Anda di halaman 1dari 2

BATAVIA

Batavia adalah sebutan untuk Jakarta pada masa kolonial Belanda di Indonesia.
Kota ini memainkan peran sentral dalam sejarah Nusantara, menjadi pusat
perdagangan dan pemerintahan. Selama berabad-abad, Batavia menjadi saksi
berbagai peristiwa sejarah, termasuk periode Hindia Belanda, pendudukan Jepang
selama Perang Dunia II, dan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Pada 1949,
nama Batavia diubah menjadi Jakarta setelah Indonesia merdeka.
1. KEINDAHAN BATAVIA
Kota Batavia memiliki penampilan fisik yang lebih mirip dengan kota-kota pelabuhan
di Eropa daripada kota-kota pelabuhan di Asia. Meskipun dibangun di pantai utara
Jawa bagian barat, kota Batavia menimbulkan kesan yang tidak asing bagi para
pendatang dari Eropa yang melihatnya untuk pertama kali dari arah laut. Setelah
berlayar sekitar tujuh bulan para pendatang Eropa tersebut akan terkesan oleh
penampilan fisik Batavia yang berupa kota berbenteng lengkap dengan kastilnya
namun berada di daerah tropis. Sampai dengan akhir dekade ketiga abad ke-18
Batavia adalah sebuah kota yang sehat dan indah. Namun kemakmuran dan
keindahan Batavia berakhir di tahun 1733 ketika kota ini dilanda wabah penyakit
malaria.
2. WABAH DI BATAVIA
Pada tahun 1733, wabah penyakit malaria melanda Batavia Setiap tahun, akibat
dari merajalelanya penyakit malaria ada ribuan penduduk Batavia yang menjadi
korban. Sejak tahun 1733, ada sekitar 2000 penduduk Batavia yang meninggal
karena terserang penyakit malaria. Pada tahun 1734 pemerintah kota Batavia
mengadakan doa bersama untuk mengakhiri wabah penyakit. Namun upaya itu
tidak banyak membawa hasil dan bahkan pada tahun 1735 Gubernur jenderal Dirk
van Cloon turut menjadi korban wabah penyakit ini.
3. MASALAH LINGKUNGAN DI BATAVIA
Ketidaksehatan Batavia sebenarnya tidak terjadi tanpa sebab. Ada beberapa
penjelasan yang pernah diberikan untuk menjawab pertanyaan mengapa kota
Batavia menjadi tidak sehat sejak tahun 1731, yaitu
 Semakin banyak wilayah di utara kota Batavia yang dijadikan tambak ikan
oleh para nelayan. Air yang tergenang dikatakan menjadi tempat ideal bagi
berkembangnya nyamuk malaria.

 Perkembangan industri gula di Ommelanden yang tidak terkendali.


Penggilingan gula memerlukan banyak bahan bakar kayu dalam proses
memasak air gula untuk mengubahnya menjadi kristal. Keperluan kayu bakan
dalam jumlah besar menyebabkan terjadinya pengundulan tanah. Sebagai
akibatnya debit air yang masuk kota Batavia di musim kemarau menjadi
sangat berkurang. Kanal-kanal yang airnya sedikit dan tidak mengalir,
menurut penjelasan ini, telah menjadi sarang ideal bagi nyamuk malaria.

 Lemahnya kontrol pemerintah Batavia terhadap pembangunan berbagai


bendungan selokan, dan saluran untuk kegiatan pertanian di Ommelanden
akibatnya menyebabkan air sungai dan kanal yang masuk ke kota Batavia
menjadi mengering. Air yang terjebak di dalam sungai dan kanal selama
musim panas mendatangkan bau yang tidak sedap dan menjadi sarang
nyamuk malaria.

4. BANGKRUTNYA VOC DAN KEMUNDURAN BATAVIA


Masa keemasan Batavia di abad 17 bersamaan dengan masa keemasan VOC, dan
proses keruntuhan kota pelabuhan ini sebagai salah satu pusat perdagangan
terpenting di Asia sejak pertengahan abad 18 juga berlangsung dalam periode yang
sama dengan kemunduran VOC. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Batavia tidak
pernah dibiarkan oleh VOC untuk menjadi kota yang benar-benar independen.
Administrasi kota Batavia menyatu dengan administrasi VOC sehingga kebobrokan
dalam birokrasi VOC juga menular ke dalam birokrasi kota.
Saat ini hanya sedikit yang tertinggal dari sisa-sisa kejayaan kota Batavia pada
abad 17 dan 18. Tembok kota maupun kastil Batavia telah dihancurkan pada masa
pemerintah Gubernur Jendral H.W. Daendels (1808-1818). Apa yang tersisa dari
kejayaan kota Batavia adalah gedung balai kota, bekas galangan kapal, menara
syahbandar, dan bekas gudang VOC di pasar ikan. Meskipun demikian warisan
Batavia sebagai salah satu kota dagang terpenting di asia tidaklah hilang. Meskipun
dalam konteks yang berbeda, Jakarta dengan pelabuhan Tanjung Priok saat ini
masih terus melanjutkan peran Batavia sebagai salah satu titik simpul penting
dalam jaringan perdagangan asia.

Anda mungkin juga menyukai