Anda di halaman 1dari 5

A. A. Last Name, B. B.

Last Name/Journal of Accounting and Business Education, Volume (Issue), Month Year

JOURNAL OF ACCOUNTING AND BUSINESS EDUCATION


P-ISSN 2528-7281 E-ISSN 2528-729X
E-mail: jabe.journal@um.ac.id
http://journal2.um.ac.id/index.php/jabe/

ANALISIS KREDIT BAIK DAN KREDIT BURUK PADA KEPUASAN


KONSUMTIF

Nadira Putri Alita


Accounting Department, Faculty of Economic, Universitas Negeri Malang, Indonesia
email: nadira.putri.1904226@students.um.ac.id

DOI: http://dx.doi.org/10.26675/jabe.v3i1.11555

Abstract: Gaya hidup hedonisme menajdi tren dikalangan remaja hinga Article History
usia lebih dari 40 tahun keatas. Penelitian tentang pengaruh penggunaan Received
Revised
kredit yang mudah dijangkau ini belanjut hinga ke perilaku Accepted
konsumtif.dengan memebrikan kemudahan dizaman ini, segala kepuasan
hedonism atau konsumtif smekain tidak terkendali. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis dampak kredit pada kegiatan masyarakat dan Keywords
memberikan impact pada pembaca. Peneliti berkontribusi dalam literature. Hedonism;konsumtif;kredit;
baik;buruk

Citation:

INTRODUCTION

Pemanfaatan kredit dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi hal wajar bagi semua
orang bahkan semua kalangan. Saat ini, penyedia jasa kredit sudah tersebar luas di internet.
Mudahnya akses untuk pengaplikasian kredit online, menjadikan kegiatan paylater sebagai hal
yang umum. Terkenal sebagai urat nadi erekonomian negara, Bank menjadi salah satu tempat
favorit individu dalam melakukan pinjaman kredit dan pengaktivan kartu kredit. Terlepas dari
pernyataan bahwa hutang yang dapat dilunasi tidak bermasalah (Fitch et al., 2007), hutang rutin
telah terbukti berkontribusi terhadap penurunan kepuasan hidup anggota rumah tangga
(Białowolski et al.,2019).

Utang produktif merupakan kegiatan kredit yang memiliki fugsi sebagai keuntungan bagi
pemilik kredit dengan cara kerja nilai harga akan semakin naik selama berjalannya periode.
Sementara itu, Utang Konsumtif merupakan kebalikan dari utang produktif. Maksudnya, hutang
ini tidak memeberikan keuntungan untuk jangka panjang karena tidak bisa menjadi bahan
investasi. contohnya kredit mobil, dan handphone. Kredit buruk bisa diesbut sebagai kredit
diragukan (Loan Doubtfull).
A. A. Last Name, B. B. Last Name/Journal of Accounting and Business Education, Volume (Issue), Month Year

Keputusan kredit telah terbukti sering tidak selaras dengan prediksi model siklus hidup
(Bertaut et al. 2009; Shefrin dan Thaler 1988) dan satu-satunya proses akuisisi kredit terbukti
rumit dan bertingkat (Kamleitner dan Kirchler, 2007) dengan banyak keputusan emosional serta
mungkin irasional yang terlibat, yang dapat diterjemahkan secara berbeda menjadi kesejahteraan
bahkan dalam jangka pendek. Penggunaan kredit dalam kebutuhan hidup menjadi salah satu
alasan individu untuk terus beritndak konsumtif. Pembelian impusif dikatakan sebagai pembelian
yang tidak rasional dan pembelian yang cepat serta tidak direncanakan, diikuti dengan adanya
konflik fikiran dan dorongan mental (Rook Venplaker, 2003). Yang awalnya hanya untuk
memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, namun saat ini malah menjadi kebiasaan.
Hedonisme adalah suatu paham atau aliran yang memiliki anggapan bahwa hanya ada satu hal
yang paling baik bagi manusia, yaitu kesenangan atau kenikmatan (Sudiantara, 2003).

RESULTS AND DISCUSSION

Mempertimbangkan pemahaman yang terbatas serta mengingat bahwa bahkan hutang


yang tidak bermasalah dapat menjadi perhatian untuk kesejahteraan, maka disarankan untuk
memeriksa hubungan jangka pendek antara perolehan lima jenis hutang yang berbeda yaitu utang
kartu kredit, hutang/pinjaman pelajar, hipotek, kredit mobil, dan pinjaman keluarga dan
perubahan berikutnya dalam memenuhi kepuasan hidup.

BI Checking merupakan lampiran histori pinjaman dana atau penggunaan kredit oleh
masing-masing pengguna kredit. Hal ini menjadi sangat ramai pembahasan karena tingginya
minat masyarakat pada layanan “bayar nanti”. Ketika dalam hasil historis terpindai terlalu sering
dalam penggunaan sistem paylater ini, maka untuk individu sendiri akan kesulitan dalam
melakukan beberapa hala dalam pengambilan pembayaran seperti pengambilan KPR rumah di
bank.

Dalam pengenalannya, ada beberapa pemebeda dari kredit buruk dan kredit. Efek yang
terkait dengan adaptasi hedonis mungkin juga berperan dalam penilaian hubungan kredit-
kesejahteraan. Dua efek diperkirakan akan terjadi. Salah satunya terkait dengan pembelian
barang atau jasa yang dimaksudkan untuk pinjaman, dan itu positif. Dengan memasukkan
berbagai jenis pinjaman dalam satu studi dan meneliti efek dari penyerapan dan pembayaran
kredit, tidak hanya hasilnya memungkinkan untuk pemeriksaan yang komprehensif dari dampak
kredit pada kesejahteraan, tetapi mereka juga mengekspos pola asosiasi yang mungkin tidak
terlihat. jika hanya satu jenis utang yang diperiksa.
Kolektibilitas meruakan pengaktegorian dalam kualitas kredit dan diagi menjadi 5 macam.
Kolektibilitas terbaik diberi angka 1: kredit lancar. Kemudian dilanjutkan berturut-turut
kolektibilitas menurun menjadi kategori: 2 (Dalam Perhatian Khusus), 3 (Kurang Lancar), 4
(Diragukan) dan 5 (Macet). Untuk urutan 1 dan 2 dikatakan sebagai kredit baik. Sedangkan
kredit urutan 3-5 dikategorikan sebagai kredit buruk atau Non-Performing Loan (NPL).
Selain itu, penelitian ini menggunakan data longitudinal, yang memungkinkan peran
diferensial dari berbagai jenis utang dalam kepuasan hidup menjadi lebih ketat dan mengurangi
risiko sisa pembaur, yang sering menjadi perhatian dalam studi cross-sectional.
A. A. Last Name, B. B. Last Name/Journal of Accounting and Business Education, Volume (Issue), Month Year

Pada penelitian sebelumnya menjadi penguat temuan Parker et al. (2012) yang
menunjukkan bahwa pinjaman dapat bermanfaat bagi kesejahteraan dalam beberapa kasus, dan
merugikan pada orang lain. Sejauh jenis kredit yang bersangkutan, penelitian tersebut
menunjukkan bahwa efek negatif signifikan terbesar diamati untuk individu terkena utang kartu
kredit dan pinjaman mahasiswa. Meskipun penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
kartu kredit dapat dianggap sebagai fasilitator kehidupan dan dapat digunakan sebagai selimut
keamanan untuk menutupi pengeluaran tak terduga (Bernthal et al. 2005), penelitian tersebut
menunjukkan bahwa menggambar pada fungsi utang mereka memberikan kontribusi negatif
terhadap kepuasan hidup berikutnya. Penelitian sebelumnya mengklaim telah sesuai dengan
argumen bahwa utang kartu kredit dapat menyebabkan penjara debitur metaforis, di mana pilihan
hidup setelah keputusan kredit menjadi sangat terbatas karena utang yang menumpuk (Bernthal
et al. 2005) dan akses terbatas ke opsi pembiayaan kembali utang (Kerr dan Dunn 2008).
Temuan kami tentang dampak negatif kartu kredit pada kepuasan hidup juga sesuai dengan
alasan Bridges dan Disney (2004), yang menyatakan bahwa jika mereka tidak terkendala
likuiditas, orang mengelola masalah tunggakan dengan menggulung utang mereka. Jika kartu
kredit digunakan untuk tujuan ini, utang kartu kredit kemungkinan besar akan memberikan
tekanan psikologis.

Sifat hipotek jangka panjang dan adanya agunan, yang seringkali melebihi nilai
utang, tampaknya mengurangi dampak negatif dari utang tersebut dibandingkan dengan dampak
positif kepemilikan rumah. Seperti yang dikemukakan oleh Thaler dan Shefrin, utang jangka
pendek kemungkinan didorong oleh kurangnya pengendalian diri dan ketidaksabaran, yang
sering diterjemahkan ke dalam keputusan yang mengarah pada hasil kesejahteraan yang
negatif. Bahkan dapat dikatakan bahwa hipotek, karena membatasi akses ke utang jangka pendek
lebih lanjut, meningkatkan utilitas dan kepuasan dengan mengurangi risiko utang jangka pendek
yang berlebihan. Temuan kami tentang efek positif mengambil hipotek sesuai dengan alasan
bahwa karena hipotek biasanya diberikan kepada rumah tangga paling kaya dengan pendapatan
tinggi dan sejarah kredit yang baik, kemungkinan dampak negatifnya pada kesejahteraan adalah
berkurang.

Seperti yang dikemukakan oleh Campbell dan Cocco, rumah tangga dengan hipotek suku
bunga tetap jauh lebih sedikit terkena guncangan pendapatan yang merugikan. Karena
lingkungan ekonomi sangat menguntungkan bagi pemilik rumah selama periode
penyelidikan, dan sebagian besar dari mereka mengalami evolusi positif dari situasi keuangan
dan ekonomi mereka, rumah tangga yang memiliki hipotek dengan suku bunga tetap seharusnya
diuntungkan, yang selanjutnya memperkuat penelitian ini.

CONCLUSION

Penggunaan kredit dalam kehidupan sehari-hari menjadikan perlikau konsumtif menjadi


sangat tidak terkendali. Kemudahan yang diberikan oleh layanan kredit juga menjadi salah satu
factor yang mempengaruhi hype kredit. Dalam mencegah sikap konsumtif ini, ada beberapa hal
yang dapat dicari tau dan dipraktekaan. Pertama, mengetahui level pentingnya suatu pembelian.
Setiap orang diwajibkan untuk dapat membedakan mana yang kebutuhan dan mana yang
keinginan. Contohnya dalam pertimbangan pembelian rumah dan mobil. Jika dilihat seksama,
A. A. Last Name, B. B. Last Name/Journal of Accounting and Business Education, Volume (Issue), Month Year

rumah adalah kebutuhan yang lebih penting daripada kendaraan. Maka dari itu penempatan
levelnya lebih tinggi daripada mobil.

Kedua, urgensi. Dalam penggunaan kredit lebih baik ditinjau terlebh dahulu, apakah
barang yang akan kita krditkan ememiliki tingkat urgensi tinggi atau tidak. Cntohnya dalam
berinvestasi. Ketika membeli tanah, harganya aakan naik seiring berjalannya waktu. Sedangkan
pada pemebelian kendaraan seperti mobil, nilainya akan semakin turun seiring berjalannya
waktu. Jika dilihat dari 2 kondisi tersebut maka, penggunaan kredit tidak akan sia-sia jika
menggunakannya untuk memebli tanah. Namun jika urgensi saat itu membutuhkan kendaraan,
maka bisa juga.

Kredit atau hutang data dikatakan menjadi baik atau buruk jika dapat dilihat dari apa
yang dibeli. Sejatinya perilaku konsumtif tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Selain
menumpuk utang, perilaku konsumtif juga dapat menjadi pemicu awal terjadinya kriminalitas
akibat terlilit hutang.

REFERENCES

Bialowolski, P., & Weziak‐Bialowolska, D. (2021). Good credit, bad credit: The differential role of the
sources of debt in life satisfaction. Journal of Consumer Affairs, 55(3), 967–994.
https://doi.org/10.1111/joca.12388
Bertaut, C.C., Haliassos, M. & Reiter, M. (2009) Credit card debt puzzles and debt revolvers for self
control. Review of Finance, 13(January), 657– 692. https://doi.org/10.1093/rof/rfn033
Białowolski, P. & Węziak-Białowolska, D. (2017) What does a Swiss franc mortgage cost? The tale
of Polish trust for foreign currency denominated mortgages: implications for well-being
and health. Social Indicators Research, 133, 285– 301. https://doi.org/10.1007/s11205-
016-1363-9
bdellaoui, M., Bleichrodt, H., L'Haridon, O. & Paraschiv, C. (2013) Is there one unifying concept of
utility? An experimental comparison of utility under risk and utility over
time. Management Science, 59(9), 2153– 2169. https://doi.org/10.1287/mnsc.1120.1690
Ando, A. & Modigliani, F. (1963) The “life cycle” hypothesis of saving: aggregate implications and
tests. The American Economic Review, 53(1), 55– 84.
Andrade, C. (2017) Propensity score matching in nonrandomized studies: a concept simply
explained using antidepressant treatment during pregnancy as an example. Journal of
Clinical Psychiatry, 78(2), e162– e165. https://doi.org/10.4088/JCP.17f11446
Austin, P.C. (2011a) Optimal caliper widths for propensity-score matching when estimating
differences in means and differences in proportions in observational
studies. Pharmaceutical Statistics, 10(2), 150– 161. https://doi.org/10.1002/pst.433
Austin, P.C. (2011b) A tutorial and case study in propensity score analysis: an application to
estimating the effect of in-hospital smoking cessation counseling on
mortality. Multivariate Behavioral Research, 46(1), 119– 151.
A. A. Last Name, B. B. Last Name/Journal of Accounting and Business Education, Volume (Issue), Month Year

Austin, P.C. (2011c) An introduction to propensity score Methods for reducing the effects of
confounding in observational studies. Multivariate Behavioral Research, 46(3), 399–
424.
Babiarz, P., Widdows, R. & Yilmazer, T. (2013) Borrowing to cope with adverse health events:
liquidity constraints, insurance coverage, and unsecured debt. Health
Economics, 22, 1177– 1198. https://doi.org/10.1002/hec.2877
Barba, A. & Pivetti, M. (2009) Rising household debt: its causes and macroeconomic implications—a
long-period analysis. Cambridge Journal of Economics, 33(June), 113–
137. https://doi.org/10.1093/cje/ben030
Batz-Barbarich, C., Tay, L., Kuykendall, L. & Cheung, H.K. (2018) A meta-analysis of gender
differences in subjective well-being: estimating effect sizes and associations with gender
inequality. Psychological Science, 29(9), 1491–
1503. https://doi.org/10.1177/0956797618774796
Frey, B.S. & Stutzer, A. (2002) What can economists learn from happiness research? Journal of
Economic Literature, 40(2), 402– 435. https://doi.org/10.1257/jel.40.2.402

Anda mungkin juga menyukai