Anda di halaman 1dari 21

MENGUNGKAP MOTIF DIBALIK PEMBERIAN KREDIT PADA

KOPERASI SIMPAN PINJAM BALO’TA

Triyadi Suchrismas

Petrus Peleng Roreng

Bertha Beloan

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar

Email : Triyadisuchrismasmalino@gmail.com

Roreng70@gmail.com

Bertha@ukipaulus.ac.id

Abstrak: Mengungkap Motif Dibalik Pemberian Kredit Pada Koperasi Simpan


Pinjam Balo’ta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif dibalik
pemberian kredit pada Koperasi Simpan Pinjam Balo’ta. Hasil penelitian didapatkan
bahwa motif pemberian kredit pada KSP Balo’ta adalah karena tidak mengalami
penurunan pendapatan selama pandemi di samping itu animo masyarakat untuk
menyimpan masih tinggi yang menyebabkan dana yang tersedia masih banyak
sehingga harus disalurkan agar bisa produktif. Motif yang sangat menarik adalah
dengan memberikan utang budi yang akan menjadikan nasabah untuk tetap loyal
dan setia meskipun pandemi nantinya akan berakhir. Kehadiran saat nasabah susah
membuat KSP Balo’ta menerapkan prinsip tabur tuai, berharap kebaikan yang
diberikan akan dibalas baik oleh nasabah nantinya
Kata Kunci: KSP Balo’ta; Kredit Macet; Fenomenologi;Interpretif
Abstract: Revealing the Motif Behind Credit to the Balo’ta Savings and Loans
Cooperative. Questioning based on this phenomena, "what motive that push KSP
Balo'ta to do that". The results of the study showed that the provision of credit to
KSP Balo'ta was because there was no decline in income during the pandemic. In
addition, the public's interest in saving was still high which caused the available
funds to be large so they had to be channeled in order to be productive. The other
interesting motive under providing debts to members is making them feel owed, then
to be loyal even when the pandemic is over.Appearance in difficult period makes KSP
Balo'ta uses giveaway principle, by hoping that they will get benefit and build the
members' trust.
Keywords: KSP Balo’ta; Bad Credit, Phenomenology, Interpretive
PENDAHULUAN
KSP Balo’ta sebagai Lembaga keuangan yang berbasis ekonomi kerakyatan
telah mengayunkan langkah selama kurang lebih 80 tahun (1 Mei 1941) sesuai
dengan visinya “Terwujudnya KSP Balo’ta sebagai salah satu pilar ekonomi
kerakyatan yang Tangguh, mandiri dan profesional”. Pada awalnya KSP Balo’ta
merupakan bank koperasi yang didirikan untuk melindungi masyarakat dari lintah
darat yang “sangat mengerikan” akibat kebodohan dan kemiskinan dengan nama
Bank Cooperative Simpanan dan Pinjaman bagi Bangsa Boemipoetra Toraja.
Gagasan membentuk bank koperasi itu sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1937 dan
secara resmi berubah nama menjadi KSP Balo’ta dari tahun Januari 1972 sampai
sekarang.
Seperti koperasi pada umumnya, KSP Balo’ta juga mengalami permasalahan
kredit macet. Dari data awal yang penulis peroleh, dari tahun 2016 s/d 2020, jumlah
kredit macet pada KSP Balo’ Toraja terus mengalami peningkatan dan puncaknya di
tahun 2020 yaitu sebanyak Rp 13,497,763,153 kredit macet dibanding tahun 2016
yang hanya Rp 8,221,384,952 kredit macet. Pertambahan jumlah kredit macet ini
juga berbanding lurus dengan jumlah kredit yang disalurkan, tahun 2016 misalnya,
jumlah kredit yang tersalur tercatat sebesar Rp 357,451,519,664 dan terus bertambah
setiap tahunnya dan pada tahun 2020 kemarin jumlah kredit yang tersalur sebesar Rp
696,769,564,585.
Pandemi covid-19 menjadi salah satu penyebab utama bertambahnya kredit
macet, mengingat ekonomi masyarakat yang semakin terpukul. Di samping itu pihak
koperasi menemukan bahwa ada niat tidak baik dari anggota atau dengan sengaja
mengambil kredit tanpa ada niat untuk melunasi. Kasus lain juga disebutkan bahwa
ada faktor kelalaian petugas lapangan. Tetapi yang lebih banyak adalah karena
keadaan ekonomi anggotanya. Mereka belum mengenal manajemen keuangan
keluarga. Kasus anggota fiktif dan penipuan dari karyawan juga pernah dihadapi oleh
KSP Balo’ta yang secara langsung berpengaruh signifikan terhadap bertambahnya
kredit macet. Kredit konsumtif juga turut menyumbang jumlah kredit macet, jumlah
PHK yang kian bertambah sejalan dengan mewabahnya covid-19 menjadi
penyebabnya, disusul oleh faktor lain yang tidak terlalu berpengaruh antara lain gagal
panen dan bencana alam di beberapa daerah. Jumlah kredit macet semakin bertambah
namun pihak koperasi tidak mempunyai niatan untuk menekan jumlah kredit yang
mereka salurkan. Dari fenomena yang penulis jelaskan di atas, penulis merasa tertarik
untuk meneliti tentang kredit macet pada KSP Balo’ Toraja khususnya tentang
langkah “nekat” KSP Balo’ Toraja dalam memberikan kredit mengingat ekonomi
masyarakat yang masih terpuruk hingga saat ini dengan judul “Mengungkap Motif
Dibalik Pemberian Kredit Pada KSP balo’ Toraja”.
KAJIAN LITERATUR
Wajah Kredit: Menengok Definisi Teoritis
Menurut i.Keputusan i.Bank i.Indonesia i.Nomor i.30/267/KEP/DIR iKredit
iMacet iterjadi ijika iada itunggakan iangsuran ipokok iatau ibunga iyang itelah
imelebihi i270 ihari, iatau ikerugian ioperasional iditutup idengan ipinjaman ibaru,
iatau idalam ihal ihukum iatau ipasar iketentuan, ijaminan itidak idapat idicairkan
ipada inilai iwajar. iKredit imacet iadalah isuatu ikeadaan idimana inasabah isudah
itidak isanggup imembayar isebagian iatau iseluruh ikewajibannya ikepada ibank
iseperti iyang itelah idiperjanjikan i(Mudrajad iKuncoro idan iSuhardjono, i2002 i:
i462).
Dari ibeberapa ipengertian idisimpulkan ibahwa ikredit imacet iadalah ikeadaan
idimana ikreditur imengalami ikesulitan idalam imenyelesaikan ikewajiban-
kewajibannya iterhadap isuatu ilembaga ikeuangan ipenyedia ipinjaman ibaik
isebagian iatau ikeseluruhan ipinjaman ikarena ifaktor ikesengajaan idan iatau
ikarena ifaktor ieksternal idiluar ikemampuan ikendali idebitur isesuai idengan
iperjanjian.
All About Credit
Kredit Jangka Pendek
Menurut Fahmi (2013:163) Short-term liabilities (kredit jangka pendek) sering
disebut juga dengan utang lancar (current liabilities). Penegasan hutang lancar karena
sumber kredit jangka pendek dipakai untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan yang
sifatnya mendukung aktivitas perusahaan yang segera dan tidak bisa ditunda. Dan
utang jangka pendek ini umumnya harus dikembalikan kurang dari satu tahun.
Kredit Jangka Menengah
Kredit jangka menengah adalah kredit yang jangka waktunya antara satu
sampai sepuluh tahun. Menurut Harjito dan Martono (2011:232) sumber dana jangka
menengah adalah sumber dana atau pendanaan yang mempunyai jangka waktu lebih
dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun.
Kredit Jangka Panjang
Menurut iFahmi i(2013:163) iLong-term iliabilities i(kredit ijangka ipanjang)
isering idisebut ijuga iutang itidak ilancar i(non icurrent iliabilities). iPenyebutan
ikredit itidak ilancar ikarena idana iyang idipakai idari idana isumber ikredit iini
idipergunakan iuntuk imembiayai ikebutuhan iyang ibersifat ijangka ipanjang.
iAlokasi ipembiayaan ijangka ipanjang ibiasanya ibersifat itangible iasset i(asset
iyang ibisa idisentuh), idan imemiliki inilai ijual iyang itinggi ijika isuatu isaat idijual
ikembali. iKarena iitu ipenggunaan idana iutang ijangka ipanjang iini idipakai iuntuk
ikebutuhan ijangka ipanjang, iseperti ipembangunan ipabrik, ipembelian itanah
igedung, idan isebagainya. iKredit ijangka ipanjang idiartikan isebagai ikewajiban
ikepada ipihak ilain iyang iharus idipenuhi iatau idibayarkan idalam iperiode iwaktu
ilebih idari isetahun.

Kredit Macet
Menurut Kasmir (2010:104) faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
kredit macet pada koperasi adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Suku Bunga
2. Besar Pendapatan
3. Pekerjaan Nasabah
4. Tanggungan Keluarga
(Kasmir, 2010: 148) Menyatakan bahwa terdapat beberapa metode yang dapat
dilakukan untuk menyelamatkan kredit macet antara lain:
1) Rescheduling
2) Reconditioning
3) Restructuring
4) Kombinasi
5) Penyitaan jaminan
Fenomenologi Dalam Wajah Para Tokoh
Fenomenologi iadalah ipendekatan iyang idimulai ioleh iEdmund iHusserl idan
idikembangkan ioleh iMartin iHeidegger iuntuk imemahami iatau imempelajari
ipengalaman ihidup imanusia. iPendekatan iini iberevolusi imenjadi isebuah imetode
ipenelitian ikualitatif iyang imatang idan idewasa iselama ibeberapa idekade ipada
iabad ikedua ipuluh. iFokus iumum ipenelitian iini iuntuk imemeriksa/meneliti
iesensi iatau istruktur ipengalaman ike idalam ikesadaran imanusia i(Tuffour: i2017).
Definisi ifenomenologi ijuga idiutarakan ioleh ibeberapa ipakar idan ipeneliti
idalam istudinya. iMenurut iAlase i(2017) ifenomenologi iadalah isebuah
imetodologi ikualitatif iyang imengizinkan ipeneliti imenerapkan idan
imengaplikasikan ikemampuan isubjektivitas idan iinterpersonalnya idalam iproses
ipenelitian ieksploratori.
Ada ihal iyang iharus idiperhatikan idalam ipenelitian ikualitatif, ikhususnya
iyang imenggunakan ipendekatan ifenomenologi. iBanyak ipeneliti ikontemporer
iyang imengklaim imenggunakan ipendekatan ifenomenologi itetapi imereka ijarang
imenghubungkan imetode itersebut idengan iprinsip idari ifilosofi ifenomenologi
i(Sohn idkk: i2017). iPenelitian ikualitatif idengan ipendekatan ifenomenologi ijuga
imemiliki ikarakteristik iyang imelekat idi idalamnya. iMenurut iMujib i(2015) iada
idua ikarakteristik idalam ipendekatan ifenomenologi idalam ibidang iagama.
iPertama, ipendekatan iini imerupakan imetode idalam imemahami iagama iorang
ilain idalam iperspektif inetralitas. iDalam isituasi iini, ipeneliti imenggunakan
ipreferensi iorang ibersangkutan iuntuk imerekonstruksi idalam idan iberdasarkan
ipengalaman iorang itersebut. iArtinya, idalam ikondisi iini ipeneliti imenanggalkan
idirinya isendiri(epoche) idan iberupaya imembangun idari ipengalaman iorang ilain.
iKedua, idalam imenggali idata ipada ipendekatan iini idibantu idengan idisiplin
iilmu iyang ilain, iseperti isejarah, iarkeologi, ifilologi, ipsikologi, isosiologi, istudi
isastra, ibahasa, idan ilain-lain.
Penelitian iini imenggunakan ifenomenologi iHusserl. iDimana ipenulis
iberpendapat ibahwa ifenomenologi iHusserl isangat itepat iuntuk imenganalisis
ipermasalahan ikredit imacet idi iKSP iBalo’ iToraja.
Interpretif : Sandaran Dalam Penelitian
Salah satu paradigma dalam penelitian kualitatif adalah paradigma interpretif.
Secara umum pendekatan interpretatif merupakan sebuah sistem sosial yang
memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. (Newman, 1997: 68).
Interpretif melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks dan makna
yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat fakta
sebagai hal yang cair (tidak kaku) yang melekat pada sistem makna dalam
pendekatan interpretatif. Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan netral. Fakta
merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual yang bergantung pada pemaknaan
sebagian orang dalam situasi sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial
mengandung ambiguitas yang besar. Perilaku dan pernyataan dapat memiliki makna
yang banyak dan dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara. (Neuman, 2000: 72).
Paradigma ini menekankan pada ilmu bukanlah didasarkan pada hukum dan prosedur
yang baku;, setiap gejala atau peristiwa bisa jadi memiliki makna yang berbeda; ilmu
bersifat induktif, berjalan dari yang spesifik menuju ke yang umum dan abstrak. Ilmu
bersifat ideografis, artinya ilmu mengungkap realitas melalui simbol-simbol dalam
bentuk deskriptif. Pendekatan interpretif pada akhirnya melahirkan pendekatan
kualitatif.
Dari beberapa penjelasan dan pengertian mengenai pendekatan interpretif,
dimana paradigma interpretif menekankan pada cara pandang yang bertumpu pada
tujuan untuk memahami dan menjelaskan sebuah fenomena dari kacamata aktor yang
terlibat di dalamnya maka pertimbangan penulis menggunakan pendekatan interpretif
karena kajian yang coba di angkat adalah mengenai fenomena yang lebih mengarah
pada sisi subyektifitasnya.
Fenomenologi Dalam Mengungkap Realita : Noema dan Noesis
Pada penelitian ini, menggunakan metode penelitian kualitatif melalui
pendekatan fenomenologi. Fenomenologi tidak diawali dan tidak bertujuan untuk
menguji teori. Praktisnya, fenomenologi cenderung untuk menggunakan metode
observasi, wawancara mendalam (kualitatif), dan analisis dokumen. Yang menarik
dan sangat penting dari metode fenomenologi Edmund Husserl ini adalah bahwa
setiap orang jangan cepat-cepat mengambil kesimpulan sebelum mendialogkan
masalah yang dihadapi dengan secermat-cermatnya.
Sejalan dengan penelitian yang peneliti lakukan, maka pertimbangan yang saya
gunakan adalah bahwa fenomenologi merupakan “alat” yang tepat untuk mencapai
tujuan tersebut. Di mana saya ingin mengungkapkan sebuah realita yang
sesungguhnya dari motivasi KSP Balo’ta dalam hal pemberian kredit melalui
interview mendalam dengan membentuk suasana keakraban penulis dengan
informan. Penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain.
Secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode yang
alamiah.
Penggunaan fenomenologi dalam penelitian ini diharapkan mampu
mengungkap motif pemberian kredit pada KSP Balo’ta. Apapun motif tersebut, baik
itu motif profit ataupun alasan lain yang penulis coba untuk cari tahu.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dipaparkan penulis di bawah ini menjadi sebuah
pegangan dalam melakukan penelitian pada KSP Balo’ta sehingga dapat
menambahkan teori yang digunakan dalam mendalami penelitian yang dilakukan.
Berikut merupakan penelitian terdahulu yang terkait dengan kredit macet pada
koperasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian kredit macet pada
KSP Balo’ Toraja Cabang Buntu Kecamatan Gandangbatu Sillanan Kabupaten Tana
Toraja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari
hasil wawancara secara mendalam, observasi dan data sekunder yang terdiri atas
beberapa dokumentasi yang diperoleh KSP Balo'ta’ Cabang Buntu Kabupaten Tana
Toraja dan literatur yang terkait dengan penelitian. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari informan yakni manajemen dan nasabah koperasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa umumnya faktor penyebab kredit macet pada KSP Balo’ Toraja
Cabang Buntu disebabkan oleh debitur. Hal ini menunjukkan bahwa dana yang
dipinjam oleh debitur belum optimal sesuai dengan pemanfaatannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberian Kredit: Ikuti Syarat Yang Ada
Sistem, tata cara dan persyaratan pemberian kredit sebelum pandemi melanda
pada KSP Balo’ta kurang lebih sama seperti koperasi pada umumnya. Orang yang
ingin mengajukan pinjaman haruslah anggota koperasi serta memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan oleh koperasi. Menurut keterangan dari informan III Bapak Nober.
“...Ia. Jadi kita salurkan pinjaman itu karena memang permintaan
anggota dan uang ada kemudian bukan kita sekedar salurkan tapi itu
melalui prosedur yang ada jadi ada ada kelayakan prosedur e pelayanan
pinjaman yaitu munculnya dari cabang, cabang ia. Jadi cabang yang
proses, mereka seleksi di cabang baik itu pokoknya yang prinsip 5C itu, e
karakter apa semua, kondisi ekonomi to ? yang prinsip 5C, terus ada
penilaian jaminan jadi semua itu kalo sudah layak di cabang ya ada plafon
maksimalnya disana mereka layani. Jadi kuncinya itu kita layani karena
memang permintaan anggota, terus dana ada…”
Pemberian kredit merupakan suatu hal yang harus dilakukan dengan sangat
hati-hati dan dengan pertimbangan yang matang. Prosedur yang dibuat dalam hal
pengambilan kredit bukan merupakan suatu hal yang mutlak untuk mencegah gagal
bayar ataupun resiko macet di kemudian hari. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan
KSP Balo’ta sebelum pandemi lebih sedikit ketimbang yang tersalur setelah pandemi
melanda dan terjadi lonjakan permintaan kredit dari anggota selama pandemi. 
Bisa survive sampai sekarang dan mencatatkan diri sebagai koperasi terbesar di
Bumi Lakipadada tidak membuat KSP Balo’ta menurunkan standarisasi pemberian
kredit, prinsip kehati-hatian terus menjadi dasar dalam hal pencairan kreditnya. 
“...Ia (berhenti sejenak), ia jadi makanya kalau memang kan kita punya
pencairan itu kita selalu melihat kebelakang riwayat pembayarannya. Ada
riwayat pembayarannya kalau memang pernah menunggak yah…(sambil
menarik nafas) tentu kita harus hati-hati lagi memberikan kredit apalagi
kalau plafonnya akan dinaikkan, pasti kita tidak e secepat itu kita mo
berikan… tapi kalau anggota kalau lancar pasti eh kita pasti berusaha
untuk cepat layani…”
Pihak koperasi tidak mau mengambil resiko dengan memberikan kredit
konsumtif yang kira-kira akan susah pengembaliannya. Meskipun yah memang ada
suatu macam fasilitas yang disiapkan oleh koperasi tapi itu dalam bentuk tabungan
yaitu “tabungan marintin”. Tapi dalam hal kredit, akan sangat riskan untuk
memberikan kredit konsumtif kepada anggota yang akan meminta pencairan kredit,
apalagi jika nominal yang diminta itu cukup banyak. Lain halnya jika kredit yang
diminta anggota itu untuk pendidikan anak-anaknya, koperasi akan dengan senang
hati memberikan kreditnya. 
“Iyaa konsumtif itu. Jadi kita selalu berusaha bagaimana supaya modal
pinjaman yang kita berikan, pinjaman yang kita berikan itu bisa berputar
di anggota. Adapun kalau konsumtif, misalnya anak sekolah ahh itu kan
hal lain.”
Apa yang dikatakan oleh salah satu informan tersebut bukan tanpa alasan,
sejatinya uang modal digunakan untuk usaha. Apalagi di masa pandemi sekarang ini
untuk bisa bertahan harus menciptakan usaha yang terus berjalan dan dapat
berkembang.
Bertahan Di Tengah Pandemi Covid-19
Kembali ke strategi KSP Balo’ta menghadapi pandemi, dari beberapa
wawancara dengan para informan didapat bahwasanya KSP tidak tinggal diam dan
pasrah dengan pandemi ini. KSP Balo’ta pun termasuk beruntung karena mendapat
“durian runtuh”, dari semua koperasi di Tana Toraja, hanya KSP Balo’ta yang
mendapat suntikan dana sebesar 100 Miliar dari Kementerian Koperasi dan UKM
melalui  Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (LPDB-KUMKM) pada bulan Mei 2021 lalu. Ini merupakan salah satu
upaya pemerintah dalam hal penyelamatan koperasi dari guncangan likuiditas. KSP
Balo’ta turut berperan aktif dalam membangun perekonomian Indonesia dari tahun
pertama koperasi ini dibentuk, tidak pernah menyalahi aturan koperasi dan selalu
tunduk pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan negara. Hal tersebut yang membuat
KSP Balo’ta punya panggung di Perkoperasian Indonesia sehingga di lirik oleh
Kementerian Koperasi untuk diberikan suntikan dana. 
“...Karena memang kita kan lembaga yang sudah diakui oleh negara,
kita standarnya nasional jadi memang kita sudah harus mengikut dengan
aturan-aturan kementerian koperasi…Iya nasional…Iya jadi tidak boleh
aturan-aturan dari kementerian koperasi itu kita abaikan…Abaikan.
Setiap tahun kan itu ada peningkatan kalau begini harus ada lagi begini
jadi kita selalu ikuti apa maunya, karena kita setiap saat dipantau jadi
memang kita harus siap diperiksa kelayakannya jadi semua semua semua
prosedural itu standar nasional kita pake jadi dibilang ini karena selalu
kita di diapa namanya selalu kita diberi bimbingan dari sana bahwa
begini begini karena KSP itu asetnya juga kementerian koperasi, selalu
diperhatikan setiap ada kegiatan mereka kita selalu di  mewakili
Indonesia bagian Timur…”
Selama pandemi KSP tetap melakukan aktivitasnya namun tetap
mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Mengurangi jumlah
karyawan yang masuk untuk bekerja dengan membagi jam kerja karyawan. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi karyawan yang melakukan kontak setiap
harinya. Sempat juga diberlakukan Work From Home (WFH) tetapi hanya
beberapa hari saja pada tahun 2020.KSP Balo’ta juga memberikan semacam
pelatihan atau penyuluhan dengan bekerja sama dengan pemerintah maupun
swasta dalam bidang pertanian dan peternakan. Hal tersebut dilakukan untuk
memberdayakan masyarakat agar berhasil dalam usahanya. 
“...Ndak, dibina, jadi misalnya ada anggota kita di satu daerah mereka
kan anggota itu minta, kami maunya keluarga yang ini, nanti kami bantu
pelatihan, tapi kami cuman sebagai pasilitator lah, kami undang
pemerintah atau ada pihak swasta yang bagus untuk memberikan
pelatihan kepada anggota. dan sejauh ini selama ini rata-rata pelatihan
pertanian, atau juga kadang anggota minta pengelolaan keuangan…”
KSP Balo’ta ingin agar dana yang mereka pinjamkan kepada anggota bisa
benar-benar dimanfaatkan sebagaimana mestinya sesuai peruntukannya.
Pelatihan ini diharapkan dapat membantu anggota dalam memaksimalkan hasil
dari usaha yang mereka jalani.
Masih Ada Kasih: Kehadiran KSP Balo'ta di Tengah Pandemi
Disaat semua orang takut untuk mengeluarkan dana dan mengutamakan
penghematan, hal sebaliknya dilakukan oleh KSP Balo’ta. Mereka tidak mengurangi
atau menekan jumlah kredit yang mereka keluarkan. Sudah barang tentu ini
merupakan suatu hal yang sangat berisiko mengingat hampir semua pengusaha
terjerat kedalam dahsyatnya tekanan dari pandemi covid-19 sedangkan telah dibahas
sebelumnya di atas bahwa yang menjadi kalangan yang paling banyak mengajukan
kredit adalah kalangan pengusaha atau wirausaha. Hal ini lantas menjadi pertanyaan
besar bagi penulis mengenai langkah nekat dari KSP Balo’ta ini. Motif apa yang
sekiranya melatarbelakangi hal ini. Penulis menjumpai Informan I selaku informan
kunci yaitu Pak Charles Allorerung yang menjabat sebagai Manajer Keuangan. Di
jumpai di ruang kerjanya di lantai I kantor pusat KSP Balo’ta, penulis dan beliau
melakukan wawancara yang membahas mengenai fenomena ini. 
“...Yang pertama itu, apa ya. Tingginya memang permohonan pinjaman di
kami untuk penyaluran pinjaman. Memang tinggi permintaan pinjaman yang
masuk…”
Disaat sektor perbankan maupun koperasi yang lain sedang gencar-gencarnya
untuk menggenjot nasabah/anggota untuk mengajukan kredit, KSP Balo’ta justru
mengalami lonjakan permintaan pengajuan kredit. Kalau di pikir-pikir di masa
pandemi para anggota akan berpikir dua kali untuk melakukan pinjaman di masa sulit
ini, omset yang tidak menentu untuk pengusaha dan gaji yang dipotong maupun PHK
untuk pegawai menjadi alasan yang paling masuk akal. 
“...Yang kedua persentase dari NPL itu itu kan berbanding dengan
jumlahnya kredit. Iyaa. Jadi memang NPL semakin besar yang pertama
dipengaruhi itu karena memang di masa pandemi aa. Jadi di masa
pandemi ee, NPL semakin meningkat…”
Tidak hanya bank namun koperasi juga menggunakan rasio NPL (Non
Performing Loan) dalam megukur evaluasi atas kondisi rentabilitas, risiko kredit,
kondisi permodalan, likuiditas, dan risiko pasarnya. melalui data NPL kita dapat
mengetahui “kesehatan” suatu bank atau koperasi. NPL pada KSP menurut
Informan I meningkat, tentu saja ini sejalan dengan jumlah kredit yang tersalur
yang juga terus meningkat. Dari wawancara dengan Informan III penulis
pendapat informasi mengenai persentase NPL pada KSP Balo’ta tahun 2021.
“...Jadi kita secara persentase dia menurun, menurun kita tahun ini
berhasil menurunkan 3% dari dari tahun yang lalu, kita turun…”Jadi
kita berhasil menurunkan secara persentase cuma nominal dia
meningkat karena memang setiap tahun jumlah pinjaman kita kan..”
Menurut BI, rasio NPL yang ideal berkisar di angka 5%. rasio di atas 5%
menunjukkan kredit macet lebih banyak daripada kredit lancar, hal ini membuat
setiap lembaga keuangan berusaha agar rasio NPL-nya dibawah 5% dengan
melakukan berbagai macam strategi agar nasabah/anggota mengembalikan
kewajibannya agar kolektibiltasnya tetap pada kategori lancar. Dari sini kita
dapat menarik kesimpulan bahwa plafon rasio NPL KSP Balo’ta masih di bawah
ketentuan BI dalam artian bahwa kredit macet koperasi masih dalam batas wajar
dan dalam kondisi sehat.
Permohonan kredit yang terus meningkat dan rasio NPL yang masih di bawah
ketentuan BI menjadi alasan KSP Balo’ta untuk tidak menekan kredit yang mereka
salurkan menurut Informan I bapak Charles. Kedua Hal tersebut belum cukup kuat
untuk menjadi alasan mengingat anggota sedang dalam situasi ketidakpastian
(uncertain) menghadapi pandemi, sehingga KSP Balo’ta lebih selektif lagi dalam
memberikan kredit kepada para anggota. 
“...Dan pasti kami tidak akan layani kalau yang kurang lancar
pembayarannya, atau yang bermasalah pasti tidak dilayani
pinjamannya…”
Pihak KSP Balo’ta tidak mau mengambil resiko dengan meloloskan
semua pengajuan kredit dari anggota, selain menerapkan prinsip 5C koperasi
juga hanya melayani anggota yang selama ini pembayarannya lancar agar
terhindar dari risiko kredit. Sebelum menerima pengajuan kredit dari anggota, 
koperasi terlebih dahulu akan melihat riwayat pembayaran kredit anggota
tersebut apakah pernah menunggak atau tidak pernah bermasalah
pembayarannya. 
Penulis kemudian menemui Informan II yaitu Bapak Albertus Remak selaku
Kepala Bagian Pengendalian Pinjaman Bermasalah. Penulis kemudian mewawancarai
beliau di ruang kerjanya. 
“...Justru kita menekan jadi harus eh ada data juga berapa sih tahun ini
yang di tekan yah, tahun ini kita berhasil menekan sebesar 8 miliar cuma
memang dia meningkat statusnya ini karena pandemi. 
Dari percakapan dengan Pak Albertus diketahui bahwa pihak koperasi
menekan jumlah kredit yang mereka berikan sebesar 8 Miliar. Secara kuantitas
jumlah kredit macet memang meningkat tetapi secara persentase terhadap jumlah
kredit yang disalurkan itu menurun. Meskipun telah ditekan tetapi penulis merasa
kredit yang dikeluarkan masih terlalu besar dan meningkat terus setiap tahunnya.
Menurut Pak Albertus koperasi itu hidup dari jumlah pinjaman, semakin banyak
pinjaman yang tersalur semakin banyak pula keuntungan yang diperoleh koperasi.
Tetapi langkah tersebut bukan tanpa perencanaan, pihak koperasi memiliki bagian
yang bertugas untuk menanggulangi kredit bermasalah di pusat maupun di cabang.
Di Tengah Pandemi: Kredit Macet “Sesak Nafas”
Penagihan kredit juga merupakan suatu permasalahan yang menjadi
pergumulan besar bagi koperasi. Dari wawancara dengan Bapak Charles Allorerung
selaku informan I, penulis mendapatkan pernyataan dari beliau. 
“...Kalo lebih sulit, hmm, gimana ya ? kadang sih ia. Karna itu tadi,
usahanya anggota jadi itu yang kita mau buat, ee omsetnya anggota
menurun jadi itu yang kadang membuat sulit. Tapi artinya teman-teman
di cabang dan juga ada kan ada tim disini. Namanya tim
penanggulangan itu yang menangani itu. Jadi mereka tetap terus ee
usaha untuk melakukan penagihan, kalo saya rasa untuk saat ini ya
seperti itu, kondisi anggota ya memang, ee ada sih kendala, karena tadi
omsetnya anggota satu juta (1.000.000) per bulan sekarang Cuma lima
ratus (500.000) kan, artinya kesulitannya disitu, memang keadaan seperti
itu…”
Dari pernyataan beliau dapat disimpulkan bahwa masih ada pengertian
dari koperasi untuk para anggotanya meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa
pihak koperasi juga terpukul oleh pandemi. Pihak koperasi tidak mau memaksa
anggotanya untuk membayar kredit seperti saat sebelum pandemi melanda. 
Meskipun koperasi belum melakukan pendataan, namun awal April 2020
silam didapatkan informasi bahwa wilayah yang paling terdampak ada di pedesaan.
Sehingga berakibat ke semua sektor ekonomi, hulu ke hilir, saling mempengaruhi.
Berbicara soal kebijakan khusus tentang pembayaran angsuran, koperasi yang
memiliki 45 kantor cabang ini selalu mengedepankan asas kekeluargaan dalam
mengambil kebijakan. Hal ini perlu dilihat dan diamati secara detail kasus per kasus
baru kemudian menentukan kebijakan yang akan diterapkan. Mengingat besarnya
jumlah anggota KSP Balo’ta yakni sekitar  33.000 anggota, sehingga tidak bisa
digeneralisir, namun disesuaikan kesepakatan dengan masing-masing anggota yang
terdampak. 
Sebagaimana yang telah penulis paparkan di atas bahwa pengambilan
keputusan oleh KSP Balo’ta harus berdasar kepada prinsip kekeluargaan. Hal ini
yang membuat koperasi terus bisa memberikan pelayanan yang membuat anggota
bisa bertahan dan cukup bernafas legah dalam menghadapi pandemi ini. Meskipun
sedang dilanda musibah namun KSP Balo’ta dengan segala daya dan upaya tidak mau
tinggal diam dalam memberikan pelayanan kepada para anggotanya. Contohnya saja
dengan berupaya untuk mencari bantuan seperti yang tadi dikemukakan di atas,
alhasih bisa mendapat bantuan dana 100 Miliar dari Kementerian Koperasi dan UKM
dan tentu bukan jumlah yang sedikit.
Tabur Tuai: Mempertahankan Nasabah Di Masa Pandemi
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat
baik atau buruk. Berbuat baik adalah salah satu kewajiban bagi semua. Dalam
kehidupan ini berlaku hukum tabur tuai. Kita akan menuai apa yang kita tabur.
Hukum ini sangat luas lingkupnya, berlaku juga pada orang yang non Kristiani.
Orang lain menyebutnya sebagai hukum karma. Dimana karma memiliki arti suatu
perbuatan yang dapat mendatangkan hasil, dimana perbuatan baik yang dilakukan
akan menghasilkan kebaikan juga dan sebaliknya perbuatan jahat akan menghasilkan
penderitaan. Lebih tepat dan bijaksana bila kita menyebutnya sebagai hukum tabur
tuai. Barangsiapa menabur kebaikan akan menuai kebaikan dan barangsiapa menabur
keburukan akan menuai keburukan. Ada hal yang menarik dari percakapan dengan
salah satu petinggi koperasi yaitu bapak F.F. Ismar Noberty.
“sebenarnya ketika kita hadir saat mereka dalam kesulitan apalagi dimasa
pandemi ini, maka kehadiran kita akan membekas dinasabah dan itu akan
selalu diingat sehingga menjadikan mereka nasabah yang setia dan loyal.
Dan saya yakin mereka tidak akan lari. Yah…ibaratnya apa yang kita tabur
itu yang kita tuai. Ketika kita memberikan pinjaman dalam hal ini kebaikan
pastinya kita akan terima kebaikan juga yaitu kesetiaan nasabah”
Mendapatkan kepercayaan dan loyalitas dari anggota koperasi bukanlah hal
yang mudah. Sejarah membuktikan bahwa KSP Balo’ta mampu bertahan hingga saat
ini karena terbilang berhasil menjaga kepercayaan dan loyalitas anggotanya. Bukan
hal yang mudah memang membangun koperasi dari nol hingga besar dan berskala
nasional seperti sekarang ini. Melirik sedikit ke belakang dari berdirinya koperasi,
KSP Balo’ta baru mampu memiliki 2000 anggota setelah berdiri selama 40 Tahun.
Tana Toraja merupakan daerah dengan mayoritas petani dan peternak, sementara di
masa-masa awal berdirinya KSP Balo’ta hanya menerima pegawai negeri, guru dan
pendeta menjadi anggota. Strategi tersebut memang berhasil mengingat resiko yang
didapat juga terbilang kecil. Banyak anggota yang terbantu dengan adanya KSP
Balo’ta ini, banyak yang bisa menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang lebih
tinggi. namun dilain sisi pertumbuhan koperasi kurang baik karena anggota hanya
sedikit, kemudian KSP Balo’ta mengeluarkan regulasi yang baru yang lebih
melonggarkan aturan penerimaan anggota. Tidak mesti berpenghasilan tetap seperti
pegawai negeri, guru dan pendeta namun petani, pedagang dan peternak yang P
Balo’ta untuk mempertahankan kepercayaan dan loyalitas anggotanya. KSP Balo’ta
bisa saja “cari aman” dengan mengurangi atau “menyetop” kredit yang mereka
keluarkan mengingat risiko likuidasi terus membayang-bayangi selama pandemi ini,
namun itu tidak dilakukan karena KSP Balo’ta sadar bahwa banyak yang
membutuhkan kehadirannya dalam situasi seperti sekarang ini. Bukan hal yang tidak
mungkin kalau nantinya pandemi berakhir KSP Balo’ta bisa menjadi “pahlawan”
penyelamat ekonomi Tana Toraja karena mereka ada saat banyak yang membutuhkan
mereka dalam kesusahan terutama dalam hal ekonomi. itu semua sejalan dengan visi
KSP Balo’ta yang ingin menjadi salah satu pilar ekonomi kaerakyatan yang tangguh,
mandiri dan profesionatidak memiliki penghasilan tetap perbulan pun boleh untuk
bergabung menjadi anggota koperasi. Alhasil KSP Balo’ta mampu berkembang
dengan lebih cepat dengan adanya regulasi yang baru tersebut.
Dalam dunia bisnis konsumen menjadi aspek penting bagi kelangsungan
setiap usaha di berbagai golongan, sama halnya dalam dunia koperasi dimana
loyalitas anggota dapat dikatakan sebagai manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan
anggota dalam menggunakan fasilitas yang diberikan dari pihak koperasi serta tetap
menjadi anggota dari koperasi tersebut. Hal ini kemudian diamani oleh bapak Charles
Allorerung, S.E seperti percakapan kami siang itu di ruangan beliau
“…utang itu sejatinya harus dibayar dan itu ada nilainya, tapi bayangkan
untuk utang budi, tidak ada ukuran yang pasti. Nah itu sebenarnya kita tidak
hanya memberikan pinjaman kepada nasabah namun juga memberikan kasih
yang kemudian dianggap utang budi bagi mereka. Dan itu pastinya akan
diingat terus, orang yang ada saat kita susah itu akan susah untuk dilupakan,
yah walapun saat ini perekonomian juga semakin sulit tapi sebisa mungkin
kita hadir untuk berbagi pada nasabah”
Loyalitas anggota terhadap koperasi yang lahir dari utang budi ternyata sangat
berdampak pada keberhasilan koperasi, dan ini diterapkan oleh koperasi simpan
pinjam Balota selama pandemi. Tidak mudah memang mengambil keputusan seperti
ini namun Nasabah adalah jantung dari koperasi untuk tetap bertahan. Dengan
loyalitas pada suatu koperasi yang dijalankan maka akan menciptakan suatu
komunikasi yang baik antar anggota sehingga adanya keharmonisan dalam mencapai
tujuan koperasi. Loyalitas anggota sangat penting bagi koperasi agar dapat bertahan
dalam persaingan antar koperasi dan juga menjadi penentu bagi keberlangsungan atau
macetnya koperasi.
Partisipasi anggota koperasi sangat menentukan tolak ukur dari suatu loyalitas
anggota koperasi yang bersangkutan. Jika anggota koperasi sering dan banyak
melakukan transaksi atau kegiatan simpan pinjam maka anggota koperasi bisa
dikatakan loyal. Maka dari itu koperasi sangat bergantung pada loyalitas anggotanya.
Dengan adanya anggota yang loyal maka koperasi akan lebih maju lagi. Anggota
yang ikut berpartisipasi dalam koperasi akan meningkatkan kesejahteraan koperasi.
Jika koperasi berjalan dengan baik maka akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Strategi KSP Balo’ta yang penulis bilang “nekat” dengan tidak menekan jumlah
kredit yang mereka salurkan selama pandemi tersebut merupakan sebuah strategi KSl.
METODE
Data Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kualitatif dari sumber
primer. Sumber primer ini berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui
wawancara yang penulis lakukan. Selain itu, penulis juga melakukan observasi
lapangan dan mengumpulkan data dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian
di perpustakaan.
Informan
Berikut ini penulis sajikan dalam tabel data mengenai nama, jabatan dan jenis
informan dalam penelitian ini :
No. Nama Informan Jabatan Informan Jenis Informan
1 Charles Allorerung, S.E. Manajer Keuangan informan kunci
Kepala Bagian Pengendalian informan kunci
2 Albertus Remak, S.T.
Pinjaman Bermasalah
3 F.F. Ismar Noberty, S.E. Kepala Bagian Pinjaman informan kunci
4 Sandy Molnan Field Officer informan pendukung
5 Yulianus Nober Field Officer informan pendukung
Dalam Struktur organisasi KSP Balo’ta, Kabag. Pengendalian Pinjaman dan
Kabag. Bagian Pinjaman di bawah komando langsung oleh Manajer Keuangan,
penulis menjadikan ketiga pihak tersebut sebagai informan kunci (key informant)
karena berkaitan langsung dengan objek penelitian dan mengerti secara menyeluruh
mengenai fenomena yang penulis teliti, ditambah dengan dua informan
pendukung/tambahan yaitu field officer/pekerja lapangan untuk menyelaraskan antara
keterangan yang diperoleh dari key informan dengan yang terjadi di lapangan serta
memberikan informasi tambahan sebagai pelengkap dan pembahasan dalam
penelitian ini.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data yang
dikembangkan oleh Miles Huberman. Miles dan Huberman dalam Sugiyono
(2012:246) mengungkapkan bahwa dalam mengolah data kualitatif dilakukan melalui
tahap mengorganisir data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai mengungkap motif
dibalik pemberian kredit pada KSP Balo’ta. Peneliti menggunakan penelitian
kualitatif dengan studi penelitian fenomenologi, maka dalam penelitian ini penulis
menarik kesimpulan bahwa:
1. Seperti yang diungkap oleh informan III dari data yang didapat bahwa dari
tahun 2016 sampai 2021 jumlah kredit macet terus mengalami peningkatan
namun di sisi lain jumlah kredit yang disalurkan juga mengalami kenaikan
dan secara rasio NPL dari tahun ke tahun tidak mengalami pertambahan yang
signifikan. 
2. Motif KSP Balota dalam pemberian kredit dimasa pandemi ini ternyata
beragam:
a. Salah satu motifnya adalah persahabatan hal ini terlihat dari pemberian
kredit yang diberikan oleh KSP Balo'ta dimana mereka tidak punya
alasan untuk tidak memberikan pinjaman kepada masyarakat yang
membutuhkan layaknya seorang sahabat, seperti yang diungkap oleh
informan I mengenai animo masyarakat untuk meminjam.
b. Motif yang lain adalah belas kasih dan kekeluargaan hal ini terlihat dari
peran koperasi Balo’ta yang ingin turut andil dalam memajukan
perekonomian masyarakat Toraja yang kita tahu selama pandemi ini
sangat terpukul selayaknya kehadiran sebuah keluarga dalam setiap
kondisi walau terpuruk sekalipun seperti yang diungkap oleh informan
III.
c. Dan salah satu motif yang juga ikut mewarnai pemberian kredit karena
KSP Balo’ta berbagi kasih kepada nasabah di masa pandemi dengan
tetap memberikan pinjaman saat mereka susah dan berharap nasabah
akan tetap loyal dan tetap memilih KSP Balo’ta kedepannya meskipun
pandemi sudah usai. Dan motif ini menjadi sangat menarik karena
bukan hanya memberikan hutang dalam artian akuntansi tetapi juga
memberikan utang budi yang takarannya tidak bisa dihitung atau diukur.
Namun menjadi pengikat kepada nasabah untuk setia dan loyal nantinya
seperti yang diungkap oleh informan III.   
DAFTAR PUSTAKA

Alase, A. (2017). The Interpretative Phenomenological Analysis (IPA): A Guide to a


Good Qualitative Reseach Approach. International Journal of Education
and Literacy Studies, 5(2). doi: 10.7575/aiac.ijels.v.5n.2p.9

Basuki, Sulistyo. (2010). Metode Penelitian. Jakarta : Penaku.


Chariri, A. (2009). “Landasan filsafat dan metode penelitian kualitatif”, Paper
disajikan pada Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
Laboratorium Pengembangan Akuntansi (LPA), Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
Hariyani, Iswi. (2010). Restrukturisasi & Penghapusan Kredit Macet. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo
Hermanto. (2006). Faktor-faktor Kredit Macet pada PD. BPR BKK Ungaran
Kabupaten Semarang. Tugas Akhir. Fakultas Ekonomi Universitas
Semarang.
Moleong, j, Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Siamat. (2007). Pengertian Credit Bermasalah. Jakarta: Pelajaran.Co.Id
Suharyanto, Her. (2012). KSP Balo’ta, Koperasi dari Toraja Teladan bagi
Indonesia. Jakarta: Mahkota Abadi Printing
Supramono, Gatot.(2009). Perbankan dan Masalah Kredit. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai