LANGKAH-LANGKAH
PELAKSANAAN PATIENT SAFETY
DI RS
Oleh:
1. Chavia Bunga.
2. Citra Taneo.
Kelompok 3
DIII Keperawatan Tingkat 1 Reguler A 3. Yuliana Halla.
1.) Konsep Patient Safety.
Pengertian.
Most Common Root Causes of Errors (Akar
Manajemen patient safety adalah suatu
Penyebab Kesalahan yang Paling Umum):
pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi,
1. Communication problems (masalah
mengkaji, dan meminimalisir risiko yang dapat
komunikasi).
membahayakan pasien. Sedangkan patient safety
2. Inadequate information flow (arus informasi
adalah bebas dari cidera aksidental atau
menghindarkan cidera pada pasien akibat yang tidak memadai).
perawatan medis dan kesalahan pengobatan. 3. Human problems (masalah manusia).
4. Patient-related issues (isu berkenaan dengan
pasien).
5. Organizational transfer of knowledge
(organisasi transfer pengetahuan).
6. Staffing patterns/work flow (pola staf/alur
kerja).
7. Technical failures (kesalahan teknis).
8. Inadequate policies and procedures
(kebijakan dan prosedur yang tidak memadai).
2.) Langkah-Langkah Pelaksanaan
Patient Safety Di Rumah Sakit.
Langkah 1: Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien.
1. Melaporkan dan membahas kesalahan medis, kesalahan lain
maupun Kejadian Tidak Diduga (KTD) tanpa bersikap menyalahkan.
2. Bekerja dalam teamwork dan saling bekerjasama demi visi misi
institusi. Senantiasa melibatkan pasien dalam pengambilan
keputusan klinis (kemitraan/partnership).
3. Memandang suatu kesalahan dalam kerangka sistem.
4. Melakukan asesmen dengan survei penilaian keselamatan pasien.
5. Berani melakukan medical error disclosure (penyingkapan kesalahan
pengobatan), sesuai dengan situasi dan kondisi.
Langkah 2: Pimpinan dan Dukungan Terhadap Staff.
Pimpinan sudah semestinya bertanggungjawab atas perubahan menuju arah
yang lebih baik, termasuk dalam hal peningkatan keselamatan pasien. Misalnya,
manajer keperawatan akan membawahi dan mengkoordinir bidang keperawatan
dan sebagainya. Maka, pimpinan dan jajaran manajerial semestinya
bertanggungjawab terhadap sejumlah hal diantaranya:
1. Menetapkan visi misi rumah sakit dan tujuan rumah sakit dalam upaya
peningkatan keselamatan pasien.
2. Membuat dan menetapkan kebijakan dan pedoman program keselamatan
pasien.
3. Memasukkan materi dan program keselamatan pasien pada orientasi
karyawan baru.
Langkah 3: Integrasi Aktivitas Manajemen Risiko.
Tujuan manajemen risiko klinis adalah untuk meminimalisir terjadinya kejadian
tidak diduga dan nearmisses (Kejadian Nyaris Cedera) pada pasien. Manajemen
risiko klinis dimulai dari proses identifikasi, penilaian, analisis dan pengelolaan
semua risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Penelitian pun
membuktikan bahwa Manajemen Risiko Klinis (MRK) dapat mengurangi dan
meminimalisir terjadinya Kejadian Tidak Diduga (KTD).
Faktor Pendukung
Komitmen dan Dukungan Kepemimpinan:
Pimpinan harus menunjukkan kepemimpinan
yang kuat dalam menciptakan budaya
keselamatan pasien dan mengalokasikan
sumber daya yang memadai untuk program
tersebut.
Keterlibatan Staf:
Seluruh staff rumah sakit harus didorong
untuk melaporkan Kejadian Tidak Diduga (KTD)
tanpa rasa takut dan terlibat dalam upaya
perbaikan.
Komunikasi dan Koordinasi yang Efektif:
Rumah sakit harus memiliki sistem komunikasi
Sistem Pelaporan dan
yang jelas dan efektif untuk memastikan
Analisis Kejadian
semua staf memiliki informasi yang mereka
Tidak Diinginkan (KTD)
butuhkan untuk memberikan pelayanan yang
yang Efektif:
aman.
Data Kejadian Tidak Diduga
(KTD) harus digunakan
Budaya Belajar dan Perbaikan Berkelanjutan: untuk belajar dan
Rumah sakit harus memiliki budaya belajar dan melakukan perbaikan,
perbaikan berkelanjutan untuk terus meningkatkan bukan untuk menghukum
kualitas dan keselamatan pelayanan. Staf harus staf.
didorong untuk belajar dari kesalahan dan terus
mencari cara untuk meningkatkan praktik mereka.
5.) Faktor-Faktor Yang Mendukung Dan Menghambat
Implementasi Program Patient Safety Di Rumah Sakit.
Faktor Penghambat
Kurangnya Komitmen dan Dukungan
Kepemimpinan:
Jika pimpinan tidak menunjukkan
kepemimpinan yang kuat, staf mungkin tidak
termotivasi untuk terlibat dalam program
tersebut.
Kurangnya Keterlibatan Staf:
Jika staf tidak didorong untuk melaporkan
Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) dan terlibat
dalam upaya perbaikan, program tersebut
mungkin tidak mencapai tujuannya.
Kurangnya Komunikasi dan Koordinasi:
Jika staf tidak memiliki informasi yang mereka Sumber Daya yang
butuhkan untuk memberikan pelayanan yang Terbatas:
aman, kesalahan lebih mungkin terjadi. Kurangnya sumber daya,
seperti staf, waktu, dan
dana, dapat menghambat
implementasi program
patient safety yang efektif.
Budaya Salahkan dan Menghukum:
Rumah sakit mungkin perlu
Jika staf takut dihukum karena melaporkan
mengalokasikan lebih
Kejadian Tidak Diinginkan (KTD), mereka mungkin
banyak sumber daya untuk
tidak melaporkannya, sehingga menghambat upaya
program tersebut agar
untuk mengidentifikasi dan mengatasi akar masalah.
dapat mencapai tujuannya.
Terima Kasih