Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri fotografi telah mengalami kemajuan pesat akhir-akhir


ini, yang difasilitasi oleh kemajuan teknologi seperti kamera digital
dan platform online, yang telah meningkatkan aksesibilitas dan
penyebaran karya fotografi lebih luas dan mudah. Menurut Hilman
(2008) menjelaskan bahwa evolusi fotografi terus meningkat seiring
dengan kemajuan teknologi, khususnya pada akhir abad ke-18 dan
awal abad ke-19. Era ini menyaksikan munculnya Kodak, produk
pionir yang menandai dimulainya bisnis fotografi. Kodak,
diperkenalkan oleh George Eastman pada tahun 1888, merupakan
kamera kotak kompak yang mudah dibawa-bawa dan dilengkapi
dengan gulungan film untuk pengambilan gambar. Perkembangan
pesat ini sejalan dengan berkembangnya beragam jenis kamera di
berbagai kategori dan teknologi, mulai dari kamera obscura yang
dulu ada hingga produk kontemporer seperti kamera saku, kamera
prosumer, kamera SLR/DSLR, dan kamera mirrorless saat kini
(Karyadi, 2017).

Kemajuan teknologi menghadirkan banyak peluang bagi


individu untuk terjun ke dunia fotografi dan mengejar karir sebagai
fotografer. Baik dilakukan sebagai hobi untuk mengisi waktu luang
atau sebagai profesi dan sarana rezeki finansial, fotografi
menawarkan beragam cara. Ekspansi bisnis fotografi sangatlah
besar, karena semakin mudahnya memperoleh sumber daya penting
dalam industri ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)

1
tahun 2018, subsektor ekonomi kreatif memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap perekonomian nasional, yakni menyumbang
7,44% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), 14,28% angkatan
kerja, dan 13,77% ekspor. Di Indonesia, terdapat sekitar 8,2 juta
bisnis kreatif, dan fotografi merupakan salah satu bisnis yang
menonjol di antara bisnis tersebut.

Menjadi seorang fotografer bukanlah sebuah profesi baru


secara global, ia memiliki latar belakang sejarah, seperti evolusi
fotografi itu sendiri, yang mencakup sejarah fotografer sebagai
seorang individu yang berdedikasi untuk mengabadikan momen
penting melalui foto. Menurut Segara (2012), fotografer adalah
seseorang yang menciptakan gambar dengan menggunakan cahaya,
baik melalui film maupun permukaan peka cahaya, dan berperan
penting dalam menentukan keaslian suatu foto. Kemajuan teknologi
fotografi menawarkan beragam pilihan kepada fotografer untuk
menampilkan karya kreatifnya (Irwandi, 2016). Terlibat dalam dunia
fotografi lebih dari sekadar membenamkan diri dalam dunia yang
penuh dengan kreativitas, keterampilan, keahlian teknis, dan persepsi
visual yang tajam. Hal tersebut melibatkan penyeimbangan berbagai
aspek proses lainnya. Menurut Syafrani (2010), menjadi fotografer
harus kreatif, memiliki keterampilan teknis fotografi yang sangat
baik, menunjukkan komunikasi yang efektif, menunjukkan
kemahiran dalam teknologi informasi, khususnya dalam program
komputer yang mendukung domain fotografi, fokus pada
menghasilkan foto berkualitas tinggi, dan membangun sebuah
personal branding yang kuat dan berkualitas.

Tokoh ternama di bidang fotografi telah membangun personal


brand yang kuat, seperti James Nachtwey dan Annie Leibovitz.
James Nachtwey dikenal sebagai fotografer perang dengan fokus
pada jurnalisme, sementara Annie Leibovitz terkenal karena potret

2
orang-orang terkenalnya. The New York Times memuji Annie
Leibovitz sebagai fotografer potret yang mampu memotret tokoh
paling berpengaruh di planet ini (www.nytimes.com).

Mengalihkan perhatian pada fotografer dunia yang sukses


dalam membangun personal branding, di Indonesia sendiri
khususnya di wilayah Surabaya, ada seorang fotografer lepas
(fotografer freelance) wanita terkemuka yang memiliki personal
branding unik. Anya Cahyarani Susanto, perempuan berusia 23
tahun yang menggeluti dunia fotografi sejak tahun 2014, menjelma
menjadi sosok ikonik yang meraih kesuksesan di bidang fotografi.
Berbagai genre fotografi telah ia jelajahi, termasuk foto katalog,
fotografi produk, dan fotografi jurnalistik. Saat ini, fokus spesifiknya
terletak pada fotografi pernikahan dan potret keluarga (foto family).
Awalnya berkecimpung di dunia penyiaran semasa duduk di bangku
sekolah kejuruan, Anya yang sebelumnya aktif di belakang layar kini
beralih menjadi fotografer dan pembuat konten (content creator)
yang saat ini intensitas kesehariannya berinteraksi langsung dengan
khalayak luas, baik di media sosial maupun offline. Memiliki nama
panggung Anya Cahyara, wanita asal Surabaya ini telah efektif
membangun personal branding yang khas. Dalam kurun waktu 3
tahun di TikTok, dia telah mengumpulkan 122K Followers, dan di
Instagram, dia memiliki 165K Followers.

Kesuksesannya dalam membangun personal branding di


media sosial, tentu membuka berbagai peluang besar bagi Anya
dalam melahirkan beberapa kolaborasi dengan brand ternama seperti
Canon Indonesia, Sandisk, Plasa Camera, Mezink Academy, dan
Saramonic. Tak hanya sampai disitu, Anya Cahayarani telah
mendapatkan kepercayaan sebagai Brand Ambassador Doss
Surabaya dan Gudang Camera Surabaya yaitu retailer terbesar
khusus perlengkapan fotografi di Surabaya.

3
Anya sering diundang sebagai pembicara di workshop dan
pameran fotografi, serta menjadi pengajar tamu di Home Schooling
Kak Seto. Prestasi luar biasa yang diraih Anya tidak terjadi melalui
jalan instan. Berawal dari kejenuhan selama pandemi Covid tahun
2020 ketika aktivitas dibatasi, Anya yang berprofesi sebagai
fotografer, terpaksa tidak bisa bekerja karena pembatasan yang
diberlakukan pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus.
Dihadapkan pada kebosanan dan tidak dapat melakukan aktivitas
fotografi seperti biasanya, perempuan berusia 23 tahun ini
memutuskan untuk mencoba membuat konten di platform media
sosial seperti Instagram dan TikTok pribadinya. Berbagi wawasan
perjalanan hidup dan beragam pengetahuan seputar dunia fotografi
menjadi konten pilihannya untuk Instagram dan TikTok. Awalnya,
tujuannya hanya untuk mengisi waktu luang dan menambah
portofolio. Namun, tanggapan positif yang tak terduga dan
peningkatan jumlah penonton melambungkan popularitasnya,
dengan pengikut media sosialnya yang terus meningkat seiring
berjalannya waktu.

Beragamnya konten Anya di Instagram dan TikTok telah


mengukuhkan reputasinya sebagai Fotografer Wanita Lepas
(fotografer freelancer) dan Pembuat Konten (content creator).
Menyadari kualitas khas dan daya tarik luar biasa yang dimiliki
Anya Cahyarani, peneliti tertarik untuk mendalami lebih dalam
kajian Personal Branding yang dimilikinya. Gadis 23 tahun yang
awalnya hobby fotografi kini berhasil menjelma menjadi seorang
fotografer profesional dan terkenal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana strategi

4
personal branding fotografer freelance Anya Cahyarani dalam
meningkatkan citra profesional?

1.3 Tujuan Penelitian


Maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis
strategi personal branding fotografer freelance Anya Cahyara dalam
meningkatkan citra profesional ni.

1.4 Manfaat Penelitian


Selaras dengan tujuan penelitian, maka terdapat beberapa
manfaat dari penelitian ini yaitu:
1.4.1 Manfaat Praktis
1. Membantu fotografer freelance dalam memahami pentingnya
personal branding dalam mencapai kesuksesan dan
pengakuan dalam industri fotografi.
2. Memberikan rekomendasi praktis kepada fotografer
freelance tentang langkah konkret yang dapat mereka ambil
untuk membangun dan mengelola personal branding mereka.
3. Mendorong fotografer freelance untuk mengembangkan
kesadaran diri yang lebih baik terhadap citra profesional
mereka dan bagaimana citra tersebut dapat mempengaruhi
karir mereka.

1.4.2 Manfaat Akademis

1. Menambah pengetahuan akademis tentang konsep personal


branding dan implementasinya dalam konteks industri
fotografi.
2. Menyumbangkan warna baru dalam penelitian kualitatif
menggunakan pendekatan fenomenologi yang dapat menjadi
bahan referensi bagi penelitian lain yang tertarik dalam
bidang personal branding dan dunia fotografi.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori


2.1.1 Circle C
Teori Circle C yang dicetuskan oleh Silih Agung Wasesa.
Dalam bukunya yang berjudul The Personal Branding Code:
Membangun Reputasi Positif Melalui Metode Circle-P, Wasesa
(2018) menjelaskan bagaimana personal branding terjadi. Melalui
teori ini dijelaskan tentang 5 faktor esensial yang menjadi tangga
dalam pembentukan personal branding yang meliputi competency,
connectivity, creativity, compliance, dan contribution. Berikut
penjabaran definisi setiap elemen Circle -C (Wasesa, 2018):

1. Connectivity

Konektivitas adalah sarana untuk menciptakan hubungan


sehingga orang lain dapat mengetahui keterampilan atau
kemampuan dalam diri kita sehingga dapat mempelajari dan
memanfaatkannya. Sangat penting bagi seseorang untuk
membangun hubungan antara keterampilannya dan hubungan
dengan orang lain. Kita dapat melakukan ini secara offline atau
online. Tujuan utamanya adalah untuk memungkinkan orang
lain memanfaatkan keterampilan mereka kapan saja.

2. Competency

Kompetensi adalah kualitas atau bakat yang ingin


seseorang tunjukkan untuk membedakan diri dari orang lain.
Selain itu, pentingnya Unique Selling Proposition (USP) dan
Emotional Selling Proposition (ESP) harus diperhitungkan
ketika membedakan suatu produk atau jasa. Proposisi Unique

6
Selling Proposition (USP) Tujuan dari proposisi adalah untuk
mempromosikan diri kita dan profesi kita sebagai entitas unik
sehingga kita dapat terhubung dengan target pasar kita
menggunakan keahlian kita. Sedangkan Emotional Selling
Proposition (ESP) adalah strategi yang kita gunakan untuk
menarik emosi target pasar kita dan mendapatkan dukungan
mereka. Keterampilan ini harus dipertimbangkan agar orang lain
dapat memahami, mengakui, dan menghargai kedekatan agar
dapat meninggalkan kesan yang baik pada otak dan emosi
audiens sasaran.

3. Creativity

Kreativitas adalah sebuah konsep baru untuk menjaga


segala sesuatunya tetap segar dan menarik. Selain itu kreativitas
bertujuan untuk mempengaruhi loyalitas audiens target melalui
orisinalitas dalam diri kita. Kreativitas difokuskan pada inovasi
yang dilakukan yang selalu membangkitkan rasa ingin tahu
orang lain tentang bakat kita. Keberadaan personal branding
yang pada akhirnya menjadi jenuh, diperlukan kreativitas untuk
merevitalisasinya. Kita harus berinovasi sendiri. Selain
memperbarui, kapasitas kita akan meningkat jika kita terus
berinovasi. Inovasi paling signifikan terjadi ketika kami
menyajikan banyak solusi kepada audiens target kita.
4. Compliance
Komplimen merupakan Salah satu pendekatan untuk
mengukur seberapa efektif personal branding memenuhi
persepsi yang dirasakan. Integritas, kejujuran, dan keterbukaan
terhadap sudut pandang yang berbeda juga merupakan
komponen kepatuhan. Semua hal ini akan merusak reputasi kita
jika diantara salah satu elemen tersebut rusak. Komponen
tersebut menjadi bagian dari upaya menjaga reputasi dan citra

7
seseorang dalam membangun personal branding.

5. Contribution
Kontribusi menjadi tolok ukur untuk mengukur persepsi
publik terhadap solusi yang kita tawarkan. Kontribusi adalah
pendekatan lain untuk menilai keterampilan dalam diri
seseorang dan menentukan apakah kesan yang seseorang buat
terhadap penonton itu positif atau negatif, serta apa yang kurang
atau harus dikurangi

2.1.2 Teori Kredibilitas Sumber


Teori kredibilitas sumber (source of credibility) sering dikaitkan
dengan komunikasi persuasif. Jika kita sadar bahwa individu yang
menyampaikan pesan tersebut adalah otoritas di bidangnya, maka
pesan persuasif akan lebih kuat (Azwar, 2015). Seorang
komunikator akan efektif dalam proses komunikasi jika ia mampu
membangun kredibilitas sumber, yang berarti memperoleh
kepercayaan komunikan. Kepercayaan pada komunikator
menunjukkan bahwa komunikan meyakini pesannya akurat dan
konsisten dengan kenyataan. Dapat dipercaya atau tidaknya
komunikator tergantung pada seberapa luas pengetahuan
komunikator dalam bidang keahliannya. Pendekatan ini sangat
menekankan pada komunikator sebagai faktor kunci keberhasilan
komunikasi.

Menurut Rahmat (2016) Kredibilitas sumber dalam memahami


seluruh fakta suatu topik dan keyakinan terhadap tingkat kebenaran
informasi yang diberikan menentukan kredibilitas komunikator. Dari
perspektif ini, dua komponen kredibilitas sumber adalah kompetensi
dan kepercayaan terhadap sumber atau komunikator. Terdapat daya
tarik yang merupakan faktor pelengkap dalam menentukan
kredibilitas seorang narasumber atau komunikator. Kredibilitas

8
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Keahlian

Menurut Rahmat (2016) keahlian adalah persepsi yang dimiliki


seorang komunikator terhadap keterampilannya sehubungan dengan
pokok bahasan yang dibicarakannya. Dapat disimpulkan bahwa
kompetensi komunikator berkaitan dengan seberapa baik ia
mempersepsikan kemampuannya dalam mengkomunikasikan pesan
dan penguasaannya terhadap subjek yang disampaikan.

b. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan persepsi khalayak terhadap kepribadian


atau karakter komunikator. Seseorang yang dipandang jujur, jujur,
bermoral, adil, sopan, atau beretika adalah komunikator yang
amanah (Rakhmat). Sumber tersebut akan kurang meyakinkan
dibandingkan seseorang yang dibujuk untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi jika khalayak yakin bahwa tindakan atau
pernyataan narasumber dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai
keuntungan eksklusif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Tergantung pada kepribadian komunikator atau narasumber, apakah
audiens akan mempercayainya atau tidak. Masyarakat akan beriman
kepadanya jika mereka memandangnya sebagai orang yang jujur dan
tulus dalam menyampaikan informasi, serta bermoral, adil, beretika,
dan sopan dalam ucapan dan tindakannya.

c. Daya Tarik

Menurut Rakhmat (2016) karena dapat mempengaruhi seberapa


baik seorang komunikator dalam membujuk orang lain, maka daya
tarik memegang peranan penting dalam pengembangan kredibilitas
seorang komunikator. Daya tarik seorang komunikator meliputi daya
tarik fisik dan daya tarik psikologis yang meliputi kemiripan,
kesukaan, atau keakraban. Kesamaan dimaksudkan untuk membuat

9
komunikator lebih menarik bagi pendengar karena kesamaan
karakteristik, seperti bahasa, agama, lokasi asal, atau ideologi.
Komunikator yang ahli akan diterima dengan baik karena audiens
tidak akan meragukan kompetensi dan integritasnya. Dengan
demikian komunikator tersebut akan lebih menarik jika dihargai
karena penampilan luarnya, kemiripannya, atau ketenarannya.

2.2 Kerangka Konseptual


2.2.1 Personal Branding
2.2.1.1 Definisi Personal Branding
Menurut Anholt (2003) branding melibatkan proses rumit
dalam membuat konsep, merencanakan, dan menyebarkan nama dan
identitas untuk membangun atau mengelola reputasi. Personal
branding, merupakan faktor yang melekat pada setiap individu, yang
pembentukannya di benak masyarakat atau individu bergantung pada
lingkungannya. Hubungan antara personal branding dan komunikasi
terlihat jelas dan memainkan peran penting dalam domain
profesional. Setiap orang memiliki sifat-sifat yang unik sejak lahir,
meliputi nama, penampilan, kepribadian, watak, bakat, dan berbagai
faktor lain yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Ketika keunikan berkembang, hal itu meluas hingga mencakup


keterampilan yang diperoleh seseorang. Beberapa individu
menyadari bahwa keistimewaan mereka tidak hanya berfungsi
sebagai suatu sifat yang unik tetapi juga merupakan sebuah prestasi
yang patut dicatat, terutama di era sekarang yang ditandai dengan
persaingan individu yang ketat dan peluang yang melimpah.
Personal branding muncul sebagai alat untuk meningkatkan nilai
pasar individu. Hal ini melibatkan pemanfaatan keterampilan,
kepribadian, dan karakteristik unik individu untuk menciptakan
identitas dengan kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan

10
orang lain. Personal branding secara tidak langsung dibangun
melalui pekerjaan atau profesi seseorang, bertujuan untuk
menumbuhkan persepsi positif masyarakat. Para peneliti, seperti
McNally dan Speak (2004), telah menguraikan tiga aspek mendasar
dari personal branding:

1. Kekhasan: Merek pribadi yang kuat menyoroti aspek-aspek


yang sangat spesifik atau unik yang membedakan seseorang,
termasuk penampilan fisik, kualitas pribadi, dan kemampuan.
2. Relevansi: Personal branding sering kali sejalan dengan
karakter seseorang, menunjukkan hubungan yang kuat dengan
sesuatu yang dianggap penting oleh masyarakat.
3. Konsistensi: Personal branding yang hebat dihasilkan dari
upaya berkelanjutan, yang mengarah pada penciptaan ekuitas
merek.

Berbagai penelitian menyelidiki personal branding, salah


satunya menggarisbawahi pentingnya personal branding yang
mencerminkan identitas seseorang dan mengikuti pedoman moral
dan perilaku yang ditetapkan dalam ambisi pribadi (Septriadi, 2012).
Personal branding berakar pada nilai-nilai kehidupan dan sangat
relevan untuk menyampaikan identitas asli seseorang. Hal ini
mendorong orang lain untuk menganggap individu sebagai sesuatu
yang berbeda dan unik, sehingga merek yang diciptakan akan
meninggalkan kesan abadi, bahkan jika individu tersebut mungkin
tidak mengingat detail spesifiknya. Konsistensi dalam konteks ini
berkontribusi untuk memperkuat personal branding. Perspektif lain
berpendapat bahwa personal branding adalah sumber daya yang
dimiliki oleh setiap orang, sehingga memerlukan budidaya,
pengembangan, dan pengelolaan, yang pada akhirnya mempengaruhi

11
kesuksesan (Anggrianto, 2012).

Membangun personal branding memerlukan waktu dan tenaga


yang besar, sehingga menuntut individu untuk mengalami
transformasi pola pikir dan persepsi diri. Personal branding
memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesuksesan. Jika
dikaitkan dengan kewirausahaan, pengelolaan personal branding
harus selaras secara proporsional dengan produk atau merek
perusahaan, sehingga menjamin keselarasan antara personal
branding pengusaha dan citra perusahaan. Sebaliknya, penelitian
yang mengaitkan personal branding dengan media sosial
berpendapat bahwa media sosial yang dianggap sebagai media baru,
praktis untuk sosialisasi dan membentuk persepsi (Kartika, 2017).
Saat ini, personal branding diadopsi oleh tokoh-tokoh nasional di
berbagai profesi, memberikan pengakuan dan pengakuan kepada
individu. Meskipun banyak penelitian sebelumnya yang
mengeksplorasi personal branding pada individu dan hubungannya
dengan media sosial, politik, dan kewirausahaan, terdapat diskusi
yang terbatas mengenai personal branding yang terkait dengan
pendiri dan citra perusahaan mereka. Oleh karena itu, peneliti
bertujuan untuk mempelajari strategi personal branding yang
digunakan oleh fotografer lepas Anya Cahyarani.

2.2.2 Fotografi
2.2.2.1 Pengertian Fotografi
Menurut para ahli fotografi berfungsi sebagai alat komunikasi,
memungkinkan individu menyampaikan pesan atau ide kepada orang
lain melalui media visual. Fotografi yang sering juga disebut media
foto berfungsi sebagai alat untuk mendokumentasikan momen atau
peristiwa penting (Sudarma 2014). Menurut Bull (2010)
menjelaskan bahwa istilah “fotografi” berasal dari kata Yunani
“photo” yang berarti cahaya, dan “graphy” yang berarti tulisan atau

12
gambar. Oleh karena itu, arti harfiah fotografi adalah tindakan
menulis atau menggambar dengan cahaya. Definisi ini
menggabungkan kejadian alami cahaya dengan aktivitas buatan
manusia dan ekspresi budaya seperti menulis dan
menggambar/melukis. Sedangkan Sudjojo (2010) menekankan
bahwa fotografi pada dasarnya adalah proses merekam dan
memanipulasi cahaya untuk mencapai hasil yang diinginkan,
mengkategorikannya sebagai keterampilan teknis dan bentuk seni.
Dalam buku “Foto Jurnalisme: Sebuah Pengantar” Gani dan
Kusumalestari (2014) menyatakan bahwa fotografi sebagai
keterampilan teknis melibatkan pengetahuan tentang teknik fotografi
yang benar, pengaturan pencahayaan, dan metode pengolahan
gambar. Di sisi lain, fotografi sebagai suatu bentuk seni mengandung
nilai-nilai estetika yang mencerminkan pikiran dan emosi
fotografernya, yang bermaksud menyampaikan pesan melalui
gambar atau foto. Ditekankan bahwa jika hanya mengandalkan
berbagai teori tentang fotografi dapat menghasilkan gambar yang
kaku, kusam, dan tidak berasa. Oleh karena itu, fotografi harus
diresapi dengan sentuhan artistic didalamnya.Beberapa profesi
fotografer pun beragam, mulai dari Freelance Photographer
Photojournalist, Fine Art Photographer, Fashion Photographer, dan
lain sebagainya.

2.2.3 Fotografer Freelance

Definisi seorang fotografer freelance sendiri yaitu seorang


fotografer yang tidak terikat secara tetap di suatu perusahaan. Para
fotografer ini menerima pekerjaan dalam bentuk project atau sesuai
dengan request klien yang membutuhkan jasanya. Terdapat beberapa
karakteristik yang dimiliki fotografer freelance yang komponennya
sendiri sama dengan karakteristik freelance, diantara:

a. Independen

13
Fraser-Thill, R. (2020) mendefinisikan bahwa
karakteristik utama dari pekerjaan freelance adalah
independensi. Seorang freelancer bekerja secara mandiri dan
tidak memiliki keterikatan dengan satu pemberi kerja tetap.
Mereka menjual jasa atau keahlian mereka kepada klien secara
independen. Kebebasan untuk mengatur waktu kerja, metode
kerja, dan pengambilan keputusan merupakan elemen kunci dari
independensi freelance.
b. Fleksibilitas

Menurut Mulcahy (2016) Fleksibilitas adalah


karakteristik penting lainnya dalam pekerjaan freelance.
Freelancer memiliki kebebasan untuk memilih proyek dan klien
yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka. Mereka juga
dapat menentukan jadwal kerja mereka sendiri, termasuk tempat
kerja. Fleksibilitas ini memungkinkan para freelancer untuk
mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi,
serta mengelola waktu mereka dengan lebih efektif.
c. Kerja Kontrak
Menurut Younger, J., & Smallwood, N. (2016)
memaparkan bahwa freelancer biasanya bekerja berdasarkan
kontrak atau proyek tertentu. Mereka tidak terikat dengan
pekerjaan tetap, melainkan mengerjakan proyek atau kontrak
dengan klien untuk jangka waktu tertentu. Setelah proyek selesai,
mereka dapat mencari klien baru atau proyek lain. Karakteristik
kerja kontrak ini memberikan fleksibilitas dan kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan dalam berbagai industri.
d. Kebebasan Finansial

Menurut Mulcahy (2016) menjelaskan bahwa salah satu


aspek menarik dari pekerjaan freelance adalah kebebasan
finansial. Sebagai freelancer, individu dapat menentukan tarif

14
mereka sendiri berdasarkan nilai dan kualifikasi mereka. Mereka
bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan mereka sendiri,
termasuk menentukan harga, mengatur pembayaran, dan
mengelola pajak. Kebebasan finansial ini memberikan
kesempatan untuk menghasilkan penghasilan yang lebih tinggi
jika berhasil.

Kepemilikan karakter utama independensi, fleksibilitas, kerja


kontrak, dan kebebasan finansial menjadikan pekerjaan freelance
menawarkan peluang dan tantangan yang unik bagi individu yang
memilih jalur karir ini. Menggunakan karakteristik ini sebagai
landasan, freelancer dapat mengembangkan karir yang memenuhi
kebutuhan dan tujuan mereka.

2.2.4 Citra Profesional


Menurut perspektif Goffman (1959), citra profesional mengacu
pada persepsi atau evaluasi yang dimiliki seseorang atau kelompok
mengenai reputasi, kompetensi, dan integritas seorang secara
profesional atau organisasi dalam konteks pekerjaan atau bisnis.
Berbagai faktor berkontribusi dalam pembentukan citra profesional,
antara lain keterampilan, pengetahuan, etos kerja, dan perilaku
interpersonal. Komponen citra profesional diuraikan sebagai berikut:
1. Keterampilan (Kompetensi)
Hal ini berkaitan dengan tingkat keahlian, pengetahuan, dan
kemampuan teknis yang ditunjukkan oleh seorang profesional
dalam pelaksanaan tanggung jawabnya.
2. Etos Kerja (Perilaku Etis)
Hal ini mencakup penyelarasan tindakan dan perilaku
profesional dengan norma etika yang berlaku dalam industri
atau profesi tertentu.
3. Integritas

15
Merujuk pada konsistensi dan kejujuran yang terlihat dalam
tindakan dan keputusan seorang profesional, serta komitmen
teguh terhadap nilai-nilai moral.
4. Perilaku Interpersonal (Perilaku Interpersonal)
Hal ini berfokus pada bagaimana seorang profesional terlibat
dengan kolega, klien, dan pihak terkait lainnya di bidang
profesional.
5. Reputasi (Reputasi)
Ini melibatkan keseluruhan penilaian dan opini yang dibentuk
orang tentang seorang profesional berdasarkan pengalaman atau
informasi yang tersedia.

16
2.3 Penelitian Terdahulu

Nama, Judul, Metode


No. Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
1. Aisyahani Tiara Deskriptif Menunjukan bahwa dalam
Puspita, Strategi kualitatif. membangun personal
Personal Branding brandingnya, Denny
Denny Santoso, mengutamakan konten yang
2019. dibagikannya di media sosial
atau website. Berkonsentrasi
pada pola pikir dan strategi
bisnis di ranah digital marketing.
Menyadari pentingnya
memenuhi kebutuhan pengikut
dan individu yang tidak terbiasa
dengan pemasaran digital, Denny
menekankan pentingnya
menghasilkan konten relevan
yang secara efektif
mengkomunikasikan personal
branding yang ingin ia bangun.
Denny mengakui bahwa konten
media sosial lebih dari sekedar
materi tertulis, sehingga
mendorongnya untuk
menggabungkan visualisasi
dengan memperkenalkan video
yang menampilkan wawasan
pemasaran digital.
2. Fransiskus Alderrio Deskriptif Secara menyeluruh ditemukan

17
Danar Arnando, kualitatif hasil bahwa komitmen Oza
Strategi dalam membangun Personal
Membangun Branding melalui konten
Personal Branding berbahasa ABG Jakarta Selatan
Oza Rangkuti dapat disebabkan oleh dua faktor
Melalui Konten utama. Pertama, kekhasannya
Bahasa Abg Jaksel terlihat melalui indikator spesifik
Di Media Tiktok dan variasi konten yang disajikan
(Studi Pada Akun Oza dengan menggunakan
TikTok bahasa ABG Jaksel. Kedua,
@Podcastkeselaje), konsistensi terlihat melalui
2023. indikator-indikator nyata yang
mencerminkan kekompakan dan
tekad Oza dalam membuat
konten TikTok. Bersamaan
dengan itu, melalui akun
@podcastkeselaje, Oza
menampilkan sosok-sosok yang
mewakili ABG Jaksel dengan
memadukan ciri khas perpaduan
bahasa, khususnya dialek Jakarta
Selatan.
3 Diana Sari Fajriati, Deskriptif Diketahui bahwa proses
Instagram Sebagai kualitatif membangun personal branding
Media Sosial Untuk di Instagram melibatkan minimal
Membangun tiga tahap: (1) pemilihan peran;
Personal Branding (2) mengawasi kinerja; (3)
di Kalangan mengelola tayangan. Pada tahap
Komunitas kinerja, pengguna Instagram
Instameet memanfaatkan fitur-fitur yang
Indonesia di disediakan oleh platform,

18
Jakarta, 2020. memanfaatkan berbagai elemen
di profil mereka untuk
menyampaikan “siapa saya?” Ini
mencakup aspek-aspek seperti:
(1) Konsep foto
(2) Keterangan foto
(3) Slogan/tagar.
Selanjutnya, setelah tayangan
atau gambar berhasil dikaitkan
dengan pengguna, manajemen
tayangan menjadi penting untuk
mempertahankan persepsi yang
sudah ada. Dalam proses
pengembangan personal
branding, pengguna Instagram
memerlukan upaya kolaboratif
dari orang-orang di sekitarnya,
khususnya dalam hal pembuatan
konten untuk postingan
Instagram dan menginvestasikan
waktu untuk menavigasi sistem
algoritma Instagram. Intinya,
situasi dan kesan yang
diproyeksikan di Instagram
merupakan hasil kolaborasi
beberapa individu.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dibaca penulis. Maka terlihat
bahwa penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian yang sudah
ada sebelumnya yaitu terletak pada objek penelitian, metode penelitian, dan fokus
penelitian. Objek penelitian yang dipilih penulis berbeda dengan penelitian yang

19
sudah ada sebelumnya atau bisa dikatakan sebagai objek penelitian baru dalam
ranah penelitian personal branding fotografer. Selain itu metode yang pilih
penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang
mana melalui fenomenologi ini penulis mampu lebih detail dalam memaparkan
diri objek penelitian penulis lebih detail. Hal tersebut dikarenakan adanya
keterlibatan penulis dengan objek penelitian secara langsung melalui
keikutsertaan setiap kegiatan ataupun event yang diikuti penulis. Sehingga
perolehan data lebih banyak dan pengamatan terkait beberapa indicator dalam diri
objek penelitian tersebut juga semakin luas. Pemilihan fokus penelitian strategi
personal branding fotografer freelance pun menjadi warna baru dalam penelitian
ranah komunikasi. Seorang yang bekerja dengan status freelance tidak serta merta
memiliki potensi atau keahlian yang minim. Namun justru seorang freelance
terkhusus fotografer memiliki ragam skill dan juga kemampuan personal branding
yang luar biasa sehingga mampu menarik vendor, company, dan lainnya untuk
bekerjasama dengan nya. Beberapa pertimbangan tersebut yang menjadikan
penelitian yang dilakukan peneliti berbeda dengan beberapa penelitian
sebelumnya.

20
2.4 Kerangka Berpikir

21
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif. Bogan dan


Tylor (dalam Moleong, 2014) mengungkapkan bahwa penelitian
menggunakan metode kualitatif ini memiliki hasil final berupa data
yang dinarasikan dengan rangkaian kata atau lisan dari perilaku
setiap individu yang menjadi fokus pengamatan. Menurut Creswell
(dalam Sugiyono, 2018) metode penelitian adalah aktivitas didalam
penelitian yang dilakukan mulai dari tahapan pengumpulan data,
kemudian melakukan analisis dan interpretasi terhadap data sampai
tercapainya tujuan penelitian.

3.2 Metode Penelitian


Penelitian yang menggali lebih dalam perjalanan personal
branding fotografer freelance Anya Cahyarani melalui media sosial
termasuk dalam kategori penelitian kualitatif dengan fokus kajian
fenomenologis. Menurut Creswell (2014), studi fenomenologis
bertujuan untuk menjelaskan makna menyeluruh yang dikaitkan
individu dengan beragam pengalaman hidup mereka terkait dengan
fenomena tertentu. Tujuan utama fenomenologi adalah menyaring
pengalaman individu terhadap fenomena ke dalam deskripsi esensi
universal.

Sejalan dengan perspektif Husserl (dalam Moleong, 2015),


fenomenologi diartikan sebagai eksplorasi pengalaman subjektif yang
menggali kesadaran dari sudut pandang primer individu. Artinya,
fenomenologi berkisar pada perjumpaan subyektif berbagai subjek
dengan tipe dan bentuk yang berbeda-beda. Intinya, studi

22
fenomenologis berupaya memahami makna pengalaman yang diakui
secara sadar oleh individu.

Husserl selanjutnya menyempurnakan fenomenologinya


menjadi fenomenologi murni, dengan menyatakan bahwa fenomena
murni adalah fenomena yang tidak terpengaruh oleh proses
rasionalisasi. Dalam konteks ini, segala sesuatu yang berada dalam
lingkup kesadaran manusia dapat dianggap sebagai fenomena dan
patut mendapat pengakuan. Untuk memahami dan mengungkap suatu
fenomena, seseorang harus mencermatinya dengan sangat jujur dan
murni.

3.3 Objek Penelitian

Menurut Moleong (2012) pada penelitian kualitatif merupakan


sumber data utama adalah teks. Teks disini terdiri dari tindakan dan
kata-kata orang-orang yang menjadi narasumber yang berupa sebuah
catatan, rekaman, foto, dan lain sebagainya sebagai sumber data
utama. Objek dari penelitian ini adalah bagaimana Anya Cahyarani
sebagai fotografer freelance dalam membentuk dan mengembangkan
personal branding sebagai Fotografer Freelance professional.

3.4 Teknik Penentuan Informan

Informan (sumber) penelitian adalah individu yang memiliki


sumber data yang melimpah tentang objek penelitian dan diminta
untuk memberikan informasi mengenai objek penelitian. Dalam
penelitian ini, kedudukan informan berperan sebagai sumber
penelitian yang menjawab pertanyaan dan memberikan informasi
yang dibutuhkan peneliti. Informan memiliki nilai dan motif sendiri,
yang dapat mengakibatkan konflik nilai atau niat antara informan dan
peneliti. Pemilihan informan didasarkan pada penilaian peneliti

23
tentang relevansi signifikan mereka dengan masalah penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat informan kunci yaitu Anya Cahyarani
Santoso. Sedangkan untuk informan pendukung memiliki kriteria:
1. Pernah terlibat Kerjasama atau projek tertentu dengan informan
utama
2. Menjadi rekan kerja atau rekan komunitas fotografi dengan
informan utama dengan kurun waktu lebih dari 6 bulan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Maryadi (2010) Teknik pengumpulan data pada


penelitian kualitatif memungkinkan diperolehnya data secara rinci
dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Menurut Sugiyono (2014)
di ini menjadi tahapan yang paling tepat dalam penelitian, yang
mana memiliki tujuan untuk mendapatkan data yang lebih kompeks.
Metode yang dipilih dalam pengumpulan data meliputi:
3.5.1 Wawancara
Menurut Sugiyono (2014), wawancara berfungsi sebagai
metode pengumpulan data ketika peneliti melakukan penelitian
pendahuluan untuk mengidentifikasi suatu masalah yang
memerlukan penyelidikan. Selain itu, wawancara sangat berharga
ketika peneliti bertujuan untuk mendapatkan wawasan mendalam
dari responden. Dalam penelitian ini, pertanyaan terstruktur
digunakan selama wawancara, karena peneliti menggunakan
panduan wawancara yang sistematis dan terstruktur penuh untuk
mengumpulkan data yang diperlukan secara teratur. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara terhadap informan terpilih
sebagai sumber data primer, dan wawancara ini dilakukan di
kediaman informan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman
dan terbuka untuk berbagi informasi.

24
3.5.2 Observasi
Menurut Syaodih (2013) merupakan metode pengumpulan
data dengan cara mengamati secara langsung terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung. Tujuan observasi adalah untuk memusatkan
perhatian pada aktivitas secara tepat, meneliti fenomena yang ada,
dan menguji hubungan antara berbagai aspek dari fenomena
tersebut. Melalui observasi, peneliti memperoleh data untuk
meningkatkan pemahaman atau memverifikasi informasi yang
diperoleh sebelumnya. Aktivitas observasi dalam penelitian ini
melibatkan kunjungan fisik ke lokasi dan terlibat dalam aktivitas
pengumpulan data yang diperlukan, dengan fokus khusus pada
strategi personal branding fotografer untuk memperoleh data
spesifik individu.
3.5.3 Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013) meliputi teks, gambar, atau karya
penting seseorang. Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi
melengkapi metode observasi dan wawancara, sehingga
meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas temuan. Menurut
Syaodih (2013), kegiatan dokumentasi dilakukan untuk melengkapi
metode observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini,
dokumentasi mencakup foto atau gambar yang menggambarkan
aktivitas personal branding.

3.6 Teknik Analisis Data


Menurut Nike & Ucca (2018), Moustakas mengeksplorasi
berbagai pendekatan fenomenologis dalam bukunya, termasuk
metode analisis data fenomenologis Van Kaam dan metode analisis
data Stevick-Collaizzi-Keen. Penelitian ini mengadopsi metode
analisis data Stevick-Collaizzi-Keen, yang meliputi langkah-langkah
berikut:
1. Peneliti secara cermat merinci fenomena-fenomena yang

25
ditemui subjek dengan mentranskripsikan wawancara kepada
subjek.
2. Peneliti menyoroti pernyataan-pernyataan penting yang
relevan dengan hasil transkripsi, suatu tahap yang disebut
horizontalisasi.
3. Langkah selanjutnya melibatkan pengumpulan makna, di mana
peneliti mengkategorikan pernyataan-pernyataan penting ke
dalam kelompok-kelompok tematik sambil menghilangkan
pernyataan-pernyataan yang berlebihan. Secara bersamaan,
peneliti melakukan tahap deskripsi tekstur dan deskripsi
struktural. Deskripsi tekstur mencakup pendokumentasian apa
yang dialami subjek, sedangkan deskripsi struktural mencakup
pendokumentasian bagaimana suatu fenomena dialami oleh
subjek, dengan mempertimbangkan konteks sosial, situasi, dan
kondisi pada saat terjadinya fenomena tersebut.
4. Selanjutnya peneliti melanjutkan ke tahap deskripsi esensi,
mengkonstruksi gambaran komprehensif tentang makna dan
esensi pengalaman subjek.

3.7 Teknik Keabsahan Data


Metode analisis data yang dipilih harus selaras dengan
karakteristik penelitian kualitatif, khususnya yang mengutamakan
analisis data induktif. Uji validitas data sangat penting untuk
menjamin keakuratan data yang dikumpulkan. Teknik yang
digunakan untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini
meliputi:
3.7.1 Triangulasi Sumber
Menurut Soegiyono (2014) Triangulasi sumber
dilakukan untuk menilai kredibilitas data dengan mencermati
informasi yang berasal dari berbagai sumber. Data tersebut
mengalami deskripsi, fragmentasi, dan perbandingan untuk

26
mengidentifikasi persamaan, perbedaan, dan perbedaan sudut
pandang pada ketiga sumber data. Triangulasi sumber dipilih
karena perlunya perbandingan beberapa data dari berbagai
sumber dan penelitian pendukung.
3.7.2 Member Check
Menurut Wimmer dan Dominic (2011), melibatkan
verifikasi data yang diperoleh peneliti dengan penyedia data.
Dalam metode ini, sumber diundang untuk meninjau catatan
dan kesimpulan peneliti, memastikan apakah peneliti secara
akurat mewakili pernyataan sumber. Jika data sesuai dengan
sudut pandang sumber, maka dianggap valid dan lebih dapat
dipercaya. Sebaliknya, jika temuan peneliti, dengan berbagai
interpretasi, tidak sejalan dengan sudut pandang penyedia
data, dan jika perbedaannya cukup besar, maka peneliti harus
menyesuaikan temuannya agar selaras dengan data yang
diberikan oleh sumber.

3.8 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini lokasi penelitian dilakukan dibeberapa


tempat lingkup wilayah Surabaya meliputi, Lapangan Tenis Hunting
foto bersama Anya Cahyarani X Gudang Kamera X MasaVisual,
Galaxy Mall, dan Jl. Gula Surabaya Jawa Timur.

27
BAB IV
OBJEK PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian


Anya Cahyarani Santo seorang fotografer freelance as a content creator
menganggap pekerjaan yang menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Sejak
pertama kali merintis karir di dunia fotografi ia selalu mencoba hal baru yang
berkaitan dengan hal yang digemari. Mulai dari mencoba genre Photo Yearbook,
Photo Catalog, Photo Product, Photo Jurnalis, Street Photography hingga saat ini
menemukan minat mendalam untuk fokus pada genrenya hanya pada foto
wedding dan foto family. Berbekal kamera yang belum secanggih saat ini Anya
terus bereksplorasi tentang dunia fotografi. Tahun 2025 menjadi titik tolak awal
Anya mulai PD memfoto dan memposting karyanya di media sosial. Sebelumnya
minat fotografi yang dimilikinya hanya didedikasikan untuk aktif dibidang
akademik maupun organisasi yang diikutinya selama sekolah. Hingga pada
akhirnya Anya mulai step by step menjajaki karir di dunia fotografi.
Anya yang awal mulanya ingin berfokus di balik layar saat ia duduk
dibangku Sekolah Menengah Kejuruan dengan menekuni bidang broadcasting
sesuai dengan jurusan yang ia ambil pada saat itu. Namun setelah mencoba
menjadi presenter, jurnalis, dan bidang lainnya Anya tidak menemukan feel yang
tepat dibidang tersebut. fotografi lah yang masih menduduki posisi utama yang
diminatinya dan membawanya happy mood. Hingga pada akhirnya ia mulai aktif
berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk berkarir di bidang fotografi. Tak
dibayangkan sebelumnya, Anya yang saat itu banyak job untuk jadi photographer
akhirnya harus dibatasi saat memotret karena adanya pandemi covid-19.
Sejak saat itu, Anya yang merasa gabut (kurang kerjaan) dan mulai bosan
karena hanya berdiam diri dirumah mulai mencoba ngoten tentang lika liku
kehidupan sebagai fotografer sesuai dengan profesinya saat itu. Bermula dari
iseng-iseng akhirnya konten yang dibuatnya mengundang banyak perhatian
khalayak. Hingga pada akhirnya ia mulai rajin mengonten sembari menunggu
pandemi mulai reda dan aktivitas motretnya dapat berjalan Kembali semula.

28
Namun siapa sangka dari konten yang diposting di media sosial Instagram dan
TikTok menjadikan nama Anya naik daun dan dikenal public sebagai fotografer
freelance cewek as a content creator dengan follower lebih dari 150k.
Semakin melejitnya nama Anya makin membuka peluang baru baginya
dalam mengembangkan karir. Berawal dari konten iseng mampu membawa Anya
sebagai pemateri di berbagai workshop, seminar, kopi darat, talkshow, dan masih
banyak lainnya. Tak hanya sampai disitu Anya juga dipercaya menjadi BA dari
beberapa brand ternama yang bergerak di bidang ritel perlengkapan kamera
hingga BA skincare. Berbekal dari personal branding yang dibangun di media
sosial Instagram dan TikTok mampu membawa Anya yang dulunya hanya sebagai
remaja cewek yang hobi foto kini terkenal sebagai influencer dengan branding
fotografer freelance as a content creator. Pencapaiannya yang luar biasa di media
sosial tidak membawa lupa pada jati dirinya sebagai seorang fotografer. Anya
masih aktif memfoto dan juga beberapa kesempatan aktif mengikuti motret bareng
para fotografer lokal.

4.2 Profil Anya Cahyarani Susanto


Anya Cahyarani Susanto Perempuan kelahiran Banjarmasin tahun 2000
silam ini telah menyukai dunia fotografi sejak duduk dibangku SMP. Bebekal
kecintaannya di dunia fotografi membawanya masuk di Sekolah Menengah
Kejuruan dengan penjurusan Broadcasting. Sebelum naik daun sekarang, dulu
Anya harus menyisihkan uang jajannya dan joki game online untuk dapat
menabung membeli kamera sebagai bentuk keseriusannya pada hobi motretnya.
Anya sapaan akrab cewek yang tinggal di Surabaya ini dulunya sempat menekuni
dunia broadcasting dan ada dibalik layer. Mulai dari menjadi penulis berita, editor
naskah, video editor dan masih banyak lainnya pengalaman yang ia geluti
sebelum memantapkan diri menjadi seorang freelance fotografer.
Dunia motret yang menurutnya sangat unik membuatnya kian tertarik untuk
menceburkan diri lebih dalam. Hingga ia mulai mencoba berbagai style dan genre
foto diawal tahun 2015. Saat itu Anya yang masih duduk dibangku SMK mulai
melangkah untuk berkolaborasi dengan fotografer lain untuk melakukan

29
pemotretan. Anya yang saat itu bisa dibilang newbie mulai membiasakan diri
memotret secara profesional dan menyesuaikan konsep foto yang sebelumnya
sudah disepakati. Tahun berlalu Anya yang sudah memiliki jam terbang luar biasa
akhirnya harus bisa membagi waktunya untuk kuliah dan juga freelance
fotografer. Keputusannya untuk menjadi freelance fotografer karena menurutnya
kerja freelance jauh lebih fleksibel, tidak terikat kontrak yang berkepanjangan,
dan ribet. Statusnya yang masih menjadi mahasiswa pun tidak akan terganggu
apabila ia memilih bekerja secara freelance.
Learning by doing yang merupakan prinsip Anya dalam dunia fotografi
membawa Anya menjadi Perempuan yang hobi mengeksplorasi diri dengan
berbagai genre fotografi yang anak. Berbagai genre sudah Anya coba pelajari
hingga pada akhirnya membawanya memiliki minat khusus di wedding
photography dan family photography. Tak hanya tentang memotret dan seni
fotografi, Perempuan kelahiran tahun 2000 ini memiliki ketertarikan kepada
kamera. Menurut Anya kunci seorang fotografer adalah memiliki taste tersendiri,
dan taste tersebut tidak hanya diperoleh dari pengalaman melainkan juga minatan
tentang memahami kamera sehingga bisa memaksimalkan gear yang ada untuk
menghasilkan karya yang luar biasa.
Berbagai pengalaman yang dimiliki Anya membawanya memiliki banyak
Kerjasama untuk memotret di setiap momen Bahagia. Jam terbang yang cukup
padat pada saat itu seketika mendapatkan penutupan dadakan akibat PPKM yang
ditetapkan pemerintah sebagai wujud mengurangi penyebaran covid-19. Dunia
fotografi wedding pada saat itu seakan mati suri. Anya yang sudah terbiasa
dengan banyak job motret akhirnya merasa bosan dan mulai berpikir mencari
kesibukan baru untuk mengisi waktu luangnya selama pandemi. Iseng-iseng
menjadi jalan tak terduga Anya menjadi seorang influencer terkenal dengan
branding Fotografer Freelancer as a Content Creator. Gadis 23 tahun yang hobi
membagikan tips and trik, suka duka, cara cerdas dalam dunia fotografi, dan
berbagai lika liku drama yang ada saat memotret membawa Anya terkenal sebagai
fotografer freelance cewek dengan konten menarik di media sosial Instagram dan
TikTok.

30
Kurang lebih 3 tahun aktif membuat konten di media sosial Instagram dan
TikTok, saat ini Anya memiliki lebih dari 165rb followers. Kesuksesannya
membuat konten di media sosial tak semata-mata membuatnya melupakan profesi
dirinya sebagai seorang fotografer. Di beberapa kesempatan kopi darat maupun
hunting foto bareng komunitas fotografer lokal Anya masih terlibat aktif
didalamnya. Branding Anya di media sosial yang aktif membagikan konten
tentang lika-liku tentang dunia fotografi tidak serta merta ingin menghapuskan
brandingnya sebagai fotografer. Konsep branding tersebut dipilihnya sebagai
bentuk strategi branding yang berbeda dari seseorang yang memiliki profesi
sebagai seorang fotografer pada umumnya yang lebih menunjukan hasil karyanya.
Strategi yang kerap kali dianggap aneh oleh sebagian orang karena tidak
menunjukkan karyanya bukan menjadi hal membosankan bagi Anya. Selain akun
@anyacahyara dengan 165k followers Anya juga memiliki second akun
Instagram yaitu @anyacahyarapotrait yang digunakannya sebagai media untuk
menunjukkan hasil karya jepretannya. Berbakal dari kesuksesan branding di
media sosial Perempuan Surabaya berhasil berkolaborasi dengan brand Canon.
Selain itu ia juga dipercaya sebagai BA dan berkolaborasi dengan beberapa brand
ritel penjualan alat kamera kenamaan diantaranya Plaza Kamera, Dorang Gadget,
Sandisk, dan Doss camera & gadget Surabaya. Selain itu di beberapa kesempatan
Anya juga dipercaya menjadi pemateri di Sekolah Khadijah Surabaya, Mezink
academy, Home Schooling Kak Seto Surabaya dan berbagai workshop lainnya di
berbagai kampus ataupun komunitas.
Kesuksesan dalam branding membawanya kian terkenal tidak hanya sebagai
fotografer tapi juga content creator yang luar bisa dengan segudang talenta. Gadis
humble Surabaya ini selalu berupa mengeksplorasi hal-hal kecil yang dianggap
remeh dalam dunia fotografi sehingga konten yang dibuatnya banyak diminati
khalayak karena dianggap relate dengan pengalaman para fotografer. Strategi
branding yang diterapkan bukan seolah tanpa alasan. Strategi tersebut diterapkan
guna menyasar segmen audiens yang tidak hanya berfokus pada hasil karya
namun belajar berbagai tips fotografi dan konten hiburan yang sesuai dengan
profesi fotografi. Penentuan segmen yang berbeda mampu membawa Anya

31
memiliki branding diri yang unik dari fotografer freelance cewek pada umumnya.

32
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, temuan


penelitian ini menjelaskan strategi personal branding yang digunakan oleh
fotografer freelance Anya Cahyarani untuk meningkatkan citra profesionalnya
akan dideskripsikan dalam berbagai sub pembahasan pada bab lima ini:
5.1 Strategi Personal Branding Anya Cahyara
Pembentukan personal branding bukanlah suatu pencapaian yang terjadi
secara instan, melainkan hasil dari interaksi yang terus menerus dengan publiK.
Hal ini bermula dari sifat-sifat bawaan seperti kepribadian, keterampilan,
kemampuan, dan keunikan yang membedakan seorang fotografer yang lainnya.
Proses perkembangan ini melibatkan pembangunan citra diri, menyelaraskan
individu dan karier mereka dengan merek pribadi yang khas (Hareon, 2016).
Bentuk upaya menumbuhkan personal branding, pendekatan yang efektif sangat
penting untuk mengelola dan menerapkan teknik yang membentuk persepsi orang
lain terhadap fotografer freelance. Tujuannya adalah untuk meningkatkan otoritas,
kepercayaan, dan pengakuan, khususnya dalam mengejar peran kepemimpinan
(Kurniawan, 2014). Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan penelitian
berdasarkan model Circle C dalam proses personal branding Anya Cahayarani
Susanto @anyacahyara terdapat temuan yang dikemas dalam 5 faktor penting
yang menjadi tangga dalam pembentukan personal branding yaitu Competency,
Connectivity, Creativity, Compliance, dan Contribution.
1. Competency
Menurut Yunitasari (2013), fase ini berkisar pada upaya membangun
reputasi atau personal branding, sehingga memerlukan kompetensi yang
khas dan dikuasai di bidang tertentu. Personal branding dibentuk melalui
metode komunikasi yang halus dan terorganisir dengan baik, yang
mewujudkan persepsi masyarakat tentang seseorang. Ini mencerminkan
nilai-nilai, ciri-ciri kepribadian, keterampilan, dan atribut yang membedakan
seseorang dari rekan-rekannya. Strategi di sini berfokus pada menampilkan

33
keterampilan atau kompetensi, yang menjadi penekanan utama dalam
membangun self-branding bagi fotografer lepas untuk menunjukkan
kemampuan mereka dan berkontribusi dalam membangun citra profesional.
Di era kontemporer, memanfaatkan konten media sosial merupakan pilihan
yang tepat untuk membangun personal branding. Menurut Aaker, J. (1997),
seorang pakar pemasaran, menganjurkan media sosial sebagai alat penting
untuk membangun dan memperkuat personal branding, menyoroti perannya
dalam memungkinkan individu mengelola citra mereka secara langsung dan
interaktif. Hal serupa juga dilakukan oleh Anya Cahayarani:

“Lewat media sosial Ig dan TikTok. Meskipun awalnya hanya


dari sebuah keisengan tapi dua media ini cukup memberikan
dampak luar biasa untuk menunjukan keterampilan kita dari
konten yang dikemas lebih relate dengan kehidupan fotografer
khususnya”(Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10
November 2023).

Gambar 5.2 Akun TikTok


@anyacahyaraa

Gambar 5.1 Akun Instagram


@anyacahyara

Menurut Wang, L., & Chen, Y. (2018) Fotografer dapat menggunakan


media sosial sebagai platform untuk memamerkan portofolio mereka dan
menunjukkan gaya fotografi yang unik. Ini membantu membangun identitas
visual yang kuat. Berbeda dengan strategi pemanfaatan media sosial yang
dilakukan Anya Cahyarani dalam menunjukan dirinya sebagai seorang

34
fotografer. Ia memiliki dua akun media sosial yang berbeda dengan tujuan
branding yang berbeda pula. Satu media sosial Instagram @anyacahyara
berfokus membangun personal branding melalui konten seputar dunia
fotografi dan satu akun lainnya @anyapotrait sebagai media sosial untuk
posting portofolio karyanya. Sebagai bentuk menonjolkan komptensi
dimedia sosial Instagram @anyacahyara memiliki strategi tersendiri:

“Sharing suka duka jadi seorang fotografer, gimana caranya


kamu menjadi fotografer, mulai dari gimana caranya dapet
cuan dari fotografi, gimana caranya dapetin client, gimana
caranya menghadapi client, gimana caranya bikin price list,
gimana caranya kamu memposisikan diri sebagai fotografer
disaat event atau ngejob terutama di acara wedding. Itu yang
aku sharekan di media sosial. Jadi fokus kontenku ga hanya
secara teknikal saja tetapi juga secara manner dan tujuannya
memberikan edukasi untuk jadi fotografer yang komersil”
(Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Gambar 5.3 Isi Konten Instagram @anyacahyaraa

35
Lebih lanjut Gadis 23 tahun ini mengungkapkan bahwa selain melalui
postingan dimedia sosial untuk menunjukan kompetensi diri sebagai
seorang fotografer yang membedakan kita dengan fotografer lain dimata
publiK yaitu dengan memiliki karakteristik tersendiri disetiap hasil jepretan
yang dihasilkan.

“Karakteristik pada tone photo dan karakteristik style. Setiap


fotografer pasti memiliki karakteristik yang berbeda dari sudut
pandang tone color dan style. Begitupun aku, dan itu yang
membuatku berbeda dengan fotografer lainnya” ”(Wawancara
Anya Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Gambar 5.4 Karakteristik Tone dan Style Foto Anya Cahyarani

36
Taktik yang dilakukan Anya dalam me nunjukan kompetensi sebagai
seorang fotografer juga secara tidak langsung membangun citra tersendiri
bagi fotografer tersebut dimata khalayak. Menurut Gibson, J. (2010),
seorang ahli fotografi, memiliki karakteristik diri yang kuat sebagai seorang
fotografer sangat penting untuk membedakan diri di pasar yang kompetitif.
Gibson menekankan bahwa setiap fotografer harus mengembangkan ciri
khasnya sendiri, baik dalam gaya fotografi, pendekatan artistik, atau fokus
subjek, untuk menarik perhatian klien dan peminat.
Mendapatkan karakteristik tersendiri sebagai seorang fotografer juga
tidak bisa didapatkan secara tiba-tiba. Dibutuhkan proses panjang sehingga
kita mampu mengetahui karakteristik seperti apa yang layak kita tonjolkan.
Perlu upaya eksplorasi dan eksperimen sebagai seorang fotografer dalam
membuka diri untuk mempelajari Teknik fotografi, pencahayaan, dan
komposisi untuk dapat menemukan karakteristiknya. Hal tersebut dapat
didapat melalui mencoba berbagai teknik, style, gendre, ataupun mengikuti
kelas terbuka bersama fotografer lainnya untuk dapat lebih mengeksplorasi
diri, ataupun dari sebuah kegiatan sertifikasi (Wang, 2018). Dalam
menemukan karakteristik dalam dirinya Anya Cahayarani lebih berokus
pada kegiatan eksplorasi diri

“Learning by doing. Menurutku cara paling ampuh untuk tahu


karakteristik kita yaitu dengan jam terbang dan mencoba
banyak genre. Dari situ kita bisa bisa tau karakteristik mana
yang lebih kita sukai dan cocok dengan karakteristik karya
kita” (Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10 November
2023).

Berbicara mendalam tentang upaya menemukan karakteristik diri dan


meningkatkan kompetensi diri dapat dilakukan melalui pendekatan terbaik
melalui penggabungan pelatihan formal dan pengalaman praktis. Gabungan
ini dapat memberikan landasan teoritis dan teknis sekaligus memungkinkan
pengaplikasian langsung dalam situasi dunia nyata bagi seorang fotografer
dalam mengembangkan keterampilan secara praktis (White, 2019). Hal

37
tersebut juga dilakukan oleh Perempuan dengan branding content creator
as a fotografer cewek di instagramnya:

“Sejauh ini untuk ningkatin skill foto beberapa kali mengikuti


semacam short class ataupun workshop. Itupun dulu di awal
awal nyebur di dunia fotografi, kalau untuk sertifikasi belum
pernah. Sejauh ini paling dominan ya learning by doing sih,
dan itu menurutku paling efektif untuk ngasah skill”
(Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Menurut Montoya, (2002) mengekspos dan membangun citra


keunikan dapat memberikan keunggulan kompetitif di pasar kerja dan
membantu seseorang untuk lebih mudah diingat oleh publik. Sehingga
sudah selayaknya taktik branding melalui media sosial dimaksimalkan oleh
fotografer sebagai bentuk upaya menonjolkan kompetensi diri dimata
audiens yang lebih luas.

2. Connectivity
Tahapan konektivitas ini berfokus pada bagaimana seorang individu
membangun jalan agar kompetensi bisa dirasakan manfaatnya oleh publik.
Dalm industri fotografi jaringan memungkinkan fotografer untuk
membangun hubungan, mendapatkan peluang kerja, dan berbagi
pengetahuan. Diera pesatnya teknologi saat ini media sosial menjadi alat
utama dalam memperluas jaringan seorang fotografer (Brown, 2000).
Pemanfaatan media sosial sebagai media branding tak terlepas dari upaya
Anya Cahyarani dalam memperluas koneksi dan jaringan profesionalnya.
Banyaknya followers dimedia sosial terkhusus instgram Anya memiliki
strategi khusus dalam membangun dan merawat koneksinya dengan
audiens:

“Membalas komentar audiens secara aktif. Selain itu membuka


QnA di story Instagram” (Wawancara Anya Cahyarani
Susanto, 10 November 2023).

Lebih lanjut Fotografer cewek asal Surabaya ini mengungkapkan

38
terdapat faktor utama dalam membangun koneksi yang kuat dengan audiens:

“Mentrend mereka seperti teman sendiri sehingga tidak terasa


ada gap antara aku sebagai konten creator dan audiens atau
followersku” (Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10
November 2023).

Gambar 5.5 Respon Anya Cahyarani Terhadap Komen Audiens di Media


Sosial Instagram

Menurut Kaplan (2010) Menanggapi komentar, pertanyaan, dan


umpan balik dari audiens secara aktif dapat membantu membangun koneksi
yang lebih erat. Interaksi langsung meningkatkan tingkat keterlibatan dan
menciptakan hubungan yang lebih personal. Selain itu melalui branding
aktif di media sosial juga mampu membuka peluang baru untuk
mendapatkan tawaran memotret. Pengalaman tersebut juga dirasakan Anya:

“Lebih dari 50% bisa dikatakan dari hasil rekomendasi melalui


media sosial, sisanya dari teman, bahkan temanpun terkadang
juga hasil rekomendasi dari Instagram” (Wawancara Anya
Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Menurut Brown, (2000) media sosial tidak hanya sebatas sebagai alat
yang kuat dalam membangun jaringan professional dalam industry fotografi.
Melalui media sosial yang menarik dan terlihat professional mampu
meningkatkan visibilitas dan menarik perhatian klien potensial. Dapat

39
dirasakan sendiri manfaat dalam mengembangkan karakter personal
branding melalui koneksi media sosial. Bersumber dari kompetensi diri
yang dikelola menjadi sebuah konsep branding mampu menciptakan
karakter yang kuat dan koneksi dapat dengan mudah terjadi melalui media
sosial dan menciptakan word of mouth tersendiri tanpa disadari.

3. Creativity
Menurut Amabile (1983) Kreativitas dapat membantu seseorang untuk
membedakan diri dari yang lain dan menciptakan citra yang unik dan
berkesan. Dalam personal branding seorang fotografer, kreativitas sering
kali mencakup ekspresi gaya fotografi yang unik. Fotografer dapat
mengintegrasikan elemen kreatif, seperti penggunaan cahaya, komposisi
yang inovatif, atau pemilihan subjek yang tidak konvensional. Dalam hal
ini Anya mengemasnya menjadi sebuah konten di akun instagramnya.

“Memberikan edukasi tentang teknis dalam fotografi seperi


pencahayaan, apa yang harus dipersiapkan saat memotret,
gimana caranya kamu menjadi fotografer, mulai dari gimana
caranya dapet cuan dari fotografi, gimana caranya dapetin
client, gimana caranya menghadapi client, gimana caranya
bikin price list, gimana caranya kamu memposisikan diri
sebagai fotografer disaat event atau ngejob terutama di acara
wedding. Edukasi dan juga hiburan yang relate dengan
kehidupan para fotografer yang menjadi fokus ide konten saya
di media sosial yang menurut saya unik dan berbeda dengan
konsep branding orang lain (Wawancara Anya Cahyarani
Susanto, 10 November 2023).

Gambar 5.6 Isi konten media sosial instagram Anya Cahyarani

40
@anyacahyara
Taktik serupa selaras dengan konsep branding visual melalui media
sosial. Fotografer sering menggunakan kreativitas dalam menceritakan
cerita visual mereka. Mengintegrasikan narasi yang kuat melalui fotografi
dapat menciptakan daya tarik dan membantu audiens terhubung dengan
merek pribadi fotografer (Berger, J., 2016). Selain itu dalam membuat
sebuah konten dimedia sosial sebagai bentuk branding perlu memperhatikan
beberapa sisi sehingga konten yang dihasilkan tepat sasaran dan bermuatan
positif. Dalam hal ini Gadis 23 dengan akun Instagram @anyacahyara ini
mengungkapkan strategi khususnya dalam menciptakan konten visual yang
menarik untuk diposting dimedia sosial instagramnya.

“Research ide konten. Biasanya dari komentar audiens di


postingan sebelumnya. Selain itu kadang juga ambil dari isu
yang sedang naik daun yang jika diolah bisa selaras dengan
konsep konten saya di Instagram” (Wawancara Anya
Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Tak hanya research ide konten dalam Perkembangan teknologi dan


perubahan format konten di media sosial dapat menjadi tantangan tersendiri.
Fotografer harus beradaptasi dengan perubahan ini untuk tetap relevan dan
menarik bagi audiens (Kaplan, 2010). Menanggapi hal tersebut Anya
sebagai seorang fotografer dengan followers 165K memiliki strategi
tersendiri.

“Kreativitas membuat ide konten simple dari pengalaman jadi


fotografer yang akhirnya konten tersebut bisa tembus puluhan
ribu viewers” (Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10
November 2023).

Lebih lanjut juga Anya menjelaskan bagaimana cara memanfaatkan


peluang yang ada.

“Optimalisasi konten lewat content planner. Biar kontennya ga


itu-itu aja, ga ngebosenin. Selain itu dengan selalu aktif buat
konten ataupun share apapun di Instagram. Selagi naik daun

41
harus mengoptimalkannya. Karena moment seperti susah
didapat. Selain itu mumpung engagement Instagram masih
bagus jadi potensi ini harus dimaksimalkan” (Wawancara Anya
Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Selain itu persaingan yang meningkat di media sosial menambah


tingkat kesulitan kesulitan tersendiri dalam menonjolkan diri. Sehingga
fotografer perlu mengembangkan strategi kreatif untuk membedakan diri
mereka dari pesaing dan menarik perhatian audiens untuk saat ini atau masa
yang akan datang. Menanggapi tantangan yang akan datang Anya sebagai
fotografer dan juga content creator memiliki rencana tersendiri dalam
memanfaatkan peluang yang ada.

“Untuk jangka pendek selalu aktif bikin konten dengan content


planner yang ga jauh-jauh dari kehidupan fotografer. Jangka
panjang bangun branding yang lebih maksimal di akun
@anyapotrait. Selebihnya mengikuti trend yang ada seiring
berjalannya waktu” (Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10
November 2023).

Gambar 5.7 Akun Instagram Gambar 5.8 Akun Instagram


@anyacahyara @anyapotrait

Meningkatnya nilai kompetensi dalam branding dimedia sosial serta


proses kreatif yang terus menerus secara tidak langsung menyebabkan
kelelahan kreatif dan burnout. Sebagai bentuk mengatasi hal tersebut
fotografer perlu menemukan cara yang tepat untuk tetap terinspirasi dan
menjaga keseimbangan antara kreativitas dan pemeliharaan diri (Amabile,

42
et. al, 2016). Mengahadapi tantangan tersebut Anya memiliki cara
tersendiri.

“Mau buka diri. Dimana setiap ada kumpul komunitas atau


kegiatan hunting foto bareng fotografer lain harus selalu aktif.
Sehingga dari semakin banyaknya kita bertemu orang akan
bertemu juga dengan cerita unik baru dan dari situ konten
konten luar biasa dilahirkan” (Wawancara Anya Cahyarani
Susanto, 10 November 2023).

Gambar 5.9 Hunting Foto Bareng


Komunitas Fotografer Surabaya

Jadi, mengasah dan mengemas kreativitas ide dibutuhkan konsistensi,


ketekunan, dan keterbukaan. Sehingga dari aktivitas yang dijalankan
membawa kegembiraan bukan keterpaksaan yang mudah menimbulkan
kebosensn. Sehingga aktivitas olah diri dan olah ide tidak hanya dilakukan
sesaat melainkan berkelanjutan dan tidak dalam waktu instan.

4. Compliance
Menurut Dutton (1994) dalam membangun personal branding,
penting untuk mempertimbangkan kesesuaian dengan pasar atau industri
tertentu. Memahami norma dan nilai yang diakui dalam industri dapat
membantu membangun citra yang relevan dan diterima. Aspek compliance
juga diperlukan seorang fotografer terkhusus yang terjun dalam dunia
content creator. Aspek ini dibutuhkan untuk menjaga citra dan reputasi
dalam membentuk personal branding. Dalam hal ini Anya Cahyarani

43
Content creator as a fotografer cewek asal Surabaya memiliki pandangan
tersendiri dalam menjaga compliance.

“Bukan hasil karyanya tapi lebih mengedukasi tentang menjaga


etika, manner, dan penampilan saat sedang kerja. Point
tersebut juga beberapa kali aku jadiin bahan konten untuk
edukasi ke audiens” (Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10
November 2023).

Gambar 5.10 Isi Konten Media Sosial Instagram @anyacahyara

Selain itu dari sudut pandang prinsip pembuatan konten di media


sosial Anya juga memiliki standarisasi tersendiri.

“Mulai dari buat konten yang tidak menyinggung rasa,


menghindari bahas soal kekerasan, pembunuhan, atau agama
yang sangat sensitif” (Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10
November 2023).

Selaras dengan pendapat tersebut gadis kelahiran Banjarmasin ini


mengungkapkan melalui branding yang dibangun di media sosial dengan
memperhatikan aspek seperti yang dijelaskan sebelumnya, ia ingin dikenal

44
publik sebagai fotografer multitalenta.

“Fotografer multitalenta yang humble, selalu menjaga manner


dan etika dimanapun berada, memotret dengan hati disetiap
kesempatan. Ketika kamu ingin memotret dengan hati. Sehingga
hasil yang kamu hasilkan dapat ngena dihati” (Wawancara
Anya Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Dengan mematuhi aspek ini, kita dapat menggunakan pendekatan


yang benar untuk menilai sejauh mana keberhasilan personal branding
sejalan dengan persepsi yang dianggap, yang mencakup nilai-nilai
integritas, kejujuran, dan keterbukaan dalam menyatakan pendapat.

5. Contribution
Menurut Wasesa (2018), kontribusi berfungsi sebagai metrik untuk
mengukur efektivitas solusi yang diberikan kepada publik. Posisi ini
bertindak sebagai metode untuk mengevaluasi kapasitas seseorang untuk
mengukur kecukupan reputasi yang diberikan kepada audiens, menentukan
apakah peningkatan diperlukan dan mengidentifikasi elemen yang dapat
disempurnakan atau dikembangkan lebih lanjut. Dalam ranah personal
branding, fotografer juga membutuhkan atribut tersebut. Mereka dapat
berkontribusi pada personal branding dengan terlibat dalam penyampaian
cerita visual. Kemampuan menarasikan cerita melalui gambar berperan
penting dalam menciptakan kesan yang menarik dan bertahan lama di benak
penonton, seperti yang ditegaskan (Berger, 2013). Selaras dengan aspek
tersebut, Anya menunjukkan pendekatan khas dalam memberikan nilai
tambah kepada audiensnya.

“Meningkatkan value dan insight kepada followers. Melalui


konten yang relate dengan kehidupan fotografer” (Wawancara
Anya Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Penggunaan media sosial sebagai saluran ekspresi dan distribusi karya


bagi seorang fotografer dapat dilakukan secara aktif dengan keterlibatan

45
dengan audiens dan menjaga reputasi sebagai bentuk mendukung citra yang
kuat dan positif dimata audiens. Selaras dengan hal tersebut Fotografer
cewek Surabaya ini memiliki taktik tersendiri.

“Memaksimalkan konten yang ada kemudian melalui berbagi


cerita saat sedang memotret. Dari situ orang lain dapat tau jam
terbang kita dan bagaimana kita mengatasi hal-hal tak terduga
yang ditemui saat memotret” (Wawancara Anya Cahyarani
Susanto, 10 November 2023).

Selain aktif dimedia sosial kontribusi dalam membangun jaringan


professional yang lebih luas diperlukan dengan terbuka dibeberapa
komunitas ataupun projek kolaborasi. Kolaborasi ini tidak hanya
memperkaya portofolio tetapi juga memperluas jaringan dan eksposur
(Smith, 2016). Berkaitan dengan hal tersebut Anya juga melakukan hal yang
serupa. Aktif dibeberapa komunitas dan terbuka terhadap kegiatan hunting
foto bareng beberapa fotografer yang ada di wilayah Surabaya dan
sekitarnya.

“Terlibat aktif dikomunitas dan juga aktif respon audiens


disetiap postingan. Dari situ akan melahirkan jaringan yang
baik dan tanpa kita sadari akan membuka peluang kerja
berikutnya” (Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10
November 2023).

Gambar 5.4 Hunting Foto Bareng Gudang Kamera

46
Tak hanya sampai disitu, sebagai bentuk branding yang dilakukan
Anya dari aspek kontribusi ini selain berfokus dalam meningkatkan reputasi
dan kolaborasi juga berfokus pada melihat peluang dan kontribusi kedepan
dalam melihat persaingan. Menanggapi hal tersebut Anya memiliki cara
optimalisasi trend tersendiri yang dikemasnya menjadi sebuah konten yang
mengena diingatan publik.

“Mengikuti trend yang ada. Karena aku percaya baik didunia


fotografi atau di content creator itu ada pasang surutnya. Sehingga
dari situ penting untuk kita bisa memanfaatkan waktu yang ada
dengan sebaik mungkin dengan cara menguatkan branding kita
dimata public. Dari situ keberadaan kita masih selalu diingat
Masyarakat. Selain itu dari semakin ketatnya kalau aku lebih
mengajak kolaborasi mereka. Karena dari kolaborasi kita akan
menghasilkan karya baru yang luar biasa bukan malah bersaing”
(Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Menyoroti aspek ini keterlibatan aktif dimedia sosial sudah


selayaknya diselaraskan dengan keterlibatan aktif dibeberapa komunitas
fotografer ataupun kegiatan hunting foto bersama fotografer wilayah. Hal
tersebut dilakukan selain sebagai bentuk membangun reputasi yang lebih
luas juga bentuk mendukung citra yang kuat dan positif.

6. Consistency
Menurut Haroen (2014) menunjukkan bahwa personal branding yang
kuat biasanya muncul dari upaya branding yang berkelanjutan di berbagai
saluran, mewakili komitmen untuk membangun keunggulan merek yang
bertahan lama, yang sering disebut sebagai penanaman ekuitas merek yang
berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut Gadis 23 Tahun asal Surabaya ini
memanfaatkan media sosial untuk membangun personal branding.

“Konsisten buat konten di media sosial. Itu kunci utama bangun


personal branding digital. Setelah itu baru menentukan segmen

47
personal branding yang ingin dituju. Sehingga cara buat konten yang
tidak jauh-jauh dari kompetensi yang dimiliki” (Wawancara Anya
Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Konsistensi Anya dalam membangun keunggulan merek secara tidak


langsung memberikan dampak pada makin luasnya jaringan relasi. Efek dari
hal tersebut dibuktikan melalui terbukannya kesempatan Anya untuk
dipercaya menjadi pengisi acara dan juga jadi brand ambassador dibeberapa
brand terkenal di Surabaya yang bergerak di retail fotografi dan juga
kecantikan.

Gambar 5.5 Dokumentasi Konten


Bersama Gudang Kamera
Gambar 5.6 Dokumentasi Konten
Bersama Djava Optic

Gambar 5.7 Dokumentasi Konten Gambar 5.8 Dokumentasi Konten


Bersama Informa Bersama Jete Indonesia

48
Hal tersebut secara tidak langsung efek dari upaya dalam
membanggun keunggulan merek yang kuat bisa membuahkan hasil dan
menjadikan Anya memiliki posisi tersendiri dimata public. Sehingga dalam
jangka waktu 3 tahun gadis 23 tahun tersebut bisa semakin popular dengan
165k followers di Instagram dan 122k Followers di TikTok dengan
konsitensi yang dimilikinya sehingga tetap mampu mempertahankan
keunggulan merek dan mampu bersaing disemakin ketatnya industry
fotografi serta content creator di media sosial. Sisi yang berbeda ditunjukan
Anya melalui media sosial seperti Instagram dan TikTok, Anya tidak hanya
menyoroti aspek teknis fotografi tetapi juga berbagi wawasan komersial dan
sikap fotografer. Membangun citra yang khas melalui pengalaman
pribadinya, Anya menciptakan hubungan akrab dengan audiensnya,
meminimalkan kesenjangan antara pembuat konten dan pengikut.
Kreativitas Anya tidak hanya terbatas pada fotografi, melainkan juga
mencakup konten edukatif dan hiburan seputar kehidupan seorang
fotografer. Fokus pada kepatuhan dan menghindari topik sensitif, Anya
memberikan pendidikan tentang etiket dan tata krama. Kontribusinya
melalui konten yang memberikan nilai dan wawasan tidak hanya
memperluas jaringan, tetapi juga meningkatkan eksposur dalam komunitas
fotografi. Secara keseluruhan, pendekatan ini dapat menjadi panduan
berharga bagi fotografer lain dalam membangun merek pribadi yang kuat
dan unik di bidang fotografi yang kian kompetitif. Secara keseluruhan,
berdasarkan analisis 6 komponen Circle C Anya Cahyarani menerapkan
strategi personal branding yang holistik. Anya Cahyarani menyeimbangkan
setiap komponen yang ada. Selain itu dalam hal ini konsistensi Gadis
kelahiran Banjarmasin ini menjadi point yang mendominasi dalam
membangun personal brandingnya. Konsistensi yang dibangunnya
menjadikannya mampu bertahan dengan ketatnya persaingan dunia fotografi
melalui konsisten bangun branding di media sosial dari sebuah konten yang

49
rajin diuploadnya dengan menerapkan schedule content 1 Day 1 Content.

5.2 Citra Profesional Anya Cahyarani Susanto


Menurut Li, X., & Wang, D. (2018) citra profesional seorang fotografer
freelance memiliki arti penting dalam lingkungan yang kompetitif. Di era
kemajuan teknologi dan meluasnya penggunaan media sosial, citra profesional
seorang fotografer tidak hanya sekedar kualitas karyanya, tetapi juga mencakup
aspek-aspek seperti etika kerja dan interaksi dengan client. Fotografer lepas,
seperti Anya Cahyarani, secara sistematis membangun citra profesional dengan
berfokus pada berbagai elemen, termasuk keterampilan teknis, etika kerja,
pemasaran pribadi, kreativitas, dan kontribusi pada industri fotografi.
1. Keterampilan Teknis
Anya Cahyarani menekankan pentingnya mengembangkan
keterampilan teknis yang kuat sebagai pondasi utama dalam membangun
personal branding.

“Konsisten buat konten di media sosial. Itu kunci utama bangun


personal branding digital” (Wawancara Anya Cahyarani
Susanto, 10 November 2023).

Melalui media sosial, khususnya Instagram dan TikTok, Anya


memamerkan portofolio yang mencerminkan keahlian dan gaya
fotografinya. Sebagai media branding dengan segmen yang berbeda untuk
media sosial Instagram Anya memiliki dua akun yang berbeda. Akun
Instagram dengan username @anyacahyara berfokus sebagai brandingnya
sebagai seorang content creator as a fotografer freelance cewek, sedangkan
akun Instagram dengan username @anyapotrait berfokus sebagai wadah
portofolio karya hasil jepretannya. Sedangkan media sosial Tiktok dengan
username @anyacahyaraa berisikan konten yang lebih 2 in 1. Dimana ada
konten yang mengulas tentang brandingnya sebagai fotografer ada juga

50
konten yang berisikan hasil jempretannya saat mengadakan challage di
konten tersebut.

Gambar 5.9 Akun TikTok @anyacahyaraa

51
Gambar 5.10 Akun Instagram Gambar 5.11 Akun Instagram
@anyacahyara @anyapotrait

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam mengikuti


kegiatan workshop bersama Gudang Kamera X MasaVisual Pada tanggal 25
September 2023 terlihat Anya memberikan edukasi tentang aspek teknis
fotografi, mulai dari pencahayaan hingga cara menghadapi klien,
menciptakan konten yang tidak hanya memperlihatkan keterampilan teknis
tetapi juga aspek-aspek lain seperti etika dan perilaku profesional. Berbagai
ide konten yang disampaikan Anya dalam workshop tersebut, juga dapat
terlihat diakun media sosial Instagram Gadis 23 tahun ini diupload di
instagramnya @anyacahyara juga terdapat beragam konten befokus pada
edukasi, informasi, dan hiburan.

2. Etika Kerja
Dalam membangun citra profesional, Anya Cahyarani fokus pada
aspek etika kerja. Ia mengedukasi audiensnya tentang pentingnya etika,
perilaku, dan penampilan yang baik saat bekerja. Strateginya termasuk
membagikan pengalaman sebagai seorang fotografer, mulai dari
menghadapi klien hingga menyusun price list. Dengan memperlihatkan sisi
manusiawi dan profesionalnya, Anya menciptakan citra yang baik di mata
klien dan audiens. Hal tersebut juga dirasakan Cantika Helva Azizi salah
satu client Anya dan pernah beberapa kali menjadi model dalam projeknya
yang berkolaborasi dengan Anya Cahyarani.

“Kualitas diri sebagai fotografer, skill public speaking, dan


juga etikanya saat memotret yang membuat client merasa

52
nyaman” (Wawancara Cantika Helva Azizi, 20 Desember
2023).

Bersumber dari hasil wawancara bersama client Anya dapat terlihat


bahwa kemampuan komunikasi interpersonal gadis asal Surabaya ini
positif.

“Komunikasi secara interpersonal. Ya karena dasarnya kak


Anya orangnya humble jadi nyaman kalau bahas apapun
dengan kak Anya, dan orangnya juga ga sombong jadi kita
lebih enjoy” (Wawancara Cantika Helva Azizi, 20 Desember
2023).

Etika Anya yang positif saat memotret menjadikan client merasa


nyaman dan ga canggung menjadikan nilai plus tersendiri untuk Anya.
Selain itu rasa enjoy selama pemotretan menjadikan client merasa cocok
dipotret gadis 23 tahun tersebut dan berminat bekerjasama kembali dengan
Anya untuk mengabadikan moment spesialnya. Serta dengan senang hati
merekomendasikan Anya ke orang lain yang membutuhkan atau bertanya
kepada Cantika.

3. Pemasaran Pribadi
Menganalisis secara mendalam pada aspek ini Anya menggunakan
media sosial sebagai alat utama untuk membangun dan memperkuat
personal branding.

“Konsisten buat konten di media sosial. Itu kunci utama bangun


personal branding digital. Setelah itu baru menentukan segmen
personal branding yang ingin dituju. Sehingga cara buat konten
yang tidak jauh-jauh dari kompetensi yang dimiliki. Konten
yang dihasilkan memiliki tipe-tipe yang relate dengan

53
kehidupan seputar fotografer sehingga kontennya bersifat
review pengalaman. Dari situ branding yang kuat secara tidak
lansung meningkatkan citra professional dimata public”
(Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Sebagai bentuk pemasaran pribadi dalam jangka pendek saat ini


berfokus pada memiliki dua akun Instagram dengen segmen branding yang
berbeda, @anyacahyara untuk personal branding dan @anyapotrait untuk
membagikan portofolio, dia mengelola citranya dengan cara yang lebih
langsung dan interaktif.

Gambar 5.12 Akun Instagram Gambar 5.13 Akun Instagram


@anyacahyara @anyapotrait

Melalui dua akun Instagram tersebut Gadis kelahiran Banjarmasin


tersebut memiliki strategi tersendiri dalam mengambil peluang dengan
engagement di media sosialnya yang sudah bagus dan memiliki banyak
followers.

54
“Untuk jangka pendek selalu aktif bikin konten dengan content
planner yang ga jauh-jauh dari kehidupan fotografer. Jangka
panjang bangun branding yang lebih maksimal di akun
@anyapotrait. Selebihnya mengikuti trend yang ada seiring
berjalannya waktu” (Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10
November 2023).

Selain itu untuk meningkatkan kualitas konten yang dihasilkannya


Anya juga melakukan strategi khusus yaitu dengan membuat content
planner dengan tujuan agar kontennya tidak monotan dan membuat audiens
merasa bosan.

“Optimalisasi konten lewat content planner. Biar kontennya ga


itu-itu aja, ga ngebosenin. Selain itu dengan selalu aktif buat
konten ataupun share apapun di Instagram. Selagi naik daun
harus mengoptimalkannya. Karena moment seperti susah
didapat. Selain itu mumpung engagement Instagram masih
bagus jadi potensi ini harus dimaksimalkan” (Wawancara Anya
Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Kreativitas Anya dalam membuat konten di media sosial yang unik


juga dirasakan oleh client Anya yaitu Cantika Helva Azizi.

“Branding yang unik di media sosial instagramnya membuat


followers ga merasa bosan, bahkan mudah ingat dengan konten
kak Anya, yang ringan bahasannya tapi releted banget sama
kehidupan sehari-hari” (Wawancara Cantika Helva Azizi, 20
Desember 2023).

Tak hanya sampai disitu, Anya juga kerap kali mengajak kolaborasi
sesama fotografer ataupun model yang pernah dipotretnya untuk melakukan
projek baru. Hal tersebut dianggap Anya selain sebagai bentuk memperluas

55
dan menjaga jaringan professional dengan sesama fotografer ataupun model,
upaya tersebut juga mampu menjadi strategi pemasaran soft selling
tersendiri baginya.

4. Kreativitas dan Inovasi


Anya menekankan pentingnya kreativitas dalam membedakan dirinya
dari fotografer lain. Ia menjelaskan bahwa setiap fotografer harus
mengembangkan ciri khasnya sendiri, baik dalam gaya fotografi maupun
pendekatan artistik. Melalui media sosial, Anya tidak hanya menunjukkan
keterampilan teknisnya tetapi juga kreativitasnya dalam merancang konten
yang unik dan berbeda.

“Kreativitas membuat ide konten simple dari pengalaman jadi


fotografer yang akhirnya konten tersebut bisa tembus puluhan
ribu viewers” (Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10
November 2023).

Keunikan yang ingin Anya tampilkan tidak serta merta tanpa tujuan.
Hal tersebut dilakukan Anya untuk dapat dikenal publik sebagai fotografer
serba bisa.

“Fotografer multitalenta yang humble, selalu menjaga manner


dan etika dimanapun berada, memotret dengan hati disetiap
kesempatan. Ketika kamu ingin memotret dengan hati. Sehingga
hasil yang kamu hasilkan dapat ngena dihati. Hal tersebut
dilakukan dengan cara memegang teguh karakteristik dalam
diri yang sudah ada” (Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10
November 2023).

Keunikan branding tersebut dapat dilihat dari unggahan konten di


akun Instagram Anya Cahyarani @anyacahyara

56
Gambar 5.14 Isi Konten Akun Instagram @anyapotrait

5. Keterlibatan dalam Komunitas


Berdasarkan observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti Anya
Cahyarani Susanto dalam meningkatkan citra professional ditahapan
konektivitas berfokus pada perluasan jaringan profesionalnya. Hal tersebut
dilakukan Anya dengan aktif bergabung di komunitas fotografer Surabaya

57
dan beberapa kesempatan melakukan kegiatan hunting foto bareng.

Gambar 5.14 Isi Konten Akun Instagram @anyapotrait

Anya menunjukkan betapa pentingnya membangun jaringan dan


koneksi dalam industri fotografi. Selain Aktif di komunitas fotografi anya
kerap kali merespon komentar audiens, dan kemudian komentar tersebut
dijadikannya ide konten di media sosialnya.

58
Gambar 5.15 Konten Hasil Repost Komentar Audien di Akun TikTok @anyacahyaraa

Selain merepost komentar audiens di setiap unggahan kontennya.


Anya juga tak jarang melakukan QnA di Instagramnya. Strategi tersebut
dipilih Anya untuk membangun koneksi yang erat dengan audiensnya.
Melalui keterlibatan ini, Anya membangun hubungan seperti teman dengan
audiensnya, menciptakan ikatan yang lebih personal.

Gambar 5.16 Sesi Live QnA Diakun Instagram @anyacahyara

6. Kontribusi dan Reputasi


Anya memahami pentingnya memberikan nilai tambah kepada
audiensnya. Melalui konten yang berkaitan dengan kehidupan seorang
fotografer, dia berusaha memberikan insight dan nilai kepada followersnya.
Dengan berbagi cerita saat memotret dan melibatkan audiens dalam proses
kreatif, Anya menciptakan hubungan yang erat dan kontributif. Hal tersebut
dapat terlihat dari unggahan konten Anya di instagramnya.

59
Gambar 5.16 Cuplikan isi konten Instagram @anyacahyara

Gadis kelahiran Banjarmasin ini memilih konsep branding yang


berbeda dengan fotografer pada umumnya yaitu dengan cara mengambil
konsep story telling lika-liku seorang fotografer. Menurutnya konten jenis
ini yang menjadi keunikan yang membedanya dengan yang lain.

“Edukasi dan juga hiburan yang relate dengan kehidupan para


fotografer yang menjadi fokus ide konten saya di media sosial yang
menurut saya unik dan berbeda dengan konsep branding orang lain”
(Wawancara Anya Cahyarani Susanto, 10 November 2023).

Strategi tersebut secara tidak langsung mampu membangun reputasi


yang kuat tetapi juga membantu dalam mengembangkan jejaring yang lebih
luas lagi dari kegiatan yang selalu dilakukan oleh seorang fotografer
terkhusus fotografer wedding.

Melalui pendekatan holistik ini, Anya Cahyarani membangun citra


profesionalnya sebagai seorang fotografer freelance dengan kesuksesan. Dengan
fokus pada keterampilan teknis, etika kerja, pemasaran pribadi, kreativitas,
keterlibatan dalam komunitas, dan kontribusi pada industri, Anya memberikan
contoh bagaimana seorang fotografer dapat berhasil dalam dunia yang kompetitif
dengan membangun personal branding yang kuat.
Menelaah lebih dalam dalam sudut pandang kredibilitas sumber Anya

60
Cahyarani dalam membangun personal branding dari sudut pandang keahlian
Anya dalam fotografi dinilai sangat baik dari segi skill dan manner, menciptakan
pengalaman profesional dan ramah bagi client. Portofolio Anya di media sosial
memberikan gambaran yang jelas tentang kemampuan dan gaya kerjanya. Selain
itu kinerja Anya yang cepat, tanggap, dan solutif membuatnya sangat diinginkan
untuk pemotretan mendatang. Berikutnya dalam menjaga kepercayaan calon
client mencari ulasan dan referensi sebelum memilih fotografer, dan reputasi
Anya dalam dunia fotografi dinilai sangat baik. Responsibilitas, komitmen, dan
kecepatan Anya dalam menangani projek menjadi faktor positif yang memperkuat
kepercayaan. Interaksi positif, humility, dan public speaking yang baik
meningkatkan kredibilitas Anya di mata klien.
Poin yang terakhir yaitu kualitas diri sebagai fotografer dan skill public
speaking menjadi daya tarik utama yang perlu dijaga oleh Anya. Preferensi
terhadap gaya fotografi Anya yang bright dinilai sangat bagus dan sesuai dengan
brandingnya di media sosial. Kreativitas, inovasi, dan kemampuan mengatasi
tantangan membuat Anya menonjol dalam proyek-proyek fotografi. Anya
Cahyara berhasil membangun personal branding yang kuat melalui kombinasi
keahlian fotografer yang handal, kepercayaan yang tinggi dari klien, dan daya
tarik yang terjaga dengan baik. Kualitas hasil foto, reputasi online, interaksi
personal, dan keterbukaan terhadap kritik turut memperkuat citra profesional
Anya Cahyara di dunia fotografi.

61
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Bersumber dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
menarik kesimpulan bahwa Anya Cahyarani Susanto, seorang fotografer
freelance, telah sukses membangun personal branding yang kuat dengan
pendekatan melalui media sosial, terutama Instagram dan TikTok, menjadi
wadah bagi Anya untuk memamerkan portofolio serta memberikan edukasi
kepada audiensnya tentang berbagai aspek fotografi. Dengan berbagi
pengalaman dan keterampilan teknisnya, Anya berhasil menciptakan citra
sebagai seorang fotografer yang sangat kompeten.
Dunia maya tidak hanya dimanfaatkan Anya sebagai posting konten
melainkan juga dimanfaatkan untuk memperluas jaringan dan hubungan
profesional. Interaksi langsung dengan audiens, termasuk menjawab
komentar dan membuka sesi tanya jawab, membantu Anya membangun
koneksi yang erat dengan audiensnya. Keterlibatannya dalam menjalin
hubungan seperti teman menciptakan kesan bahwa Anya bukan hanya
seorang fotografer, tetapi juga teman bagi para pengikutnya. Di samping itu,
aspek yang menjadi kekuatan Anya, terlihat dalam kontennya yang unik dan
beragam di media sosial. Selain fokus pada aspek teknis fotografi, ia
menciptakan konten edukatif dan hiburan seputar kehidupan seorang
fotografer, menegaskan citra sebagai sosok yang tidak hanya mahir secara
teknis, tetapi juga kreatif.
Disetiap konten unggahannya gadis 23 tahun tersebut memahami
pentingnya mematuhi norma dan nilai di industri fotografi. Dengan
memberikan penekanan pada etika, perilaku, dan penampilan profesional
saat bekerja, Anya menjaga citra dan reputasinya. Kontribusi Anya terlihat
dalam di mana ia berfokus pada memberikan nilai tambah kepada
audiensnya. Melalui konten yang berhubungan dengan kehidupan
fotografer, Anya berusaha meningkatkan wawasan dan memberikan nilai

62
kepada pengikutnya. Kontribusinya juga terlihat dalam partisipasinya dalam
komunitas fotografi dan kegiatan hunting foto bersama fotografer lain.
Konsistensi, sebagai faktor yang tak kalah penting menjadi kunci utama
dalam personal branding. Melalui konten yang dibuat secara teratur di
media sosial, Anya berhasil membangun keunggulan merek secara
berkelanjutan, memastikan keberlangsungan dan keberhasilan citra
profesionalnya di dunia fotografi freelance yang kompetitif.

6.2 Saran
Bersumber dari penjabaran diatas terdapat beberapa saran yang
diberikan peneliti kepada Anya Cahyarani sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun strategi jangka pendek dan jangka panjang meliputi:

6.2.1 Saran Akademis:


1. Pengembangan Konsep Personal Branding
Identifikasi dan analisis lebih lanjut tentang konsep personal
branding yang diterapkan oleh Anya Cahyarani. Dalam hal ini, Gadis
23 tahun ini dapat merinci konsep-konsep yang mendasari dalam
membangun personal branding yang lebih terintegrasi dan relevan
dengan konsep branding saat ini.
2. Analisis Lebih Lanjut Mengenai Faktor-faktor Personal Branding
Pertimbangkan untuk menyelidiki lebih lanjut setiap faktor
dalam model Circle C (Competency, Connectivity, Creativity,
Compliance, Contribution, Consistency) untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang dampak, manfaat, dan
keterbatasannya. Sehingga dengan analisis lebih lanjut tersebut
mampu menjadi bekal untuk memperbaiki diri dan memperbaiki
konsep branding yang kurang tepat sehingga kedepannya dapat
memberikan dampak positif.

63
6.2.2 Saran Praktis
1. Penguatan Pemahaman Terhadap Follower
Anya dapat lebih memperkuat pemahaman terhadap minat
followers mengenai nilai-nilai dan pesan yang ingin dia sampaikan
melalui personal branding-nya. Hal ini dapat dilakukan dengan
konsistensi dalam pesan yang disampaikan dan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan content planner.
2. Pengelolaan Konten Sosial Media
Pada bagian ini diharapakan kedepannya Anya untuk terus
mengelola konten di media sosial dengan tetap relevan dan
berkualitas. Melalui perencanakan konten secara lebih strategis,
termasuk rencana konten jangka panjang yang dapat menarik dan
lebih fresh untuk audiensnya. Tidak hanya berokus pada penekanan
pentingnya pendekatan edukatif dalam kontennya. Anya juga dapat
mengemas konten teknis fotografi, pemahaman etika kerja, dan
informasi yang bermanfaat bagi audiensnya dengan konsep yang
lebih fresh dan menarik.
3. Kolaborasi dan Jaringan
Sarankan untuk lebih mengoptimalkan kolaborasi dengan
fotografer lain diluar wilayah Surabaya dan aktif terlibat dalam
komunitas fotografi. Ini dapat meningkatkan jaringan
profesionalnya dan membuka peluang kerja lebih lanjut.
4. Pemeliharaan Keseimbangan
Menjaga keseimbangan antara kreativitas, kolaborasi, dan
pemeliharaan diri. Fotografer perlu memperhatikan kelelahan
kreatif dan mengambil langkah-langkah untuk tetap terinspirasi.
Selain itu peningkatan skill juga diperlukan sehingga kualitas foto
yang dihasilkan saat memotret bisa lebih berkharisma.

64
65

Anda mungkin juga menyukai