Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN INFORMASI INTELIJEN BISNIS

INDONESIA TRADE PROMOTION CENTER


BUSAN – KOREA SELATAN

UNTUK PRODUK INTERIOR FURNITURE LAINNYA


HS 9403.10,9403.20,9403.30,9403.40,9403.90

DITERBITKAN
2023
Daftar Isi

Bab I. Pendahuluan ………………………………………………………………………………………………………… 3


1. Tujuan ……………………………………………………………………………………………………………… 3
2. Metodologi ………………………………………………………………………………………………………. 3
3. Batasan produk ………………………………………………………………………………………………… 4
4. Gambaran umum negara …………………………………………………………………………………. 5
5. Gambaran umum ekonomi negara akreditasi ………………………………………………….. 6
Bab 2. Peluang pasar ……………………………………………………………………………………………………… 12
1. Tren produk …………………………………………………………………………………………………….. 12
2. Struktur pasar …………………………………………………………………………………………………. 15
3. Saluran distribusi …………………………………………………………………………………………….. 15
4. Persepsi …………………………………………………………………………………………………………… 17
Bab 3. Persyaratan produk ……………………………………………………………………………………………. 21
1. Ketentuan produk …………………………………………………………………………………………… 21
2. Ketentuan pemasaran …………………………………………………………………………………….. 22
3. Metode transaksi ……………………………………………………………………………………………. 24
4. Informasi harga ………………………………………………………………………………………………. 24
5. Kompetitor ……………………………………………………………………………………………………… 25
Bab 4. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………… 26
Lampiran ……………………………………………………………………………………………………………………….. 28

2
Bab I. Pendahuluan
1. Tujuan
Perdagangan di dunia semakin hari semakin berkembang, baik dari segi varian produk,
jumlah produk maupun jumlah nilai yang diperdagangkan. Seiringnya banyaknya negara
yang menginisiasi kerja sama baik antar negara maupun regional, seperti hubungan
diplomatik semenanjung Korea, permintaan dan penawaran menjadi lebih mudah direspon.
Di dunia, tiap negara memiliki tingkat produksi dan konsumsi yang berbeda-beda, hal ini
didasari perbedaan budaya, sejarah, hingga letak geografis, sehingga terkadang kita sering
menjumpai barang yang tidak ada di negara tersebut. Produk dan permintaan seperti itulah
yang bisa dimanfaatkan para pelaku usaha untuk menawarkan produknya tidak hanya fokus
ke pasar lokal, namun juga pasar internasional.
Korea Selatan merupakan salah satu negara maju yang memiliki beragam permintaan
untuk mencukupi kebutuhan 51 juta warga negaranya. Namun dengan kondisi geografis dan
geologisnya yang miskin sumber daya, banyak produk yang sulit diproduksi didalam negeri.
Produk perabot adalah salah satu komoditas dimana Korea Selatan harus mengandalkan
pasokan dari luar negeri lewat impor karena keterbatasan pasokan bahan mentah yang
dimiliki. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat, taraf
kehidupan juga mengalami perbaikan yang cukup signifikan. Oleh karenanya, produk
perabot menjadi salah satu kebutuhan rumah tangga yang memiliki implikasi luas dalam
kehidupan masyarakat Korea Selatan sehari-hari.
Dalam laporan kali ini akan mendalami potensi produk perabot Indonesia untuk bisa
diperdagangkan di Korea Selatan. Informasi dari potensi produk inilah yang seharusnya
dapat dimanfaatkan para pelaku usaha sebagai bentuk pengembangan dalam melakukan
perdagangan dengan negara mitra dagang. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan
masukan atau pandangan baru bagi para calon eksportir Indonesia untuk dapat menjawab
permintaan asal Korea Selatan.

2. Metodologi
Untuk mendalami topik dan tujuan yang hendak dicapai diatas, dalam laporan kali ini,
metodologi koleksi data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif berupa wawancara
dengan narasumber warga Korea Selatan untuk mengetahui seberapa besar minat orang
Korea Selatan akan produk Indonesia yang diteliti. Untuk pengolahan data digunakan

3
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis SWOT dan literature review untuk
mempertajam proses analisis sehingga akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi
riil yang terjadi di Korea Selatan.

3. Batasan produk
Dalam penjelasan singkatnya, perabot dari bahan lainnya masuk dalam kategori furnitur
(kode HS 94) yang mencakup rangka kasur, bantal, sofa, lampu, papan nama dan lain-
lainnnya, tergantung pada penempatan perabot tersebut. Pada laporan kali ini, produk yang
dianalisa adalah perabot dari bahan lainnya, termasuk tanaman beruas, osier, bambu atau
bahan semacam itu dengan kode HS 9403.89. Osier sendiri adalah tanaman belukar kecil
yang tumbuh sebagian besar di habitat basah dan menghasilkan tunas fleksibel panjang yang
merupakan bahan dasar utama dalam pembuatan keranjang, namun lebih umum ditemukan
di Eropa dan Asia sebelum diperkenalkan ke Amerika Utara.

Dalam produk induk kode HS 9403, terdapat 9 produk turunan, yaitu :

4
Tabel 1. Kode HS dari deskripsi
Kode HS Deskripsi
9403.10 Perabotan logam dari jenis yang digunakan di kantor
9403.20 Perabotan logam lainnya
9403.30 Perabotan kayu dari jenis yang digunakan di kantor
9403.40 Perabotan kayu dari jenis yang digunakan di dapur
9403.50 Perabotan kayu dari jenis yang digunakan di kamar tidur
9403.60 Perabotan kayu lainnya
9403.70 Perabotan dari plastik
Perabotan dari bahan lainnya, termasuk tanaman beruas, osier, bambu atau
9403.80
bahan semacam itu
9403.90 Bagian dari perabot
*Sumber : Indonesia National Single Window

4. Gambaran umum negara


Korea Selatan merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-11 di dunia dan
memposisikan dirinya sebagai middle power country. Beberapa data makroekonomi Korea
Selatan dapat dilihat dibawah ini.

Tabel 2. Gambaran umum ekonomi Korea Selatan


# Kategori Data
1 Luas wilayah 100.460 km2 atau 45% dari Semenanjung Korea
2 Jumlah penduduk 51.225.308 jiwa (2019)
3 Jumlah tenaga bekerja 27,154 ribu jiwa (2019)
4 Angka pengangguran 3,4% (2019)
5 GDP nominal US$ 1.630 triliun (2019) - peringkat 12 dunia
6 GDP per kapita US$ 32.047 (2019)
7 Perkembangan GDP -0,4% (Januari 2019) → -1,4% (Januari 2020)
8 Nilai ekspor US$ 542.232.609.969 (2019)
9 Nilai impor US$ 503.342.947.435 (2019)
10 Inflasi CPI 0,38% (2019)

5
11 Suku bunga acuan BOK 0,75% (April 2020)
12 Mata uang Korean Won (KRW)
13 Cadangan devisa US$ 408.816,146 milyar (2019)
14 Nilai tukar terhadap US$ US$ 1 = KRW 1.165,65 (2019)
15 Indeks kemudahan berbisnis Peringkat 5 (2019)
*Sumber : Bank of Korea, KOSTAT (diolah)

Dari 51 juta penduduk Korea Selatan yang tercatat di penghujung tahun 2019, terdapat
kurang lebih 2,5 juta warga negara asing yang bekerja, belajar, dan tinggal di Korea Selatan
atau meningkat 6,6% dibanding tahun 2018 lalu. Saat ini proporsi warga negara asing
terhadap total penduduk adalah 4,9% dimana lebih dari setengah memiliki izin tinggal jangka
panjang. Di dunia akademis, sebuah negara tergolong negara yang multikultur apabila
proporsi warga negara asing melebihi 5% dari total penduduk tercatat. Komposisi warga
negara asing adalah 1,1 juta warga negara Tiongkok, 224 ribu warga negara Vietnam, 209
ribu warga negara Thailand, 156 ribu warga negara Amerika Serikat dan 86 ribu warga
negara Jepang. Tercatat pula ada 48 ribu warga negara Indonesia di Korea Selatan dengan
berbagai jenis izin tinggal dan pekerjaan seperti buruh, ekspatriat, pelajar, peneliti, anak
buah kapal dan pegawai negeri sipil.

5. Gambaran umum ekonomi negara akreditasi


Setelah pergantian pemerintahan Republik Korea Selatan pada bulan Mei 2017 yang lalu,
Presiden Moon Jae In, yang menggantikan Presiden Park Geun Hye, menetapkan arah baru
dalam kebijakan Korsel, yang relevan bagi hubungan bilateral Republik Indonesia dengan
Republik Korea Selatan. Pertama, pendekatan terhadap Korea Utara yang lebih
mengedepankan dialog, dan kedua, kebijakan New Southern Policy yang mengarah pada
peningkatan hubungan Korea Selatan dengan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Dalam konteks implementasi kebijakan New Southern Policy, perkembangan penting yang
dicatat adalah peningkatan hubungan Indonesia-Korea Selatan menjadi Special Strategic
Partnership pada bulan November 2017. Bagi kedua negara ini menjadi tonggak baru
penguatan hubungan bilateral, utamanya untuk menerjemahkan kedekatan hubungan
politik secara konkret di bidang prioritas seperti investasi, perdagangan, pariwisata, ekonomi
kreatif, dan ketenagakerjaan.

6
Usai dilantik, Presiden Moon langsung menghadapi berbagai tantangan ekonomi global
yang tidak ringan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global, yang diikuti dengan
pelemahan permintaan mempengaruhi perekonomian Korea Selatan, yang sangat
bergantung pada kinerja ekspor. Diluar itu, meningkatnya sentimen proteksionisme,
unilateralisme, dan perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tingkok sejak awal 2018,
menjadi pukulan tersendiri bagi pemulihan ekonomi Korea Selatan.
Dalam kaitan ini, Presiden Moon Jae berupaya keras menerapkan kebijakan ekonomi yang
demand-driven, dengan penekanan pada "people-centric economy" dan "income-led growth".
Kebijakan Presiden Moon yang berhaluan liberal tersebut bertujuan untuk mengatasi
kekhawatiran tentang ketidaksetaraan pendapatan dan tingkat pengangguran. Kebijakan itu
diterjemahkan dalam bentuk aturan untuk mengurangi utang domestik, menaikkan pajak
bagi korporat dan kelas atas, dan menaikkan upah minimum. Harapannya dengan penerapan
kebijakan itu dapat mengurangi kesenjangan di masayarakat dan menaikkan daya saing
pelaku usaha kecil terhadap perusahaan besar.
Bila sebelumnya Presiden Park Geun Hye menitikberatkan upaya diversifikasi ekonomi
dari sektor ekspor menjadi high-value services, seperti artificial intelligence, maka Presiden
Moon justu lebih mengutamakan penggiatan ekspor sebagai motor perekonomian. Dengan
demikian, chaebol (konglomerasi usaha besar) akan cenderung tetap menjadi pilar ekonomi
Korea Selatan.
Di sisi lain, Presiden Moon melakukan reformasi atas peraturan terkait monopoli dan
perdagangan yang adil dalam rangka memperkuat regulatory framework chaebol dan
penegakan hukum. Dengan latar belakang perekonomian global, kawasan, dan domestik,
yang penuh tantangan tersebut, Korea Selatan melihat kembali emerging countries di ASEAN,
termasuk Indonesia, merupakan mitra andalan di bidang perdagangan, investasi, dan
industri yang dapat saling mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan.
Ide Korea New Deal yang beberapa waktu yang lalu dicetuskan oleh Presiden Moon
mengusulkan sejumlah strategi dan jalan keluar dari krisis ekonomi setelah pandemi COVID-
19, tetapi juga revolusi dan transformasi digital nasional dan tampuk kepemimpinan Korea
Selatan di era pasca pandemi. Diumumkan pada akhir April 2020, kebijakan tersebut berkisar
pada 3 (tiga) pilar, yaitu Digital New Deal, Green New Deal dan social safety net dengan
investasi besar-besaran, sekitar KRW 160 triliun (setara US$ 133,1 milyar) dan target
penciptaan 1,9 juta lapangan pekerjaan baru sampai tahun 2025. Dipastikan bahwa Korea

7
New Deal menjadi salah satu strategi awal jangka menengah sebagai resolusi atas krisis
global yang juga menempatkan Korea Selatan pada posisi yang sulit.
Korea Selatan merupakan negara yang yang menggantungkan kekuatan ekonominya pada
kemampuan ekspor. Saat ini hubungan Indonesia-Korea Selatan sangatlah erat. Kedua
negara seolah memiliki hubungan mutalisme yang saling melengkapi terutama dalam hal
investasi. Seperti yang ditampilkan pada tabel 3, terlihat sejak tahun 2016 nilai investasi
Korea Selatan ke Indonesia sudah melampaui US$ 1 juta dan meningkat lagi di tahun 2017.
Terkecuali di tahun 2018, dimana kala itu terjadi gejolak ekonomi yang dialami oleh Korea
Selatan sehingga nilai investasinya berkurang. Namun secara umum pada tabel 3 sebagai
negara yang terkenal dengan hasil ekspornya, neraca perdagangan Korea Selatan selalu
mengalami surplus, nilainya dari tahun ke tahun mengalami kenaikan signifikan hingga 2018.
Terdapat kemungkinan pada tahun 2020 nilai ekspor Korea Selatan bakal mengalami
penurunan dikarenakan pandemik COVID-19 yang menerpa semua industri di Korea Selatan,
sengitnya perang dagang yang dialami dengan Jepang serta situasi perang dagang antara
Tiongkok dan Amerika Serikat sehingga sedikit banyaknya akan mempengaruhi neraca
perdagangan Korea Selatan sepanjang tahun 2020.

Tabel 3. Nilai Investasi Korea Selatan di Indonesia


Tahun Jumlah izin proyek dikeluarkan Nilai investasi (ribuan US$)
2016 25.321 US$ 28.964,1
2017 26.257 US$ 32.239,8
2018 21.972 US$ 29.307,9
2019 - triwulan 1 9.815 US$ 6.080,7
2019 - triwulan 2 12.911 US$ 6.992,3
2019 - triwulan 3 11.287 US$ 7.001,3
2019 - triwulan 4 13.142 US$ 7.020,7
2020 - triwulan 1 11.623 US$ 6.803,6
2020 - triwulan 2 14.439 US$ 6.779,6
2020 - triwulan 3 16.270 US$ 7.370,6
*Sumber : Tabel realisasi investasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (diolah)

8
Korea Selatan melakukan impor terbesar dari 3 negara / kawasan yakni Tiongkok, Uni
Eropa, dan Jepang dalam hal perangkat teknologi. Perusahaan industri perangkat IT besar
Korea Selatan paling banyak membutuhkan bahan mentahnya dari ketiga negara / bagian
tersebut. Selain itu mitra ekspor terbesarnya adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan Uni
Eropa. Setelah mengolah produk mentah mereka menjadi produk jadi, kebanyakan ketiga
negara tersebutlah yang merupakan pasar utama dari Korea Selatan. Hal ini tak lepas dari
perjanjian perdagangan bebas Korea Selatan dengan ketiga negara / kawasan tersebut
sehingga mempermudah dalam hal ekspor dan impor berbagai macam produk yang
dibutuhkan masing-masing negara / kawasan.
Berdasarkan data statistik perdagangan Korea Selatan selama 5 tahun terakhir, Korea
Selatan mencatatkan surplus yang besar, senilai US$ 90 milyar di tahun 2015, turun 0,1% di
tahun 2016 menjadi US$ 89 milyar namun kembali naik menjadi US$ 95 milyar di tahun 2017.
Angka surplus neraca perdagangan menurun drastis semenjak tahun 2018 dan 2019. Dengan
ada pandemi yang masih berlangsung, diperkirakan tahun 2020 juga akan membukukan
penurunan neraca perdagangan.

Tabel 4. Statistik Impor dan Ekspor Korea Selatan


2015 2016 2017 2018 2019
Ekspor 526.756.503 495.425.940 573.694.421 604.859.657 542.232.610
Impor 436.498.973 406.192.887 478.478.296 535.202.428 503.342.947
Neraca 90.257.530 89.233.053 95.216.125 69.657.229 38.889.663
Total 963.255.476 901.618.827 1.052.172.717 1.140.062.085 1.045.575.557
*Sumber : Korea International Trade Association (diolah)

Pada kenyataannya, selain Tiongkok, Amerika Serikat dan Uni Eropa, Korea Selatan juga
mengekspor dan impor hasil produknya ke negara-negara ASEAN. Pada tabel 5 dapat dilihat
bahwa, berdasarkan nilai total perdagangan, Vietnam menjadi pangsa pasar utama produk
Korea Selatan karena faktor sejarah dan perjanjian perdagangan bebas yang sudah
diresmikan sejak lama. Disusul Singapura dan Malaysia. Indonesia berada di urutan keempat
berdasarkan nilai total perdagangan. Namun yang perlu menjadi catatan adalah neraca
perdagangan Korea Selatan terhadap Indonesia membukukan minus atau dengan kata lain,
lebih banyak produk asal Indonesia yang masuk ke Korea Selatan. Hal ini menjadi pertanda

9
bahwa Korea Selatan merupakan mitra dagang yang menguntungkan bagi Indonesia.
Kebanyakan produk yang diekspor Korea Selatan ke negara-negara ASEAN adalah alat-alat
elektronik baik barang jadi maupun bagian-bagiannya. Sementara barang mentah menjadi
impor utama Korea Selatan dari negara-negara ASEAN.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, Korea Selatan merupakan
negara tujuan ekspor dan sumber impor ke-6 terbesar bagi Indonesia. Total nilai
perdagangan antara kedua negara mencapai US$ 16,4 milyar, atau turun sebesar 17,6% di
tahun 2019. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat sebesar
US$ 8,8 milyar dan Indonesia membukukan US$ 7,6 milyar nilai impor dari Korea Selatan di
tahun 2019. Dengan angka-angka tersebut, dapat disimpulkan bahwa Indonesia
membukukan surplus perdagangan dengan Korea Selatan dengan nilai yang relatif cukup
besar, yakni sebesar US$ 1,1 milyar di tahun 2019 lalu. Komoditas ekpsor andalan Indonesia
masih berkisar di minyak bumi, batu bara, bijih tembaga, karet alam, kayu lapis dan timah,
sementara Indonesia harus mengimpor karet sintetis, produk baja lembaran, produk
elektrnoik, dan kain tenun filamen sintesis, yang memang merupakan komoditas spesialisasi
ekspor Korea Selatan.
Sadar bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dan harus menjual hasil buminya untuk
mengeruk keuntungan sambil membangun kemampuan teknologinya, Indonesia lewat
Menteri Perdagangan Indonesia, Bapak Agus Suparmanto dan Menteri Perdagangan Korea
Selatan, Myeong Hee, Park menandatangani Indonesia-Korea Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IK-CEPA) di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan 30
tahun Hubungan Kemitraan ASEAN dan Korea Selatan (ASEAN-RoK Commemorative Summit)
tahun 2019 yang lalu. IK-CEPA merupakan sebuah kemitraan komprehensif kedua negara di
bidang perdagangan barang, jasa, penanaman modal, ketentuan asal barang serta kerjasama
ekonomi. Dengan adanya IK-CEPA, Indonesia akan mendapatkan akses pasar yang lebih luas
dibandingkan dengan yang selama ini diberikan melalui perjanjian ASEAN-Korea Free Trade
Agreement (AK-FTA). Indonesia mengincar pasar produk industri, perikanan dan pertanian
Korea Selatan, sementara Korea Selatan berfokus pada pasar bahan baku industri dan
investasi di Indonesia. Dibagi menjadi 6 (enam) kelompok kerja, yaitu (1) Perdagangan
Barang dan Jasa, (2) Investasi, (3) Ketentuan Asal Barang, (4) Prosedur Kepabeanan dan
Fasilitas Perdagangan, (5) Kerjasama dan Pengembangan Kapasitas serta (6) Isu Hukum dan
Kelembagaan.

10
Tabel 5. Perdagangan Korea Selatan dengan Negara ASEAN
Mitra 2018 2019
dagang Ekspor % Impor % Neraca Total Ekspor % Impor % Neraca Total
Vietnam 48,622,098 1.8 19,643,385 21.4 28,978,713 68,265,483 48,177,749 0.9 21,071,557 7.3 27,106,192 69,249,306
Singapura 11,782,182 1.1 7,974,345 10.4 3,807,838 19,756,527 12,768,034 8.4 6,660,476 16.5 6,107,558 19,428,510
Filipina 12,037,254 13.6 3,569,396 3.6 8,467,858 15,606,650 8,365,340 30.5 3,658,008 2.5 4,707,331 12,023,348
Thailand 8,504,994 13.9 5,582,443 7.3 2,922,552 14,087,437 7,804,095 8.2 5,317,602 4.7 2,486,494 13,121,697
Kamboja 660,426 9.4 314,477 20.3 345,949 974,903 696,530 5.5 335,922 6.8 360,608 1,032,452
Myanmar 534,059 6.8 536,583 15.8 2,524 1,070,642 631,596 18.3 595,191 10.9 36,404 1,226,787
Laos 83,953 8.9 30,127 10.2 53,825 114,080 75,405 10.2 39,121 29.9 36,284 114,526
Brunei 61,783 3.2 610,321 23.3 548,537 672,104 73,663 19.2 408,270 33.1 334,607 481,933
Malaysia 8,993,879 11.8 10,205,684 17.1 1,211,805 19,199,563 8,843,499 1.7 9,279,940 9.1 436,441 18,123,439
Indonesia 8,833,195 5.1 11,161,192 16.6 2,327,997 19,994,387 7,650,051 13.4 8,819,773 21.0 1,169,723 16,469,824
Total 100,113,823 5.1 59,627,953 10.8 40,485,870 159,741,776 95,085,961 5.0 56,185,860 5.8 38,900,101 151,271,821
*Nilai dalam ribuan US$
*Sumber : Korea International Trade Association (diolah)

11
Bab II. Peluang Pasar
1. Tren produk
A. Tren di dunia
Industri perabot dari bahan lainnya (kode HS 9403.89) mengalami perkembangan
yang signifikan di dunia beberapa tahun belakangan. Tabel 6 dibawah menggambarkan
nilai impor yang terjadi di dunia setiap tahunnya untuk komoditas perabot dari bahan
lainnya. Bila dilihat dari segi nilai, secara umum terjadi lonjakan peningkatan yang
konsisten di tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Situasi dan kondisi luar negeri,
khususnya krisis Eropa, perlambatan ekonomi Tiongkok, perang dagang Amerika
Serikat dengan Tiongkok, sedikit banyak mempengaruhi komoditas lain, namun tidak
dengan komoditas ini. Hal ini membuktikan bahwa komoditas ini memiliki resistansi
yang cukup baik meski diterpa goncangan sektor ekonomi dunia.

Tabel 6. Perkembangan Nilai Impor Dunia untuk Komoditas Kode HS 9403.89


Impor Dunia
Kode HS 2015 2016 2017 2018 2019
9403.89 2.113.398 2.105.637 2.319.764 2.569.082 2.567.999
*Nilai dalam ribuan US$
*Sumber : Trade Map

Tabel 7. Data Perdagangan Dunia untuk Komoditas Kode HS 9403.89


Importir 2019 Eksportir 2019
No. No.
Negara Nilai Negara 2019
# Dunia 2.568.156 # Dunia 3.205.353
1 Amerika Serikat 1.055.177 1 Tiongkok 1.554.670
2 India 103.527 2 Italia 410.954
3 Kanada 85.933 3 Polandia 247.667
4 Perancis 76.996 4 Amerika Serikat 149.340
5 Jerman 71.386 5 Vietnam 148.951

6 Korea Selatan 69.055 10 Korea Selatan 35.670


20 Indonesia 24.425 17 Indonesia 18.620
*Nilai dalam ribuan US$
*Sumber : Trade Map

12
Dari tabel 7 diatas dapat disimpulkan bahwa Korea Selatan merupakan importir peringkat
ke-6 terbesar di dunia untuk komoditas ini di tahun 2019 dengan mencatatkan nilai sebesar
US$ 69 juta. Namun perlu dicatat pula bahwa Korea Selatan melakukan ekspor untuk
komoditas serupa sebesar US$ 35 juta atau setengah dari nilai impornya. Di satu sisi, Indonesia
juga merupakan importir dan eksportir untuk komoditas kode HS 9403.89 dengan nilai impor
lebih besar daripada ekspornya.

B. Tren di Korea Selatan


Perkembangan dan tren pasar komoditas perabot dari bahan lainnya (kode HS
9403.89) bisa dilihat secara umum pada tabel 8 dibawah.

Tabel 8. Perkembangan Nilai Impor Korea Selatan untuk Komoditas Kode HS 9403.89
Impor Korea Selatan
Variabel 2015 2016 2017 2018 2019
Nilai 59.393 49.804 48.637 54.406 69.055
Berat 28.222 22.305 20.695 22.195 23.585
*Nilai dalam ribuan US$, berat dalam jutaan kilogram
*Sumber : Trade Map

Tabel 8 menunjukkan perkembangan yang menjanjikan untuk komoditas perabot


dengan bahan lainnya di Korea Selatan. Bila dilihat dari tahun ke tahun, secara umum
terlihat komoditas ini sempat mengalami penurunan di tahun 2016 (turun 16,1%) dan
2017 (turun 2,4%) namun melambung kembali di tahun 2018 dan 2019. Penurunan
tersebut diyakini diakibatkan oleh ketidakstabilan politik menjelang pemilihan presiden
tahun 2017, sentimen negatif dan persiapan perusahaan lokal untuk menghadapi krisis
ekonomi global yang menghadang setiap dekadenya. Kenyataannya, kecemasan akan
krisis ekonomi global yang diperkirakan akan menerpa di tahun 2018 tidak terjadi.
Justru untuk komoditas ini, tahun 2018 adalah tahun dimana permintaan meningkat
sebesar 11,8% dan semakin membaik di tahun 2019 yang mencatatkan peningkatan
sebesar 26,9%.
Dari segi berat, jumlah impor Korea Selatan untuk komoditas ini mencapai 23,5 juta
ton di tahun 2019 atau meningkat 6,3% dari tahun 2018 yang membukukan berat 22,1
juta ton. Angka ini masih jauh dibawah angka yang pernah dibukukan pada tahun 2015

13
ketika tren mencapai titik puncaknya. Meskipun demikian, tren peningkatan impor ini
diperkirakan akan terus berlangsung di masa yang akan datang mengingat kebutuhan
dalam negeri juga meningkat seiring berjalannya waktu. Yang masih sulit diprediksikan
adalah berlangsungnya pandemi yang menerpa perekonomian global, sehingga
ketidakpastian masih sangat tinggi untuk bisa memproyeksikan tren perkembangan
produk perabot dari bahan lainnya ini secara lebih detail.

Tabel 9. Negara Pemasok Komoditas kode HS 9403.89 untuk Korea Selatan


2018 2019 Pangsa
Negara eksportir
Nilai impor % Nilai impor % pasar
Total impor 54.411 11,8 69.055 26,9 100
Tiongkok 48.891 16,6 60.219 23,2 87,2
Italia 2.685 1,7 3.989 48,6 5,8
Amerika Serikat 244 11,6 860 252,2 1,2
Hongkong 335 154,6 727 117,2 1,1
Filipina 207 10,4 489 136 0,7
Jerman 462 26,5 419 9,3 0,6
Denmark 97 124,2 328 235,3 0,5
Vietnam 355 64,3 320 9,7 0,5
Taiwan 39 55,2 237 505,2 0,3
Indonesia 120 68,3 226 88,4 0,3
*Nilai dalam ribuan US$
*Sumber : Korea International Trade Association

Tiongkok mendominasi pasar Korea Selatan untuk komoditas perabot dari bahan
lainnya, meninggalkan Italia, Amerika Serikat, Hongkong dan Filipina jauh dibelakang.
Meskipun demikian, patut dicatat bahwa kenaikan permintaan domestik atas
komoditas ini juga mendorong peningkatan nilai impor karena industri manufaktur
dalam negeri tidak mampu menjawab kebutuhan yang ada. Terlebih lagi karena faktor
biaya tenaga kerja di Korea Selatan relatif lebih mahal sehingga sulit untuk menyaingi
serbuan produk asing yang dibuat dengan biaya tenaga kerja yang murah.

14
2. Struktur pasar
Selama beberapa dekade pemerintah memberikan dukungan kepada berbagai
perusahaan raksasa yang dikenal dengan istilah “chaebol” (perusahaan yang dimiliki oleh
sebuah keluarga maupun kelompok industri tertentu). Di tahun 2020, Korea Fair Trade
Commission (KFTC) mengumumkan setidaknya ada 64 chaebol yang memiliki total aset
melebihi KRW 5 triliun di Korea Selatan. Mulai dari Samsung, Hyundai Motor, SK, LG, Lotte,
POSCO, Hanwha, dan GS group menduduki posisi puncak karena eksistensinya di persaingan
global. Dari 64 chaebol, masih ada 2.284 perusahaan afiliasi dibawahnya. Hal ini tentu
menjadikan Korea Selatan salah satu negara dengan perekonomian terbesar serta
pengekspor produk eletronik dan otomotif terbesar di dunia. Namun akhir-akhir ini sistem
perekonomian Korea Selatan mengalami perubahan dari centrally-planned government
directed investment menjadi market oriented model.
Untuk kondisi pasar produk furnitur di Korea Selatan cenderung pasar oligopolistik
dimana beberapa produsen menjual barang yang serupa namun karakteristik berbeda.
Keragaman produk tidak banyak karena selera masyarakat Korea Selatan yang cenderung
mirip satu sama lain, sedangkan bagi produsen menguntungkan karena memiliki andil yang
lebih besar dalam mengendalikan harga pasar dalam negeri yang tidak mampu dicukupi oleh
produsen lokal. Ditambah lagi, asosiasi-asosiasi juga memainkan peranan penting dalam
perkembangan anggotanya dengan mengadakan pelbagai pelatihan pengelolaan
manajemen, memfasilitasi business matching, serta menginformasikan kesempatan bisnis
dan tren terkini dari waktu ke waktu.

3. Saluran distribusi
Untuk saluran distribusi, banyak perabot di Korea Selatan diperjualbelikan secara daring /
online. Beberapa kanal yang memiliki tingkat kunjungan dan keanggotaan tinggi antara lain
Coupang dan G-Market, yang sebagian besar diisi oleh produk-produk hasil OEM di Tiongkok.
Toko grosir kenamaan seperti Costco, Lotte Mart dan Homeplus juga didominasi dengan
produk-produk perabot perakitan-mandiri (do-it-yourself) asal Tiongkok atau Vietnam. Selain
itu produsen perabot kelas dunia, IKEA juga memiliki daya saing yang besar di sektor perabot
dengan menempatkan 3 outlet di provinsi Gyeonggi dan 1 di Busan. Penempatannya yang
strategis selalu menarik banyak pengunjung setiap akhir pekan. Produsen perabot lokal
seperti Hansaem, Hyundai Livart dan Enex juga memiliki offline dan online store, namun

15
relatif mengalami kesulitan bersaing dari segi harga dengan membanjirnya produk perabot
asal Tiongkok. Penjualan mereka tertolong berkat rasa nasionalisme sebagian masyarakat
Korea Selatan yang masih memiliki preferensi untuk membeli produk buatan lokal.
Tahapan eksplorasi awal bagi calon eksportir Indonesia untuk berekspansi ke Korea
Selatan adalah dengan melakukan pengecekan komoditas apa yang sekiranya dilarang
masuk oleh pemerintah Korea Selatan ataupun barang dengan catatan. Komoditas impor
dengan catatan akan diinspeksi terpisah dan membutuhkan lebih banyak dokumen atau
sertifikasi khusus sebelum diizinkan masuk, terlebih lagi untuk diperjualbelikan di wilayah
Korea Selatan. Hal ini merupakan hal yang wajar mengingat pemerintah Korea Selatan
berkewajiban memberikan program proteksi untuk memastikan komoditas impor tersebut
tidak mengancam kelangsungan bisnis produsen lokal namun tetap bisa memenuhi
permintaan dalam negeri. Setelah menjalin komunikasi dengan pihak calon importir,
tentunya perlu memastikan bahwa calon importir di Korea Selatan memiliki kanal distribusi
dengan performa baik (medium-to-high traffic) baik untuk online store maupun offline store
agar hubungan dagang tidak berakhir dengan satu transaksi. Berkaca dari hal tersebut, calon
eksportir asal Indonesia dapat memperkirakan seberapa besar potensi produk unggulannya
untuk dapat diterima di Korea Selatan dan keberlanjutan transaksi dagang kedepannya.
Eksportir diharapkan untuk dapat bernegosiasi dengan calon importir terkait harga,
metode pembayaran, metode pengiriman, asuransi dan ketentuan lainnya pada periode ini.
Terkait penetapan harga, hal-hal yang kadang luput dari perhitungan adalah biaya
pengiriman (tergantung metode pembayaran), biaya bea cukai di Korea Selatan dan biaya uji
untuk sertifikasi. Untuk menghindari kesalahpahaman dikarenakan terkendala bahasa,
sebaiknya menggunakan jasa penerjemah yang berlisensi dan semua hasil keputusan
tertuang secara rinci dalam sebuah dokumen pesanan pembelian (dikenal dengan istilah PO
- purchase order). Dokumen tersebut menjadi fondasi hukum atas kesepakatan perjanjian
dagang antara kedua belah pihak. Selain itu, dianjurkan juga untuk membuat akun bank
khusus keperluan bisnis dimana didalamnya terdapat pendaftaran metode pembayaran yang
menggunakan letter of credit (L/C). Di Korea Selatan, penggunaan pembayaran dengan L/C
diwajibkan untuk pendukung usaha pemerintah mendorong pencatatan administrasi
pembayaran digital.

16
Diagram 1. Alur Prosedur Ekspor

4. Persepsi
Dalam rangka melakukan penetrasi produk perabot, diperlukan sebuah strategi yang
tepat sasaran, oleh karena itu berikut adalah analisa SWOT dari produk perabot dari bahan
lain untuk pasar Korea Selatan.
1. Strength (Kekuatan)
Nilai impor produk perabot Korea Selatan terus mengalami peningkatan di tahun
2017 dan tahun 2018. Nilai impor produk ini menyentuh nilai tertinggi selama 5 tahun
terakhir dengan membukukan angka US$ 69 juta pada tahun 2019 lalu. Dari Indonesia
sendiri, Korea Selatan mencatatkan nilai impor sebesar US$ 226 ribu, meningkat 88,4%
dari tahun 2018 yang hanya mencatatkan angka US$ 120 ribu. Ini menandakan bahwa
potensi perabot dari bahan lainnya (kode HS 9403.89) asal Indonesia mulai diterima
oleh masyarakat dan distributor Korea Selatan. Selain itu, kualitas kayu Indonesia
terbukti berkualitas dan tersohor di banyak negara. Sebagai negara tropis yang
memiliki area hijau yang luas, Indonesia juga memiliki cadangan kayu melimpah
sehingga menjamin pasokan untuk jangka panjang.

17
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan utama untuk produk perabot dari bahan lainnya untuk penetrasi ke
Korea Selatan adalah faktor harga. Ada beberapa alasan mengapa Indonesia kesulitan
memberikan harga yang kompetitif dibanding para pesaing di Korea Selatan. Pertama,
kondisi geografisnya. Dibanding negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia berada di
paling selatan dan paling jauh apabila ditarik garis lurus dari Korea Selatan. Padahal
dari segi cadangan bahan baku, Indonesia adalah yang terbesar, bahkan melebihi
Tiongkok. Selain itu, dikarenakan mayoritas perabot berdimensi besar dan tidak dapat
dilepas atau bongkar-pasang, hal ini menyebabkan biaya logistik membengkak apabila
dibandingkan dengan impor dari Tiongkok yang bersebelahan dengan Korea Selatan.
Kedua, banyak produk perabot Indonesia masih mengandalkan keahlian pahatan
tangan yang relatif memakan waktu dan energi. Tentunya ini bertolak belakang
dengan gaya bisnis Korea Selatan yang cenderung mengedepankan kecepatan dan
presisi.

3. Opportunity (Kesempatan)
Peluang utama yang patut dimanfaatkan adalah implementasi RCEP (Regional
Comprehensive Economic Partnership) yang ditandatangani oleh 10 negara ASEAN dan
5 negara non-ASEAN, yaitu Australia, Selandia Baru, Jepang, Korea Selatan dan
Tiongkok. RCEP adalah pakta perdagangan bebas terbesar yang ditandatangani tanggal
15 November 2020 lalu memayungi hampir sepertiga nilai PDB dunia untuk
mengokohkan kontribusi negara-negara Asia Pasifik di percaturan dunia. Masih ada IK-
CEPA (Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement) yang akan
diresmikan di bulan Desember 2020 mendatang diyakini akan membuka lebih banyak
peluang bagi produk-produk Indonesia untuk bersaing harga dengan produk dari
negara lain di pasar Korea Selatan.

Faktor kesempatan lainnya yang layak dipertimbangkan adalah produsen perabot


dari bahan lain di Indonesia memiliki kantor perwakilan perdagangan yang
bertempatkan di Busan, Korea Selatan sebagai perpanjangan tangan dan kanal
promosi untuk memperkenalkan produk-produk unggulannya ke masyarakat Korea
Selatan. Selain itu, pemerintah Korea Selatan dan pemerintah Indonesia tidak

18
berencana untuk menaikkan kebijakan tarif untuk produk ini (saat ini 0%). Ditambah
lagi, kenaikan upah minimum regional (UMR) tiap tahun akan menambah daya beli
masyarakat Korea Selatan yang tentunya mendorong perbaikan gaya hidup. Selain itu,
Indonesia telah memiliki sertifikasi legalitas kayu yang sudah diakui oleh pasar Eropa,
yaitu SVLK (Sertifikat Verifikasi Legalitas Kayu), yang juga menjadi prasyarat utama bagi
produk berbahan dasar kayu untuk masuk, diolah dan diperdagangkan di pasar Korea
Selatan.

4. Threat (Ancaman)
Di pasar ini, Tiongkok memegang kendali 87,2% pangsa pasar Korea Selatan,
meninggalkan Indonesia dan negara-negara lainnya jauh dibelakang. Apabila tidak ada
intervensi, diyakini ketergantungan Korea Selatan untuk produk-produk ini menjadi
sangat tinggi dan menutup potensi Indonesia sebagai pesaing untuk menggerus pangsa
pasar Tiongkok yang sudah terlebih dahulu besar, dibuktikan dengan peningkatan yang
konsisten untuk impor produk ini dari tahun ke tahun.

Lewat kunjungan pameran Handarty 2020 dan Seoul Furniture Expo 2020 yang
diamati pada tanggal 30 Juli 2020 dan 13 Agustus 2020, ITPC Busan telah
mengumpulkan cukup banyak bukti terkait potensi produk kayu di pasar Korea Selatan.
Ditemukan beberapa importir produk kayu lapis, kayu olahan, kerajinan tangan dan
juga perabot asal Indonesia, meski jumlahnya tidak banyak. Salah satu yang menarik
adalah Misun Design, importir sekaligus penjual produk kayu Korea Selatan dan
memiliki gerai di Ilsan, Provinsi Gyeonggi mengimpor berbagai jenis produk kayu yang
kayunya diperoleh dari kayu mahogani, kayu pohon kenari / walnut, kayu sugi / cedar
dan kayu jati / teak dari Jawa. Bentuknya pun beragam, namun meja-kursi untuk ruang
makan dan ruang keluarga serta rangka kasur untuk ruang tidur mendominasi booth
mereka kala itu.

Ada lagi Haily Home Furniture, spesialis importir produk rotan Indonesia. Produknya
yang menarik perhatian adalah toilet footrest. Sama seperti Indonesia, umumnya toilet
di rumah dan apartemen Korea Selatan adalah kamar mandi basah dimana tidak ada
sekat pembatas yang memisahkan ruang mandi dengan toilet.

19
20
Bab III. Persyaratan Produk
1. Ketentuan Produk
A. Kebijakan tarif
Berdasarkan perjanjian perdagangan bebas antara Korea Selatan dengan ASEAN,
maka tarif untuk komoditas kode HS 9403.89 adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Tabel tarif impor Korea Selatan untuk produk kode HS 9403.89

Year 2018 2019 2020 2021 2022


9403.89.00.00 KR
Tariff 0 0 0 0 0

Sumber : akfta.asean.org

B. Pengurusan izin impor


Selain itu, seperti yang sudah dijelaskan diatas, Indonesia sebagai anggota zona
ekonomi ASEAN yang ikut menandatangani free trade agreement (FTA) dengan Korea
Selatan diharuskan mengikuti prosedur import clearance FTA, form D. Berikut adalah
prosedur yang mesti dilalui:

Gambar 2. Diagram prosedur bea cukai Korea Selatan

Sumber : customs.go.kr
21
Karena komoditas kode HS 9403.89 (perabot dari bahan lainnya) tidak termasuk
kayu, rotan atau bambu, maka verifikasi material penyusun seperti SVLK tidak
diperlukan, namun sertifikasi inspeksi standar di negara asal tetap wajib dilengkapi.

2. Ketentuan pemasaran
Untuk dapat masuk ke pasar Korea Selatan memiliki banyak tantangan tersendiri. Oleh
karena itu, strategi yang efektif diperlukan oleh pengusaha Indonesia untuk mengatasi
berbagai tantangan tersebut. Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain adalah :
a. Meningkatkan kualitas produk
Korea Selatan memberlakukan peraturan yang ketat dalam memutuskan produk impor,
seperti :
 Kualitas bahan baku
 Kebersihan produk
 Proses produksi
 Desain produk

b. Memahami selera pasar


Mengidentifikasi selera pasar yang akan dituju memiliki peranan penting untuk mampu
menggaet konsumen. Tindakan memahami selera pasar dapat dilakukan dengan
melakukan riset dan pengumpulan data dari berbagai sumber terkait tren produk
dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian, para pelaku bisnis dapat beradaptasi
dengan permintaan dari konsumen sehingga mencapai service level yang baik.
Disamping itu, pelaku usaha dapat mengembangkan bisnis dan portofolio sesuai
karakter konsumen untuk memberikan kualitas terbaik kepada pelanggan.

c. Memiliki website perusahaan


Salah satu cara efektif dalam memperkenalkan produk maupun perusahaan secara
global adalah memiliki website. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menampilkan informasi di website perusahaan, yaitu :
 Profil perusahaan

22
Alangkah baiknya membuat sebuah penjelasan tentang latar belakang terciptanya
perusahaan, nomor registrasi bisnis yang terdaftar di instansi pemerintahan terkait,
alamat perusahaan serta alamat e-mail perusahaan
 Katalog jenis produk lengkap beserta informasi dan harga produk
Informasi produk yang tidak dapat dicantumkan lewat e-mail dapat dirinci dengan
leluasa di website perusahaan
 Sertifikasi yang sudah diperoleh dan diakui secara internasional
Sertifikat-sertifikat yang umum antara lain sertifikat Good Manufacturng Practice
(GMP), ISO 14001 untuk Sistem Manajemen Lingkungan, ISO 9001 untuk Sistem
Manajemen Mutu
 Riwayat perdagangan
Keberhasilan mengekspor ke negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Eropa
merupakan indikasi baik bagi perusahaan Korea Selatan untuk mempercayakan
transaksi berikutnya kepada perusahaan Indonesia
 Pilihan bahasa Inggris
Kebanyakan calon importir asal Korea Selatan tidak fasih berbahasa Indonesia, oleh
karenanya ketersediaan informasi berbahasa Inggris dipercaya akan membantu
memberikan gambaran lebih detail tentang perusahaan Indonesia dan produk-
produk unggulannya
 Layanan responsif
Sudah menjadi hal yang umum diketahui bahwa etos kerja orang Korea Selatan
menitikberatkan pada kecepatan respon. Keterlambatan menjawab e-mail atau
telepon seringkali menjadi penentu apakah calon eksportir Indonesia dapat
dijadikan mitra dagang yang tepat oleh banyak pengusaha Korea Selatan. Oleh
karenanya wajar bila pengusaha Indonesia harus membenahi diri untuk
menyesuaikan dengan ekspektasi pengusaha Korea Selatan.

d. Menjalin kerjasama dengan perwakilan perdagangan di luar negeri


Pengusaha Indonesia harus aktif dalam mencari informasi mengenai pasar Korea
Selatan. Pencarian infomasi ini dapa dilakukan dengan menghubungi Perwakian
Dagang Luar Negeri Indonesia di Korea Selatan, dalam hal ini Atase Perdagangan KBRI
Seoul dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Busan.
23
3. Metode transaksi
Untuk metode transaksi yang berlaku di Korea Selatan, dikarenakan sisem pembayaran di
Korea Selatan sudah maju dan tercatat secara digital, maka pembayaran menggunakan
letter of credit (L/C) menjadi opsi pertama dan utama yang dipersyaratkan. Letter of credit
adalah metode pembayaran bersifat internasional yang memungkinkan eksportir
menerima pembayaran tanpa menunggu kabar dari luar negeri setelah barang dan berkas
dokumen diekspor ke luar negeri.

4. Informasi harga
Berikut adalah beberapa contoh produk perabot dari bahan lain yang ada di Korea
Selatan :
a. 2-tier fabric drawer
Keterangan : Rak kain 2 tingkat
Asal : Tiongkok
Importir : Interpark International Co., Ltd.
Harga : KRW 41,920

b. Interior perforated plate


Keterangan : Papan berlubang
Asal : Korea Selatan
Manufaktur : Obil Corporation
Harga : KRW 49,400

c. Mesh multipurpose partition


Keterangan : Partisi multifungsi
Asal : Taiwan
Importir : Seoheung International Co., Ltd.
Harga : KRW 26,910

Perlu dicatat bahwa harga perabot dari bahan lain di website e-commerce bervariasi,
tergantung jenis dan negara asal pembuatan. Meskipun ditemukan produk lokal, namun
produk impor dari Tiongkok jauh lebih mudah untuk ditemukan.

24
5. Kompetitor
Hambatan untuk produk perabot dari bahan lain asal Indonesia untuk masuk ke Korea
Selatan adalah lebih kepada hambatan jarak yang jauh jika dibandingkan dengan negara-
negara eksportir utama lain. Desain yang kurang kreatif dan khas juga menjadi salah satu
hambatan dalam permintaan produk perabot dari bahan lain asal Indonesia untuk dapat
berkiprah di Korea Selatan. Kompetitor utama terberat adalah Tiongkok, yang
dikarenakan kondisi geografisnya yang hanya berseberangan dengan Korea Selatan serta
memiliki perjanjian perdagangan bebas menjadikan Tiongkok negara preferensi pilihan
pengusaha Korea Selatan untuk menjawab kebutuhan permintaan dalam negeri.
Kemampuan untuk menjawab permintaan desain, model contoh, struktur materi
ditambah dengan kapasitas produksi yang mumpuni dan etos kerja yang mampu
merespon dengan segera memberikan Tiongkok keunggulan kompetitif yang sulit
ditandingi.

Menurut hasil wawancara yang diperoleh dari importir CV. Arirang di Korea Selatan,
dapat disimpulkan bahwa industri perabot kayu pada awalnya adalah industri padat karya
dimana kemampuan artistik manusia menjadi tolak ukur harga perabot. Namun dengan
semakin berkembangnya teknologi, jenis pilihan bahan, murahnya tenaga kerja dan
ketatnya persaingan, tangan-tangan manusia mulai tergantikan oleh mesin-mesin yang
mampu memproduksi lebih cepat, lebih akurat dan tentunya lebih ringan biaya untuk
penggunaan jangka panjang. Meskipun Indonesia berkelimpahan dengan bahan baku,
kurang mapannya infrastruktur, tingginya biaya logistik dan rumitnya birokrasi seperti
SVLK menjadi faktor yang melemahkan nilai jual produk Indonesia di kalangan masyarakat
global.

Diyakini dengan koordinasi yang lebih matang antara pengusaha dengan pemerintah
daerah serta pemerintah pusat serta penyederhanaan birokrasi, sebuah alur distribusi
dapat dibentuk untuk mendorong peningkatan nilai ekspor produk Indonesia ke negara-
negara potensial yang minim pasokan sumber daya alam dan keahlian artistik sumber
daya manusia seperti Korea Selatan.

25
Bab IV. Kesimpulan
Pasar perabot dari bahan lainnya (kode HS 9403.89) sangat beragam jenisnya, sehingga
peluang untuk para eksportir Indonesia sangat besar untuk berkompetisi di pasar ini. Dilihat
dari nilai impor dan kuantitas Korea Selatan untuk produk perabot dari bahan lainnya, tren
menunjukkan peningkatan yang stabil selama 3 tahun terakhir. Walaupun demikian, produk
asal Indonesia masih belum bisa menarik perhatian pengusaha maupun masyarakat Korea
Selatan. Jarak yang memisahkan antara Indonesia dengan Tiongkok yang memimpin pangsa
pasar sangat lebar, sehingga perlu banyak perbaikan dari kualitas produk, kapasitas produksi,
peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan tentunya promosi.

Salah satu kekuatan Indonesia adalah ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah.
Apalagi produk perabot adalah komoditas spesialisasi Indonesia dengan nama besar yang
sudah dikenal dunia. Para pelaku usaha diharapkan untuk bisa mempelajari selera konsumen
yang tepat dengan melakukan survey secara langsung ketika kondisi sudah mulai membaik.
Selain survey langsung, pelaku usaha harus lebih proaktif untuk berpartisipasi secara
langsung mengenali preferensi konsumen Korea Selatan melalui berbagai seminar online
(webinar) dan virtual business matching yang diselenggarakan oleh koordinasi beberapa
pihak seperti ITPC Busan dan Atase Perdagangan KBRI Seoul, terlebih ditengah kondisi
pandemi yang tidak memungkinkan untuk melakukan kunjungan bisnis.

Aspek lainnya yang patut diperhitungkan adalah bergesernya tren pasar ke belanja online.
Dikarenakan pandemi masih berlangsung, masyarakat menjadi semakin sadar pentingnya
menghindari kerumunan. Hal ini tentunya mempengaruhi nilai penjualan toko offline yang
mengandalkan kunjungan pembeli untuk mencoba, menyentuh, merasakan dan mengukur
dimensi dari produk yang diinginkan. Korea Selatan sebagai negara yang hampir 85%
masyarakatnya melek teknologi akan terus merambah berbagai potensi dunia digital dan
diyakini penjualan online akan terus tumbuh sementara penjualan offline akan tergerus
sebelum akhirnya kehilangan pangsa pasar seluruhnya. Platform e-commerce akan terus
mendulang keuntungan dari sektor ini, sehingga menjadi tepat bila dikatakan bahwa
perusahaan Indonesia juga harus mulai mempelajari potensi sektor e-commerce Korea
Selatan seperti Coupang, G-Market, 11st, Auction, dll.

26
Sebagai penutup dari tulisan ini, hal yang perlu diperhatian oleh para eksportir untuk
menembus pasar Korea Selatan adalah dengan melakukan kerjasama dengan perwakilan
dagang di luar negeri, dalam hal ini ITPC Busan di Korea Selatan. Berbekal informasi dan
kemampuan analisa pasar yang baik, perwakilan perdagangan di luar negeri dapat
merefleksikan potensi produk dan metode penetrasi yang sekiranya paling tepat untuk
memasuki pasar Korea Selatan. Selain itu, dengan partisipasi pada pameran-pameran
internasional akan memberikan akses dan exposure yang lebih baik bagi calon mitra dagang
asal Korea Selatan untuk melihat secara langsung kualitas produk-produk Indonesia. Setelah
komunikasi terjalin, menjadi sebuah kewajiban untuk memberikan respon sesegera dan
setransparan mungkin. Dengan demikian, tingkat kepercayaan dan kepuasan calon mitra
dagang dapat terbentuk dan kedepannya tercipta sebuah business cycle yang berkelanjutan.

27
Lampiran

1. Daftar Importir
No. Nama perusahaan Keterangan
Representatif : Byeong Ho, Song
Alamat : 120, Hakdong-ro, Gangnam-gu, Seoul
Telp : +82-2-2600-7000
1 Korea Furniture Co.
Faksimili : +82-2-2600-7007
Website : www.koreafurniture.com
E-mail : bhsong@koreafurniture.com
Representatif : Gyeong Cheol, Kim
Alamat : 6F, Junev Star World, 225-6, Dongbaek Jungang-ro,
Giheung-gu, Yongin-si, Gyeonggi-do
Bellagio Furniture
2 Telp : +82-31-333-2933
Co.
Faksimili : +82-31-679-0588
Website : www.bgfc.co.kr
E-mail : helpbellagio@naver.com
Representatif : Seo Jin
Alamat : Unit 262, 234, Hwangseeul-ro, Bundang-gu,
Mirage Furniture
3 Seongnam-si, Gyeonggi-do
Co.
Website : www.mirage.co.kr
E-mail : mirage@mirage.co.kr
Representatif : Geun Bae, Park
Alamat : 399, Wonjeok-ro, Bupyeong-gu, Incheon
4 The Castle Co. Telp : +82-32-525-9141
Website : castle9141.cafe24.com
E-mail : dduala@hotmail.com
Representatif : Dae Seong, Park
Alamat : 256-12, Saejae-gil, Gonjiam-eup, Gwangju-si,
5 The Riche Co.
Gyeonggi-do
Telp : +82-31-798-8822

28
Faksimili : +82-31-798-8686
Website : www.theriche.co.kr
E-mail : antiquary@naver.com
Representatif : Won Tae, Kim
Alamat : 323-2, Yoojeong-ri, Docheok-myeon, Gwangju-si,
Gyeonggi-do
6 Memphis Co.
Telp : +82-31-765-5857
Website : www.memphis.co.kr
E-mail : memphis9@chol.com
Representatif : Hae Seong, Jeong
Alamat : 164, Seolak-ro, Cheongun-myeon, Yangpyeong-gun,
Gyeonggi-do
7 GNF Co. Telp : +82-31-559-5700
Faksimili : +82-31-775-5705
Website : www.inne.co.kr
E-mail : info@inne.co.kr

2. Daftar Pameran
No. Nama pameran Tanggal Website
Korea International Furniture &
1 TBD www.kofurn.or.kr
Interior Fair 2021
Home Table Deco Fair Seoul 17-20 Desember
2
2020 2021
Home Table Deco Fair Busan
3 24-27 Juni 2021 www.hometabledeco.com
2020
Home Table Deco Fair Suwon
4 6-9 Mei 2021
2020
26-29 Agustus
5 Incheon Living Design Fair 2021
2021
www.livingdesignfair.co.kr
24-28 Februari
6 Seoul Living Design Fair 2021
2021

29
Daftar Pustaka

Referensi
The Green Book: Current Economic Trends. Republic of Korea, Economic Bulletin. July 2020
volume 42 number 7.

Larasati, P. (2018). Indonesian Furniture Producers: Change Makers or Change Takers.


Society of Wood Science and Technology, pp 39-50.

Prasetyo, V., Belleville, B., Ozarska, B. (2018). Furniture Production Efficiency in the
Indonesian Context. As presented on the 29th International Conference on Wood
Modification and Technology 2018.

Jamaludin, Arief, B., Subkiman, A. (2018). The Influence of Scandinavian Furniture Design in
the Development of Modern Rattan Furniture in Indonesia. Journal of Arts & Humanities,
volume 07 issue 03, pp 19-26.

Ahn, C. Y., Kim, Y. S. (2018). Comparative Analysis of Strategic Requirements of Domestic and
Foreign Furniture Companies in South Korea. International Journal of Business Policy and
Strategy Management, volume 5 number 2, pp 7-12.

Kang, H. S., Kim, M. S. (2016). Co-existence Relationship of Residential Apartments and


Furniture in the Republic of Korea. As presented on the 10 th International Conference on
Design History and Design Studies 2016.

Website
https://www.itto.int/
http://www.flegtlicence.org/
http://www.kofanet.or.kr/html/
http://www.kfuc.co.kr/
http://www.kofuso.or.kr/
http://www.customs.go.kr/

30
https://unipass.customs.go.kr/clip/index.do
http://stat.kita.net/main.screen
https://intr.insw.go.id/
http://www.coupang.com/
http://www.akfta.asean.org/
http://www.kosis.kr/
http://www.kostat.go.kr/

31
Perwakilan Korea Selatan di Indonesia

No. Nama Perwakilan Alamat dan kontak

Jl. Jenderal Gatot Subroto kav. 57, Jakarta Selatan 12950


Tel : +62-21-2967-2555
Kedutaan Besar Korea
1 Faks : +62-21-2967-2556
Selatan, Jakarta
E-mail : koremb_in@mofat.go.kr
Website : www.overseas.mofa.go.kr/id-id/index.do

Wisma GKBI suite 801


Jl. Jenderal Sudirman kav. 28, Jakarta Pusat 10210
KOTRA (Korea Trade
Tel : +62-21-574-1522
2 Promotion and
Faks : +62-21-574-2187
Investment Agency)
E-mail : kotra.sns@gmail.com
Website : www.kotrajakarta.org

SCBD Equity Tower lantai 39, unit D-H, lot 9


KOICA (Korea
Jl. Jenderal Sudirman kav. 5, Jakarta Selatan 12190
3 International
Tel : +62-21-515-0941 / +62-21-515-3223
Cooperation Agency)
Faks : +62-21-8379-0525

32
Perwakilan Indonesia di Korea Selatan

No. Nama Perwakilan Alamat dan kontak

380, Yeoeuidaebang-ro, Yeongdeungpo-gu, Seoul


Kedutaan Besar
Tel : +82-2-783-5675
1 Indonesia untuk Korea
Faks : +82-2-780-4280
Selatan
E-mail : seoul.kbri@kemlu.go.id

176, Jungangdae-ro, Dong-gu, Busan


Tel : +82-51-441-1708
ITPC (Indonesian Trade
2 Faks : +82-51-441-1629
Promotion Center) Busan
E-mail : itpc-kor@kemendag.go.id
Website : www.itpc-busan.kr

33

Anda mungkin juga menyukai