Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HUTAN ACARA VII


DIAGRAM PROFIL HUTAN

Oleh:
Nama : Maria Regina Celia Celista Winarto
NIM : 22/499764/SV/21363
Co Ass : Cut Devina
Kelompok : 5A

LABORATORIUM KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2022
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang mempunyai hutan hujan
tropis yang sangat luas dan tersebar hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Secara geografis, Indonesia berada di antara dua benua,
yaitu benua Asia dan benua Australia. Selain itu, Indonesia juga
terletak di sekitar garis khatulistiwa dimana kondisi ini menyebabkan
Indonesia memiliki bermacam-macam tipe hutan. Hutan hujan tropis
adalah ciri hutan alam dimana masyarakat tumbuhtumbuhannya berada
dalam formasi klimaks. Ciri lainnya dari hutan hujan tropis adalah
adanya penampakan tajuk pohon yang berlapis-lapis dan tajuk pohon
yang dominan berada pada lapisan atasnya (Dendang, 2015).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan
dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih
luas. Secara umum, peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait
dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam
udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata
air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi
pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya
bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang
tumbuh pada daerah itu (Indriyanto, 2006).
Stuktur hutan merupakan tata letak vegetasi penyusun hutan
yang terbentuk secara alami dan membentuk heterogenitas vegetasi
hutan. Heterogenitas ini mencakup diameter batang, tinggi, penyebaran
spasial serta lebar kanopi. Aspek heterogenitas dari hutan dapat
digambarkan melalui diagram profil hutan. Diagram profil hutan dapat
menggambarkan lebar dan bentuk kanopi dan keadaan hutan dengan
mengetahui letak dan persebaran pohon di suatu habitat, sehingga
dapat diketahui ada tidaknya sistem zonasi (Mueller-Dombois dan
Ellenberg, 1974).
Kondisi suatu lingkungan di masa depan dapat diprediksi dari
komposisi dan struktur vegetasi pada saat ini. Spesies atau komunitas
tertentu yang interaksinya unik dalam ekosistem dapat digunakan
sebagai bioindikator untuk mengetahui kualitas lingkungan,
mengidentifikasi permasalahan kawasan, dan memberikan peringatan
awal berbagai perubahan yang kemungkinan terjadi pada masa depan.
Pengetahuan tentang pola pertumbuhan berbagai vegetasi hutan dapat
menjadi dasar untuk memprediksi kemungkinan perubahan lingkungan
yang akan terjadi di masa depan.

II. TUJUAN
Acara praktikum ini bertujuan untuk membuat diagram profil
hutan dan mengetahui komposisi penyusun hutan.

III. METODE PELAKSANAAN


III.1. Waktu dan Lokasi Praktik
A. Waktu : Selasa, 18 Oktober 2022
B. Lokasi : Arboretum Fakultas Biologi

Gambar 3.1. Lokasi Praktikum


III.2. Alat dan Bahan
Dalam melaksanakan praktikum ini diperlukan alat dan
bahan di antaranya adalah :
A. Alat :
1) Kompas untuk menentukan arah mata angin
2) Roll meter untuk mengukur petak ukur
3) Phiband untuk mengukur diameter
4) Haga untuk mengukur tinggi pohon
B. Bahan :
Pohon berdiameter lebih dari 10 cm atau keliling lebih
dari 31,4 cm.
III.3. Prosedur Pelaksanaan
A. Membuat petak ukur dengan ukuran 10 x 60 m.
B. Semua jenis pohon dengan tinggi ≥5m ditentukan sebagai
individu yang harus didata.
C. Mencatat jenis pohon, koordinat x dan y, lebar tajuk, tebal
tajuk, tinggi, tinggi bebas cabang sesuai dengan data yang
dibutuhkan dan tallysheet yang tersedia
D. Data yang telah diperoleh di lapangan, kemudian diolah ke
dalam software SExl-FS.
E. Mengolah data dengan SExI-FS
1) Buka software SExI-FS, pada laman beranda pilih menu
Default Project.
2) Isi plot size dengan ukuran width 10 dan height 60, klik
OK.
3) Setelah itu, pilih menu Tree Plot di sebelah kiri. Kemudian,
pilih sub menu Construct, lalu klik perintah Load dan input
data dengan format fil .txt yang telah diolah.
4) Setelah data muncul, klik Apply Constructed Trees pada
bagian kanan bawah.
5) Akan muncul tampilan 2D yang menggambarkan bentuk
tajuk secara horizontal. Kemudian pilih icon Show 3D, atur
output yang ingin ditampilkan (view crown, view branches,
view leaves, dan wireframe view/solid view). Setelah itu,
screenshot hasilnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1. Data
Tabel 4.1.1. Data Pembuatan Diagram Profil Petak 1
iid x y spesies dbh height cr_depth cr_curve cr_radius
1 4 7 Calophyllum inophyllum 0,44 13 10 3 3;4;2;1
2 5 30 Calophyllum inophyllum 0,33 15 13 2 5;6;4;6
3 7 31 Calophyllum inophyllum 0,35 18 16,25 1,75 4;6;6;5
4 2 5 Calophyllum inophyllum 0,11 16 14,15 1,5 6;5;7;6
5 8 42 Fagus sylvatica 0,11 20 19 1 2;2;3;2
6 5 52 Fagus sylvatica 0,16 22 20,5 1,5 4;2;4;3
7 6 57 Fagus sylvatica 0,12 19 17,25 1,75 3;4;4;3
8 8 40 Durio zibethinus 0,11 17 15,5 1,5 5;6;6;7
9 7 55 Durio zibethinus 0,12 18 17 1 4;6;6;5

Gambar 4.1.1. persebaran tanaman pada petak 1 (By SExI-FS)

Tabel 4.1.2. Data Pembuatan Diagram Profil Petak 2


iid x y spesies dbh height cr_depth cr_curve cr_radius
1 0 0 Swietwnia mahagoni 0,48 18 11 7,5 1.2;2.2;1.2;0.8
2 3 18 Dipterocarpus sp. 0,19 14 8 6,5 1.2;2.3;3.4;1.4
3 3 35 Podocarpus heterophyllus 0,12 13 7 5,5 1.5;1.9;2;1.4
4 0 45 Spathodea campanulata 0,21 16 10 7,3 1.18;1.61;1.42;1.71
5 1 40 Swietwnia mahagoni 0,11 16 9 7,7 1.7;1.3;1.4;2
6 2 8 Senna siamea 0,14 16 7 6,5 1.64;2.23;2.1;1.9
Gambar 4.1.2. persebaran tanaman pada petak 2 (By SExI-FS)

Tabel 4.1.3. Data Pembuatan Diagram Profil Petak 3


iid x y spesies dbh height cr_depth cr_curve cr_radius
1 0 1 Dalbergia latifolia 0,37 13,5 5,2 8,3 2.4; 4.3; 6.3; 2
2 1 3 Dalbergia latifolia 0,54 12,2 6,2 6 0; 0; 7; 0
3 7 5 Dipterocarpus sp 0,35 16,7 8,4 8,3 1.5; 3.5; 3.2; 4.2
4 6 6 Khaya anthotheca 0,45 17,2 6,8 10,4 3; 5.4; 8.3; 4.3
5 2 6 Theobroma cacao 0,21 8,6 4,1 4,5 4.1; 5.2; 3.8; 3.4
6 0 7 Dalbergia latifolia 0,51 15,3 5,4 9,9 2.2; 7.1; 3.2; 4.1
7 2 12 Pterygota sp 0,46 17,2 8,8 8,4 3.6; 5.8; 4.1; 3
8 0 13 Theobroma cacao 0,22 15,2 6,8 8,4 3.3; 3.8; 4.6; 3.4
9 2 15 Dipterocarpus sp 0,41 18,7 13,4 5,3 7.2; 8.3; 7.3; 6.9
10 6 15 Theobroma cacao 0,38 13,7 7,8 5,9 4.5; 4.3; 3.4; 3.8
11 8 47 Dipterocarpus sp 0,35 18,5 14,6 3,9 4.7; 5.8; 6.2; 5.8
12 0 52 Khaya anthotheca 0,67 20,6 15,8 4,8 7.2; 7.5; 7.8; 8.5
13 6 53 Dipterocarpus sp 0,32 13,3 8,8 4,5 3.3; 2.8; 2.7; 3.4
14 0 55 Khaya anthotheca 0,38 18,3 14,2 4,1 7.3; 7.6; 8.2; 7.8
15 0 53 Khaya anthotheca 0,41 19,2 15,4 3,8 7.5; 8.3; 8.5; 7.6
Gambar 4.1.3. persebaran tanaman pada petak 3 (By SExI-FS)
IV.2. Pembahasan
Diagram profil vegetasi secara vertikal dan horizontal
menunjukkan tingginya pengaruh antropogenik terhadap kawasan
hutan (Suci, 2017). Struktur vegetasi dapat dilihat secara vertikal
dan horizontal khususnya untuk pohon-pohon dengan diameter >10
cm. Struktur vertikal suatu tegakan dilihat dari sebaran tinggi
tegakan, sedangkan struktur horizontal dilihat dari sebaran
diameter tegakan. Pada struktur vertikal diketahui jumlah individu
terbanyak berada pada kelas tinggi 5 m-<15 m. Strata paling atas
didominasi oleh jenis Fagus sylvatica dengan tinggi mencapai 22
m. Pada struktur horisontal diketahui jumlah pohon tersebar pada
kelas diameter 10-<15 cm yang mencapai 8 pohon, dengan jumlah
terbanyak dicapai oleh jenis Fagus sylvatica. Adapun pada kelas
diameter terbesar (>35 cm) yang total berjumlah 12 pohon, jumlah
terbanyak dicapai oleh jenis Khaya antotheca. Jenis yang
mendominasi suatu areal dinyatakan sebagai jenis yang memiliki
kemampuan adaptasi dan toleransi yang lebar terhadap kondisi
lingkungan (Arrijani 2008).
Keberhasilan pertumbuhan vegetasi strata pohon suatu jenis
tidak terlepas dari faktor iklim dan lingkungan tempat tumbuhnya.
Lingkungan iklim mikro dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara,
bahan organik dan anorganik. Tanah sebagai tempat tumbuh
berperan sebagai pencipta kondisi fisik tertentu, seperti
kelembaban, kandungan air dan unsur hara. Kemampuan tanah
dalam memberikan kelembaban dan hara sangat menentukan
kualitas habitat dalam suatu vegetasi (Nursal, 2013).

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan di Arboretum Fakultas Biologi,
petak 1 memiliki kerapatan sedang, petak 2 kerapatan rendah, dan
petak 3 memiliki kerapatan paling tinggi. Diagram profil hutan
menunjukkan struktur vertikal dan horizontal tegakan, dimana struktur
vertikal dilihat dati tingkatan hidup atau tinggi pohon, sedangkan
struktur horizontal dilihat dari sebaran diameter serta tutupan tajuk.
Jenis yang mendominasi struktur vertikal terendah adalah Theobroma
cacao, sedangkan tertinggi didominasi oleh Fagus sylvatica. Pada
struktur horizontal diketahui jumlah pohon tersebar pada kelas
diameter 10-<15 cm yang mencapai 8 pohon, dengan jumlah terbanyak
dicapai oleh jenis Fagus sylvatica.

DAFTAR PUSTAKA
Arrijani. 2008. Struktur dan komposisi vegetasi zona montana Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango. Biodiversitas 9 (2): 134-141.
Dendang, B. 2015. Struktur dan komposisi tegakan hutan di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. PROS SEM NAS MASY BIODIV
INDON. 1 (4): 691-695.
Indriyanto. 2006. Hutan dan Kehutanan. Jakarta: Bumi Aksara
Mueller-Dombois D & Ellenberg, H. 1974. Aims and Methods of Vegetation
Ecology, New York
Nursal, dkk. 2013. Karakteristik Komposisi dan Stratifikasi Vegetasi Strata Pohon
Komunitas Riparian di Kawasan Hutan Wisata Rimbo Tujuh Danau
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Jurnal Biogenesis. 9 (2): 39-46.
Suci, dkk. 2017. Propil Vegetasi di Kawasan Hutan Konservasi Suaka
Margasatwa Gunung Raya Kecamatan Warkuk Kabupaten Oku Selatan.
Jurnal Penelitian Sains. 19 (1): 47-53.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai