8].
Metode yang digunakan dalam pembuatan karya artikel ini adalah penelitian yang deskriptif
interpretif dan juga meninjau studi pustaka untuk mengumpulkan bahan dari berbagai sumber seperti
majalah, ataupun jurnal tentang fotografi produk kemasan. Dan dalam proses menciptakan karya foto
produk kemasan ini memerlukan metode yang dilakukan sebelum menjadi hasil sebuah karya yang
diambil oleh seorang fotografinya, yaitu:

1. Eksplorasi ide
Adalah tahap untuk berpikir imajinasi dan merespon objek yang dijadikan sumber penciptaan.
2. Perwujudan
Eksekusi pengambilan gambar oleh seorang fotografer dari berbagai percobaan yang telah dilakukan
nya.
3. Ekperimen
Sebelum melakukan pemotretan kepada objek atau produk ada kalanya seorang fotografi untuk
mencoba pengambilan foto ke objek yang lain dan mendapatkan bentuk-bentuk artistik agar
pemotretan ke produk yang sudah disesuaikan sudah tau bentuk-bentuk dalam pengambilan nanti
nya.

Penelitian ini juga berfokus pada penerapan segitiga exposure atau fotografi dasar pada produk
makanan kemasan sebagai media promosi iklan yang di dalamnya terdapat unsur media informasi,
hingga hasil pemotretan nantinya akan di tayangkan di media online Instagram.

3. Hasil Dan Pembahasan


Penelitian ini disusun untuk menjelaskan bagaimana teknik dasar fotografi yang diterapkan kepada
produk makanan kemasan. Melalui penjelasan dasar segitiga exposure, teknik pencahayaan, hasil
gambar serta hasil foto yang siap dijadikan media promosi [9]. Pada pembahasan penelitian ini, dengan
metode kualitatif yang tentunya hal ini dapat mudah di pahami oleh pembaca.
Agar menghasilkan insentitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan alat bantu
ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa
mengatur insentitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma
(Aperture), dan kecepatan ranah (speed), kombinasi antara ISO, Diafragma dan Shutter Speed disebut
sebagai pajanan (exposure).

Penjelasan Segitiga Exposure

Dalam fotografi dasar ada 3 elemen penting yang harus diketahui, diantaranya ISO, Diafragma,
Shutter Speed. Di dalam 3 elemen tersebut bisa dikatakan sebagai pondasi atau titik tumpu kita terhadap
fotografi, tentunya elemen tersebut yang akan mementukan titik pandang terhadap objek yang akan
difoto nantinya. Sebelum melakukan pemotretan tentunya kita harus mengenali dan peka terhadap
situasi, yang dimana 3 elemen tersebut yang akan digunakan dalam kondisi/situasi tersebut.

58
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
Syahputra et al / JBPM. Vol. 1, No. 2, Juni 2023 pp. 55-62

Gambar 1. Tampilan segitiga exposure fotografi

1. ISO
ISO merupakan singkatan dari “International Standardization Organisation”, ISO digunakan
untuk mengatur tingkat kepekaan sensor kamera digital. Sebagian kamera digital tentunya sudah
memiliki tombol shortcut untuk mengatur ISO secara manual ataupun auto. Dengan setting ISO
100, 400, 1000, 3000, 6400.
2. Diafragma/Aperture
Seberapa banyak cahaya yang masuk kedalam lensa kamera atau seberapa besar bukaan
focaleng pada lensa kamera. Apabila menggunakan aperture ke angka yang rendah seperti F4,
F2.8, F1.8, F1.2, maka foto yang dihasilkan menjadi tajam dan menjadi titik fokus sehingga
objek dibelakang/backround menjadi blur. Hal ini disebut dengan istilah bokeh.
3. Shutter Speed
Sedangkan Shutter Speed dapat difungsikan sebagai shortcut untuk mengatur kecepatan waktu
aperture/diafragma terbuka dalam menerima cahaya yang masuk. Mengatur durasi bukaan
sensor ketika menerima masuknya cahaya sebelum menutup kembali. Shutter speed diukur
dengan satuan Second (S) dalam bentuk format 1/1000, 1/400, 1/100, 1/30, 1/8, 1/2

Pada Gambar 1. Berisi tentang penjelasan tentang yang dimaksud dengan segitiga exposure. Segitiga
exposure tentunya berfungsi sebagai settingan kamera yang akan digunakan dalam penelitian produk
kemasan, hal utama yang harus penulis lakukan mengatur exposure sesuai kondisi dan situasi, serta
menyesuaikan dengan lighting yang digunakan dalam pemotretan nantinya. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan gambar yang penulis inginkan, untuk menciptakan karakteristik dan daya tarik terhadap
produk kemasan.

Gambar 2. Pengaturan cahaya sebelum melakukan pemotretan.

59
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
Syahputra et al / JBPM. Vol. 1, No. 2, Juni 2023 pp. 55-62

Teknik pengaturan cahaya adalah hal yang perlu di perhatikan dalam pemotretan, teknik cahaya juga
berperan sangat penting dalam pemotretan suatu objek. Di dalam fotografi cahaya terbagi atas 2 jenis
cahaya alami (matahari) dan cahaya buatan (lampu, api, blitz). Pada penelitian kali ini penulis
menggunakan 3 bantuan cahaya buatan menggunakan lighting blitz, diatanranya menggunakan arah
cahaya depan, cahaya samping, dan cahaya atas[10]. Dalam hal ini lighting berperan sebagai
pembentukan karakteristik pada objek serta membuat efek bayangan pada produk makanan kemasan.
Lighting juga harus menyesuaikan pada settingan exposure yang penulis gunakan, karena apabila
settingan exposure dan settingan lighting tidak sesuai maka foto yang dihasilkan tidak maksimal.
Dalam pencahayaan juga ada beberapa teknik yang harus diperhatikan. Penerapan depan adalah
pemotretan yang memakai sumber cahaya dari depan objek. Cahaya ini akan menghasilkan gambar yang
datar. Penerapan belakang adalah pemotretan dengan memakai sumber cahaya dari belakang objek.
Dengan sumber cahaya yang seperti ini maka objek yang kita ambil menjadi silhouette (hitam).
Pemotretan dengan sumber cahaya dari belakang dilakukan bila kita ingin membuat sebuah foto
silhouette[11]. Penerapan samping adalah pemotretan dengan memakai sumber cahaya dari samping dan
membuat objek yang di foto akan tampak lebih tegas.
Dalam pengaturan cahaya juga dibutuhkan alat-alat lainnya seperti, tripot, triger serta backround.
Tentunya dengan alat-alat tersebut yang nantinya digunakan dalam pemotretan foto produk kemasan,
dan sebagai alat bantu untuk mengatur suatu cahaya yang akan di tujukan ke objek. Dengan adanya
teknik pengaturan cahaya maka pemotretan produk kemasan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Dengan adanya alat yang dibutuhkan tentunya dapat memaksimalkan sebuah foto yang akan di ambil,
dengan adanya bantuan cahaya fotografer dapat mengambil foto dengan berbagai macem angle.

Gambar 3. Hasil pemotretan produk makanan kemasan

Pada Gambar 3. Adalah hasil pemotretan foto produk makanan kemasan, pada kedua foto diatas yang
dimana menggunakan metode segitiga exposure. pada foto diatas penulis menggunakan settingan
exposure ISO 100, Aperture F10, Shutter Speed 1/320. Dengan menggunakan kamera Canon EOS
3000D dan lensa 18-55mm[12]. Pada gambar di atas terlihat bahwa gambar yang dihasilkan memiliki
karakteristik nya tersendiri, dengan memiliki titik fokus serta memiliki ketajaman yang baik. Hal
tersebut adalah pengaruh dari settingan kamera yang digunakan, sehingga membuat produk yang di foto
memiliki daya tarik tersendiri.
Tahap selanjutnya foto yang sudah diambil, bisa langsung dijadikan media atau infomasi promosi
suatu brand/usaha. Pada tahap selanjutnya foto akan diproses untuk di apload ke media sosial, dengan
ditambahkan caption yang menarik. Tentunya hal tersebut akan menjadi daya tarik konsumen untuk
membeli produk makanan kemasan yang dijual.

60
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
Syahputra et al / JBPM. Vol. 1, No. 2, Juni 2023 pp. 55-62

Gambar 4. Foto makanan kemasan yang dipromosikan melalui instagram

Tahap ini adalah tahap akhir pada penelitian produk makanan kemasan, pada gambar di atas
menggambarkan hasil foto yang sudah di promosikan di suatu media sosial Instagram. Selain itu foto
juga dapat dilihat di platform media sosial lainnya, untuk menjadi daya tarik konsumen untuk membeli.
Tentu nya dengan adanya foto produk, konsumen yakin dengan adanya barang yang di jual serta menjadi
suatu identitas tersendiri dalam menjual produk tersebut. Dengan adanya dasar fotografi, tentunya pada
pemilik usaha dapat mempromosikan usahanya sendiri dengan penerapan produk fotografi dan
branding.
Tak hanya itu, hasil akhir pada gambar di atas juga bisa menjadi media promosi desain pada sebuah
browsur, majalah, dan packaging. Sehingga nanti nya dapat menjadi keuntungan bagi pemilik usaha.
Dan apabila dari foto yang sudah di apload melalui media sosial maka nanti nya akan menjadi daya tarik
pembeli itu sendiri, sehingga dapat dilakukan pemotretan produk untuk brand-brand selanjutnya[13].
Sehingga menjadikan suatu usaha yang dilakukan mudah di temui oleh konsumen serta menjadi identitas
karakteristik yang mudah di ingat dari produk yang di jual.

4. Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan jika teknik segitiga exposure pada
fotografi dapat menghasilkan foto produk makanan kemasan yang menarik, yang bertujuan untuk
membrending suatu usaha lebih menarik. Dengan adanya metode ini dapat dapat kita simpulkan bahwa
teknik ini bertujuan untuk melakukan promosi/mengiklankan suatu produk ke media sosial ataupun toko
online, melalui media foto. Dan metode segitiga exposure juga dapat dipelajari oleh semua kalangan
karena fotografi memiliki peluang dalam bidang apapun termasuk bidang promosi/iklan. Seperti di
Indonesia fotografi sudah menjadi mata pencarian sebagian orang. Dengan adanya fotografi setiap orang
dapat mengimplementasikan apa yang diinginkan menjadi suatu pekerjaan ataupun peluah usaha. Dapat
disimpulkan kembali bahwa menguasai segitiga exposure pada fotografi dapat melakukan branding pada
produk yang dipasarkan.
Dan dengan adanya penelitian ini kita dapat mengetahui tentang ilmu fotografi dan bisa menerapkan
ilmu dasar fotografi ke bidang apapun termasuk foto produk. Tentunya hal ini dapat menjadi pemahaman
Bersama, agar nanti nya dapat di terapkan dan menjadi ilmu tambahan. Penulisan penelitian ini jauh dari
kata kesempurnaan dalam pembahasan dan pemahaman tentang fotografi produk makanan kemasan
sebagai pemahaman serta tanda wujud ekspersi dunia industry baik di pandang sebagai sebuah
pembelajaran. Subcultural hingga pemahaman pada industry kreatif yang saat ini terjadi. Tetapi penulis
berharap penelitian ini dapat menjadi sebuah alat bantu dalam sebuah menjalankan suatu
usaha/penjualan yang akan di terapkan oleh para usahawan.

61
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
Syahputra et al / JBPM. Vol. 1, No. 2, Juni 2023 pp. 55-62

5. Referensi

[1] P. S. Nugroho and M. Cahyadin, “Analisis Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia,” Fak.
Ekon. Unviversitas Negeri Semarang, pp. 1–20, 2011.
[2] W. Dharsito, Dasar Fotografi Digital 3: Menguasai Exposure. Elex Media Komputindo, 2016.
[Online]. Available:
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=J4pKDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=tek
nik+dasar+fotografi&ots=XKP7eKgh5P&sig=3T1Hm5SlhcF_5ymBaQ9d7yNH81I&redir_esc
=y#v=onepage&q=teknik dasar fotografi&f=false
[3] B. Karyadi, FOTOGRAFI: Belajar Fotografi, 1st ed. Bogor: NahlMedia, 2017. [Online].
Available:
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=pKeqDgAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA3&dq=fot
ografi+adalah&ots=JJ5GUrXn20&sig=B4kYFYxn_ti64QNw1BNYo1g_w0A&redir_esc=y#v=
onepage&q=fotografi adalah&f=false
[4] N. Anggraini, A. Azwardi, and I. Azro, “Pembuatan Media Pembelajaran Segitiga Exposure
Dalam Teknik Fotografi Dasar Berbasis Virtual Reality,” J. Lap. Akhir Tek. Komput., no. 1, pp.
28–42, 2021.
[5] S. A. all Aditya Halim Perdana Kusuma, Acai Sudirman, Agung Purnomo, “Brand Management :
Esensi, Posisi dan Strategi,” in Yayasan Kita Menulis, 1st ed., A. Riki, Ed. Medan: Yayasan Kita
Menulis, 2020, p. 176.
[6] A. Mufreni, “Analisis Industri Budaya Pada Desain Produk Kemasan Makanan Industri Kecil
Menengah (IKM),” Jurnal Ekonomi Manajemen, vol. 2, no. 2. pp. 48–54, 2016.
[7] A. Sani, S. Aisyah, A. Budiyantara, R. Doharma, A. Hindardjo, and F. Frieyadie, “Readiness
Technology And Success Model Information Technology In Implementation Between SMEs in
Jakarta,” JITK (Jurnal Ilmu Pengetah. dan Teknol. Komputer), vol. 7, no. 2, pp. 111–118, 2022,
doi: 10.33480/jitk.v7i2.2981.
[8] Y. Erlyana, “Analisis Peranan Desain Kemasan Terhadap Brand Identity Dari Sebuah Produk
Makanan Lokal Indonesia Dengan Studi Kasus: Produk Oleh-Oleh Khas Betawi ‘Mpo Romlah,’”
Natl. Conf. Creat. Ind., no. September, pp. 5–6, 2018, doi: 10.30813/ncci.v0i0.1316.
[9] D. Syafrida Hafni Sahir, Abdurrozzaq Hasibuan, Gagasan Manajemen. 2020.
[10] M. A. Rahman, “Teknik Pencahayaan Bouncing Flash Dalam Fotografi,” pp. 142–152.
[11] T. s. ko. Setiadi, Dasar Fotografi Cara Cepat Memahami Fotografi. Semarang: Penerbit Andi.
[Online]. Available:
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=81NLDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA49&dq=p
embelajaran+teknik+dasar+fotografi&ots=yS4PHCDiBm&sig=L7iKtosZC5_2_e9GXEe1SY7J
zo8&redir_esc=y#v=onepage&q=pembelajaran teknik dasar fotografi&f=false
[12] A. P. Gunawan, “Pengenalan Teknik Dasar Fotografi,” Humaniora, vol. 4, no. 1, p. 518, 2013,
doi: 10.21512/humaniora.v4i1.3460.
[13] B. A. Hananto, “Identitas Visual Digital Brand Dalam Sosial Media,” Semin. Nas. Desain dan
Arsit. 2019, vol. 2, pp. 56–61, 2019.

62
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional

Anda mungkin juga menyukai