Anda di halaman 1dari 35

PENERAPAN HSE PADA PT PERTAMINA PATRA

NIAGA INTEGRATED TERMINAL


KOTA LHOKSEUMAWE

PROPOSAL PROYEK AKHIR

Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Ahli Madya (A.Md) Pada Program Studi Administrasi Bisnis
Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Oleh

PUTRA MARISSA
Nim. 2021634110021

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


TINGGI POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Bismillaahirrahmaanirrahhiim.

Puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kesempatan, kesehatan kepada penulis dalam penyusunan Proposal Proyek Akhir

ini. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah membawa manusia dari alam kebodohan kealam yang penuh ilmu

pengetahuan.

Penulisan Proposal Proyek Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu

tugas mahasiswa/i semester VI sebagai persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan Diploma III Prodi Administrasi Bisnis pada Jurusan Tata Niaga

Politeknik Negeri Lhokseumawe. Adapun judul dari Proposal Proyek Akhir ini

adalah “Penerapan HSE Pada PT Pertamina Patra Niaga Integrated

Terminal Lhokseumawe.”

Proses penyelesaian Proposal Proyek Akhir ini penulis mendapatkan

berbagai hambatan, namun berkat bantuan dari beberapa pihak, sehingga semua

kesulitan dan hambatan tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ayahanda Ismaranur dan Ibunda Sakdiah serta keluarga tercinta karena berkat

do’a dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan Proposal Proyek Akhir ini.

i
2. Ibu Rahmi Raihan, SE. M.M selaku Pembimbing Utama yang telah banyak

membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

Proposal Proyek Akhir ini.

3. Ibu Halimah tussa’diyah, SE. M.M selaku Pembimbing Pembantu yang juga

banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Proposal

Proyek Akhir ini ini.

4. Bapak M. Yazid AR, S.E., M.M dan Ibu Yusmika Indah, S.E.,M.M selaku

koordinator Proposal Proyek Akhir ini.

5. Bapak Zulfikar, SE. M. Si, selaku Ketua Prodi Administrasi Bisnis Politeknik

Negeri Lhokseumawe

6. Bapak Zulkarnaini, SE.M. Si. Ak. CA, selaku Ketua Jurusan Tata Niaga

Politeknik Negeri Lhokseumawe

7. Ibu Kheriah, SH. M.H, selaku Sekretaris Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri

Lhokseumawe.

8. Bapak Rizal Syahyadi, ST. M.Eng., Sc. IPM, ASEAN Eng, selaku Direktur

Politeknik Negeri Lhokseumawe

9. Seluruh staf pengajar Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe.

10. Bapak Revi Mei Arisandi selaku Manager pada PT Pertamina Patra Niaga

Integrated Terminal Lhokseumawe.

11. Seluruh Staf Karyawan PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal

Lhokseumawe yang telah membantu penulis dalam proses mendapatkan

informasi dan data yang berhubungan dengan Proposal Proyek Akhir ini ini.

1
12. Teman-teman seperjuangan khususnya kelas AB III.A atas kritik dan saran

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Proposal Proyek Akhir ini

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Proposal

Proyek Akhir ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang

sifatnya membangun untuk kesempurnaan Proposal Proyek Akhir ini.

Akhir kata penulis hanya berserah diri kepada Allah SWT, yang telah

memberikan kesehatan serta keselamatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal Proyek Akhir ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan, dan dapat memberikan kontribusi positif bagi

pengembangan PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Lhokseumawe dan

masyarakat secara umum. Amin yarabbal’alamin.

Lhokseumawe, 4 Desember 2023


Penulis,

Putra Marissa
Nim. 2021634110021

1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI................................................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................
1.2 Perumusan Masalah...............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................
1.5 Metode Penelitian..................................................................................
1.6 Sistematika Penulisan............................................................................
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian...............Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................................


2.1 Health, Safety, and Environment (HSE).............................................
2.1.1 Pengertian Health, Safety, and Environment (HSE).................
2.1.2 Tujuan Health, Safety, and Environment (HSE).......................
2.2 Kecelakaan Kerja.................................................................................
2.2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja....................................................
2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja......................................................
2.2.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja..................................................
2.2.4 Kerugian Akibat Kecelakaan kerja...........................................
2.3 Penerapan Health, Safety, and Environment (HSE)............................
2.4 Program Health, Safety, and Environment (HSE)...............................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
OUTLINE...................................................................................................................

1
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jumlah Kecelakaan Kerja dan Pada Setiap Perusahaan di Indonesia........

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Health, Safety, and Environment (HSE) merupakan kerangka kerja dan

prinsip-prinsip yang diterapkan di berbagai organisasi, terutama dalam konteks

perusahaan dan industri. Kerangka kerja ini bertujuan untuk memastikan bahwa

aspek-aspek kesehatan karyawan, keselamatan di tempat kerja, dan keberlanjutan

lingkungan diintegrasikan secara efektif dalam kegiatan operasional. Fungsi

utama HSE adalah mencegah terjadinya kecelakaan kerja saat melaksanakan

kegiatan operasional. Kecelakaan kerja, yang bisa saja terjadi di tempat kerja

akibat kelalaian, tentu akan merugikan karyawan. Karyawan yang mengalami

kecelakaan kerja akan mendapat cedera fisik. Cedera fisik pada tingkat yang parah

dapat menyebabkan penurunan produktivitas atau bahkan kualitas hidup dalam

jangka panjang. Efek negatif ini tentu dapat dihindari apabila prosedur HSE

dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan standar.

Di samping itu, Fokus pada pengelolaan limbah yang bertanggung jawab,

konservasi sumber daya alam, pemenuhan regulasi lingkungan, serta penerapan

teknologi hijau dan inovasi menjadi bagian integral dari pendekatan HSE. Budaya

HSE yang kuat menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan bertanggung

jawab secara sosial dan lingkungan, dengan implementasi yang efektif

memberikan manfaat produktivitas, mengurangi biaya terkait cedera atau dampak

lingkungan, sehingga menjadi nilai tambah bagi perusahaan.

1
Limbah yang dihasilkan oleh Perseroan dikelola melalui penerapan reduce, reuse,

recycle, replace, return on supplier, treatment dan disposal (5RTD). Pengelolaan

limbah dapat dilakukan sendiri oleh Perseroan, maupun melibatkan pihak ketiga,

yang diseleksi sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, antara lain telah

memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan

memiliki fasilitas pengangkutan dan penyimpanan yang aman. Perseroan terus

berkomitmen untuk mengurangi volume timbulan limbah. Berikut adalah tabel

yang menunjukkan bagaimana limbah yang dihasilkan lalu di diolah Kembali

oleh Pertamina Indonesia.

1
Di Indonesia, penerapan HSE mengacu pada aturan Undang-undang No.13 tahun

2003 tentang Tenaga Kerja pasal 35 ayat (3), yang menyatakan bahwa perusahaan

wajib melindungi karyawannya, mulai dari memberikan perlindungan kesehatan

fisik dan mental, keselamatan, hingga kesejahteraan.

Perusahaan-perusahaan mulai mengerti perlunya penerapan keselamatan,

Kesehatan dan lingkungan kerja yang baik untuk mendukung keberlangsungan

perusahaan dan menghindarkan perusahaan dari kerugian. Oleh karena perusahaan

harus memperhatikan keselematan, keamanan serta lingkungan kerja yang baik

agar resiko kecelakaan kerja dapat dicegah maupun dikurangi. Di samping itu,

fokus penerapan HSE juga pada pengelolaan limbah yang dihasilkan perusahaan

dengan cara menciptakan inovasi-inovasi yang dapat menciptakan lingkungan

kerja yang sehat serta mengurangi konsumsi energi dan sumber daya alam untuk

mengurangi dampak lingkungan dan perusahaan harus terlibat secara aktif dalam

inisiatif lingkungan di tingkat industri dan masyarakat sekitar.

Dengan tidak adanya komitmen dan implementasi praktik HSE yang baik

dapat mengakibatkan serangkaian risiko yang melibatkan kecelakaan kerja,

dampak lingkungan yang merugikan, hingga sanksi hukum dan penurunan

reputasi perusahaan. Dampak ini bukan hanya bersifat finansial, tetapi juga dapat

menciptakan tantangan signifikan terhadap produktivitas, keberlanjutan, dan

hubungan dengan para stakeholder.

Mengacu pada laporan tahunan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial

(BPJS) Ketenagakerjaan dalam delapan tahun terakhir (2015 - November 2022)

sebagian besar terjadi peningkatan jumlah kecelakaan kerja di setiap tahunnya .


Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan pada 2015 telah terjadi sebanyak

110.285 kasus kecelakaan kerja, sedangkan tahun 2016 angka kecelakaan kerja

turun menjadi 101.367 kasus saja.

Namun setelah 2016, angka kecelakaan kerja selalu mengalami lonjakan di

tahun-tahun berikutnya. Terbukti pada 2017 terjadi sebanyak 123.040 kasus

kecelakaan kerja, sementara itu pada tahun 2018 angka kecelakaan ini mencapai

173.415 kasus. Pada 2019, hasil datanya kian meningkat hingga jumlah

kecelakaan kerja mencapai 182.835 kasus.

Mengutip data BPJS Ketenagakerjaan ini, dapat dilihat bahwa jumlah

angka kecelakaan kerja sejak pandemi 2020 hingga 2022 angkanya meningkat

berada disekitar 200 ribuan kasus. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2020 terjadi

sebanyak 221.740 kasus kecelakaan kerja, sedangkan pada 2021 ini menyentuh

angka 234.270 kasus. Hingga November 2022, angka kecelakaan kerja pada tahun

kemarin mencapai 265.334 kasus.


Tingginya peningkatan ini membuat Menteri Ketenagakerjaan, Ida

Fauziah menyampaikan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai

prioritas guna terwujudnya peningkatan produktivitas kerja.

PT. Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Lhokseumawe atau biasa

disebut Pertamina Lhokseumawe adalah perusahaan yang merupakan Badan

Usaha Milik Negara (BUMN). Pertamina Lhokseumawe merupakan bagian dari

perusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia yang mempunyai resiko bahaya

yang sangat tinggi terhadap terjadinya kecelakaan, kebakaran serta gangguan

kesehatan. Pertamina Lhokseumawe menerapkan HSE yang ketat terkait

keselamatan dan kesehatan lingkungan terhadap seluruh pekerja, mitra maupun

kontraktor.

Pertamina beserta Manajemen dan Pekerjanya sangat memperhatikan

Aspek-Aspek Keselamatan dan Keamanan dalam bekerja dan beraktifitas.

Pertamina menjamin lingkungan Kerja yang ramah lingkungan, operasi tanpa

limbah berbahaya dan ramah lingkungan serta berusaha menekan emisi terhadap

lingkungan serta meningkatkan Efisiensi Energi. Pertamina berkomitmen dalam

meningkatkan kemampuan maupun keahlian Pekerjanya, terutama dalam aspek

HSE yang memenuhi Persyaratan Lokal maupun Internasional.

Segala kegiatan di lokasi operasi dan unit bisnis pendukung lainnya

membawa risiko potensial terhadap kecelakaan kerja dan ancaman terhadap

kesehatan pekerja. Oleh karena itu, kami telah menetapkan sejumlah topik terkait

keselamatan dan kesehatan kerja untuk mengatasi risiko tersebut. Topik-topik ini

mencakup upaya perlindungan keselamatan kerja, ketersediaan Alat Pelindung

Diri (APD), standar perlengkapan kerja, jaminan pengobatan bagi pekerja,


penanganan korban kecelakaan kerja, dan tanggung jawab pemeliharaan

kesehatan pekerja. Karenanya, aspek HSE menjadi krusial dan tidak terpisahkan

dari aspek lain dalam setiap kegiatan operasional perusahaan. Fokus utama adalah

menciptakan operasi yang aman, baik bagi pekerja, aset perusahaan, konsumen,

maupun masyarakat. Pertamina Lhokseumawe tidak hanya berkomitmen pada

aspek keselamatan, melainkan juga telah mengembangkan inovasi-inovasi untuk

mengurangi dampak lingkungan. Perusahaan aktif terlibat dalam berbagai

kegiatan lingkungan bersama masyarakat, menunjukkan tanggung jawab sosial

dan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan.

Sebagai pengendalian risiko yang mungkin timbul dari kecelakaan kerja,

kebakaran, kerusakan aset perusahaan, serta dampak lingkungan, Pertamina

Lhokseumawe terus menerapkan kebijakan HSE yang dikelola oleh unit khusus di

dalam perusahaan.

Mengingat pentingnya penerapan HSE bagi karyawan yang bekerja di

Pertamina Lhokseumawe, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam

bentuk tugas akhir dengan judul “Penerapan HSE pada PT. Pertamina Patra

Niaga Integrated Terminal Lhokseumawe.”

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah penerapan Health, Safety and Environment pada PT.

Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Lhokseumawe.


2. Apakah hambatan-hambatan yang terdapat dalam penerapan Health,

Safety and Environment pada PT. Pertamina Patra Niaga Integrated

Terminal Lhokseumawe.

1.3 Tujuan Penulisan

Bedasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Health, Safety and

Environment pada PT. Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal

Lhokseumawe.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terdapat dalam penerapan

Health, Safety and Environment pada PT. Pertamina Patra Niaga

Integrated Terminal Lhokseumawe.

1.4 Manfaat Penelitian

Bedasarkan perumusan masalah di atas, maka terdapat beberapa manfaat

dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi Instansi

Identifikasi dan analisis hambatan yang ada dapat membantu instansi

untuk meningkatkan implementasi kebijakan HSE, memastikan bahwa

standar keselamatan terpenuhi, dan mengurangi risiko kecelakaan atau

dampak lingkungan. Penelitian seperti ini dapat membantu dalam


mengidentifikasi area-area di mana perbaikan dapat dilakukan,

meningkatkan efisiensi operasional.

2. Bagi penulis

Penulis dapat meningkatkan pemahaman tentang aspek-aspek HSE

pada PT. Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Lhokseumawe,

serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bagaimana

penerapan konsep dan wawasan terkait HSE.

3. Bagi--Akademis

Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

pengetahuan akademis dalam bidang HSE dan memberikan dasar

untuk penelitian bagi mereka yang akan melakukan pembahasan dalam

hal terkait HSE.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menguraikan data-data yang akan

diperoleh dari lapangan sehingga menggambarkan permasalahan yang akan di

bahas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Telaah kepustakaan (Library Research), yaitu mengumpulkan data dari

buku, majalah ilmiah, jurnal dan sebagainya untuk mendapatkan

kerangka teori yang berhubungan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian secara langsung

ke PT. Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Lhokseumawe untuk

mendapatkan data dan informasi yang diperlukan.


Dengan metode ini penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data.

Adapun teknik-teknik tersebut :

a. Pengamatan (Observasi)

Yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadao

jegiatan yang dilakukan oleh perusahaan terutama kegiatan yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Wawancara (Interview)

Yaitu Penulis melakukan kegiatan tanya jawab langsung dengan pihak-

pihak yang berwenang untuk mendapatkan data yang diperlukan

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun untuk memudahkan pembahasan dalam penyusunan Proyek Akhir

ini, maka penulisan penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab dengan sistematika

dengan sub-sub bab sebagaimana penulisan yang diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar bela mkang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,

sistematikan penulisan dan lokasi serta waktu penelitian.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini penulis membahas pengertian dari Health, Safety

and Environment (HSE), tujuan dari penerapan Health, Safety and

Environment (HSE), manfaat dari penerapan Health, Safety and

Environment (HSE), Penyebab terjadinya kecelakaan dan


gangguan kesehatan pekerja, kecelakaan kerja,pemberdayaan

lingkungan sekitar perusahaan.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini membahas gambaran umum tentang PT. Pertamina Patra

Niaga Integrated Terminal Lhokseumawe yang terdiri dari sejarah

singkat, struktur organisasi, aktivitas usaha selanjutnya dibahas

tentang penerapan HSE serta hambatan-hambatan dalam penerapan

HSE pada PT. Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal

Lhokseumawe.

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini, penulis menyajikan kesimpulan dan memberikan

saran yang mungkin berguna bagi perusahaan, bagi penulis serta

bagi pembaca yang mempunyai kepentingan berkaitan dengan

judul-.tugas-.akhir.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal

Lhokseumawe yang berlokasikan di Jalan Darussalam Simpang Pertamina Hagu

Teungoh Lhokseumawe. Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 03

September hingga 20 September 2023.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Health, Safety and Environment (HSE)

2.1.1 Pengertian Health, Safety, and Environment (HSE)

HSE merupakan singkatan dari Health, Safety, and Environment, HSE

secara umum dapat diartikan sebagai praktik dan kebijakan yang dirancang untuk

memastikan keamanan, kesehatan, dan perlindungan lingkungan di tempat kerja.

Pengelolaan HSE merupakan bagian dari operasi bisnis dan bertujuan untuk

melindungi pekerja, masyarakat sekitar, dan lingkungan alam.

Adapun pengertian dari Health, Safety, and Environment (HSE) antara lain

yaitu :

Menurut Widodo (2015:242), pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat

aspek, antara lain:

1. Kesehatan Fisik, terwujud apabila seseorang tidak merasa


mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara
objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal
atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan Mental, yang mencakup pikiran, emosi, dan dimensi
spiritual, tercermin dari berbagai aspek. Pikiran sehat tercermin dari
cara berpikir atau alur pikiran yang sehat. Emosional sehat tercermin
dari kemampuan seseorang untuk mengungkapkan dan mengelola
berbagai emosi seperti takut, gembira, khawatir, dan sedih.
Sementara itu, kesehatan spiritual tercermin dari ekspresi rasa
syukur, pujian, kepercayaan, dan praktik keagamaan yang
dijalankan. Dengan kata lain, kesehatan mental menyeluruh
mencakup keselarasan dalam pikiran, ekspresi emosional yang
seimbang, dan kesejahteraan spiritual yang tercermin dari praktik
keagamaan dan kepatuhan terhadap nilai-nilai agama yang dianut.
3. Kesehatan Sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain atau kelompok lain secara baik,tanpa
membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial,
ekonomi, politik, dan sebagainya.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa)
produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan
sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau
keluarganya secara finansial.

Safety (Keselamatan) merupakan upaya perlindungan yang diberikan

untuk para pekerja untuk menjaga keselamatan, aspek ini merupakan yang

harus diperhatikan. Aspek ini bertujuan untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja yang dapat berdampak cedera hingga kematian. Istilah

keselamatan mencakup kedua istilah resiko keselamatan dan resiko

kesehatan. Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau

selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.

Mangkunegara (2016:161).

Menurut Amstrong dalam Stopiah dan Etta Mamang (2018:324)

berpendapat bahwa :

Kesehatan adalah suatu keadaan dari seorang pekerja yang terbebas dari
gangguan fisik dan mental sebagai akibat dari pengaruh interaksi
pekerjaan dan lingkungan, sedangkan keselamatan kerja adalah suatu
keadaan yang aman dan selamat dari kerusakan serta kerugian di tempat
kerja, baik berupa pada saat memakai alat, bahan, mesin-mesin, dalam
proses pengolahan, Teknik pengepakan, penyimpanan, maupun menjaga
dan mengamankan tempat serta lingkungan kerja.

Mangkunegara, (2016:161) Berpendapat Kesehatan merupakan aspek

penting dalam melakukan pekerjaan sehingga para pekerja dapat bekerja


secara optimal serta dapat mencegah berbagai hal yang dapat merugikan

keselamatan.

Pendapat Silalahi dan Rumondang dalam Gunawan (2016) menyatakan


keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau
kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan
Kesehatan kerja yaitu terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan
timbul setelah memulai pekerjaannya.

Environment (Lingkungan) Setiap pekerjaan pasti memiliki dapak

langsung terhadap lingkungan. Oleh karena itu, setiap kegiatan tidak boleh

menjadi pemicu kerusakan lingkungan. “Dalam peraturan ini, lingkungan

didefinisikan sebagai "keseluruhan benda, daya, keadaan, dan makhluk

hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang meliputi udara, darat, air,

serta sumber daya alam dan hayati yang mempengaruhi kelangsungan

hidup dan kesejahteraan manusia." (Peraturan Presiden No. 16 Tahun

2019). Faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi

periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres

emosi atau gangguan fisik merupakan resiko Kesehatan.(Nuryono, A., &

Aini, M. N. (2020)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Health, Safety

and Environment (HSE) adalah upaya atau langkah-langkah yang diambil oleh

perusahaan bagi para seluruh pekerja untuk menjamin Keamanan, Kesehatan, dan

Keselamatan Kerja, serta menjaga Lingkungan sekitar.

2.1.2 Tujuan Health, Safety, and Environment (HSE)


Upaya peningkatan Keselamatan tidak dapat dipisahkan dari strategi

pencegahan kecelakaan, karena pencegahan kecelakaan merupakan inti dari

program HSE di suatu perusahaan. Oleh karena itu, Kesehatan Kerja juga

diberikan prioritas untuk memastikan implementasi Keselamatan Kerja yang

benar oleh para pekerja. Semua langkah ini didukung oleh lingkungan yang sehat,

terjaga, dan bebas dari kontaminasi bahan berbahaya, sehingga menciptakan

kondisi kerja yang aman dan optimal. Adapun tujuan utama Di Indonesia, bidang

Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan (HSE) diatur oleh beberapa undang-

undang, Adapun beberapa undang-undang tersebut yaitu antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menetapkan ketentuan-ketentuan

terkait pengelolaan lingkungan hidup, termasuk di dalamnya pengaturan

terkait industri dan kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yaitu

memberikan dasar hukum untuk perlindungan kesehatan masyarakat,

termasuk aspek kesehatan di lingkungan kerja.

Tujuan Health, Safety, and Environment (HSE) menunjukkan komitmen

untuk melindungi, meningkatkan, dan menjamin keselamatan setiap pekerja

dalam lingkungan kerja. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi di mana

pekerja dapat bekerja tanpa risiko yang tidak perlu dan memastikan bahwa aspek

kesehatan, keselamatan, dan lingkungan tetap menjadi prioritas utama. Dengan

demikian, fokus utama dari HSE adalah menjaga Keselamatan, Kesehatan serta
menciptakan lingkungan yang aman, sehat guna memastikan kesejahteraan dan

produktivitas para pekerja dan masyarakat sekitar.

Selanjutnya Marwansyah (2016:296) dalam praktiknya berikut ini tujuan

dari penerapan Health and Safety kerja yaitu :

1. Membuat karyawan merasa aman, artinya dengan dimilikinya prosedur


kerja dan adanya peralatan kerja yang memadai maka akan membuat
karyawan merasa lebih aman dan nyaman dalam bekerja.
2. Memperlancar proses kerja, artinya dengan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, maka kecelakaan kerja dapat diminimalkan kemudian
dengan kesehatan kerja karyawan yang terjamin baik secara fisik maupun
mental maka karyawan dapat beraktivitas secara normal.
3. Agar karyawan berhati-hati dalam bekerja, maksudnya adalah karyawan
dalam hal ini setiap melakukan pekerjaannya sudah dengan paham dan
mengerti akan aturan kerja yang telah ditetapkan.
4. Mematuhi aturan dan rambu-rambu kerja, Artinya perusahaan akan
memasang rambu-rambu kerja yang telah ada dan dipasang diberbagai
tempat sebagai tanda ada peringatan.
5. Tidak menggangu proses kerja, artinya dengan adanya program Kesehatan
dan Keselamatan Kerja diharapkan tindakan karyawan tidak akan
mengganggu aktivitas karyawannya.
6. Menekan biaya, maksudnya perusahaan berupaya menekan biaya dengan
adanya program Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Hal ini disebabkan
dengan adanya program kesehatan dan keselmatan kerja maka kecelakaan
kerja dapat diminimalkan.
7. Menghindari kecelakaan kerja, artinya kepatuhan karyawan kepada aturan
kerja termasuk memperhatikan rambu-rambu kerja yang telah dipasang.
8. Menghindari tuntutan pihak-pihak tertentu, artinya jika terjadi sesuatu
seperti kecelakaan kerja yang sering kali disalahkan adalah pihak
perusahaan.

Dengan adanya penerapan aspek Health and Safety Kerja ini maka

tuntutan karyawan akan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat diminimalkan,

karena karyawan sudah menyetujui terhadap aturan yang berlaku di perusahaan

tersebut, sehingga sudah mengetahui resiko yang akan dihadapinya.


Selanjutnya Mangkunegara (2017:386) berpendapat bahwa tujuan dari

penerapan aspek Health and Safety Kerja adalah sebagai berikut:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


baik secara fisik, sosial maupun psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
dan seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

(Sibarani Mutiara, 2012:114) berpendapat bahwa tujuan keselamatan dan

kesehatan kerja karyawan dapat dicapai, jika unsur- unsur yang mendukung,

yaitu:

1. Adanya dukungan dari pimpinan puncak


2. Ditunjuknya direktur keselamatan
3. Rekayasa pabrik dan kegiatan yang aman
4. Diberikannya pendidikan bagi semua karyawan untuk bertindak aman
5. Terpeliharanya cacatan-catatan tentang kecelakaan
6. Menganalisis penyebab kecelakaan
7. Kontes keselamatan
8. Melaksanakan peraturan.

Penerapan Health, Safety, Environment tidak hanya berguna bagi

karyawan internal saja, melainkan juga berguna untuk lingkungan sekitar

perusahaan. Oleh karena HSE merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu

perusahaan, pelaksanaan Health, Safety, Environment harus selalu melalui

pemantauan dan pengevaluasian secara berkala dari waktu ke waktu.

Tujuan penerapan Health, Safety, Environment yang baik pasti melalui

penciptaan pendekatan sistematis untuk mematuhi peraturan lingkungan yang ada.


Penerapan HSE dari sudut pandang lingkungan dapat berupa aturan pengelolaan

limbah yang benar sehingga tidak merugikan serta merusak lingkungan.

Menurut Setta Arya dalam artikel Pemberdayaan Lingkungan (2013)

Tujuan penerapan pemberdayaan “Lingkungan Hidup” adalah :

1. Tercapainya keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan hidup.


2. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
3. Tewujudnya manusia sebagai Pembina lingkungan hidup.
4. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan hidup untuk
kepentingan generasi sekarang dan mendatang.
5. Terlindunginya negara terhdap dampak kegiatan di luar wilayah negara
yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Tujuan HSE terlihat dalam kontribusinya terhadap tuntutan kesehatan dan

keselamatan karyawan serta lingkungan kerja sekitar, sebagai upaya menjaga

lingkungan dan mencegah tuntutan hukum.

2.2 Kecelakaan Kerja

2.2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merujuk pada suatu peristiwa yang tidak terduga dan

tidak diinginkan yang terjadi di tempat kerja dan mengakibatkan cedera atau

kerugian kesehatan bagi pekerja atau karyawan yang terlibat. Kecelakaan kerja

dapat melibatkan berbagai situasi, mulai dari insiden kecil hingga fatal.

Penting untuk dicatat bahwa kecelakaan kerja dapat melibatkan berbagai

faktor, termasuk kondisi fisik tempat kerja, peralatan kerja, perilaku pekerja, dan

faktor-faktor lingkungan. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melibatkan


implementasi langkah-langkah keselamatan kerja, pelatihan pekerja, penggunaan

peralatan pelindung diri, dan kepatuhan terhadap prosedur kerja yang aman.

Menurut Sholihah (2018:142) Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian

yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang

telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban

manusia maupun harta benda.

Menurut Arifin (2019:86) Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak
diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah
diatur. Kecelakaan akibat kerja adalah berhubungan dengan hubungan kerja pada
perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi
dikarenakan pekerjaan atau pada waktu pekerjaan berlangsung.

Menurut beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan jika

kecelakaan kerja adalah hal yang sangat tidak diinginkan oleh setiap pekerja,

maka oleh itu setiap pekerja diwajibkan untuk melakukan atau menerapkan segala

ketentuan terkait keselamatan dan Kesehatan kerja yang telah dibuat.

2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga di tempat kerja yang

menyebabkan cedera fisik atau kerugian kesehatan para pekerja. Penyebabnua

dapat melibatkan berbagai faktor, seperti pelanggaran prosedur keselamatan,

kondisi kerja yang tidak aman, kurangnya pelatihan, atau faktor manusia dan

lingkungan lainnya. Pencegahan kecelakaan kerja melibatkan implementasi

prosedur keselamatan yang ketat, pelatihan karyawan untuk meningkatkan

kesadaran akan risiko, serta manajemen risiko yang efektif guna menciptakan

lingkungan kerja yang aman dan mendukung kesejahteraan pekerja. Budaya


keselamatan yang kuat dan komunikasi yang baik di antara semua tingkatan

organisasi juga merupakan kunci untuk mencegah kecelakaan kerja dan

memastikan lingkungan kerja yang sehat dan produktif

Menurut Sholihah (2018:160). Faktor manusia yang mengakibatkan

kecelakaan kerja tersebut, adalah karena:

a. Peralatan yang tidak aman.Menjalankan perlatan kerja yang tidak mengerti


caranya.
b. Menempatkan bahan-bahan yang tidak aman pada kondisi lingkungan
yang mengakibatkan perlawanan arus.
c. Merusak alat-alat keselamatan kerja sehingga berkibat tidak baik.
d. Salah menggunaka alat kerja .
e. Karena gangguan orang lain.

Bedasarkan dengan pernyataan dan pendapat diatas bahwa kecelakaan

kerja adalah peristiwa yang tidak terduga di tempat kerja, yang dapat diakibatkan

oleh sejumlah faktor, termasuk pelanggaran prosedur keselamatan, kondisi kerja

yang tidak aman, kurangnya pelatihan, serta campur tangan manusia dan kondisi

lingkungan. Untuk mencegah kecelakaan kerja, diperlukan tindakan seperti

implementasi prosedur keselamatan, pelatihan karyawan, manajemen risiko yang

efektif, serta pengembangan budaya keselamatan dan komunikasi yang baik di

seluruh organisasi. Pemahaman terhadap faktor manusia, seperti penggunaan

peralatan yang tidak aman dan kurangnya pemahaman dalam menjalankan

peralatan kerja, juga penting untuk diperhatikan dalam upaya pencegahan

kecelakaan kerja. Keselamatan kerja tidak hanya menjadi tanggung jawab

individu, tetapi juga merupakan hasil dari upaya bersama dalam menciptakan

lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif.


2.2.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan kerja harus diutamakan dalam menciptakan

lingkungan kerja yang aman dan produktif. Upaya pencegahan melibatkan

identifikasi penyebab kecelakaan, implementasi prosedur keselamatan yang ketat,

pelatihan karyawan untuk meningkatkan kesadaran akan risiko, serta manajemen

risiko yang efektif.

Menurut Arifin (2019:160) Pencegahan yang harus dilakukan untuk

menghindari kecelakaan antara lain mencakup tindakan:

a. Memperhatikan faktor-faktor keselamatam kinerja


b. Melakukan pengawasan yang teratur.
c. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian.
d. Melaksanakan program diklat keselaman kerja dan menghindari cara
kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan.

Menurut Hiperkes dalam Yunani (2013:27) "menyatakan kecelakaan-

kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan cara:

a. Peraturan Perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan


mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan konstruksi,
perawatan/pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan
industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK,
dan pemeliharaan kesehatanb. Standarisasi, yaitu penetapan standar-
standar resmi, setengah resmi atau tidak resmi, misalnya konstruksi yang
memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis peralatan industri tertentu,
praktik keselamatan, atau peralatan perlindungan diri.
b. Pengawasan, tentang di patuhinya ketentuan perundangan yang di
wajibkan.

c. Penelitian bersifat teknis, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat
perlindungan diri,
d. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek fisiologis
faktor lingkungan, teknologis, dan keadaan fisik yang mengakibatkan
kecelakaan.
e. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola kejiwaan yang
menyebabkan kecelakaan kerja.
f. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis kecelakaan yang terjadi,
dalam pekerjaan apa dan sebab-sebabnya.
g. Pendidikan, yang menyangkut tentang Pendidikan keselamatan dalam i.
kurikulum teknik sekolah perniagaan atau kursus pertukangan.
h. Pengarahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
i. Asuransi, Yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan kerja, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar
oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik
j. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran
utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaan
kecelakaan terjadi, sedangkan pola kecelakaan pada suatu perusahaan
sangat tergantung pada tingkat kesadaran atau keselamatan kerja oleh
semua pihak bersangkutan.

Pencegahan kecelakaan kerja dilakukan untuk mengambil hikmah dari

kejadian yang telah terjadi dan menciptakan efek jera, dengan harapan agar

insiden serupa tidak terulang.

Menurut Hariyono & Saputra (2016) menyatakan perilaku merupakan


salah satu diantara faktor individual yang dapat memengaruhi tingkat kecelakaan,
meskipun faktor lainnya seperti kepribadian, sikap karyawan, dan karakteristik
individual karyawan tampak memiliki pengaruh pada kecelakaan kerja, namun
hubungan sebab akibat masih sulit dipastikan.

2.3 Penerapan Health, Safety, and Environment (HSE)

Dengan menerapkan kebijakan Health (Kesehatan), Safety (Keamanan)

dan Environment (Lingkungan) pada perusahaan dapat secara efektif

meningkatkan kinerja karyawan, tidak hanya dalam aspek keselamatan dan

kesehatan, tetapi juga pengelolaan limbah untuk mengurangi pemicu kerusakaan


pada alam sehingga sumber daya alam dan hayati bisa terjaga, karena lingkungan

kerja yang tidak mendukung dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik

merupakan resiko Kesehatan pada setiap pekerja.

Mahardhika dan Kholifatu Nurlaili (2020)

"Secara detail, penerapan HSE di lingkungan kerja bisa dilihat dari tiga
sudut pandang, yaitu sudut pandang kesehatan kerja, keselamatan kerja, dan
lingkungan. Berikut uraian mengenai penerapan Health, Security, Environment
dari ketiga sudut pandang yang telah disebutkan.
1. Penerapan dari Sudut Pandang Kesehatan Kerja Perwujudan kesehatan
kerja yang baik harus melalui proses, praktik kerja, serta aktivitas sistemik
yang berkualitas, aman, dan juga ramah lingkungan. Penerapan Health,
Security, Environment sebagai sebuah sistem dapat mewujudkan
kesehatan kerja itu. Tujuan utama dari penerapan Health, Safety,
Environment dilihat dari sudut pandang kesehatan kerja tentunya adalah
untuk mencegah atau mengurangi risiko berbahaya.
2. Penerapan dari Sudut Pandang Keselamatan Kerja Health, Security,
Environment dari sudut pandang keselamatan kerja melibatkan penciptaan
prosedur dan upaya yang terorganisir untuk mengidentifikasi bahaya yang
dapat timbul di tempat kerja. Penerapan HSE dapat meminimalisir risiko
kecelakaan ataupun paparan zat-zat kimia berbahaya dalam proses
operasional
3. Penerapan dari Sudut Pandang Lingkungan, penerapan Health, Safety,
Environment tidak hanya berguna bagi karyawan internal saja, melainkan
juga berguna untuk lingkungan sekitar perusahaan. Oleh karena HSE
merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan, pelaksanaan
Health, Safety, Environment harus selalu melalui pemantauan dan
pengevaluasian secara berkala dari waktu ke waktu. Penerapan Health,
Safety, Environment yang baik pasti melalui penciptaan pendekatan
sistematis untuk mematuhi peraturan lingkungan yang ada. Sebagai
contoh, penerapan HSE dari sudut pandang lingkungan dapat berupa
aturan pengelolaan limbah yang benar sehingga tidak merugikan serta
merusak lingkungan.

Penerapan HSE pada perusahaan dengan benar sangat membantu para

pekerja untuk bekerja secara optimal, sehingga kecelakaan kerja dapat

diminimalisir dan dengan adanya penerapan HSE dapat membantu pengelolahan


limbah secara baik sehingga mengurangi berbagai ancaman yang dapat membuat

kerusakan pada lingkungan.

Menurut Rita Elfianis (2023)

1. Pemeriksaan Peralatan HSE


Salah satu contoh penerapan program kerja HSE yaitu melakukan
pemeriksaan peralatan untuk kebutuhan pelaksanaan kesehatan dan
kesehatan kerja. Bagian HSE Officer akan memberikan tanda keamanan
pada peralatan kerja dalam periode tertentu.
2. Program Tanggap Darurat
Suatu kebijakan perusahaan yang digunakan dengan tujuan untuk
mencegah dan meminimalisir terjadinya kondisi darurat seperti kebakaran,
kecelakaan dan sebagainya.
3. Program Pelatihan HSE
Agar para karyawan dapat menerapkan HSE dalam melakukan pekerjaan
di perusahaan, maka perlu adanya pelatihan HSE untuk memberikan
pemahaman pentingnya menerapkan HSE selama bekerja. pengenalan
bahan kimia berbahaya, penjelasan tentang alat pelindung diri, dan
pemahaman HSE penting lainnya.
4. Penetapan Program Kerja
Contoh lainnya penerapan program kerjanya yaitu melakukan suatu
penetapan program kerja antara perusahaan dengan karyawan. Hal ini
penting dilakukan agar bisa menjadi acuan dasar dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

Penerapan program kerja HSE dalam perusahaan, termasuk pemeriksaan

peralatan, kebijakan tanggap darurat, pelatihan karyawan, dan penetapan

program kerja, bertujuan meningkatkan kesehatan, keselamatan, dan

lingkungan kerja, memberikan dasar yang jelas untuk tugas karyawan,

serta menciptakan lingkungan yang aman, efisien, dan mendukung

produktivitas

2.4 Program Health Safety and Environment (HSE)

Program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan inisiatif untuk

mengatasi ketidakseimbangan pada empat aspek produksi, yakni manusia,


fasilitas, lingkungan kerja, dan manajemen. Program ini mencakup aspek

administrasi dan manajemen, peralatan keselamatan dan kesehatan kerja,

pengendalian risiko dan bahan beracun, serta upaya pencegahan terhadap

kebakaran dan keadaan darurat.

Pendapat lainnya menurut Mathis dan Jackson dalam Amalia (2017:12),

program manajemen keselamatan kerja yang efektif adalah:

a. Komitmen dan tanggung jawab perusahaan Inti manajemen keselamatan


kerja adalah komitmen perusahaan dan usaha-usaha keselamatan kerja
yang komperhensif.
b. Kebijakan dan disiplin keselamatan kerja Mendesain kebijakan dan
peraturan keselamatan kerja serta mendisiplinkan pelaku pelangaran,
merupakan komponen penting usaha-usaha keselamatan kerja.
c. Komunikasi dan pelatihan keselamatan kerja Satu cara untuk mendorong
keselamatan kerja karyawan adalah dengan melibatkan seluruh karyawan
di setiap kesempatan dalam sesi pelatihan tentang keselamatan kerja dan
dalam pertemuan-pertemuan komite
d. Komite keselamatan kerja Para pekerja sering kali dilibatkan dalam
perencanaan keselamatan kerja melalui komite keselamatan kerja,
kadangkala terdiri dari para pekerja yang berasal dari berbagai tingkat
jabatan dan departemen.
e. Inspeksi, penyelidikan kecelakaan kerja, dan pelatihan Pada saat terjadi
kecelakaan, maka harus diselidiki oleh komite keselamatan kerja
perusahaan atau oleh koordinator keselamatan kerja.
f. Evaluasi terhadap usaha-usaha keselamatan kerja Perusahaan harus
mengawasi dan mengevaluasi usaha-usaha keselamatan kerjanya.
g. program manajemen keselamatan kerja yang efektif melibatkan komitmen
perusahaan, kebijakan dan disiplin keselamatan, komunikasi dan pelatihan,
keterlibatan komite keselamatan kerja, inspeksi, penyelidikan kecelakaan,
dan evaluasi usaha-usaha keselamatan kerja untuk memastikan
keselamatan di lingkungan kerja.

Pendapat lainnya menrut modjo dalam Insak Andan (2018:19) menyatakan

bahwa, manfaat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

perusahaan antara lain:

a. Pengurangan absentisme Perusahaan yang serius menerapkan program ini


akan dapat menekankan angka resiko kecelakaan kerja sehingga karyawan
yang tidak masuk alasan cedera dan sakin akan semakin berkurang.
b. Pengurangan biaya klaim kesehatan Karyawan memperhatian keselamatan
dan kesehatan ini memperkecil resiko mengalami kecelakaan di tempat
kerja sehingga mengurangi biaya klain rumah sakit.
c. Pengurangan trun over
d. Peningkatan produktivitas.

Program HSE memberikan manfaat signifikan berupa peningkatan

kesejahteraan karyawan dan pengurangan cedera serta kecelakaan di lingkungan

kerja. Program Health, Safety and Environment (HSE) ini dilaksanakan untuk

melakukan analisis penyebab kecelakaan kerja, memberikan edukasi kepada

karyawan agar berperilaku aman, displin serta, mengikuti kebijakan lalu dapat

mempertimbangkan dampak kerugian bagi Perusahaan dan kerugian finansial bagi

individu yang mengalami cedera guna mengurangi insiden kecelakaan di

lingkungan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Wilson. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta Erlangga.


Djatmiko, Riswan, Dwi. (2016). Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Yogyakarta.

Gunawan, Arif, Choirul. (2016). Analisis Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (Studi Evaluasi Penanggulangan Kecelakaan Kerja
Karyawan Pabrik Kelapa Sawit Rama Bakti Estate, Kec Tapung Hilir,
Kab Kampar, Riau). Universitas Riau Kampus Bina Widya Jurnal Online
(https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/8139/7810)
diakses 10 November 2023.

Irzal, M. K. (2016). Dasar-Dasar Kesehatan & Keselamatan Kerja, Kencana,


Jakarta.
Jatmiko, dkk. (2013). Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan. Jakarta.

Mangkunegara, Anwar, Prabu. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mondy, R, Wayne. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid II Ed. X.
Jakarta: Erlangga.
Panggabean, Mutiara, Sibrani. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.
Ramli, Soehatman. (2014). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Suardi, Rudi. (2014). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: PPM.
Sunyoto, Danang. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

CAPS.

Suparyadi. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed. I. Yogyakarta:


ANDI OFFSET.
Waruwu, Saloni, dan Yuamita, Ferida. (2016). Analisis Faktor Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang Signifikan Mempengaruhi Kecelakaan
Kerja pada Proyek Pembangunan Apartement Student Castle.
University Technology of Yogyakarta Jurnal Online
(http://journal.uad.ac.id/index.php/Spektrum/article/viewFile/3705/1944)
diakses 9 November 2023.
Wirawan. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Yunani, Afrina. (2013). Sistem Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada PT Arun NGL., Co Blang Lancang Lhokseumawe. Buketrata.
Politeknik Negeri Lhokseumawe
OUTLINE
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Metode Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan
1.7 Lokasi Dan Waktu Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.1.1 Pengertian Health, Safety and Environment (HSE)
2.1.2 Tujuan Health, Safety and Environment (HSE)
2.2 Kecelakaan Kerja
2.2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja
2.2.2 Pencegahan Kecelakaan Kerja
2.2.3 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
2.3. Penerapan Keselamatan dan Kesahatan Kerja
2.4 Program Health, Safety and Environment (HSE)
KEPUSTAKAAN
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal

Lhokseumawe
3.1.1 Sejarah Singkat
3.1.2 Struktur Organisasi
3.1.3 Aktivitas Kantor
3.2 Penerapan Health, Safety and Environment (HSE) pada PT
Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Lhokseumawe.
3.3 Hambatan-hambatan dalam penerapan Health, Safety and
Environment (HSE) pada PT Pertamina Patra Niaga Integrated
Terminal Lhokseumawe.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai