id
BAB II
Kota Batavia pada abad XVII berbentuk bujur sangkar dengan panjang
kurang-lebih 2.250m dan lebar 1.500m. Kota ini dibelah oleh Sungai Ciliwung,
sehingga menjadi dua bagian kota yang hampir sama luasnya atau yang biasa
bagiannya terpotong-potong oleh dua parit yang terletak sejajar pada sepanjang
sisi-sisi terpanjang bujur sangkar tersebut, dan ini pun dipotong lagi secara tegak
1. Oud Batavia
(Batavia Lama) dan Nieuw Batavia (Batavia Baru). Oud Batavia merupakan kota
benteng awal pertama kali Batavia didirikan. Wilayah ini sendiri dibuat
belakang dibangun gedung dan bangunan yang juga dikelilingi oleh parit, pagar
besi, dan tiang yang kuat. Pada awalnya wilayah ini dijadikan benteng, kastil dan
1
Leonard Blusse, Persekutuan Aneh: Pemukiman Cina, Wanita
Peranakan , dan Belanda di Batavia VOC, (Yogyakarta: LKIS, 2004) hlm. 4
2
Willard A. Hanna, Hikayat Jakarta, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1988) hlm. 48
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
dari Pantai Utara (Pasar Ikan) hingga sedikit melewati Javasche Bank (sekarang
Bank Indonesia). Kemudian Batavia lama sendiri terbagi dua oleh Kali Besar
menjadi bagian Barat dan bagian Timur. Di bagian Barat merupakan tempat
bagian ini juga terdapat pasar daging dan pasar ikan, serta gudang-gudang tempat
penyimpanan bahan makanan. Di bagian timur Kali Besar berdiri Stadhuis, dan di
sebelah kirinya terdapat gereja yang kemudian dibakar habis oleh para prajurit
Tijgergracht (sekarang jalan Pos Kota) banyak bermukim orang kaya dalam
rumah-rumah yang besar dan mewah dengan taman-taman yang luas.4 Di dalam
tembok kota Orang-orang Belanda, mestizo5, dan mardijker6, serta para budak
yang dimiliki tinggal di sana, sedangkan yang lainnya hidup tersebar di wilayah
sekitarnya (ommelanden). Di dalam tembok kota tidak ada orang pribumi bebas
3
Desca Dwi Savolta, “Arsitektur Indis Dalam Perkembangan Tata Kota
Batavia Awal Abad 20”, Skripsi (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010)
hlm. 24
4
Abdoel Hakim, Jakarta Tempoe Doeloe, (Jakarta: Pustaka Antara Kota,
1989) hlm. 12
5
Mestizo orang-orang hasil kawin campur antara Asia dan Eropa dan
untuk menamai kebudayaan yang tumbuh di koloni-koloni Belanda di Asia yang
muncul dari pertemuan antara keduanya. Lihat Jean Gelma Taylor, Kehidupan
Sosial Di Batavia: Orang Eropa dan Eurasia di Hindia Timur, (Jakarta: Masup
Jakarta, 2009) hlm. xxii
6
Mardijker adalah orang yang (di)bebas(kan), biasanya orang yang berasal
commitKristen
dari Asia non-Indonesia yang beragama to user yang sebelumnya menjadi budak.
Lihat ibid, hlm. 351
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
merdeka, yang ada di sana hanyalah orang-orang pribumi yang menjadi budak.7
Keadaan lingkungan yang ada di Batavia Lama yang tidak sehat mengakibatkan
menjadi salah satu penyebab betapa tidak sehatnya daerah tersebut, hal ini juga
dan kolera. Ini pula yang menyebabkan lahirnya istilah baru bagi Batavia sebagai
Graf der Hollanders atau kuburan orang Belanda.8 Ini pula lah yang
2. Nieuw Batavia
Nieuw Batavia atau Batavia baru di bangun pada masa Gubernur Jenderal
oleh pohon-pohon yang rindang. Rumah-rumah yang dibangun itu tidak seperti di
7
Leonard Blusse., op. cit.,commit to user
hlm. 27-29
8
Willard A. Hanna., op. cit., hlm. 109
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
Oud Batavia, dekat dengan jalan dan bertingkat dua, namun terlihat modern
kata, semua ciri khas kota Eropa yang modern ada di Weltevreden. Sementara di
pejabat. Gambaran Nieuw Batavia atau Batavia Baru ini secara meyakinkan
mengembalikan gelar “Ratu dari Timur” yang sebelumnya pernah tersemat di Oud
Weltevreden yang menjadi dasar atau pusat kota terkena dampak dari
terlihat dari pinggiran kota Batavia yang semakin meluas ke luar Weltevreden,
menuju ke daerah yang bernama Gondangdia dan Menteng. Jalan raya yang
megah pada waktu itu ialah Oranje Nassau dan van Heutz (sekarang Jalan
Gambaran lain mengenai Batavia pada awal abad 20 adalah dalam hal
Batavia adalah trem kuda, khususnya oleh penduduk yang tidak memelihara kuda
9
Ibid., hlm. 191 commit to user
10
Willard A. Hanna., op. cit., hlm 212
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
keretanya sendiri. Menurut Tio Tek Hong, ada jenis kendaraan lain yang
digunakan namanya kahar yang memakai dua roda, atau kahar per atau yang
disebut oleh orang Priangan dengan sebutan kahar dongdang.11 Untuk di dalam
kota kahar per ditarik seekor kuda, akan tetapi untuk perjalanan diluar kota ke
penumpang lain (dua duduk di bagian muka, termasuk kusirnya, dan dua duduk di
belakang). Lalu muncul delman yang namanya berasal dari nama tuan Deleman
yang mulai menggunakan kendaraan model ini.12 kemudian ada E.B.R.O (Eerste
Oost), ini sejenis kereta tenda. Kemudian ada Stroomtram (trem uap)
Maatschappij di Batavia yang mengambil rute dari Kota Intan lewat Glodok,
listrik yang menjadi model transportasi masal yang baru di Batavia, namun dalam
membuka cakrawala baru bagi Batavia. Batavia memiliki jumlah mobil pribadi
11
Tio Tek Hong, Keadaan Jakarta Tempo Doeloe, Sebuah Kenangan
1882-1959, (Jakarta: Masup Jakarta, 2007) hlm. 75
12
Ibid., hlm. 76
13
commit
Susan Blackburn, Jakarta to user
Sejarah 400 Tahun, (Jakarta: Masup Jakarta,
2012) hlm. 159
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Pada awal abad ke-20, Batavia sudah menjadi kota yang berkembang
dengan jumlah populasi penduduknya yang terus meningkat. Hal ini adalah akibat
pulau-pulau lain sebagai sumber imigran yang masuk ke kota Batavia.14 Faktor
menimbulkan situasi seperti yang terjadi pada tahun 1930, populasi kota Batavia
(termasuk Weltevreden) tumbuh menjadi 435.000, tiga kali lipat dari populasi
tahun 1900. Imigrasi membuat kota semakin meluas, dan pada 1935 wilayah
digambarkan melalui pengelompokkan etnis tahun 1930 dalam tabel di bawah ini.
14
Lance Castles, Profil Etnik Jakarta, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2007)
hlm.18 commit to user
15
Susan Blackburn., op. cit., hlm. 124
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Tabel 1
Populasi Djakarta Raya pada Tahun 1930 melalui Pengelompokan Etnis
Keterangan A B A+B Djakarta &
Suku/ Etnis Batavia-Mr. Daerah Djakarta Raya Sekitarnya
Cornelis Pinggiran (estimasi) (sensus)
(sensus) (estimasi)
Pribumi
Betawi 192.897 220.000 418.900 778.953
Sunda 135.251 15.000 150.300 494.547
Jawa 58.708 1.000 59.700 142.863
Melayu 5.220 100 5.300 8.293
Kelompok 3.736 100 3.800 3.882
Sulawesi
Utara
Minang 3.186 - 3.200 3.204
Kelompok 2.034 - 2.000 1.263
Maluku
Batak 1.253 - 1.300 1.263
Depok & 721 200 900 998
Masyarakat
Tugu
Kelompok 799 - 800 817
Sumatra Utara
Madura 317 - 300 397
Lain-lain dan 5.553 1400 6.900 7.063
tidak
diketahui
Non Pribumi
Tionghoa 78.185 9.400 88.200 136.829
Eropa 37.076 100 37.200 37.504
Lain-lain 7.469 400 7.900 8.243
lah beragam dari segi etnis, yang didasari pula semakin berkembangnya pola
Batavia menjadi kota yang sangat heterogen. Namun, keberagaman etnis yang ada
di Batavia sendiri bukan menjadi hal yang mudah untuk saling berbaur terlebih
mengenai urusan gaya hidup. Politik segregasi yang telah diciptakan oleh
terpisah. Politik segregasi adalah upaya pemisahan ras dan etnis untuk
menghindari adanya persatuan diantara ras yang saling mendominasi. Ini pula lah
Batavia, yakni dengan cara membagi etnis dan menempatkan mereka ke dalam
pemukiman yang berbeda pula. Setidaknya ada tiga kelas masyarakat yang ada di
dan dekat dengan jalan-jalan utama, golongan masyarakat Timur Asing (Tionghoa
dan Arab) yang di tempatkan di daerah Pecinan (Glodok) yang berada di selatan
dinding kota tua dan Arab yang berdiam di daerah Pekojan, dan golongan
masyarakat Pribumi yang tinggal di kampung dan menempati sebagian kecil areal
semangat kebebasan pada awal abad 20 agaknya telah merubah pola pikir
masyarakat Batavia untuk bisa berbaur, terlebih dengan adanya percampuran atau
commit to user
17
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
dalamnya, baik itu meliputi kegiatan masyarakatnya, dan gaya hidupnya. Pada
Seperti yang telah diketahui bahwa orang Eropa menjadi kelas yang paling tinggi
maka gaya hidupnya dapat dikatakan lebih mewah dibandingkan dengan etnis
lainnya. Kehidupan orang Eropa di Batavia sangat mirip di negara asalnya. Mulai
gaya berbusana yang menggunakan style Eropa, jika kaum laki laki Eropa
menggunakan jas, celana panjang serta dasi; kaum perempuan berdandan dengan
busana gaun yang anggun serta topi yang biasanya menghiasi kepala mereka,
katulistiwa. Rumah-rumah mereka yang bergaya Eropa Modern yang lebih kecil
ketimbang rumah orang Eropa yang terdahulu, tampil elegan dengan furnitur dan
kadang tergantung pada kondisi dan situasi perdagangan yang ada. Apabila
beberapa peti mentega maka harga mentega sendiri akan naik. Sedangkan apabila
kapal pengangkut lancar dan banyak mengangkut peti mentega maka harganya
commit to user
18
Susan Blackburn., op. cit., hlm. 159
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
bisa kembali normal. Terlihat jelas bahwa masyarakat Eropa adalah kelompok
yang hidup makmur dengan tingkat pendapatan yang tinggi, yang terlihat dari
Kaum Tionghoa dan Timur Asing hidup dengan cara berdagang, karena
keahlian mereka dalam berdagang maka posisi mereka setidaknya menjadi lebih
baik ketimbang kaum pribumi. Kehidupan golongan Timur Asing dan orang
Tionghoa secara umum mereka bergerak di perdagangan dan menjadi orang yang
kaya, namun ada pula yang tetap menjadi kuli dan hidup dalam kemiskinan.
Bahkan, golongan Indo sekalipun, yang sering juga disebut dengan Eurasia,
Weltevreden.19 Meski begitu golongan Eurasia ini tetap berusaha keras menjalani
kebiasaan orang Eropa yang hidup mewah, seperti makan makanan yang mahal
keturunan peranakan Pribumi dengan bangasa Eropa. Ketika itu banyak dari laki-
laki orang Eropa (terlebih berada dalam trah bangsawan) memiliki dan
memelihara perempuan Pribumi untuk dijadikan nyai atau gundik yang dapat
diambil dari anak atau istri pekerja perkebunan atau dari kampung orang
Pribumi.20 Bagi para keturunan Indo atau Eurasia sendiri hal ini merupakan suatu
yang paling atas dalam strata sosial di masyarakat Batavia, yakni masyarakat
19
Ibid., hlm. 83
20
commit to Indis,
Djoko Soekiman, Kebudayaan user Dari Zaman Kompeni sampai
Revolusi, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011) hlm.72
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
Eropa, sedangkan “kutukan” karena mereka sendiri tidak dalam golongan mereka
berasal yakni Eropa dan Pribumi. Mereka yang bukan keturunan murni sangat
sulit diterima dalam kelompoknya karena dianggap berbeda. Hal ini pula lah yang
mengakibatkan sulitnya bagi mereka untuk menempati posisi yang lebih tinggi
sebagai pegawai negeri karena kemampuan bahasa Belandanya yang kurang serta
tidak memiliki kesempatan pendidikan yang baik hingga ke jenjang yang lebih
tinggi.
penghasilan satu keluarga Pribumi untuk satu tahun f 225, jadi dalam sebulan
45, jadi dalam sebulan hanya berpenghasilan f 3,75 belum termasuk potongan
pajak sebesar 10%, di dalamnya tidak dijelaskan pendapatan tersebut didapat dari
bekerja di sektor apa saja. Sedangkan seorang Belanda pendapatannya f 9000 atau
lebih dari f 10.000, tergantung dari posisi dan kedudukannya. Jika seorang
Belanda pendapatannya kecil maka presentase untuk pajak kecil dibawah 10%.
Pendapatan Pribumi yang sudah kecil ini sendiri masih harus dikenai pajak 10%,
Belanda.21 Situasi yang seperti ini sejujurnya merupakan tekanan bagi masyarakat
dalam slum area. Masyarakat Pribumi juga tergolong masyarakat yang susah
21
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Sejarah DKI
commit
Jakarta 1957, (Jakarta: Pendidikan to user
dan Kebudayaan), hlm. 114 lihat Desca Dwi
Savolta., op. cit., hlm 42
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
untuk bergerak naik ke atas, di tambah lagi dengan tingkat pendidikan yang
Pada awal abad 20 Batavia mulai berkembang baik dalam hal keadaan
kota maupun gaya hidup masyarakatnya. Ini disebabkan oleh tingkat ekonomi dan
perdagangan yang berkembang semakin pesat pula. Pada akhir abad ke-19
tepatnya tahun 1877 ketika pelabuhan Tanjung Priok dibuka, sebenarnya keadaan
ekonomi Batavia sendiri sudah meningkat. Hal ini terlihat dari banyak
gedung perdagangan yang sebelumnya juga telah ada di Abad ke-18. Bank-bank
nilai investasi swasta yang ditanamkan di Hindia Belanda. Selama tahun 1872
hingga 1884 nilai investasi di sektor perkebunan swasta sekitar 94 juta gulden,
dataran tinggi.23 Investasi yang dilakukan oleh pihak swasta membawa perubahan
pemerintah sebagai salah satu yang akan mendasari kebijakannya di masa depan
yang dalam hal ini adalah dengan dilakukannya Politik Etis yang setidaknya
22
Ibid., hlm. 41
23
commit
Bedjo Riyanto, Iklan Surat to user
Kabar dan Perubahan Sosial Masyarakat di
Jawa Masa Kolonial (1870-1915), (Yogyakarta: Tarawang, 2000) hlm. 32
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
perkembangan nilai investasi yang ditanamkan oleh pihak swasta dan pemerintah
Hindia Belanda pada kurun waktu 1885-1939 dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 2
Perkiraan Nilai Penanaman Modal Perusahaan Tahun 1885-1939 di Hindia
Belanda (dalam jutaan gulden)
Masa Usaha-usaha Swasta Jawatan Pemerintah Jumlah
sektor swasta ini dapat menggantikan peran pemerintah Hindia Belanda sebagai
penggerak pertumbuhan ekonomi di Hindia Belanda. Hal ini pula yang membantu
perkembangan perdagangan di wilayah Batavia pada awal abad XX, karena secara
tidak langsung kegiatan dagang di Batavia juga berasal dari aktivitas perusahaan
Bernard H. M. Vlekke,commit
24
to userSejarah Indonesia, (Jakarta: KPG,
Nusantara:
2010) hlm. 372
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
produktivitas Pulau Jawa dan pulau-pulau seberang lautan dan karya petani serta
buruh, yang nampaknya puas dengan upah yang minim dan membuat kaya para
yang sangat menguntungkan, sebagian besar dari jumlah 1 milyar dolar setahun
Amerika, Eropa, dan pasar-pasar lainnya. Di abad ini pula kemakmuran dari segi
di Brussels terbukanya peluang yang lebih besar bagi gula tebu untuk bersaing
dengan gula bit, dan inilah awal keemasan untuk perkebunan tebu di Jawa.
Produksi naik dari 700.000 ton (pada 1900) menjadi 1,4 juta ton pada 1914.
Produksi teh meningkat lima kali lipat, tembakau naik 50 persen, lonjakan besar
justru terjadi di karet yang dari nol menjadi 15.000 ton.26 Dalam rangka
Belanda sejak masa Tanam Paksa telah mendirikan perusahaan negara untuk
25
commit
Willard A. Hanna., op. cit., hlm.to201
user
26
Bernard H. M. Vlekke., op. cit., hlm. 373
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
secara khusus mengakibatkan pula banyak inverstor asing non Belanda yang
lah arus penanaman modal asing dan perluasan sektor-sektor usaha baru. Pada
masa itu perusahaan modal asing mulai melibatkan diri secara besar-besaran
produk-produk teknologi seperti mesin-mesin industri dari Barat. Hal ini pula
cukup besar menjadi sangat tinggi.28 Kebutuhan akan mesin industri ini juga
mendorong semakin banyak dan jenis serta kegunaan yang berkembang sehingga
Kemajuan dalam bidang ekonomi dan perdagangan ini terjadi tak lepas
27
Bedjo Riyanto., op. cit.,commit
hlm. 35to user
28
Ibid, hlm. 36
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
dan lalu-lintas pos. Kemudian berkembangnya pula sarana kereta api di Hindia
Belanda.
yang modern, yang salah satunya adalah kereta api. Pada sekitar tahun 1863
pengusaha swasta besar, untuk membuka trayek kereta api pertama yang
perluasan jalur kereta api yang dilakukan oleh pihak swasta mengalami kesulitan,
sehingga tak mampu lagi melanjutkan proyek tersebut dan pemerintah kolonial
pun segera mengambil alih usaha jasa kereta api dengan mendirikan perusahaan
kereta api milik negara Statspoor-Wegen. Sekitar tahun 1984 perusahaan kereta
Bertemunya jalur barat (westerlijnen) dengan jalur timur (oosterlijnen) pada tahun
29
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900,
(Jakarta: Gramedia, 1999) hlm. 364 commit to user
30
Bedjo Riyanto., op. cit., hlm. 34
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
itu, tentu saja membantu distribusi barang dan jasa semakin cepat hingga aktivitas
Jalur laut pun menjadi pusat perhatian pemerintah Hindia Belanda dalam
urusannya memperlancar distribusi barang dagang mereka. Pada tahun 1849 untuk
perjalanannya dibuka dari Batavia lewat Calcuta menuju ke Laut Merah.31 Sampai
akhir abad ke-19, usaha jasa pelayaran dan industri kelautan didominasi oleh
bangsa Inggris meliputi kegiatan proses produksi kapal mesin, penyediaan tenaga
ahli pelayaran seperti kru atau awak kapal, maupun kapten kapal hingga kepada
dipengaruhi oleh adanya pasar sebagai arena jual beli dan perputaran uang sering
Batavia lama berdampak pada perubahan lokasi pasar, atau pada masa ini berada
31
commit
Willard A. Hanna., op. cit., hlm.to172
user
32
Bedjo Riyanto., loc. cit.
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
utaranya berbatas sampai Jalan Pos, di timur de Grote Zuiderweg (Jalan Gunung
Sahari-Jalan Pasar Senen), di selatan Jalan Prapatan dan di Barat dengan Kali
Ciliwung. Pemilik tanah ini sendiri adalah para gubernur jenderal dan tanah ini
Pasar Senen, Pasar Glodog dan Tanah Abang merupakan gambaran yang nyata
Batavia menjadi sangat ramai. Di pasar-pasar yang ada di Batavia tidak hanya
seperti parfum impor dan bedak wajah.34 Kebiasaan masyarakat Eropa yang
lokal menjadi salah satu alasan diterapkannya kebijakan impor oleh pemerintah
Hindia Belanda.
33
Threes Susilawati (ed), Batavia: Kisah Jakarta Tempo Doeloe, (Jakarta:
PT Gramedia, 1988) hlm. 93
34
Agung Wibowo, “Gaya Hidup Masyarakat Eropa di Batavia Pada Masa
Depresi Ekonomi (1930-1939)”,commitSkripsitoJurusan
user Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu
Budaya UI, 2012, hlm. 71
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
di Pulau Jawa tak terkecuali Batavia muncul toko-toko serba ada (toserba), toko-
pusat kota. Toko-toko ini antara lain, toko serba ada V.O,S., di Pasar Baru 96,
Weltevreden; toko serba ada Gebr. Sutorius & Co. di Kali Besar; toko buku
Albrecht & Co. di Kali Besar dan toko sepeda L. Platon di Batavia.36
35
Dari klasifikasi produk yang dijual toko dibedakan menjadi: a. Toko
Spesial, yakni toko yang menjual suatu jalur produk yang sempit, seperti sepeda,
kaca mata dan sebagainya. b. Toko serba ada, menjual sejumlah besar produk
seperti, pakaian, perlengkapan rumah dan barang keperluan rumah tangga. c.
Toko swalayan, toko besar, berbiaya rendah dengan menyediakan berbagai
macam barang. Konsumen melayani kebutuhannya sendiri tanpa pramuniaga. d.
Toko konveniens, toko-toko kecil yang menjual produk dengan jalur terbatas
dengan perputaran yang tinggi. Lihat pada Bedjo Riyanto, op. cit., hlm. 126 dan
lihat juga pada Philip Kotler, Dasar-dasar Pemasaran Jilid II (Jakarta:
Intermedia, 1987) hlm. 116-124. commit to user
36
Ibid., hlm. 127
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
sebagai salah satu penunjang dan kebutuhan masyarakat Batavia akan rekreasi
pun juga ikut tumbuh dan berkembang. Hiburannya tak hanya sekedar menikmati
keindahan kota yang disuguhkan oleh pemerintah kolonial di Batavia, tapi juga
berbagai macam sarana hiburan mulai dari klab hingga ke seni pertunjukan,
bahkan hingga ke hiburan jalanan pun menjadi agenda bagi pemerintah kolonial
di Batavia.
1. Pertunjukan Panggung
masyarakat baik dari kalangan atas hingga masyarakat kelas bawah. Biasanya
berupa drama atau opera dan konser musik. Drama agaknya lebih kepada tontonan
kelas menengah ke atas. Bertempat di Spellhuis atau gedung kesenian acara ini
diperankan oleh aktris dan aktor setempat, bahkan hingga pemain keliling. San
Carlo Opera Company dari Italia mengadakan pertunjukan setiap tahun, dan
maupun pribadi, dari Opera Cina atau wayang Indonesia, dan pertunjukan-
pertunjukan yang selalu populer seperti pertunjukan Miss Tjitjih, dengan pemain
Kemudian ada komedi stambul atau komedi Melayu. Semacam opera yang
disispkan dengan berbagai adegan lucu, dan bercerita tentang kehidupan raja-raja
commit to user
37
Willard A. Hanna., op. cit., hlm 211
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
dengan pakaian gemerlapan. Namun, bisa juga berupa teater musikal.38 Komedi
Stambul oleh August Mehieu di Surabaya tahun 1891. Nama stambul sendiri
berasal dari sebutan anak buah Mahieu yang menggunakan topi orang turki yang
berkuncir hitam, orang Pribumi menamainya dengan stambul, dari kata Istanbul
pertunjukan Stambul atau Toneel dalam bahasa Belanda (Tonil) yang ketika itu
merupakan daerah tempat tinggal Kepala Jaksa atau pegawai kehakiman Pribumi.
tenda yang panjang dengan dinding dari bambu dan beratap sejenis daun kering.40
pertunjukan khusus untuk khalayak yang beraneka ragam, baik Pribumi maupun
oleh angkatan darat dari Hindia Belanda sebagai arena latihan militer mereka.
38
Misbach Yusa Biran, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa,
(Jakarta: Komunitas Bambu, 2009) hlm. 4
39
Ibid., hlm. 5
40
commitBatavia
H.C.C Clockener Brousson, to user Awal Abad 20, (Jakarta: Masup
Jakarta, 2007) hlm. 76
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
Pihak militer yang kerap menggunakan lapangan ini juga membantu dalam
membentuk kebudayaan kota melalui klab mereka, yakni Concordia yang terletak
di sisi selatan dari Waterlooplein (kini jadi lokasi Hotel Borobudur). Selain itu
juga pihak militer kerap kali menampilkan pertunjukan band musik militer. Ini
membuka kesempatan bagi para pengunjung untuk melihat salah satu konser-
konser di lapangan terbuka tersebut yang merupakan contoh awal konsep drive-in
theater. Pada konser tersebut digambarkan bahwa orang-orang Eropa yang datang
menggunakan busana terbaiknya dan memarkir kereta kuda mereka dalam bentuk
commit to user
41
Threes Susilawati (ed)., op. cit., hlm. 88
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
lingkaran, mengelilingi band yang tampil.42 Lapangan ini juga pernah digunakan
sebagai lokasi pacuan kuda yang bertempat di sudut barat laut lapangan pada abad
peralihan Inggris.
Pada tahun 1900 film pertama kali muncul di Batavia. Melalui peradaban
Hindia Belanda sehingga menjadi hasil karya cipta manusia yang berkaitan
dengan berbagai aspek kehidupan sehingga menghasilkan seni muatan lokal yang
sangat khas. Di akhir tahun itu pula, tepatnya tanggal 5 Desember 1900,
ditampilkan menarik minat masyarakat Batavia, mulai dari kelas Eropa hingga
Pribumi. Meski begitu pembagian kelas dalam bioskop pun tetap diberlakukan,
42
Susan Blackburn, op. cit., hlm. 75
43
commitPerfilman
Sari Wulan, “Sejarah Industri to user Di Batavia Tahun 1900-1942”,
Jurnal, (Surakarta: Universtas Sebelas Maret, 2013) hlm. 8
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
menyewa gedung milik Kapiten Cina Tan Boen Koei atau yang sederhana di putar
di tempat terbuka seperti di lapangan Mangga Besar atau di los Pasar Tanah
seberang Masjid Istiqlal (sekarang tidak ada) merupakan bioskop kelas I, Bioskop
Kramat yang berada di wilayah Pasar Senen merupakan bioskop kelas II, Bioskop
Setelah menikmati hiburan seperti seni pertunjukkan dan film yang ada di
bioskop, masyarakat Batavia dan para pelancong juga bisa pergi ke klab-klab
yang ada di Batavia. Ada Societeit de Harmonie bagi kaum elit dan bangsawan,
Societeit Concordia bagi kalangan militer dan Prinsen Park dengan gedung
44
commit
Misbach Yusa Biran., op. to user
cit., hlm. 28
45
Ibid., hlm. 29
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
diperuntukan bagi kalangan biasa.46 Khusus bagi Harmonie, tempat ini menjadi
tempat paling favorit bagi kalangan menengah ke atas di Batavia bahkan di Hindia
Belanda. Orang yang masuk ke dalamnya harus menjadi anggota dalam klab
bekunjung ke Harmonie, karena yang bertanggung jawab atas klab ini sendiri
menjadi pengobat rasa senang bagi kaum kelas menengah ke bawah. Selain tak
ada batasan ekonomi, masyarakat juga dapat menikmatinya dengan santai dan
senang. Perayaan keagamaan menarik massa yang besar untuk ikut berpartisipasi
dan melihat festival tersebut. Seperti hari raya Capgomeh bagi warga Tionghoa
lentera berbentuk katak, burung dan sebagainya. Lalu ada acara tahunan yang
46
commit
Willard A. Hanna., op. cit., hlm.to212
user
47
Threes Susilawati (ed)., op. cit., hlm. 107
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
Lalu setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Cina ada pesta Pechun. Perahu-
perahun berlomba di kali untuk merebut batang bambu berdaun yang diikat
dengan sapu tangan, cita dan bahkan sebungkus kecil candu seharga 32 sen.
Perayaan Pechun dipusatkan di Kali Pasar Baru, Kali Besar, Kali Pasir, Pasar Ikan
(Benteng), Kali Pasir, Kali Besar dan Angke. Ada yang pesiar naik perahu besar
Ada juga festival yang berupa pasar malam, seperti Pasar Malam Amal
(Fancy Fair) yang diselenggarakan oleh Tiong Hwa Hwee Koan49. Di dalamnya
barang-barang kuno, Monyet seperti orang, Nona cantik dari Wenen, Perang
lombok dan orang kuat.50 Kemudian juga ada kermis, semacam pasar malam gaya
tak beda jauh dengan pasar malam yang lainnya, disana ada bebagai macam
48
Ibid., hlm. 60
49
Tiong Hwa Hwee Koan (THHK) Sekolah yang didirikan Etnis Tionghoa
yang berstatus sebgai sekolah swasta yang didirikan pertama kali tahun 1900 di
Batavia. lihat Sri Wardani, “Sekolah Tiong Hwa Hwee Kwan dan Hollandsch
Chineesch School di Surakarta”, Skripsi, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret,
2006) hlm. 9 commit to user
50
Tio Tek Hong., op. cit., hlm.28
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
barang yang dijual seperti pakaian, pakaian dalam wanita, tukang obat, badut,
kereta-kereta kecil yang menjual telur dan acar, dan acara ini umumnya mengikuti
Batavia yang ditata dengan rapi dan indah merupakan salah satu tujuan
para pelancong dari luar untuk singgah dan menikmati kota yang berjuluk “Ratu
dari Timur” itu. Untuk mengatasi banyaknya pelancong yang datang dan
rumah kos. Untuk urusan yang satu ini Batavia dapat membanggakan diri, karena
memiliki setengah lusin hotel kelas satu. Paling terkenal ialah Hotel des Indes
(dengan harga f.7-15 per hari, ala Amerika), dengan kamar-kamar, bungalo dan
flat-flat kecil, dengan jalan atau gang yang dinaungi pohon-pohon yang rindang.
Ini sebagai tempat menginap para turis yang singgah di Batavia. Sementara untuk
tempat yang murah juga disediakan rumah kos dengan biaya kurang lebih f.100
sebulan.52
Berbicara mengenai hiburan sebenarnya ada satu lagi hiburan yang berupa
yakni Pasar Gambir yang menjadi tema pada penelitian kali ini, dan akan di bahas
umumnya dibuat dengan alasan promosi budaya dan pengukuhan dari sebuah
modernitas yang terjadi di kota itu. Mulai dari kelas atas hingga ke bawah kiranya
51
Threes Susilawati (ed)., commit
op. cit.,to user
hlm. 108
52
Willard A. Hanna., op. cit., hlm. 210
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
dapat menikmati situasi kota Batavia dengan segala macam bentuk sarana hiburan
di dalamnya.
commit to user