Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL BOOK REVIEW (CBR)

MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER


Dosen Pengampu : Drs H. Tengku Darmansah M.A.

Disusun Oleh:

Nama : Zoe Zarka Syafiq

Nim : 0307212088

Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam - 2

Semester :V

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
I. IDENTITAS RIVIEWER BUKU

Nama : Zoe Zarka Syafiq

Nim : 0307212088

PRODI : Manajemen Pendidikan Islam

Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan Karakter

Tugas : Critical Book Review (Manajemen Pendidikan Karakter)

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang tak terhitung
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan dapat bermanfaat untuk menambah
ilmu dan wawasan terhadap ilmu pengetahuan. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta orang-orang
mukmin yang senantiasa mengikutinya dengan baik.
Critical Book Report (CBR) ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Pendidikan Karakter. Adapun judul buku Critical Book Report (CBR) ini adalah
Manajemen Pendidikan Karakter. Dalam pembuatan CBR ini, penulis berterima kasih kepada
Bapak Drs H. Tengku Darmansah M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Pendidikan Karakter yang sudah memberikan bimbingannya untuk tugas CBR ini sehingga
dapat selesai dengan baik dan berjalan dengan lancar. Adapun CBR ini penulis buat
berdasarkan informasi yang ada.
Penulis juga menyadari bahwa tugas CBR ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas CBR ini. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 29 November 2023

Zoe Zarka Syafiq

3
Data/ Identitas Buku

Buku I
Judul : Manajemen Pendidikan Karakter
Pengarang : Dr (C). Irjus Indrawan, S.Pd.I., M.Pd.I, dkk
Editor : Prof. Dr. H. Mukhtar Latif, M.Pd.
Penerbit : Penerbit CV. Pena Persada Redaksi
Kota terbit : Jawa Tengah
Tahun Terbit : 2020
ISBN : 978-623-6504-10-9

Judul Buku : Manajemen Pendidikan Karakter, Peluang dalam Membangun


Karakter
Penulis :
Drs. Sofyan Tsauri, MM
Penerbit :
IAIN Jember Press
Tahun Terbit :
2015
Halaman :
134 Halaman

Buku II

4
RINGKASAN ISI BUKU

BAB I HAKIKAT MANUSIA


A. Manusia Sebagai Ciptaan Tuhan
Manusia merupakan makhluk multi dimensi karena hakikat manusia jika dilihat
dari kedudukan kodratnya, manusia terdiri atas dua unsur yakni sebagai makhluk pribadi
berdiri sendiri dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri, manusia dalam batas-batas tertentu memiliki kemauan bebas (free-will) yang
menjadikan manusia memiliki kemandirian dan kebebasan.Pada dasanya manusia
tersusun atas dua unsur yaitu materi dan immateri, jasmani dan rohani. Unsur materi
(tubuh) manusia berasal dari tanah dan roh manusia berasal dari substansi immateri.
Tubuh mempunyai daya fisik jasmani yaitu mendengar, melihat, merasa, meraba,
mencium dan daya gerak. Sedangkan roh mempunyai dua daya yaitu daya berfikir yang
disebut dengan akal yang bepusat dikepala dan daya rasa yang berpusat di hati (Rohiman
Notowidagdo 1996:17).
Menurut Mustafa Zahri (1976:121) unsur immateri pada manusia terdiri dari roh,
qalbu, aqal, dan nafsu. Unsur-unsur immateri manusia diuraikan sebagai berikut:
(1) Roh
(2) Hati (Qalb)
(3) Potensi Manusia (Akal)
(4) Nafsu
B. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makluk Sosial
Didalam diri manusia terdapat dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan
kepentingan bersama. Kepentingan individu didasarkan manusia sebagai makhluk
individu, karena pribadi manusia yang ingin memenuhi kebutuhan pribadi. Kepentingan
bersama didasarkan manusia sebagai makhluk sosial (kelompok) yang ingin memenuhi
kebutuhan bersama. Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau
perseorangan atau sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri pribadi merupakan makhluk
yang diciptakn secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia memang tidak akan lepas dari berhubungan dengan orang lain.Dalam
hubungan itu kita harus bisa memahami peranan dan kedudukan masing-masing.Jangan
sampai terjadi kesalahan,Karena itu, bisa membuat tidak harmonisnya hubungan kita
dengan sesame manusia. Untuk menjaga hubungan yang harmonis sebagai individu dan
makhluk sosial, umumnya setiap suku bangsa memiliki nilai- nilai dan tradisi yang dapat
dikembangkan menjadi model kedamaian yang kondusif bagi eeratan antar-suku bangsa,
agama, ras, dan perbedaan lainnya.

BAB II MANAJEMEN PENDIDIKAN


A. Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti
menjadi tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata itu digabung menjadi kata kerja
managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris

5
menjadi management, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
manajemen atau pengelolaan. Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen pendidikan dapat juga
diartikan sebagai aktifitas yang memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat
dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Sedangkan Sondang P
Siagian mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang
lain.
B. Tujuan Manajemen Pendidikan
Mempelajari manajemen pendidikan bertujuan untuk:
1. Terwujud suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
2. Tercipta peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
3. Terpenuhi salah stu dari empat kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan
(tertunjangnya kompetensi profesional sebagai pendidik dan tenaga kependidikan
sebagai manajer).
4. Tercapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
5. Terbekali tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen
pendidikan).
6. Teratasi masalah mutu pendidikan.

C. Fungsi dan Prinsip Manajemen Pendidikan


1. Fungsi Manajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan berfungsi sebagai perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan.
2. Prinsip Manajemen Pendidikan
Dalam melakukan manajemen organisasi pendidikan, maka perlu memperhatikan
prinsip manajemen dalam setiap masing-masing komponen pendidikan.

BAB III ORGANISASI DALAM PENDIDIKAN

A. Struktur Pendidikan
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum, pertama organisasi diartikan
sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah
sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan. kedua, merujuk pada proses
pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para
anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif, sedangkan
organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan system kerja sama secara

6
jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi,
dan memfokuskan sumber daya pada tujuan.

1. Hakikat Organisasi
Organisasi sebagai alat dalam administrasi dan manajemen dimana pendekatan
yang sifatnya struktural menyoroti organisasi sebagai wadah yang relatif statis.
Organisasi di pandang bahwa penggambaran jaringan hubungan kerja yang sifatnya
formal.

2. Struktur Organisasi
Pada struktur organisasi tergambar posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang
harus dilakukan, hubungan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian,
tingkat manajemen dan saluran komunikasi. Menurut Stoner, struktur organisasi
dibangun oleh lima unsur, yaitu: 1. spesialisasi aktivitas; 2. standardisasi aktivitas; 3.
koordinasi aktivitas; 4. sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan; dan 5.
ukuran unit kerja.

3. Bentuk Organisasi
Bentuk organisasi selama ini sangat bervariasi dan berbeda-beda tergantung dari
aspek atau sudut pandang masing-masing. Berdasrkan sifat hubungan pribadi orang-
orang di dalam organisasi, organisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu organisasi
formal dan informal. Organisasi formal adalah setiap bentuk kerjasama antara dua orang
atau lebih yang diatur dan dilaporkan secara resmi dalam rangka mencapai tujuan
bersama.

B. Proses Pengorganisasian Pendidikan


Proses pengorganisasian adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk membentuk
sebuah organisasi. Pengorganisasian sebagai sebuah proses yang berlangkah jamak.
Proses pengorganisasian itu digambarkan sebagai berikut:
1. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah merinci pekerjaan.
2. Pembagian kerja.
3. Penyatuan pekerjaan.
4. Koordinasi pekerjaaan,
5. Monitoring dan reorganisasi

BAB IV KONSEP DASAR PENDIDIKAN BERKARAKTER

A. Pengertian Pendidikan Karakter


Karakter merupakan struktur antropologis manusia, di sanalah manusia menghayati
kebebasan dan menghayati keterbatasan dirinya. Dalam hal ini karakter bukan hanya
sekedar tindakan saja, melainkan merupakan suatu hasil dan proses. Terminologi
pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1900-an. Thomas Lickona dianggap

7
sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku The Return of Character
Education kemudian disusul bukunya Educating for Character: How Our School can
Teach Respect and Responsibility. Melalui buku tersebut ia menyadarkan dunia barat
terhadap pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan karakter berasal dari dua kata
Pendidikan dan karakter, menurut beberapa ahli, kata pendidikan mempunyai definisi
yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang, paradigma, metodologi dan disiplin
keilmuan yang digunakan, diantaranya:
Menurut D. Rimba, pendidikan adalah Bimbingan atau pembinaan secara sadar
oleh pendidik. Terhadap perkembangan Jasmani dan Rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utuh. Menurut Doni Koesoema A. mengartikan
Pendidikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat
menjadi beradab. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya
upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan
alam dan masyarakatnya.
B. Tujuan Pendidikan Karakter
Pada dasarnya Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Sedangkan dari segi pendidikan, pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang
mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu dan seimbang. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, nerakhlak mulai, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembag dinamis, beroreantasi pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.

BAB V MENCIPTAKAN RUANG KELAS YANG BERKARAKTER

A. Membangun Ikatan dan Model Karakter


Dewasa ini banyak terjadi permasalah sosial di Indonesia. Permasalahan ini
disebabkan oleh berbagai macam hal, di antaranya adalah degradasi moral bangsa.
Seiring dengan perkembangan zaman, manusia menghalalkan segala cara untuk
memperoleh kepuasan dalam hidup. Namun kepuasan tersebut dilakukan dengan jalan
melanggar aturan, norma, bahkan hukum negara. Permasalahan tersebut menjadi
perhatian dunia, termasuk Lickona, seorang tokoh karakter dunia di Amerika. Ia menulis
masalah-masalah karakter siswa di sekolah melalui penelitian, serta strategi yang
diterapkan untuk mengatasi hal tersebut.
Menurut Thomas Lickona dalam menerapkan dan mengembangkan sejumlah
karakter dan nilai yang menjadi target pengajaran di sekolah sebaiknya memulai

8
pengajaran karakter mengenai rasa hormat dan tanggung jawab yang menurutnya dapat
menjadi langkah awal yang membantu dan menutupnya dengan pemahaman akan
sebagian atau bahkan seluruh nilai-nilai tersebut.
B. Guru sebagai Model Karakter
Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru agar dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorangguru terdiri dari 3 (tiga) hal, yaitu
kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keberhasilan guru
dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan ketiganya dengan penekanan pada
kemampuan mengajar.

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN RUANG KELAS BERKARAKTER


A. Membangun Disiplin Kelas Berbasis Karakter
Pengembangan ruang kelas berkarakter sangat dibutuhkan guna menciptakan suatu
ruang kelas yang aktif dan kreatif serta berpotensi guna menjadikan peserta didik agar
menjadi orang yang berkarakter yang baik. Dalam hal ini guru sangat berperan penting
dalam pengembangan ruang kelas yang berkarakter tersebut. Tetapi bukan hanya guru
yang berperan dalam ruang kelas, namun peserta didik pun mempunyai peran serta di
dalam pengembangan ruang kelas berkarakter. Guru dan peserta didik harus memiliki
kerjasama yang sangat baik agar pengembangan ruang kelas berarakter tersebut bisa
berjalan dengan lancar.
B. Membangun Interaksi Kelas Berbasis karakter
Dalam bekerja guru cenderung mengelompokan siswa dalam interaksi yang
berbeda, mereka mengelompokan sebagai golongan siswa berkemampuan tinggi‖ yang
mereka anggap sebagai siswa yang cerdas, patuh, tertib, rajin, rapi dan sebagainya.
Interaksi kedua adalah golongan siswa berkempuan rendah‖, mereka adalah yang
termasuk siswa yang mempunyai nilai rendah, bandel, pemberontak, malas, dan
sebagainya.
C. Membangun Kepedulian/Kerjasama Kelas Berbasis Karakter
Dalam bahasa Inggris kata kerjasama disebut sebagai cooperation. Kerjasama
adalah suatu usaha antara perorangan atau kelompok manusia diantara kedua belah pihak
untuk tujuan bersama sehingga mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik.

BAB VII MENCIPTAKAN PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS


Sebagian besar sekolah tidak memiliki jaminan kualitas internal dalam
penyelenggaraan pendidikan karakter dalam sebuah sistem penjaminan mutu secara
internal. Struktur organisasi yang ada belum menjelaskan mengenai peran dan tanggung
jawab anggota organisasi dalam pendidikan karakter terutama pada penjaminan mutu.
Struktur dalam organisasi sekolah yang menggambarkan pembagian wewenang dan
tanggung jawab anggota organisasi kurang menjelaskan bagaimana pembagian tersebut
dalam pendidikan karakter. Sekolah belum memiliki perencanaan dan pengorganisasian
pendidikan karakter secara formal. Sekolah lebih banyak menyerahkan proses
pendidikan karakter kepada para guru sebagai tenaga fungsional. Sekolah belum

9
memiliki struktur internal yang menjamin bahwa implementasi pendidikan karakter
sesuai dengan tujuan pendidikan karakter.
A. Pendidikan Karakter dalam konteks kebijakan Pendidikan di Indonesia
Kebijakan pendidikan karakter diperlukan sebagai dukungan politis, kepastian
hukun, norma dalam penyelanggaraan pendidikan Karakter. Pada dasarnya pendidikan
yang diselenggarakan ditujukan untuk membentuk karakter seseuai dengan nilai-nilai
yang menjadi filosofi bangsa. Ketetapan tersebut dituangkan dalam Undang–Undang
sistem pendidikan nasional No 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
B. Kurikulum Berbasis Karakter
Kata kurikulum berasal dari bahasa Latin currere, yang berarti lapangan
perlombaan lari. Kurikulum juga bisa berasal dari kata curriculum yang berarti a running
course, dan dalam bahasa Perancis dikenal dengan carter berarti to run (berlari).
Kurikulum awalnya digunakan dalam dunia olahraga dan dapat diartikan sebagai jarak
yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish dan untuk
memperoleh medali atau juara. Jadi kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan
dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan
pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan. Terkait dengan ciri-ciri kurikulum berbasis karakter,
mengadaptasi konsep Pendidikan karakter dari FW Foerster (pencetus pendidikan
karakter dari Jerman), Kurikulum jenis ini memiliki empat ciri.
C. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter
Menurut Zubaedi, 2012, terdapat delapan pendekatan yang dapat digunakan dalam
mengajarkan pendidikan karakter, yaitu 1) evocation, pendekatan yang memberikan
kesempatan keleluasan kepada peserta didik untuk bebas mengekspresikan respon
afektifnya terhadap stimulus yang diterimanya. 2) inculcation, pendekatan agar peserta
didik menerima stimulus yang diarahkan menuju kondisi siap. 3) moral reasoning,
pendekatan agar terhadi transaksi intelektual taksonomik tinggi dalam mencari
pemecahan suatu msalah. 4) value clarification, pendekatan melalui stimulus terarah agar
peserta didik diajak mencari kejelasan isi pesankeharusan nilai moral. 5) value analysis,
pendekatan agar peserta didik dirangsang untuk melakukan analisis moral. 6) moral
awareness, pendekatan agar peserta didik menerima stimulus dan dibangkitkan
kesadarannya akan nilai tertentu, 7) commitment approach, pendekatan agar peserta
didik sejak awal diajak menyepakati adanya suatu pola pikir dalam proses pendidikan
nilai. 8) union approach, pendekatan agar peserta didik diarahkan untuk melakasanakan
secara riil nilai-nilai budi pekerti dalam suatu kehidupan.

BAB VIII MENCIPTAKAN SEKOLAH BERKARAKTER


A. Visi dan Misi sekolah

10
Visi adalah gambaran peran lembaga atau organisasi di masa depan. Ditinjau dari
visi dan misi sekolah ketiga sekolah tersebut merumuskan visi dengan tepat. Tetapi visi
seyogyanya menggambarkan bagaimana peran visioner lembaga dalam mewujudkan
peserta didik yang sesuai dengan harapan di masa depan. Organisasi adalah lembaga
sosial tertutup dan terbuka. Visi cukup jelas dan mudah dipahami. Pernyataan visi
tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Blanchard dan Stoner (2004, hlm 21)
bahwa visi yang jelas merupakan salah satu indikator keberhasilan lembaga. Pernyataan
visi akan berimplikasi pada sistem tata kelola pencapaian tujuan serta bagaimana
perilaku anggota organisasi diarahkan. Pernyataan visi sejalan dengan apa yang
disampaikan oleh Sallis (2005, hlm.119) bahwa visi akan mengarahkan lembaga dan
memberikan makna apa peran yang diinginkan oleh lembaga di masa depan.
Visi tidak hanya sebagai pernyataan tertulis yang merupakan mimpi tentang peran
lembaga. Visi merupakan pemahaman lembaga tentang masa depannya tujuan
keberadaan institusi dan perannya di masa depan. Pemahaman tentangmasa depan
lembaga maupun perikehidupan di masa depan tentang suatu masyarakat terdidik
seyogyanya diikuti dengan perbaikan pada sistem internal sekolah baik yang terkait
dengan SDM, anggaran, teknologi, budaya, kepemimpinan. Perbaikan
diimplementasikan pada reklasi sekolah dengan pihak eksternal. Untuk mewujudkan visi,
sekolah tidak dapat melepaskan hubungannya dengan dunia luar.
B. Kebijakan Sekolah dalam Pendidikan Karakter
1. Masalah Kebijakan dan Penetapan Kebijakan
2. Rumusan Tindakan Kebijakan yang Ditetapkan untuk Mengatasi Masalah-Masalah
Pendidikan Karakter
3. Kegiatan sebagai Realisasi
4. Kebijakan Pelaksanaan kebijakan dan keberadaan standar kebijakan dan tujuan
5. Sumber Daya dan Insentif dalam Pelaksanaan Kebijakan
6. Masalah-masalah dalam implementasi kebijakan.

BAB IX PEMBELAJARAN MODEL ASSURE UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER


Pembelajaran di zaman milenial ini pastinya tidak dapat terlepas dari pemanfaatan
teknologi dan multimedia yang saat ini sangat dekat dengan generasi muda saat ini.
Dirasakan pembelajaran Model ASSURE sangat cocok karena merupakan sebuah
formulasi untuk kegiatan pembelajaran yang berorientasi di kelas yang menekankan
pemanfaatan teknologi dan media dengan baik agar siswa belajar secara aktif. ASSURE
model memberikan kemudahan atau cara untuk membantu guru dalam mempersiapkan
pembelajaranya agar menjadi lebih terarah dan menuju pada sasaran yang tepat dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran dengan
menggunakan model ASSURE mempunyai beberapa tahapan yang dapat membantu
terwujudnya pembelajaran yang efektif dan bermakan bagi peserta didik. Tahapan
tersebut menurut Smaldino adalah sebagai berikut:
A. Analyze Learner (Analisis Pembelajar)
Analisis pembelajar merupakan langkah pertama bagi pendidik agar dapat
mengetahui kebutuhan belajar siswa sehingga proses belajar mengajar di kelas dapat
berjalan secara maksimal.

11
B. State Standards And Objectives (Menentukan Standard dan Tujuan)
Tahap kedua dari ASSURE adalah menentukan atau merumuskan tujuan dan
standar. Diharapkan dengan demikian maka peserta didik dapat memperoleh suatu
kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran tersebut. Dalam merumuskan
tujuan dan standar pembelajaran perlu memperhatikan dasar dari strategi, media dan
pemilihan media yang tepat sehingga pendidikan karakter dapat terimplementasi dengan
maksimal.
C. Select Strategies, Technology, Media, And Materials (Memilih, Strategi, Teknologi,
Media dan Bahan ajar)
Langkah ketiga berhubungan dengan pemilihan strategi, teknologi, media dan
bahan ajar.
1. 1.Memilih Strategi Pembelajaran
2. Memilih bentuk media yang cocok dengan metode Bahan Ajar
3. Mendapatkan materi khusus
4. Memodifikasi materi yang ada
5. Merancang materi baru

BAB X MENCIPTAKAN KELUARGA BERKARAKTER


A. Strategi Mendidik Anak Berkarakter di Sekolah
Pendidikan merupakan dasar dari pembangunan bangsa, membangun manusia
seutuhnya untuk mendukung kemajuan dan peradaban bangsa. UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan nasional
diartikan sebagai pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap perubahan jaman. Namun demikian, pragmatisme
pendidikan memberikan dampak yang signifikan terhadap pola pikir masyarakat. Agama
sudah selayaknya dijadikan fondasi penting dalam pendidikan karakter dan disejajarkan
dengan bidang keilmuan lainnya. Kedudukan dan fungsi agama sangatlah mendasar
dalam kehidupan manusia, sehingga agama dapat dijadikan nilai dasar bagi pendidikan,
termasuk pendidikan karakter.
B. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran
Pendidikan karakter tidak seperti pendidikan lainnya yang bisa diajarkan dalam
bidang keilmuan tertentu seperti agama, sains, dan sebagainya. Pendidikan karakter
bukan sebuah mata pelajaran namun perlu diintegrasikan ke dalam mata pelajaran agar
nilai-nilai utama karakter bangsa dapat ditrasmisikan kepada peserta didik.
C. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler dan KoKurikuler Selain dalam proses pembelajaran di kelas atau
intrakurikuler, integrasi pendidikan karakter lebih besar peluangnya untuk dioptimalkan
dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler.Terkadang kegiatan tersebut dimaknai
sebagai kegiatan yang wajib diikuti siswa sebagai syarat dan kepentingan nilai akademik,
padahal kegiatan itu bernilai besar bagi penguatan pendidikan karakter. Pramuka
misalnya dapat melatih kemandirian siswa, gotong royong, kreativitas, tanggung jawab,
nasionalisme, toleransi, menghargai perbedaan, kerjasama, disiplin, setia, keteladanan.

12
D. Strategi Pemberdayaan Keluarga bagi Pendidikan Karakter Anak
Keluarga layaknya miniature masyarakat dan sebagai tempat pertama mendapatkan
pendidikan. Masa-masa emas anak dimulai dari lingkungan keluarga. Menurut para
pakar, masa pendidikan anak yang paling penting ketika berumur 2-5 tahun karena masa
inimerupakan dasar bagi perkembangan potensi intelektual, emosional, sosial dan moral
religius.Pendidikan karakter pada anak dalam keluarga sesunggunya sudah terintegrasi
dalam berbagai bentuk pendidikan yang diterima anak di rumah seperti mulai bangun
pagi merapikan tempat tidur, mandi, menggosok gigi, sarapan, berdoa sebelum makan,
berpamitan kepada orangtua sebelum ke sekolah dan sebagainya.

BAB 11 MENCIPTAKAN MASYARAKAT BERKARAKTER


A. Konsep Dasar Masyarakat Berkarakter
Manusia dalam dimensi makhluk sosial, senantiasa berinteraksi satu dengan
lainnya dalam wadah masyarakat. Sejak manusia lahir hingga tutup usia selalu
membutuhkan orang lain, bukan berarti tidak mandiri melainkan kodratnya sebagai
mahkluk yang harus saling bekerjasamalah yang menjadi penyebabnya. Manusia dalam
masyarakat memiliki hubungan yang saling mempengaruhi, bahkan terjadi pertumbuhan
nilai hingga pergeseran nilai di dalamnya. Masyarakat memiliki hubungan erat dengan
pendidikan, karena pendidikan juga dibentuk dalam masyarakat. Demikian pula jika
berkenaan dengan karakter, masyarakat memiliki peran penting dalam mewujudkan
nilai-nilai karakter.
B. Strategi Membangun Masyarakat Berkarakter
Sebagai komponen dari Tri Pusat Pendidikan, masyarakat harus berperan serta
dalam membangun pendidikan yang berkualitas. Relasi antara sekolah, keluarga dan
masyarakat digambarkan seperti sebuah kurva yang membentuk lingkaran yang dinamis,
tidak pernah berhenti sekalipun lingkaran sudah terbentuk sempurna, dia tetap menjaga
agar tidak kehilangan bentuknya. Antara keluarga sekolah dan masyarakat memiliki
hubungan kuat yang saling mempengaruhi.

BAB XII PENILAIAN OTENTIK DALAM KONTEKS PENILAIANKARAKTER


A. Konsep Dasar Penilaian Otentik
Penilaian merupakan aspek penting dalam pembelajaran. Penilaian hasil belajar
oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran
peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama
dan setelah proses pembelajaran.
B. Strategi Pengembangan Penilaian Karakter Berbasis Penilaian Otentik
Secara umum, prinsip-prinsip penilaian adalah sahih, objektif, adil, terpadu,
terbuka, holistik dan berkesinambungan, sistematis, akuntabel dan edukatif.
C. Mengembangkan Model Penilaian Karakter Berbasis Penilaian Otentik
Pendidikan karakter sejatinya bertujuan untuk mewujudkan siswa yang berkarakter
mulia, berbudi pekerti luhur dan mampu berperanserta dalam pembangunan bangsa. Oleh
karena itu pendidikan karakter harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan

13
serta terintegrasi dalam setiap mata pelajaran. Model penilaian otentik ini merupakan
suatu bentuk penilaian alternatif yang mengukur kinerja nyata yang dihasilkan oleh siswa
yang mencakup ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan selama proses pembelajaran.
Penilaian pendidikan karakter melalui penilaian otentik meliputi penilaian pada ranah
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
a. Penilaian kompetensi sikap
b. Penilaian kompetensi pengetahuan
c. Penilaian kompetensi keterampilan

Ringkasan Buku II
BAB I

A. Pengertian Pendidikan

Secara etimologis pendidikan adalah berasal dari kata Latin yaitu educare dan educere.
Kata educare dalam bahasa Latin me- miliki arti melatih atau menjinakkan dan menyuburkan.
Jadi, pen- didikan merupakan sebuah proses membantu menumbuhkan, me- ngembangkan,
mendewasakan, membuat yang tidak tertata menjadi tertata.

B. Terminologi Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-


potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam
masya- rakat dan kebudayaan. Maka dari itu, pendidikan perlu ditunjang dengan lingkungan
pendidikan yang baik. Karena lingkungan pen- didikan merupakan segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia dalam berinteraksi baik berupa benda mati, makhluk hidup, mau-pun hal-hal
yang terjadi dan sebagai tempat dalam menyalurkan kemampuan-kemampuan untuk
membentuk perkembangan setiap individu yang mempunyai pengaruh kuat kepada individu

C. Kegiatan Manusiawi

Sebagai sebuah kegiatan manusiawi, pendidikan membuat manusia membuka diri


terhadap dunia. Manusia berkembang melalui kegiatan membudaya dalam memaknai
sejarahnya di dunia ini, memahami kebebasannya yang selalu ada dalam situasi agar mereka
semakin mampu memberdayakan dirinya.

D. Tindakan Edukatif

Tindakan edukatif mengacu pada sebuah intervensi sengaja baik secara individu maupun
dalam kelompok untuk mem- promosikan sebuah proses menjadi secara penuh dalam diri pri-
badi, individu ataupun komunitas dengan memperhatikan dimensi global dan aspek-aspek
yang menyertainya.

E. Tindakan Didaktis

14
Selain mengacu pada tindakan edukatif, pendidikan juga mengacu pada tindakan
didaktis. Tindakan didaktis lebih tertuju pada proses pengajaran dan objek-objek
pembelajaran. Secara lebih khusus, tindakan didaktis adalah proses pengajaran dalam sebuah
lembaga pendidikan atau lembaga formasi yang dipandu melalui kehadiran dan peranan
orang-orang tertentu yang memang memiliki kualifikasi tertentu untuk proses tersebut. Jadi,
ada hubungan fungsional antara orang-orang yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang
memang ditujukan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

F. Generasi Yang Sedang Bertumbuh

Dalam konteks modern dan kotemporer, istilah pendidikan senantiasa diletakkan dalam
kerangka kegiatan dan tugas yang di- tujukan bagi sebuah angkatan atau generasi yang
sedang ada dalam masa-masa pertumbuhan. Oleh karena iu, pendidikan lebih mengarahkan
dirinya pada pembentukan dan pendewasaan pengembangan kepribadian individu yang
mengutamakan aspek- aspek dinamis dan aktif, seperti proses pengembangan dan pem-
bentukkan diri secara terus-menerus.

G. Persoalan Seputar Tujuan Pendidikan

Dalam definisi tentang pendidikan yang diajukan di atas secara inheren terdapat tujuan-
tujuan pendidikan yang secara eks- plisit ingin dicapai. Dalam definisi tersebut, tujuan
pendidikan adalah pengembangan diri secara utuh. Tujuan pendidikan yang diusulkan itu
hanyalah salah satu dari banyak tujuan pendidikan yang bisa diajukan.

1. Tiga Fungsi Normatif Pendidikan


Meskipun para pemikir memiliki gagasan yang berbeda ten- tang tujuan pendidikan,
mereka memiliki satu kesammaan, yaitu bahwa adanya tujuan pendidikan menjadi
penentu normatif bagi berlangsungnya proses pendidikan. Secara normatif ada tiga
fungsi tujuan pendidikan. Pertama, tujuan sebagai pedoman arah tujuan pendidikan
bersifat direktif dan orientasional bagi lembaga pendidikan. Kedua, tujuan tidak sekadar
mengarahkan proses pendidikan, melainkan semestinya juga menjadi sumber motivasi
yang menggerakkan insan pendidikan untuk mengarahkan seluruh waktu dan tenaganya
pada tujuan tersebut.
2. Asal Usul Tujuan Pendidikan
Pertama, ada yang berpendapat bahwa pendidikan bertujuan untuk menjaga
keberlangsungan kehidupan sosial dalam masyara- kat kita sehingga tujuan pendidikan
tidak lain adalah untuk mempersiapkan anak-anak muda supaya dapat dengan lancar
tanpa masalah memasuki kehidupan sosial orang-orang dewasa. Tujuan pendidikan
dalam artian ini mengacu pada dinamika dan kompleksitas masyarakat. Dengan
demikian pendidikan bertujuan untuk membawa, mendidik, dan membesarkan anak-anak
remaja sedemikian rupa sehingga pendidikan menjadi sarana persiapan untuk
pengembangan kompetensi sebagai orang dewasa sebagai- mana dituntutkan dalam
masyarakat. Pendidikan bersifat integratif bagi tiap individu ketika memasuki kehidupan
sosial.

BAB II

15
LINGKUNGAN PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN
PENDIDIKAN

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa
benda mati, makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Seperti
lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan ling-kungan tempat anak bergaul.
Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dangan
jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga.

B. Fungsi Lingkungan Pendidikan

Fungsi pertama lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik,sosial dan budaya,terutama
berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan secara
optimal. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efisien dan efektif.
Fungsi kedua lingkungan pendidikan adalah mengajarkan tingkah laku umum dan untuk
menyeleksi serta mempersiapkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat. Hal ini karena
masyarakat akan berfungsi dengan baik jika setiap individu belajar berbagi hal, ba

C. Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah tempat seseorang memperoleh penddikan secara langsung


atau tidak langsung. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan ada bersifat sosial dan material.
Ling- kungan pendidikn secara garis besar besarnya oleh Ki Hajar Dewantoro dibagi menjadi
tiga yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat, hal
itu sejalan dengan yang dinyatakan oleh Langeveld bahwa yang bertanggung jawab dalam
pendidikan adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB III

PENDIDIKAN KARAKTER

A. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapat
pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Terlebih dengan dirasakannya berbagai
ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini semisal
korupsi, perkembangan seks bebas pada remaja, tawuran, perampokan, juga pengangguran
lulusan sekolah menengah dan atas. Semua terasa lebih kuat ketika negara ini dilanda krisis
yang hingga sampai saat ini tidak bisa beranjak dari krisis yang dialami.

B. Landasan Pendidikan Karakter Di Indonesia

Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan


dalam Pancasila dan Pem-bukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat

16
ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas
pembangunan nasional. Semangat itu telah ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana pendidikan karakter ditempatkan
sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan
masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan
falsafah Pancasila”. (Bafadhol, 2003)

C. TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER

Tujuan pendidikan karakter meliputi:

1. Mendorong kebiasaan perilaku yeng terpuji sejalan dengan nilai- nilai universal,
tradisi budaya, kesepakatan sosial, dan religiositas agama.
2. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab sebagai penerus bangsa.
3. Memupuk ketegaran dan kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya,
sehingga tidak terjerumus kepada perilaku yang menyimpang, baik secara indivdu
maupun sosial.
4. Meningkatkan kemmpuan menghindari sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.
5. Agar siswa memahami dan menghayati nilai- nilai yang relevan bagi pertumbuhan
dan penghargaan harkat dan martabat manusia.
D. Unsur-Unsur Karakter

Ada beberapa dimensi manusia yang secara psikologis dan sosiologis perlu dibahas dalam
kaitannya dengan terbentuknya karakter pada diri manusia. adapun unsur-unsur tersebut
adalah sikap, emosi, kemauan, kepercayaan dan kebiasaan. (Mun’im, 2011: 168) Sikap
seseorang akan dilihat orang lain dan sikap itu akan membuat orang lain menilai
bagaimanakah karakter orang ter- sebut, demikian juga halnya emosi, kemauan, kepercayaan
dan kebiasaan, dan juga konsep diri (Self Conception).

E. Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang


pemerintah dari tahun 2005 sampai 2025. Tahun 2010-2015 program pendidikan karakter
menjadi program unggulan. Ada empat karakter yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia.
Pertama adalah olah hati, yaitu mengembangkan aset yang terkait dengan Tuhan (hablum
minallah) sehingga bisa bekerja dengan ikhlas. Kedua yaitu olah rasa/karsa, sehingga dapat
mengembangkan aset yang terkait hubungan antar sesama (hablum minannas). Ketiga adalah
olah pikir, yaitu mengembangkan aset yang terkait dengan akal agar mampu berpikir dengan
jernih dan cerdas. Keempat adalah olahraga, yaitu mengembangkan aset fisik agar selalu
sehat dan mampu bekerja dengan keras.

F. Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Bangsa Indonesia

17
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan
menjadi basic atau dasar dalam pem bentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak
mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotong- royongan, saling
membantu dan mengormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi
unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang
mampu mewujudkan kesuksesan.

G. Ragam Pendidikan Karakter

Ada beberapa penamaan nomenklatur untuk merujuk kepada kajian pembentukan karakter
peserta didik, tergantung kepada aspek penekanannya. Di antaranya yang umum dikenal
ialah: Pendidikan Moral, Pendidikan Nilai, Pendidikan Relijius, Pendidikan Budi Pekerti, dan
Pendidikan Karakter itu sendiri. Masing-masing penamaan kadang-kadang digunakan secara
saling bertukaran (inter-exchanging), misal pendidikan karakter juga merupakan pendidikan
nilai atau pendidikan relijius itu sendiri (Kirschenbaum, 2000: 56).

Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh
dari seseorang mentalitas, sikap dan perilaku. Pendidikan karakter semacam ini lebih tepat
sebagai pendidikan budi pekerti. Pembelajaran tentang tata-krama, sopan santun, dan adat-
istiadat, menjadikan pendidikan karakter semacam ini lebih menekankan kepada perilaku-
perilaku aktual tentang bagaimana seseorang dapat disebut berkepribadian baik atau tidak
baik berdasarkan norma-norma yang bersifat kontekstual dan kultural.

H. Perspektif Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sebagai sebuah program kurikuler telah dipraktekan di sejumlah


negara. Studi J. Mark Halstead dan Monica J. Taylor (2000: 169-202) menunjukkan
bagaimana pembelajaran dan pengajaran nilai-nilai sebagai cara membentuk karakter terpuji
telah dikembangkan di sekolah-sekolah di Inggris. Untuk membangun dan melengkapi nilai-
nilai yang telah dimiliki anak agar berkembang sebagaiamana nilai-nilai tersebut juga hidup
dalam masyarakat, serta agar anak mampu merefleksi- kan, peka, dan mampu menerapkan
nilai-nilai tersebut, maka pendidikan karakter tidak bisa berjalan sendirian. Dalam kasus di
Inggris, review penelitian tentang pengajaran nilai-nilai selama dekade 1990-an
memperlihatkan bahwa pendidikan karakter yang diusung dengan kajian nilai-nilai dilakukan
dengan program lintas kurikulum.

I. Alasan Pentingnya Nilai Karakter Dalam Perangkat Pembelajaran

Pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam semua materi pembelajaran dilakukan


dalam rangka mengembangkan kegiatan intervensi. Substansi nilai sesungguhnya secara
eksplisit atau implisit sudah ada dalam rumusan kompetensi (SKL, SK, dan KD) dalam
Standar Isi (Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah), serta perangkat kompetensi
masing-masing program studi di pendidikan tinggi atau PNFI.

Proses pengintegrasian nilai tersebut, secara teknologi pembelajaran dapat dilakukan


sebagai berikut: (Ulfiarahmi, 2003)

18
1. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
2. Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam silabus ditempuh antara lain melalui cara-
cara sebagai berikut:
a. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada pendidikan
dasar dan pendidikan memengah, atau kompetensi program studi pada pendidikan
tinggi, atau standar kompetensi pendidikan nonformal.
b. Menentukan apakah kandungan nilai-nilai dan karakter yang secara tersirat atau
tersurat dalam SK dan KD atau kompetensi tersebut sudah tercakup di dalamnya.
c. Memetakan keterkaitan antara SK/KD/kompetensi dengan nilai dan indikator
untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan.

BAB IV

PENDIDIKAN SEBAGAI MODAL DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

A. Ciri Karakter Sumber Daya Manusia

Secara lebih rinci, saya kutip beberapa konsep tentang manu- sia Indonesia yang
berkarakter dan senantiasa melekat dengan kepribadian bangsa. Ciri-ciri karakter SDM yang
kuat meliputi:

1) Religious, yaitu memiliki sikap hidup dan kepribadian yang taat beribadah, jujur,
terpercaya, dermawan, saling tolong menolong, dan toleran;
2) Moderat, yaitu memiliki sikap hidup yang tidak radikal dan tercermin dalam
kepribadian yang tengahan antara individu dan sosial, berorientasi materi dan ruhani
serta mampu hidup dan kerjasama dalam kemajemukan;
3) Cerdas, yaitu memiliki sikap hidup dan kepribadian yang rasional, cinta ilmu, terbuka,
dan berpikiran maju; dan
4) Mandiri, yaitu memiliki sikap hidup dan kepribadian merdeka, disiplin tinggi, hemat,
menghargai waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan memiliki cinta kebangsaan yang
tinggi tanpa kehilangan orientasi nilai-nilai kemanusiaan universal dan hubungan
antar peradaban bangsa-bangsa (PP Muhamma- diyah, 2009: 43-44).

B. Pembentukan Sdm Yang Berkarakter

Berbicara pembentukan kepribadian tidak lepas dengan bagaimana kita membentuk


karakter SDM. Pembentukan karakter SDMmenjadi vital dan tidak ada pilihan lagi untuk
mewujudkan Indonesia baru, yaitu Indonesia yang dapat menghadapi tantangan regional dan
global (Muchlas dalam Sairin, 2001: 211). Tantangan regional dan global yang dimaksud
adalah bagaimana generasi muda kita tidak sekedar memiliki kemampuan kognitif saja, tapi
aspek afektif dan moralitas juga tersentuh. Untuk itu, pendidikan karakter diperlukan untuk

19
mencapai manusia yang memiliki integritas nilai-nilai moral sehingga anak menjadi hormat
sesama, jujur dan peduli dengan lingkungan.

C. Hubungan Antara Pendidikan Dan Pembentukan Karakter

Pendidikan dan pembentukan karakter sangat erat hubungannya, hal itu dikarenakan
karakter dapat terbentuk melalui pendidikan-pendidikan yang diajarkan baik di pendidikan
formal, informal maupun non formal. Sehingga sekarang wacana pendidi-kan karakter sedang
gencar-gencarnya digalakkan oleh pemerin-tah. Banyak sekali artikel maupun buku-buku
yang membahas mengenai pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai- nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi manusia insan kamil. Maka pendidikan sangat ber- pengaruh pada pembentukan
karakter.

D. Implementasi Pendidikan Karakter

Upaya untuk mengimplementasikan pendidikan karakter adalah melalui Pendekatan


Holistik, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan
sekolah. Berikut ini ciri-ciri pendekatan holistik (Elkind dan Sweet, 2005):

1) Segala sesuatu di sekolah diatur berdasarkan perkembangan hubungan antara siswa,


guru, dan masyarakat
2) Sekolah merupakan masyarakat peserta didik yang peduli di mana ada ikatan yang
jelas yang menghubungkan siswa, guru, dan sekolah
3) Pembelajaran emosional dan sosial setara dengan pembelajaran akademik.

E. Peran Pendidik Dalam Membentuk Karakter Sdm

Pendidik itu bisa guru, orangtua atau siapa saja, yang penting ia memiliki kepentingan
untuk membentuk pribadi peserta didik atau anak. Peran pendidik pada intinya adalah sebagai
masyarakat yang belajar dan bermoral. Lickona, Schaps, dan Lewis (2007) serta Azra (2006)
menguraikan beberapa pemikiran tentang peran pendidik, di antaranya:

1. Pendidik perlu terlibat dalam proses pembelajaran, diskusi, dan mengambil inisiatif
sebagai upaya membangun pendidikan karakter
2. Pendidik bertanggungjawab untuk menjadi model yang memiliki nilai-nilai moral dan
memanfaatkan kesempatan untuk mempengaruhi siswa-siswanya. Artinya pendidik di
lingkungan sekolah hendaklah mampu menjadi “uswah hasanah” yang hidup bagi
setiap peserta didik. Mereka juga harus terbuka dan siap untuk mendiskusikan dengan
peserta didik tentang berbagai nilai-nilai yang baik tersebut.
3. Pendidik perlu memberikan pemahaman bahwa karakter siswa tumbuh melalui
kerjasama dan berpartisipasi dalammengambil keputusan.

20
BAB V

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM

A. Dasar Pembentukan Karakter Islami

Dasar pembentukan karakter itu adalah nilai baik atau buruk. Nilai baik disimbolkan
dengan nilai Malaikat dan nilai buruk disimbolkan dengan nilai Setan. Karakter manusia
merupakan hasil tarik-menarik antara nilai baik dalam bentuk energi positif dan nilai buruk
dalam bentuk energi negatif. Energi positif itu berupa nilai-nilai etis religius yang bersumber
dari keyakinan kepada Tuhan, sedangkan energi negatif itu berupa nilai-nilai yang moral
yang bersumber dari taghut (Setan). (Tobani, 2003) Nilai-nilai etis moral itu berfungsi
sebagai sarana pemurnian, pensucian dan pembangkitan nilai-nilai kemanusiaan yang sejati
(hati nurani).

B. Membangun Dan Menumbuhkan Karakter Yang Bernuansa Islami

Untuk membangun dan menumbuhkan karakter yang bernuansa Islami, hal yang utama
adalah keluarga yakni peran yang paling penting pengaruhnya terhadap karakter seseorang
anak. Tetapi kebanyakan orang zaman sekarang sesuai kenyataan adalah sebaliknya, banyak
orang tua tidak memenuhi peran mereka yang utama dalam pembentukan karakter. (Lickona,
2013: 77) Membangun dan menumbuhkan karakter yang bernuansa Islami yang berbasis
pada kebudayaan lokal terutama peran orang tua yang mengajarkan tata krama terhadap anak-
anaknya, pendidikan ini lebih mengakar kuat pada anak jika pendidikan tata krama yang
dilakukan oleh orang tuanya sejak dini. Tata krama lebih penting daripada undang-undang.
(Lickona, 2013: 203)

C. Arah Dan Metode Pendidikan Karakter Dalam Islam

Pendidikan karakter seharusnya berangkat dari konsep dasar manusia: fitrah. Setiap anak
dilahirkan menurut fitrahnya, yaitu memiliki akal, nafsu (jasad), hati dan ruh. Konsep inilah
yang sekarang lantas dikembangkan menjadi konsep multiple intelligence. Dalam Islam
terdapat beberapa istilah yang sangat tepat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran.

D. Tujuan Pendidikan Karakter Dalam Islam

Tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi
good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa misi
utamanya dalammendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang
baik (good character). (Majid, 2010: 29)

BAB VI

PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR

A. Penilaian Karakter

21
Karakter merupakan bagian dari ranah afektif. Menurut Andersen (1980) ada dua metode
yang dapat digunakan untuk meng- ukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode
laporan-diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik
afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi, atau
keduanya . Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi
dari watak yang terdiri atas kognitif, afektif, dan psikomotor, dan karakteristik lingkungan
saat perilaku atau per- buatan ditampilkan. Jadi, tindakan atau perbuatan seseeorang
ditentukan watak dirinya dan kondisi lingkungan

B. Nilai-Nilai Sebagai Materi Pendidikan Karakter

Menentukan nilai-nilai yang relevan bagi pendidikan karakter tidak dapat dilepaskan dari
situasi dan konteks historis masyarakat tempat pendidikan karakter itu mau diterapkan.
Sebab, nilai-nilai tertentu mungkin pada masa tertentu lebih relevan dan dalamsituasi lain,
nilai lain akan lebih cocok. Oleh karena itu, kriteria penentuan nilai-nilai ini sangat dinamis
dalam arti, aplikasi praktis- nya di dalam masyarakat yang akan mengalami perubahan terus
menerus, sendangkan jiwa dari nilai-nilai itu tetap sama.

C. Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Karakter

Penilaian adalah proses yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi
atau kinerja peserta didik. Hasil penilai-an digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap
ketuntasan belajar peserta didik dan efektifitas proses pembelajaran (BNSP, 2006: 5).
Penilaian pendidikan karakter dilakukan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai pendidikan
karakter telah dipahami, dihayati, dan diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari,
sekurang-kurangnya dapat terlihat di lingkungan sekolah. Penilaian pendidikan karakter dapat
berbentuk penilaian perilaku, baik individu maupun kelompok. Penilaian dilakukan untuk
men-dapatkan gambaran yang menyeluruh tentang penghayatan nilai-nilai pendidikan
karakter yang tercermin dalam kualitas hidup sehari-hari.

BAB VII

MENUJU KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN BERKARAKTER

A. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerapan nya pada bidang militer,


olahraga, bisnis, pendidikan, industri dan bidang-bidang lainnya. Ordway Tead (Wursanto,
2003: 196) memberikan rumusan Leadership is the activity influencing people to cooperate
some good which they come to find desirable. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan
mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.

B. Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Moral

Kepemimpinan pendidikan berbasis moral berorientasi pada kepemimpinan dalam


konteks pendidikan yang mengutamakan dan memegang kuat aspek moralisme. Hal ini sesuai
dengan spirit moral yang ditinjau asalnya dari bahasa Latin, yaitu kata mores, kemudian

22
diterjemahkan menjadi ‘aturan kesusilaan’, dalam bahasa Inggris berasal dari kata moral yang
berarti standards of behavior atau principles of right and wrong (Hornby, 2009: 98).

C. Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Spiritual

Kepemimpinan pendidikan berbasis spiritual merupakan kepemimpinan dalam pendidikan


yang bersifat trasendental, sebagaimana kepemimpinan kenabian (prophetic leadership). Nabi
Muhammad Saw mendidik keluarga dan para shahabat melalui dimensi spiritual, dalam
kepemimpinannya senantiasa mengins- pirasikan arah keterdidikan melalui informasi ilahiyat
sebagaimana yang disitir dalam al-Qur’an Tiadalah dia (Muhammad) berkatakata, kecuali
wahyu dari-Nya (Allah). Spiritual dalam bahasa Inggris berasal dari kata “spirit” yang berarti
jiwa, arwah, roh, soul, semangat, moral, dan tujuan atau makna yang hakiki (Hornby, 1995:
1145-1146).

D. Impementasi Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Karakter

Berdasarkan pengertian tentang kepemimpinan pendidikan, karakter, moral/akhlak, dan


spiritual, maka dapat dipahami bahwa kepemimpinan pendidikan yang berbasis karakter
equal dengan kepemimpinan pendidikan berbasis moral-spiritual yaitu kepemimpinan
pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai moral atau akhlak, dengan menambahkan arah
dimensi keduniawian menuju kepada dimensi spiritual atau keilahian. Allah sebagai Tuhan
adalah pengilham bagai pemimpin sejati, mencerahkan, mem- bersihkan hati nurani dan
menenangkan jiwa-jiwa hamba-Nya dengan cara yang sangat bijaksana melalui pendekatan
etis dan keteladanan. Oleh karena itu Tobroni (2005) menyatakan bahwa kepemimpinan
pendidikan yang berbasis spiritual disebut juga sebagai kepemimpinan pendidikan yang
berdasarkan etika religius.

E. Karakter Kepemimpinan Pendidikan Indonesia

Berdasarkan kajian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter mensyaratkan


adanya kememimpinan yang berkarakter dari guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Karakter dapat digambarkan sebagai sifat
manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai sifat yang tergantung dari faktor
kehidupannya sendiri, seperti pemarah, penyabar, penyayang, dan lain sebagainya.Karakter
kepemimpinan dalam kepemimpinan pendidikan memiliki kekhasan tersendiri terkait dengan
peserta didik yang harus dilayani secara pedagogis.

23
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
BUKU UTAMA

a) Kelebihan
a. Dalam setiap bab buku ini, khususnya bab 2 memiliki isi yang cukup kompleks atau
lengkap mengenai ilmu yang dibahas dalam buku tersebut.
b. Dalam buku ini dilengkapi diagram ataupun gambar mengenai ilmu yang
bersangkutan, sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahami isi buku
tersebut secara jelas.
c. Dalam buku ini dilengkapi diagram ataupun gambar mengenai ilmu yang
bersangkutan, sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahami isi buku
tersebut secara jelas dan berkesinambungan.
d. Dalam buku ini, setiap bab dilengkapi latihan soal ( ini sangat menarik bagi
pembaca ), sehingga dapat memacu ataupun mengingat kembali serta mampu
menjawab ataupun menjadi satuan pengukur kemampuan mengenai isi ilmu dari buku
tersebut.
e. Dalam buku ini, setiap bab nya memiliki Kompetensi dasar dan Indikator
keberhasilan, sehingga isi buku dalam setiap bab tersebut memiliki tujuan ataupun
target agar pembaca dapat memahami apa saja yang harus diketahuinya.
f. Dalam buku ini, setiap bab nya memiliki rangkuman di akhir pembahasan bab
tersebut sehingga dapat memudahkan pembaca untuk mengambil intisari ataupun ide
dari buku tersebut secara singkat dan jelas.
g. Buku ini memiliki identitas yang lengkap, sehingga pembaca dapat mengenal lebih
dekat lagi identitas maupun penulis buku tersebut.
h. Buku ini memuat secara jelas ataupun langsung undang-undang, pasal-pasal, maupun
aturan yang mengatur tentang keprofesionalan seorang guru dan dosen. Sehingga
buku ini memiliki kemuktahiran isi yang sangat jelas dan sangat baik.

b) Kekurangan

24
a. Buku ini tidak dilengkapi dengan Glossarium, sehingga pembaca sedikit terkendala
saat menemukan kata-kata baru dalam buku tersebut.
b. Isi Buku kurang variatif, kurangnya pewarnaan yang lengkap , dari warna ini la
biasanya mudah menarik minat pembaca .
c. Buku ini tidak memiliki daftar pustaka, sehingga pembaca tidak dapat memperbanyak
ataupun meluaskan ilmu dari dalam buku tersebut.
d. Buku ini tidak mencantumkan biografi penulis, sehingga pembaca tidak dapat
mengenal lebih dekat secara mendalam terhadap penulis buku tersebut.
e. Dalam buku ini terlalu sedikit dalam menggunakan gambar ataupun grafik sebagai
membantu pembaca untuk lebih mudah memahami isi buku tersebut, sehingga
mnyebabkan pembaca sukar memahami isi buku tersebut .

BUKU KEDUA

a)Kelebihan
a. Buku ini memiliki pengambangan ilmu yang jelas dan singkat, sehingga pembaa
dapat lebih mudah memahami isi ilmu yang disampaikan oleh buku ini.
b. Buku ini dalam bab 2 ini menjelaskan judul dengan disertai beberapa penjelasan sub
judul, sehingga pembaca dapat lebih mudah dan mendalam memahami isi materi
tersebut.
c. Buku ini memiliki diagram ataupun gambar, sehingga dapat memudahkan pembaca
untuk memahami lebih mudah isi materi yang dijelaskan oleh buku ini. Dan buku ini
bagus ada memasukkan sabda nabi atau hadist kedalam pembahasan.
d. Buku ini memiliki bioadata yang cukup jelas, sehingga pembaca dapat lebih mengenal
lagi identitas buku tersebut.
e. Buku ini dilengkapi daftar pustaka, sehingga pembaca dapat mengembangkan secara
luas mengenai isi materi ilmu dalam buku tersebut.

b) Kekurangan
a. Buku ini tidak dilengkapi dengan kesimpulan diakhir materi sehingga pembaca sedikit
kesulitan untuk menemukan garis besar pembahasan materi yang dijelaskan oleh buku
tersebut. Buku ini tidak dilengkapi biografi penulis atau pengenalan dari pengalaman
dari penulis, sehingga pembaca tidak dapat mengenal lebih jauh identitas penulis buku
tersebut.
b. Buku ini tidak dilengkapi latihan soal, sehingga buku ini tidak memiliki kemampuan
untuk menguji daya serap pembaca terhadap isi materi tersebut.
c. Buku ini masih sangat sedikit memberikan gambar, diagram, ataupun table, sehingga
pembaca sedikit sulit memhamai sebuah ilmu yang sukar untuk dipahami.
d. Buku ini tidak dilengkapi dengan glossarium, sehingga pembaca mengalami kesulitan
saat menemukan kata-kata baru dalam buku tersebut.
25
REKOMENDASI
Reviewer merekomendasikan agar isi pembahasan pada buku bisa dijelaskan lagi
tiap sub bab materinya. Kemudian untuk selanjutnya lebih baik gambar yang telah
disediakan diberi penjelasan agar pembaca bisa lebih mudah memahami isi dari yang
dituliskan. Buku ini lebih baik jika pembahasan lebih difokuskan dan memiliki tahap
kepada pembahasan yang dibahas. Misal dari yang lebih mudah kemudian para proses
yang sulit. Selanjutnya buku ini akan lebih baik jika pembasan yang diangkat adalah
permasalahan yang paling sering muncul dari pembahasan manajemen pendidikan.
Berharap buku ini kedepannya akan memberikan soal soal latihan sebagai bahan untuk
mengasah kemampuan pembaca dalam pemecahan masalah (problem solving) dalam
bidang penelitian.

KESIMPULAN

Manajemen pendidikan karakter adalah proses dimana seseorang merencanakan ,


melakukan memproses , mengelola , menata sistem di sebuah pendidikan , pendidikan di
kaitkan dengan implementasi karakter , jadi aspek “ yang ada di sebuah lembaga pendidikan
di hubungkan dengan konsep karakter , di mana karakter ini la yang membuat sistem itu
kokoh , karena di dalam karakter ini banyak terdapat nilai “ positif,
cerdas,pemimpin,integritas, maupun sosial .

Berdasarkan landasan teori dan pembahasan yang terurai di atas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.

a) Cukup beralasan bila Pendidikan karakter bangsa dalam pembelajarannya diintegrasikan


ke dalam semua mata pelajaran. Alasan-alasan itu adalah karena meningkatkan akhlak luhur
para siswa adalah tanggung jawab semua guru, semua guru harus menjadi teladan yang
berwibawa, tujuan utuh pendidikan adalah membentuk sosok siswa secara utuh, pencapaian
pendidikan harus mencakupi dampak instruksional dan dampak pengiring.

b) Implementasi pendidikan karakter bangsa terintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran,


pengembangannya lebih memadai pada model kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu
dengan menentukan center core pada mata pelajaran yang akan dibelajarkan.

c) Proses pengembangan pendidikan karakter bangsa sebagai pembelajaran terpadu harus


diproses seperti kurikulum lainya, yaitu sebagai ide, dokumen, dan proses; kejelian
profesional dan penguasaan materi; dukungan pendidikan luar sekolah; arahan spontan dan

26

Anda mungkin juga menyukai