Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL KOREA SELATAN


Dosen Pengampu:
Dr. Harin Tiawon, MP

KELOMPOK 4 :

Fika Randa Adriani : 203020301079


Gloria Esteriana : 203010301026
Pradana Muhamad Nur : 203010301014
Stefy Bella Callista : 203010301037

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “KEBIJAKAN PERDAGANGAN
INTERNASIONAL KOREA SELATAN” ini dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, serta untuk kedepannya kami dapat
memperbaiki maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.

Palangka Raya, 5 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1.2 Perumusan Masalah............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebijakan Perdagangan Internasional...................................
2.2 Perkembangan Kebijakan Perdagangan Internasional Korea Selatan.
2.3 Alasan Korea Selatan Melakukan Perdagangan Internasional............
2.4 Kegaitan Perdagangan Internasional di Korea Selatan.......................
2.5 Kerja Sama Kegiatan Perdagangan Korea Selatan dan Indonesia…..
BAB III PENUTUP..........................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan perdagangan telah ada dari zaman dahulu kala ketika orang-orang mulai
menukarkan barang dan jasa satu sama lain. Kegiatan tukar menukar barang tersebut di perlukan
untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Seiring berkembangnya zaman, kegiatan serta
sistem perdagangan sudah banyak mengalami perubahan mulai dari cakupannya yang lebih luas
tanpa mengenal waktu dan jarak serta jenis barang yang diperdagangkan yang lebih beragam. Di
zaman sekarang perdagangan bisa dilakukan oleh berbagai negara di belahan dunia. Perdagangan
antar negara tersebut dikenal dengan Perdagangan Internasional yang merupakan aktivitas
ekonomi yang melibatkan pihak dari negara lain, mulai dari antar negara sampai dengan
perusahaan multinasional. Kegiatan perdagangan tersebut memiliki tujuan untuk memenuhi
permintaan domestik atas barang dan jasa yang kurang atau tidak dapat di produksi di dalam
negeri sehingga harus membelinya dari negara lain. Karena setiap negara memiliki keunggulan
komparatifnya masing-masing dalam memproduksi suatu barang dan jasa.
Salah satu jenis kegiatan dari Perdagangan Internasional yang sering dilakukan adalah
kegiatan ekspor atau impor yang dilakukan oleh setiap negara. Seperti halnya salah satu negara
maju di asia yang juga salah satu mitra dagang negara Indonesia yaitu Korea Selatan memiliki
komoditas yang harus di impor dari negara lainnya. Adapun produk yang sering di impor Korea
Selatan berasal dari komoditas sumber daya alam. Korea selatan melakukan impor tersebut
karena komoditas tersebut bukan merupakan keunggulan hasil produksi negeranya. Keunggulan
hasil produksi dari negara Korea Selatan lebih di dominasi oleh hasil produksi industri seperti
elektronik, telekomunikasi, dan otomotif.
Dalam melakukan Perdagangan Internasional setiap negara memiliki aturannya masing-
masing yang menjadi pedoman atau dasar perencanaan dalam melindungi kegiatan
perekonomiannya serta mendapatkan pendapatan dari kegiatan perdagangan tersebut. Untuk itu
diperlukan Kebijakan Perdagangan Internasional dengan tujuan utamanya ialah mengatur,
membatasi, serta melindungi agar kegiatan ekonomi yang dilakukan tersebut dapat berjalan
dengan lancar sesuai aturan yang ada tanpa menimbulkan masalah bagi negara sendiri ataupun
negara lainnya. Korea Selatan sebagai salah satu negara maju di benua Asia juga memiliki
Kebijakan Perdagangan Internasionalnya sendiri agar dapat mengatur jalannya setiap kegiatan
perdagangan yang dilakuakan dengan negara lain. Untuk itu di dalam makalah ini akan
membahas lebih dalam mengenai Kebijakan Perdagangan Internasional yang dimiliki Korea
Selatan, jenis kegiatan perdagangannya serta kerja sama perdagangannya dengan Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Perdagangan Internasional?
2. Bagaimana Kebijakan Perdagangan Internasional Korea Selatan?
3. Apa yang membuat Korea Selatan melakukan kegiatan Perdagangan Internasional?
4. Apa saja kegiatan Perdagangan Internasional yang dilakukan Korea Selatan?
5. Bagaimana kerja sama kegiatan perdagangan yang dilakukan Korea Selatan dengan
Indonesia?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kebijakan Perdagangan Internasional.
2. Untuk mengetahui Kebijakan Perdagangan Internasional yang ada di Korea Selatan.
3. Untuk mengetahui apa yang membuat Korea Selatan melakukan Perdagangan
Internasional.
4. Untuk mengetahui apa saja kegiatan Perdagangan Internasional yang dilakukan Korea
Selatan.
5. Untuk mengetahui kerja sama kegiatan perdagangan yang dilakukan Korea Selatan dan
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Kebijakan Perdagangan Internasional


Perdagangan Internasional merupakan suatu kegiatan ekonomi dengan melakukan transaksi
jual beli barang dan jasa yang dilakukan oleh dua negara atau lebih. Setiap negara memiliki
kebijakannya masing-masing dalam mengatur jalannya proses transaksi kegiatan perdagangan
yang terjadi antar negara. Secara umum, kebijakan perdagangan internasional merupakan segala
tindakan yang diambil oleh pemerintah secara langsung ataupun tidak langsung dalam
menetapakan dan menentukan arah, sistem dan bentuk kebijakan perdagangan yang dilakukan
dengan negara lain. Kebijakan perdagangan internasional tersebut memiliki banyak tujuan, salah
satunya adalah untuk mengatasi masalah dan dampak buruk dari perdagangan internasonal.
Dampak buruk yang di akibatkan oleh perdagangan internasional tersebut memiliki
pengaruh yang berbeda tergantung negara yang melakukan perdagangan tersebut. Ketika negara
berkembang yang melakukan kegiatan perdagangan internasional, pemerintah negara tersebut
harus menerapkan kebijakan perdagangan yang tepat. Sebab negara berkembang umumnya
masih rentan terhadap pengaruh yang masuk ke dalam negaranya, terutama ketika negara
tersebut terlalu sering melakukan transaksi perdagangan dengan negara lain dalam membeli
produk dari luar negeri. Seringnya transaksi perdagangan tersebut karena harga produk luar
negeri yang lebih murah dari harga domestik. Harga yang lebih murah tersebut di akibatkan
teknologi ataupun sumber daya yang dimiliki negara lain lebih banyak dari pada negara yang
membeli produk tersebut. Akibatnya negara tersebut akan memiliki rasa ketergantungan dengan
negara lain terhadap produk yang dibutuhkannya. Selain itu industri dalam negeri yang juga
memproduksi produk tersebut tidak akan berkembang karena kalah bersaing dengan harga
negara lain yang lebih murah. Akibat menurunnya kegiatan produksi tersebut akan berdampak
kepada berkurangnya lapangan pekerjaan serta pendapatan masyarakat dalam negeri.
Untuk itu, sangat penting di terapkannya kebijakan perdagangan internasional dalam
memproteksi dan memberikan perlindungan kepada industri dalam negeri agar dapat
berkembang dan bersaing dengan hasil produk dari luar negeri. Karena dengan banyaknya
produk yang dijualkan ke luar negeri, negara juga akan mendapatkan keuntungan devisa dari
kegiatan perdagangan tersebut.
2. Perkembangan Kebijakan Perdagangan Internasional Korea Selatan
A. Sejarah Kebijakan Perdagangan Korea Selatan
Setelah perang dunia kedua terdapat beberapa hal penting dalam pembangunan ekonomi
berdasarkan tahapan sejarah perkembangan perencanaan ekonomi Korea Selatan. Tahapan
perkembangan ini memperlihatkan bagaimana tahapan ekonomi Korea Selatan dijalankan secara
terencana dengan konsisten.

1. Era pemerintahan pertama (1948- 1960) Korea Selatan dengan Presiden Syngman Rhee.
Pemerintahan pertama Korea Selatan pada tahun 1948 melakukan land reform yang
berperan dalam meningkatkan produksi pertanian, menumbuhkan lapangan kerja dan
mendorong pemerataan.
2. Pemerintahan kedua (1960-1961) Pemerintahan Chang Myon berlangsung hanya satu
tahun tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap perjalanan ekonomi Korea Selatan
selanjutnya. Akan tetapi hal yang penting dilakukannya dalam masa pemerintah yang
singkat tersebut yaitu:
a. Mempersiapkan Kebijakan ekonomi pertama (rencana pembangunan ekonomi 5
tahun) dan menjalin kerjasama ekonomi dengan Jepang,
b. Membuat kebijakan eksport industri dan membuat mega project infrastruktur
yang menyerap 45 juta orang tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran.
c. Membuat rencana membangun pembangkit listrik, membangun industri dasar
(pupuk, semen, pengolahan minyak, besi baja), membangun infrastruktur,
meningkatkan produksi pertanian, mendorong pengembangan sains dan teknologi.
3. Era pemerintahan Park Chung Hee, menjalankan pembangunan berencana. Pada jaman
Park Chung Hee dimulai pembangunan berencana lima tahun ekonomi (Repelita).
Masalah yang dihadapi Rejim Park adalah kemiskinan dan modal untuk membangun
industri. Simpanan dan modal domestik sangat rendah. Oleh karena itu kebijakan
ekonomi yang diambil adalah membuat pinjaman luar negeri dan suku bunga rendah
untuk mendorong produksi dalam negeri. Dengan akumulasi perkembangan di jaman
kolonial Jepang dan bantuan Amerika Serikat, pada tahun 1960 Korea Selatan telah
memiliki angkatan kerja terdidik dan infrastruktur yang modern. Pemerintah memutuskan
berperan dalam pembangunan ekonomi karena tidak ada institusi lain yang memiliki
kapasitas atau sumberdaya untuk membuat perubahan drastis dalam jangka pendek.
Dalam kegiatan ekonomi terjalin kerjasama pemerintah dengan pengusaha swasta
didukung oleh BUMN. Kebijakan penting yang dibuat pemerintah dalam tahap ini dalam
menggerakkan perekonomian seperti:
a. Pemerintah menjalankan kebijakan ekspor dengan memberi target produksi/target
ekspor kepada koglomerat perusahan swasta (chaebol) dengan instrumen terutama
dengan mengontrol pemberian kredit.
b. Menasionalisasi bank dan menyatukan koperasi pertanian dengan bank pertanian.
c. Membentuk Badan Perencanaan Ekonomi pada tahun 1961 yang didukung oleh
Korea Development Institute yaitu suatu lembaga independen dalam riset
ekonomi yang dibiayai negara.
d. Badan Perencana Ekonomi menetapkan target eksport kepada perusahaan swasta.
Kalau terpenuhi maka pemerintah mengucurkan kredit bersubsidi dan akses
kepada pasar domestik yang sedang berkembang. Sementara kalau gagal
pemerintah akan menghentikan kredit tersebut.
e. Menerapkan kebijakan “self reliant industrial economy” dengan menerapkan
strategi substitusi import yang didorong oleh faktor berkurangnya bantuan dari
Amerika Serikat.
Rencana pembangunan lima tahunan yang dijalankan yaitu: dalam Repelita I (1962-66)
membangun struktur industri untuk memenuhi kebutuhan sendiri yang berorientasi pada
produksi barang-barang bukan konsumsi dan tidak bergantung kepada minyak seperti
elektrifikasi, membangun pabrik pupuk, pengolahan minyak, dan serat sintetis serta mendorong
ekspor industri ringan. Program ini dilakukan dengan bantuan Amerika Serikat. Repelita II
(1967-71) memodernisasi struktur industri dan membangun industri substitusi import seperti
pabrik besi baja, mesin-mesin dan kimia.

Selanjutnya dalam Repelita III (1972-76) Mendorong percepatan struktur industri


berorientasi eksport dengan mendorong perkembangan industri berat, kimia, besi baja,
tranportasi, peralatan elektronik rumah tangga, perkapalan, dan petrokimia. Juga membangun
kompleks industri di wilayah selatan yang relatif tertinggal. Pemerintah kelihatannya
menjalankan model kebijakan “growth pole” dengan mendorong perkembangan Industri
propulsif yang kemudian akan mendorong perkembangan industri ikutan. Dengan kondisi negara
yang kurang sumberdaya alam, kebijakan yang diambil kelihatannya melawan teori comparative
advantage (Chang, 2006: hal 6-7). Perusahan besi baja BUMN Korsel POSCO yang dibuat tahun
1970-an menjadi perusahaan besi baja dengan efisiensi biaya paling tinggi di dunia dalam satu
dekade meskipun negara ini tidak memiliki bahan mentah biji besi (perusahaan ini sekarang telah
diprivatisasi dan menjadi produsen besi baja kedua terbesar didunia). Pemerintah berperan besar
dalam mendorong perkembangan industri. Contoh kebijakan yang dijalankan seperti pada tahun
1976 pemerintah Korsel memberi mandat bahwa seluruh minyak mentah harus diangkut dengan
kapal yang dibuat oleh Hyundai Heavy Industries (HHI). Dalam 10 tahun kemudian HHI
menjadi industri kapal terbesar di dunia.

Selanjutnya dalam Repelita IV (1977-81) membangun industri yang dapat bersaing pada
pasar industri global. Pada tahap ini mulai terjadi pergeseran dengan mengembangkan industri
strategis padat teknologi (technologyintensive) dan sekaligus juga industri padat tenaga kerja
(skill labor-intensive) seperti permesinan, elektronik dan perkapalan. Repelita V (1982-86)
menggeser penekanan industri berat dan kimia kepada technology-intensive industries yang high
technology product seperti mesin presisi, elektronik (televisi, videokaset, dan industri terkait
semikonduktor), dan informasi. Hal ini didorong karena penekanan berlebihan kepada industri
berat yang pasar lesu menyebabkan struktur industri tidak seimbang dan terjadi inflasi akut. 4.
Tahap tinggal landas Dengan telah berkembangnya industri berbasis ekspor yang kuat maka pada
tahap selanjutnya Korea Selatan mulai memasuki tahapan pembangunan industri high-tech.
Pertumbuhan ekonomi meningkat pesat demikian juga dengan GDP per kapita. Mulai tahap ini
dapat disebut pembangunan ekonomi Korea Selatan sudah mulai tinggal landas.

Repelita VI (1987-91) menjalankan kebijakan liberalisasi impor dengan membebaskan


berbagai aturan hambatan nontarif. Pemerintah menjalankan kebijakan bantuan kepada industri
tertentu dan mempercepat pengembangan sains dan teknologi dengan meningkatkan rasio
investasi dari 2,4% menjadi 3% dari GNP sampai tahun 1991. Pada tahap ini mulai berkembang
industri high technology (microelectronics, new materials, bioengineering, optics, dan
aerospace). Fasilitas industri high-tech ditempatkan tersebar pada tujuh kota untuk
menyeimbangkan distribusi geografis dari industri. Masa ini dijalankan kebijakan “ekspansi
global” yang mengubah Chaebol dari swasta nasional menjadi perusahaan multinasional. Selain
itu juga dilakukan kebijakan meliberalkan ekonomi dengan mengijinkan pihak asing masuk di
pasar saham dan perbankan.
B. Sistem Ekonomi Korea Selatan
Korea Selatan merupakan negara yang berada di semenanjung Korea, Asia Timur.
Semenanjung Korea sebelumnya merupakan wilayah untuk satu negara saja yaitu negara Korea.
Akan tetapi sekarang negara tersebut sudah terpisah dua bagian wilayah menjadi Korea Selatan
dan Korea Utara. Perpecahan kedua negara tersebut diakibatkan perang saudara yang terjadi
setelah kemerdakaanya atas jepang. Perang Korea tersebut memakan korban hingga dua juta
jiwa, hingga akhirnya kedua negara melakukan gencatan senjata pada tahun 1953. Perang
tersebut membuat perkembangan ekonomi Korea Selatan pada awalnya sangat buruk, akan tetapi
dengan bantuan dan utang yang terimanya dari Amerika Serikat dan Jepang. Dengan bantuan
tersebut mempengaruhi perkembangan ekonomi serta sistem kebijakan ekonomi Korea Selatan
hingga sekarang. Sama halnya seperti Amerika Serikat, Korea Selatan juga menganut sistem
pasar liberal atau pasar terbuka sehingga banyak melakukan perdagangan dengan negara-negara
lainnya terutama dalam bidang ekspor. Ssitem ekonomi liberal (bebas) tersebut lah yang
mendorong perekonomian Korea Selatan hingga menjadi salah satu negara maju di benua Asia.
Pada bidang perekonomian, Korea Selatan memiliki pendapatan domestik bruto (PDB) yang
sangat tinggi dan menduduki urutan ke-14 pada tahun 2021 dengan nilai sebesar US$ 2.187
triliun sedangkan pendapatan perkapita Korea Selatan sebesar US$ 42.300. Perkembangan
ekonomi yang signifikan tersebut tidak lepas dari kontribusi perdagangan internasional yang
dilakukan Korea Selatan sebagai salah negara yang menganut sistem ekonomi liberal. Selain
disebut sebagai ekonomi kapitalis, sistem ekonomi ini juga dikenal dengan sistem ekonomi pasar
bebas dan sistem ekonomi lassez faire. Pada pelaksanaan kebijakannya, sistem ekonomi liberal
memberikan kepada masyarakatnya kebebasan penuh dalam menjalan kegiatan ekonominya
dengan tujuan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Semua orang yang berada dalam
sistem ekonomi tersebut memiliki tanggung jawabnya sendiri serta berhak memutuskan segala
hal yang berkaitan dengan ekonominya, oleh karena itu sistem tersebut sangat menjunjung tinggi
kepemilikan hak pribadi. Dalam sistem ini, campur tangan pemerintah sangat terbatas dalam
mengintervensi urusan perekonomian bisnis yang berjalan. Sebab, semua keputusan ekonomi
berada di tangan masing-masing pemilik usaha dan bisnis. Pemerintah juga tidak memiliki hak
dalam melarang masyarakatnya memproduksi alat produksinya sendiri dalam mendukung dan
mengembangkan kegiatan usahanya. Karena semua pada prinsipnya, sistem ekonomi liberal
dalam melaksanakan kegiatan ekonominya berorientasi dalam mendapatkan laba serta
keuntungan sebesar-besarnya.
Akan tetapi dalam perjalanan sejarahnya, kebijakan ekonomi Korea Selatan dalam
menjalankan kebijakannya berorientasi pada ekonomi pasar bebas tetapi dengan intervensi aktif
pemerintah. Besarnya peran pemerintah dan terjadi aliansi negara dengan pengusaha, prioritas
pertumbuhan ekonomi diatas pembangunan politik, fokus pada transfer teknologi, dan
melakukan proteksi industri domestik. Model pembangunan ekonomi ini menurut Jun (2013)
merupakan gabungan antara “capitalistic market” dengan “capitalistic state”. Militer, Chaebol
dan BUMN berkoalisi memobilisasi perkembangan ekonomi dengan menggabungkan ideologi
anti komunisme, nasionalisme, dan modernisasi. Dalam model pembangunan ekonomi tidak
terdapat dikotomi antara negara dan pasar. Model yang dijalankan ini juga menganut prinsip
“growth first, distribution second”. Pembangunan ekonomi yang berhasil membawa Korea
Selatan tinggal landas menjadi negara industri termasuk tipe ‘authoritarian developmentalism”
bukan satu-satunya di Asia tetapi juga terjadi di negara seperti Taiwan, Singapura, Malaysia,
Philiphina dan Indonesia dalam rentang kekuasaan yang cukup lama (Suehiro, 2000, 115).

C. Kebijakan Perdagangan Korea Selatan Dalam Mendukung Pertumbuhan Industri


1. Kebijakan mendorong perusahaan berkompetisi.
Pemerintah mendorong perusahaan berkompetisi didalam negeri. Sebelum krisis finansial tahun
1997 terdapat 4 perusahaan besar KIA, Asia Motors, Daewoo dan Hyundai walaupun selama
krisis yang bisa bertahan hanya 2 perusahaan. Pemerintah mendorong entry dan exit policy, yaitu
kebijakan yang memudahkan produsen manapun untuk memasuki ranah industri dengan mudah
dan mudah untuk keluar, yang memudahkan produsen otomotif untuk mencapai skala ekonomi
dengan cepat. Produsen yang mampu mencapai target akan ditunjuk oleh pemerintah untuk
memperoleh semakin banyak pinjaman dan insentif. Selain itu untuk mendorong ekspor seperti
dalam kasus industri otomotif, Korsel menjalankan strategi dumping.
2. Kebijakan penanaman modal yang pro kepentingan nasional.
Pada tahun 1960-an Korea Selatan membatasi investasi asing langsung dan lebih memilih
mengambil pinjaman luar negeri untuk mencegah industri asing masuk yang dikhawatirkan
melemahkan industri dalam negeri yang dinilai belum mampu bersaing dengan produk asing.
Pada tahun 1970-an, pemerintah Korea Selatan mulai mengizinkan investasi asing masuk
khususnya untuk mentransfer teknologi karena industri dalam negeri sudah dirasa cukup mampu
untuk bersaing dan membutuhkan teknologi asing untuk dapat berkembang lebih lanjut.
3. Pembentukan lembaga untuk mendorong ekspor.
Pada tahun 1980-an Korea Selatan membentuk KOTRA (Korean Trade Promotion Agency) yang
memberikan bantuan kepada investasi perusahaan Korea Selatan yang ditanamkan di luar negeri
untuk meningkatkan competitiveness dari chaebol dalam persaingan ekonomi global
4. Kebijakan R&D.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, pada Repelita VI (1987-91) pemerintah Korea menjalankan
kebijakan bantuan kepada industri untuk mempercepat pengembangan sains dan teknologi
dengan meningkatkan rasio investasi R&D. Jung, J., & Mah, J. S. (2013) mengatakan bahwa
national inovation system (NIS) Korea bisa dibagi atas dua periode. Periode pertama antara
1960an sampai 1980an dengan peran besar oleh pemerintah dan sejak 1990an diambil alih oleh
sektor swasta dimana chaebol memegang peranan penting dalam pengembangan NIS.
5. Mendorong dan membatasi peran Chaebol dalam ekonomi nasional.
Meskipun pemerintah membesarkan Chaebol dengan membuat proteksi dan memberi subsidi
tetapi terdapat batasan terhadap kegiatan ekonomi Chaebol seperti: (a) Peraturan memisahkan
antara sektor industri dan sektor finansial (Chaebol tidak lagi punya bank sejak 1982). Chaebol
meskipun mendapat bantuan pinjaman dan dilindungi pemerintah tetapi dilarang memiliki bank
privat. Alasan pemerintah untuk mendistribusikan resiko dan tetap mempertahankan keleluasaan
peran pemerintah dalam mengalokasikan kredit. (b) Peraturan membatasi investasi Chaebol
tahun 1999 agar fokus pada core bussiness dan menspinoff Industry tidak terkait. Setelah krisis
finansial tahun 1997 pada tahun 2003 hanya 4 dari 18 Chaebol terbesar yang tetap bertahan
seperti semula yaitu Hyundai, Samsung, Daewoo, dan LG. (c) Peraturan yang membatasi usaha
asuransi. (d) Peraturan yang membatasi kemampuan Chaebol menyembunyikan hutang dan
kerugian anak perusahaannya.
6. Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Peran BUMN secara bertahap semakin dikurangi dengan cara privatisasi. Dimana pemerintah
mengurangi kepemilikan saham. Pada saat krisis moneter tahun 1997 dengan intervensi IMF
terjadi privatisasi yang ekstensif. Tetapi kalau dilihat dari sejarah, kebijakan privatisasi BUMN
telah dijalankan Korea Selatan sejak mulai tahun 1968. Park dan Jin (2009) membagi perubahan
peran pemerintah dalam pengembangan BUMN dalam tiga fase yaitu fase pertama (1962-1979)
melalui intervensi langsung, fase dua (1980-1997) melalui intervensi tidak langsung dan fase
ketiga sejak 1998 dengan pengurangan besar-besaran peran pemerintah. Contohnya pada kasus
industri baja telah dilakukan pelepasan saham pemerintah meskipun terbatas kepada individu
daripada kepada perusahaan seperti dilakukan kepada POSCO pada tahun 1987 yang waktu itu
telah menjadi perusahan industri baja yang besar. Perusahaan ini pada tahap selanjutnya
diprivatisasi pada tahun 1997 dimana saham pemerintah menjadi kurang dari 20% dan
diprivatisasi penuh pada tahun 2000. Sekarang perusahaan ini telah berinvestasi di berbagai
negara. Alasan privatisasi kelihatannya bukan saja karena tidak efisiennya perusahaan tetapi
karena juga karena pemerintah sebagai agen pembangunan merasa tidak perlu lagi banyak ikut
campur dalam mengelola perusahaan negara.

3. Alasan Korea Selatan Melakukan Perdagangan Internasional


Perekonomian Korea Selatan, awalnya dibangun dengan membangun industri-industri
standar negara berkembang, seperti tekstil, sepatu yang mudah dan ringan. Akan tetapi setelah
mengalami perkembangan industri yang pesat sehingga membuat pemerintah mempersiapkan
segala kebutuhan yang diperlukan dalam pembangunan industri yang lebih besar, mulai dari
infrastruktur, sumber daya manusia dan pengetahuan untuk level industri selanjutnya. Sebut saja,
industri berat dan strategis, baja, otomotif, perkapalan dibangun bukan untuk dimajukan tapi
untuk menguasai dunia. Orientasi pada pasar ekspor sudah sejak awal dipersiapkan Korea
Selatan sebagai strategi besarnya untuk menguasai market (pasar) dunia. Karena mereka sadar,
dengan kondisi sumber daya alam yang sangat terbatas dan market dalam negeri yang kecil.
Satu-satunya jalan adalah export oriented seperti yang dilakukan juga oleh Jepang. Untuk
melancarkan strategi tersebut, pemerintah memberikan dukungan penuh pada dunia usaha.
Dengan menyediakan infrastruktur, modal yang murah, pengenaan pajak yang rendah untuk
industri unggulan, dan menyiapkan sumber daya manusia berkualitas tinggi. Efisiensi dan
manajemen mutu pada level birokrasi. Dimana para birokrat dididik dengan proses belajar dan
disiplin kelas dunia serta berkualitas. Pemangkasan inefisiensi mampu mengahasilkan kebijakan
bermutu tanpa harus melupakan aturan birokrasi.

4. Kegiatan Perdagangan Internasional di Korea Selatan


A. Komoditas Ekspor-Impor Korea Selatan
Sebagai salah satu dari empat Macan Asia Timur, Korea Selatan telah mencapai rekor ekspor
impor yang memukau, dengan nilai ekspornya merupakan terbesar kedelapan di dunia.
Sementara nilai impornya terbesar kesebelas. kini produk-produk elektronik Korea Selatan telah
mendunia dan menjadi tulang punggung perekonomian Korea Selatan diantaranya seperti produk
Elektronik, Telekomunikasi, Otomotif, kimia, perkapalan dan industri baja. Merek-merek
terkenal yang sering kita dengar seperti Samsung, LG, Hyundai, KIA, Daewoo dan Lotte adalah
berasal dari Korea Selatan. Mulai dari telepon seluler (ponsel) canggih, televisi plasma, LCD,
sampai semikonduktor. LG tampil sebagai perusahaan pembuat panel plasma terbesar di dunia.
Begitu pula dengan Samsung, kini dikenal sebagai konglomerat terbesar di dunia yang tak kalah
besar dari General Electric. Dengan Hyundai dan Samsung Heavy Industries adalah industri
pembuatan kapal terbesar di dunia dan mengalahkan Jepang sejak tahun 2004. Sebagai industri
otomotif, Hyundai juga menjadi perusahaan otomotif ke 5 terbesar di dunia. Infrastruktur
teknologi yang dikembangkan Korea Selatan telah mampu mengantarkannya sebagai Negara
termaju. Sejak tahun 2000, seluruh masyarakat Korea Selatan telah menikmati jaringan internet
100 Mbit per detik, siaran televisi interaktif kelas high-definition, hingga teknologi komunikasi
4G.
Di tahun 2005, Korea Selatan merupakan pemimpin dalam akses Internet kecepatan
tinggi, produksi semikonduktor memori, produksi monitor layar-datar dan telepon genggam.
Selain itu, Korsel juga memimpin dalam pembuatan kapal (peringkat 1), produksi ban (peringkat
3), produksi serat sintetis (peringkat 4), produksi otomotif (peringkat lima), dan baja (peringkat
6). Untuk angka pengangguran Korea Selatan berada di peringkat 36, untuk Indeks Kemudahan
Berbisnis berada di peringkat 19, dan dalam Indeks Kebebasan Ekonomi (2010) berada di
peringkat 31 dari 179 negara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan peredagangan
internasionalnya pada sektor ekspor, Korea Selatan mengandalkan bidang semi konduktor,
peralatan telekomunikasi nirkabel, kendaraan bermotor, komputer, baja, kapal dan petrokimia.
Sedangkan untuk sektor impor, Korea Selatan mengimpor plastik, elektronik dan peralatannya,
minyak, baja dan bahan kimia organik. Melihat kemajuan ekonominya di atas, tampak jelas
kalau Korea Selatan tergolong negara yang progresif. Mereka yang awalnya di dianggap tidak
stabil (di era 1960-an), kini telah 'menjelma' menjadi negara industri utama dunia, dalam waktu
kurang dari 40 tahun.
Gambar 1. Impor Korea Satu Tahun Terakhir

Gambar 2. Ekspor Korea Selatan Satu Tahun Terakhir

Dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 perkembangan kegiatan ekspor dan impor Korea Selatan
selama satu tahun terakhir. Angka impor tertinggi Korea Selatan berada pada pertengahanan
tahun pada tahun 2022. Tingginya nilai impor tersebut mencai angka 66.040 Miliar USD,
sedangkan untuk nilai ekspor pada petengahan tahun tersebut tidak dapat mengimbangi tingginya
nilai impor tersebut. Tingginya angka impor dari pada eskpor tersebut membuat defisit neraca
perdagangan negara Korea Selatan. Dan nilai ekspor terendah pada satu tahun terakhir terjadi
pada awal tahun 2023 dengan nilai eskpor hanya mencapai angka 46.270 Miliar USD,
berbanding jauh dengan nilai impor pada bulan yang sama dengan nilai impor berada pada angka
58.960 Miliar USD. Perubahan drastis terjadi pada bulan kedua di tahun 2023 yang mengalami
peningkatan eskpor yang lebih tinggi dari pada nilai impornya. Nilai impor pada bulan februari
menurun drastis mencapai angka 55.404 Miliar USD, sedangkan untuk nilai ekspornya
mengalami kenaikan sebesar 50.100 Miliar USD. Hal tersebut menjadi titik balik perkembangan
ekspor korea selatan setelah selama satu tahun mengalami defisit neraca perdagangan.

B. Neraca Perdagangan Korea Selatan


Neraca perdagangan atau balance of trade (BoT) adalah perbedaan antara nilai semua
barang dan jasa yang diekspor serta diimpor dari suatu negara dalam periode waktu tertentu.
Neraca perdagangan menjadi komponen terbesar dalam neraca pembayaran karena jadi indikator
untuk mengukur seluruh transaksi internasional. Dalam praktiknya, neraca perdagangan
mempunyai dua sifat, positif dan negatif. Ekspor merupakan aliran pendapatan dari sektor luar
negeri ke perekonomian domestic. Sedangkan impor merupakan alian pengeluaran dari
perekonomian domestic ke sektor luar negeri. Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan
barang dan jasa dengan pihak luar negeri dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara
konsep selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor disebut sebagai ekspor neto, apabila nilai
ekspor lebih besar daripada nilai impor disebut surplus dan sebaliknya disebut defisit apabila
nilai ekspor lebih kecil dari nilai impor. Neraca perdagangan adalah suatu catatan atau ikhtisar
yang memuat atau mencatat semua transaksi ekspor dan transaksi impor suatu negara. Neraca
perdagangan dikatakan defisit bila nilai ekspor yang lebih kecil dari impornya dan dikatakan
surplus bila ekspor barang lebih besar dari impornya. Dan dikatakan neraca perdagangan yang
berimbang jika nilai ekspor suatu negara sama dengan nilai impor yang dilakukan negara
tersebut. Neraca perdagangan suatu negara yang positif, menunjukkan negara itu mengalami
ekspor yang nilai moneternya melebihi impor sehingga terjadi surplus perdagangan. Sementara
itu, neraca perdagangan suatu negara yang negatif menunjukkan nilai moneter impornya
melebihi nilai moneter ekspor. Terjadi defisit perdagangan. Pada perdagangan ekspor impor
memerlukan nilai tukar mata uang yang sama dalam prosesnya. Jadi neraca perdagangan
merupakan suatu catatan ekspor dan impor barang maupun jasa dalam suatu negara dalam jangka
waktu tertentu. Sedangkan neraca perdagangan Korea Selatan yaitu catatan yang memuat ekspor
dan impor barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu di negara Korea Selatan.

Gambar 3. Neraca Perdagangan Korea Selatan Satu Tahun Terakhir

Dapat dilihat pada gambar diatas menunjukan neraca perdagangan Korea Selatan berada
di bawah garis nol. Hal tersebut menandakan bahw selama satu tahun terakhir dari tahun 2022
hingga tahun 2023, neraca perdagangan Korea Selatan mengalami defisit. Defisit nerara
perdagangan paling parah dalam satu tahun terkahir terjadi pada awal tahun 2023. Defisit
tersebut tercatat sebesar -12.650 Miliar USD. Bahkan defisit neraca perdagangan pada bulan
Agustus 2022 disertai dengan melemahnya nilai tukar won dan tingginya harga energi yang
membuat biaya impor bengkak. Hal tersebut dapat terjadi karena kenaikan harga energi dan
kenaikan biaya impor, serta didorong oleh perang berkelanjutan antara Rusia dan Ukraina.
Tingginya permintaan global juga berisiko untuk membuat Bank Sentral menaikan suku
bunganya agar dapat mengendalikan inflasi. Selain itu, gangguan rantai pasokan yang sebagian
diperburuk akibat lockdown Covid-19 juga mendorong pada kenaikan inflasi. Serangkaian
kenaikan suku bunga oleh Federal Reserce untuk mengendalikan inflasi Amerika Serika juga
membebani mata uang lain, termasuk won. Kenaikan harga impor dan penurunan kegiatan
ekspor tersebut yang membuat negara Korea Selatan mengalami defisit. Hal ini mengidikasikan
walaupun Korea Selatan sebagai salah satu negara produsen paling berpengaruh di dunia, akan
tetapi jika tidak didukung oleh perkembangan perekonomian global yang baik, negara Korea
Selatan pun dapat mengalami gangguan perekonomian yang menyebabkan negaranya mengalami
defisit neraca perdagangan.

5. Kerja Sama Kegiatan Perdagangan Korea Selatan dan Indonesia


Sebelum pertengahan tahun 1945, Indonesia dan Korea sama-sama dikuasai oleh Jepang.
Tidak lama setelah Jepang diserang bom atom oleh Amerika Serikat dan menyatakan menyerah,
Korea mendeklarasikan kemerdekaan pada 15 Agustus 1945 dan disusul dengan Indonesia pada
17 Agustus 1945. Kerja sama antara Korea Selatan dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara (ASEAN) dirintis oleh pemerintah Korea Selatan pada tahun 1989. Forum dialog
diadakan pada tahun 1991 dengan negara Korea Selatan sebagai mitra dialog antar negara
di Asia Tenggara. Pada forum tersebut disetujui sebuah perjanjian kerja sama ekonomi yaitu
Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Korea atau Asean-Korea Free Trade Area (AKFTA)
yang merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) dengan Korea Selatan untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas
dengan menghilangkan atau mengurangi hambatanhambatan perdagangan barang baik tarif
ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus
peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak
AKFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Korea Selatan.
Dalam Memorandum of Understanding (MoU) dapat diketahui bahwa ada banyak pihak yang
terlibat dalam kerjasama ini. Secara umum, aktor utamanya dapat diklasifikasikan menjadi dua
pihak saja yaitu ASEAN dan Pemerintah Korea Selatan.
Selain itu, kerja sama Indonesia dan Korea Selatan juga terdapat dalam perjanjian
Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) yang merupakan
sebuah perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Area) bilateral antara Indonesia dengan Korea
Selatan yang mencakup bidang perdagangan barang, jasa, penanaman modal, kerja sama
ekonomi, hukum, dan kelembagaan. Pemerintah Indonesia telah sepakat meratifikasi perjanjian
perdagangan ini melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2022 yang diundangkan pada
September 2022 lalu dan secara resmi telah diimplementasikan sejak 1 Januari 2023.
Implementasi perjanjian ini akan berpotensi meningkatkan lalu lintas perdagangan antara kedua
negara. Demi mendukung kerja sama tersebut, dalam perjanjian ini Korea akan meliberalisasi
sebanyak 95,5 persen dari total 12.232 pos tarifnya, sedangkan Indonesia akan meliberalisasi 92
persen dari total 10.813 pos tarifnya. Selain itu, 92 persen pos tarif di Korea akan dieliminasi
menjadi 0 persen sejak entry into force (EIF), sedangkan di Indonesia akan dieliminasi sebanyak
86 persen pos tarif. Kedepannya, 3,4 persen pos tarif di Korea dan 5,6 persen di Indonesia
masing-masing akan dieliminasi secara bertahap dalam rentang waktu 3-20 tahun mendatang.
Dengan adanya peningkatan arus barang yang akan masuk dari Korea ke Indonesia (impor),
dibutuhkan sebuah hukum yang jelas dalam mengatur tata cara pengenaan tarif bea masuk atas
barang impor berdasarkan perjanjian tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melalui
Menteri Keuangan telah bergerak cepat dengan menetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 219/PMK.04/2022 terkait tata cara pengenaan tarif bea masuk, dan PMK Nomor
227/PMK.010/2022 terkait penetapan tarif bea masuk. Terkait tata cara pengenaan tarif bea
masuk, ada beberapa hal yang harus dipahami masyarakat khususnya para pelaku impor. Yaiut
telah berlakunya sejak 1 Januari 2023 lalu, PMK ini memuat beberapa hal penting yang harus
dipahami, seperti tarif preferensi dan ketentuan asal barang (rules of origin), penelitian dan
pengenaan tarif preferensi, evaluasi pengenaan tarif, dan berbagai ketentuan lainnya sesuai
perjanjian ini. Dengan adanya PMK ini akan mendukung alur perdagangan khususnya impor,
dalam rangka mendukung kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan. Sehingga para pelaku
impor harus benar-benar memahami ketentuan baru yang berlaku dan dapat memaksimalkan
segala fasilitas yang diberikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21535/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
https://www.beacukai.go.id/berita/ik-cepa-resmi-diimplementasikan-pahami-ketentuan-
bea-masuk-barang-dari-korea.html
https://www.gramedia.com/literasi/sistem-ekonomi-liberal/#:~:text=Sedangkan%20dalam
%20pelaksanaanya%2C%20sistem%20ekonomi,juga%20sistem%20ekonomi%20laissez
%20faire.
https://id.tradingeconomics.com/south-korea/balance-of-trade

Anda mungkin juga menyukai