Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PRAKTIK KERJA PROFESI

EVALUASI PENGELOLAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


(K3) DI PT PERTAMINA-EP, ASSET 4 SUKOWATI FIELD

Disusun oleh:
Sinthya Desty Rahmadhania
082001700048

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya. Sehingga dapat tersusunlah sebuah Proposal Praktik Kerja Profesi
(PKP). Proposal ini saya susun dengan sistematis dan sebaik mungkin yang merupakan
salah satu syarat untuk mengikuti kegiatan Praktik Kerja Profesi (PKP) yang akan
dilakukan pada liburan semester VI dengan tema “Evaluasi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field”.
Proposal Praktik Kerja Profesi (PKP) ini berisi tentang gambaran secara umum
mengenai Evaluasi Pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di PT
Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field mulai dari bahan baku sampai menjadi suatu
produk. Selain itu, proposal ini juga berisi mengenai rencana pekerjaan minimal PKP
yang akan dilaksanakan, jadwal kegiatan PKP serta dengan waktu pelaksanaan serta
profil singkat PT Pertamina sebagai Lokasi Pelaksanaan PKP. Dengan selesainya
proposal ini, maka saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Riana Ayu Kusumadewi S.T., M.T. selaku koordinator pelaksanaan Praktik
Kerja Profesi (PKP) Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Trisakti.
2. PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field selaku perusahaan pelaksanaan
Praktik Kerja Profesi (PKP).
3. Seluruh pihak yang berkenaan saling membantu menyelesaikan proposal
ini.
Demikian Proposal Praktik Kerja Profesi (PKP) yang telah saya buat. Semoga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 27 Mei 2019

Sinthya Desty Rahmadhania


082001700048

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 3
1.2.1 Maksud .............................................................................................. 3
1.2.2 Tujuan ............................................................................................... 3
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 4
1.4 Sumber Data ............................................................................................. 5
1.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 6
BAB II LINGKUP KEGIATAN .......................................................................... 7
2.1 Uraian Rencana Kegiatan ......................................................................... 7
2.2 Kedudukan Peserta PKP dalam Unit Pengelolaan ................................... 7
2.3 Gambaran Umum Perusahaan .................................................................. 8
2.3.1 Sejarah PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field ........................... 8
2.3.2 Lokasi PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field ............................ 9
BAB III JADWAL PELAKSANAAN PKP ...................................................... 10
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 13
4.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) .............................. 13
4.2 Sistem Manajemen dan Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja . 16
4.3 Tujuan dari Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ........... 17
4.4 Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ..................................... 18
4.5 Pencegahan Gangguan Kerja .................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rencana Kegiatan Praktik Minimal ................................................... 7
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi ..................................... 10

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Produksi PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field ................... 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri
berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas dengan
menggunakan alat-alat produksi yang semakin komplek. Semakin kompleknya
peralatan kerja yang digunakan, maka semakin besar pula potensi bahaya kecelakaan
kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan penanganan dan pengendalian sebaik
mungkin. Penggunaan peralatan kerja sering tidak diikuti dengan penyediaan tenaga
kerja yang berkualitas untuk mengoperasikannya dapat berakibat peralatan tersebut
tidak termanfaatkan secara optimal dan benar. Akibat yang lebih fatal adalah timbulnya
kecelakaan kerja baik operator peralatan itu sendiri maupun masyarakat di sekitar
perusahaan.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya
pemeliharaan tenaga kerja yang baik. Kesehatan dan keselamatan kerja ini ditanamkan
pada diri masing-masing individu karyawan dengan cara penyuluhan dan pembinaan
yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerja bagi dirinya maupun
untuk perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, maka tenaga kerja banyak yang
menderita, angka absensi di perusahaan meningkat, hasil produksi menurun, dan biaya
pengobatan semakin membesar. Ini semua akan menimbulkan kerugian bagi tenaga

1
kerja maupun perusahaan yang bersangkutan, karena mungkin tenaga kerja terpaksa
berhenti bekerja sebab sakit sementara atau cacat tetap yang diakibatkan oleh proses
kerja yang tidak aman atau peralatan kerja yang salah dalam pengoperasiannya.
Sistem Manajemen K3 (SMK3) menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah bagian
dari sebuah sistem manajemen organisasi (perusahaan) yang digunakan untuk
mengembangkan dan menerapkan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dan mengelola resiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) organisasi (perusahaan)
tersebut. SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian,
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif. Oleh karena itu, pengelolaan aspek Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) dan perusahaan harus dilakukan secara profesional,
terpadu, dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh pihak terkait agar operasi
berjalan aman dan efisien.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) dikalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan resiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.
Dengan adanya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), tenaga kerja akan
merasakan keamanan dan kenyamanan dalam melakukan perkerjaannya. Hal tersebut

2
dikarenakan perusahaan telah memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal yang
akan terjadi berdasarkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Sehingga, akan
memberikan dampak positif dan motivasi kepada para tenaga kerja untuk menjalankan
pekerjaannya dengan baik sehingga produk yang dihasilkan akan berkualitas dan
produktivitas karyawan juga akan meningkat. Pentingnya keselamatan dan kesehatan
kerja di PT. Pertamina Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field adalah untuk
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja serta meningkatkan produktivitas kerja
perusahaan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP), yaitu sebagai
berikut:
1.2.1 Maksud
Maksud dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP) adalah sebagai syarat
kelulusan mata kuliah Praktik Kerja Profesi (PKP) di Jurusan Teknik Lingkungan,
Universitas Trisakti. Serta untuk untuk memberikan pengalaman dan wawasan
pekerjaan bidang Teknik Lingkungan, dan dapat mempelajari secara langsung/praktik
mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang akan diarahkan sesuai
kebijakan PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field.

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP) di PT Pertamina-EP, Asset
4 Sukowati Field, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran umum industri PT Pertamina-EP, Asset 4
Sukowati Field, seperti manajemen perusahaan, struktur organisasi, dan
deskripsi tugas unit terkait.
2. Untuk mengetahui gambaran umum proses produksi termasuk sistem
manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

3
3. Untuk mengetahui gambaran umum pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3), seperti struktur organisasi Kesehatan dan Keselatan Kerja (K3)
dan peraturan yang berkaitan.
4. Untuk mengidentifikasi proses produksi yang potensial bahaya, yaitu terdiri
dari ikut serta dalam pengukuran dan ikut kegiatan dalam proses produksi.
5. Untuk mengetahui kepedulian perusahaan terhadap karyawan.
6. Untuk mengetahui ketaatan karyawan terhadap Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3).

1.3 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP) di PT Pertamina-EP, Asset
4 Sukowati Field, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat bagi Mahasiswa
Manfaat bagi mahasiswa dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP), yaitu
sebagai berikut:
a. Mendapat gambaran yang nyata mengenai aplikasi ilmu pengelolaan
manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan kerja PT.
Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field.
b. Dapat menerapkan ilmu pengelolaan manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang diperoleh di bangku kuliah dalam praktik
pada lapangan kerja PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field.
c. Menambah pengetahuan mengenai ilmu pengelolaan manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang tidak didapatkan di bangku
kuliah.
d. Mendapatkan pengalaman Praktik Kerja Profesi (PKP) manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di PT Pertamina-EP, Asset 4
Sukowati Field.

4
2. Manfaat bagi Jurusan
Manfaat bagi jurusan dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP), yaitu
sebagai berikut:
a. Dapat menjadi sarana untuk menjalin kerjasama antara institusi pendidikan
dan perusahaan.
b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga
terampil dari lapangan dalam kegiatan Praktik Kerja Profesi (PKP).
c. Memperoleh kritik dan saran untuk program Praktik Kerja Profesi (PKP)
selanjutnya.
3. Manfaat bagi Perusahaan
Manfaat bagi perusahaan dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP), yaitu
sebagai berikut:
a. Perusahaan dapat melibatkan mahasiswa kerja praktik pelaksanaan
pengelolaan manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam
rangka transfer pengetahuan dan aplikasinya pada kegiatan hulu migas.
b. Perusahaan mendapat masukan terhadap lingkungan kerja yang telah
dimiliki berdasarkan gambaran dan data yang diolah oleh mahasiswa.

1.4 Sumber Data


Sumber data yang didapatkan sebagai penunjang Proposal Praktik Kerja Profesi
(PKP), yaitu sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer atau data utama yang akan didapat oleh praktikan berasal dari
departemen HSE (Health Safety Environment) yang dapat berupa SOP (Standar
Operasional Prosedur), serta peraturan-peraturan lain yang terkait dalam
manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder dapat berupa data kelengkapan kerja dan prosedur
keselamatan yang ada di PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field.

5
1.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sebagai penunjang Proposal Praktik Kerja Profesi
(PKP), yaitu sebagai berikut:
1. Observasi Lingkungan
Observasi lapangan dapat berupa pemaparan (presentasi) yang diberikan
pembimbing di lapangan atau melihat langsung proses produksi.
2. Wawancara
Berupa diskusi dengan pembimbing ditempat kerja praktik dan melakukan
wawancara dengan pengawas yang berkompeten dibidangnya.
3. Kepusatakaan
Pengumpulan data ini bisa berdasarkan acuan peraturan seperti buku-buku yang
menjadi landasan perusahaan.

6
BAB II
LINGKUP KEGIATAN

2.1 Uraian Rencana Kegiatan


Rencana kegiatan pelaksanaan Praktik Kerja Profesi yang akan dilaksanakan
selama 160 jam kerja di PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Rencana Kegiatan Praktik Minimal
No Kegiatan Praktik Minimal Jam
1. Gambaran umum industri (manajemen perusahaan, struktur 4
organisasi, deskripsi tugas unit terkait).
2. Gambaran umum proses produksi termasuk sistem 20
manajemen K3.
3. Gambaran umum pengelolaan K3 (struktur organisasi k3,
peraturan) :
a) struktur organisasi 3
b) peraturan 15
4. Identifikasi proses produksi yang potensial menimbulkan
bahaya
a) Ikut serta dalam pengukuran 35
b) Ikut kegiatan dalam proses produksi 25
5. Kepedulian perusahaan terhadap karyawan (cek tersedianya 20
fasilitas K3, alat pelindung diri, training tentang resiko
terhadap pekerja).
6. Ketaatan karyawan (berdasarkan pengamatan peserta PKP). 30

2.2 Kedudukan Peserta PKP dalam Unit Pengelolaan


Kedudukan peserta Praktik Kerja Profesi (PKP) dalam kegiatan pelaksanaan
Evaluasi Pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) berada pada departemen

7
Health, Safety, and Enviroment (HSE) di PT Pertamina. Departemen ini bertanggung
jawab dalam hal mengidentifikasi dan evaluasi semua bahaya atau aspek kesehatan,
keselamatan, lingkungan dan kontrol dalam menentukan risiko atau dampak ke tingkat
yang dapat diterima.

2.3 Gambaran Umum Perusahaan


2.3.1. Sejarah PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field
PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005. Sejalan dengan
pembentukan PT Pertamina EP maka pada tanggal 17 September 2005, PT Pertamina
(Persero) telah melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan
BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang berlaku surut sejak 17 September 2003 atas
seluruh Wilayah Kuasa Pertambangan Migas yang dilimpahkan melalui perundangan
berdasarkan UU Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
Sebagian besar wilayah PT Pertamina (Persero) tersebut dipisahkan menjadi
Wilayah Kerja (WK) PT Pertamina EP. Pada saat bersamaan, PT Pertamina EP juga
melaksanakan penandatanganan Kontrak Minyak dan Gas Bumi Pertamina untuk
Wilayah Kerja Pertamina EP pada tanggal 17 September 2005 dengan BPMIGAS
(sekarang SKKMIGAS) yang berlaku sejak 17 September 2005. Dengan demikian
Wilayah Kerja PT Pertamina EP adalah Wilayah Kerja yang dahulu dikelola sendiri
oleh PT Pertamina (Persero) dan Wilayah Kerja yang dikelola PT Pertamina (Persero)
melalui TAC (Technical Assistance Contract) dan JOB EOR (Joint Operating Body
Enhanced Oil Recovery).
Pada era 1800, kegiatan eksploitasi minyak Indonesia dimulai dari awal
pemboran sumur minyak pertama yang dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di
daerah Cirebon. Lalu, Sumur Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang dibor pada
tahun 1883 yang disusul dengan pendirian Royal Dutch Company di Pangkalan
Brandan pada 1885. Pada era 1950, ketika perang usai, Indonesia mulai menjalankan
pemerintahan yang teratur, seluruh lapangan minyak dan gas bumi yang ditinggalkan
oleh Belanda dan Jepang dikelola oleh negara. Hingga era 1950an, penemuan sumber

8
minyak baru banyak ditemukan di wilayah Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera
Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada era kemerdekaan, cikal bakal Pertamina dibentuk
setelah beberapa kali perubahan, berdasarkan SK Menteri Perindustrian No. 3177/M
tanggal 15 Oktober 1957, pada 10 Desember 1957 PT PERMINA berdiri. Berdasarkan
UU No 8 tahun 1971, PT Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara
(Pertamina) sebagai tonggak Migas di Indonesia. Pada era 2000, Sejalan dengan
dinamika industri migas di dalam negeri, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang
Minyak dan Gas Bumi No. 22 tahun 2001. Pada tanggal 13 September 2005, Pertamina
(Persero) mendirikan anak perusahaan yaitu Pertamina EP. Selanjutnya, pada tanggal
17 September 2005, Pertamina EP resmi menandatangani kontrak kerjasama dengan
BP Migas (sekarang disebut SKK Migas). Pada tanggal 13 September 2005, Pertamina
(Persero) mendirikan anak perusahaan yaitu Pertamina EP. Selanjutnya pada tanggal
17 September 2005, Pertamina EP resmi menandatangani kontrak kerjasama dengan
BP Migas (sekarang disebut SKK Migas).
2.3.2 Lokasi PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field
Lokasi PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field beralamat di Jl. Lingkar
Pertamina, Ds. Rahayu, Kec. Soko, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Gambar 2.1 Produksi PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field

9
BAB III
JADWAL PELAKSANAAN PKP

Praktik kerja profesi ini akan dilaksanakan selama 160 jam yang tebagi menjadi
128 jam kerja lapangan dan 32 jam untuk bimbingan dan evaluasi dengan dosen di
kampus. Praktik kerja profesi di PT Pertamina-EP, Asset 4 Sukowati Field akan
dimulai pada bulan Juli. Dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi
Bulan
Minggu ke -
No Kegiatan
Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
Proposal PKP
kepada pihak
Jurusan
2. Pelaksanaan
PKP di PT
Pertamina-EP,
Asset 4
Sukowati Field

3. Meninjau
gambaran
umum
manajemen
perusahaan,
struktur
organisasi

10
Bulan
Minggu ke -
No Kegiatan
Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4. Meninjau
proses
produksi
termasuk
sistem
manajeman K3
5. Meninjau
gambaran
umum
pengelolaan
K3, struktur
organisasi K3
dan peraturan
6. Mengkaji
proses
produksi yang
potensial
menimbulkan
bahaya
7. Mengevaluasi
kepedulian
perusahaan
terhadap
karyawan

11
Bulan
Minggu ke -
No Kegiatan
Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
8. Meninjau
ketaatan
karyawan
9. Penyusunan
laporan PKP

Catatan :
Jadwal Pelaksanaan PKP dapat berubah

12
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses
aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta
gangguan lingkungan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor
yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja,
tamu atau orang lain di tempat kerja. Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di
atas serta definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah suatuprogram yang menjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat
kerja (OHSAS, 18001:2007).
Kesehatan dan keselamatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan, pengertian secara keilmuan adalah
suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan Kerja
(K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri.
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja memiliki sifat sebagai
berikut:
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja.
b. Bersifat teknik.
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan
sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan

13
melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan
pekerjaannya. Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat
tetap sehat dan bukan sekadar mengobati, merawat, atau menyembuhkan gangguan
kesehatan atau penyakit. Oleh karena itu, perhatian utama di bidang kesehatan lebih
ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta
pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin. Status kesehatan seseorang menurut Blum
(1981) ditentukan oleh empat faktor sebagai berikut:
a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia
(organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri,
mikroorganisme), dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).
b. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
c. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan,
rehabilitasi.
d. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Definisi kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran
beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja beserta
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun
sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Konsep kesehatan kerja
dewasa ini semakin berubah, bukan sekadar “kesehatan pada sektor industri” saja
melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam
melakukan pekerjaannya (total health of all at work). Kesehatan kerja sama dengan
hygene perusahaan. Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:
a. Sasarannya adalah manusia.
b. Bersifat medis.
Situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau material-
material yang digunakan, memiliki risiko masing-masing terhadap kesehatan pekerja.
Ridley (2008), menyatakan bahwa kita harus memahami karakteristik material yang

14
digunakan dan kemungkinan reaksi tubuh terhadap material tersebut untuk
meminimasi risiko material terhadap kesehatan.
Pengetahuan tentang substansi yang digunakan dalam pekerjaan serta cara
substansi tersebut masuk ke dalam tubuh merupakan pengetahuan penting bagi pekerja.
Dengan pengetahuan tersebut, pekerja dapat mengetahui reaksi tubuh terhadap
substansi kimia tersebut sehingga dapat meminimasi timbulnya penyakit. Ridley
(2008), menjabarkan ada beberapa jalur untuk substansi berbahaya dapat masuk ke
tubuh seperti berikut:
a. Asupan makanan, yang masuk melalui mulut, kemudian menuju usus.
b. Hirupan pernafasan, yang masuk melalui organ pernafasan menuju paru-paru.
c. Penyerapan; yang masuk melalui pori-pori kulit.
d. Masuk melalui luka dan sayatan terbuka.
Berdasarkan jalur masuk substansi, Ridley (2008) memberikan beberapa contoh
tindakan pencegahan sederhana untuk mencegah masuknya substansi berbahaya ke
dalam tubuh pekerja:
a. Asupan makanan, yaitu sebagai berikut:
1. Dilarang makan di tempat kerja.
2. Menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum makan.
3. Dilarang merokok di tempat kerja.
b. Hirupan pernafasan, yaitu sebagai berikut:
1. Menggunakan pelindung pernafasan yang sesuai untuk substansi-substansi
tertentu.
2. Menyediakan ventilasi keluar (exhaust ventilation).
3. Ekstraksi uap dan debu.
c. Penyerapan, yaitu sebagai berikut:
1. Menggunakan sarung tangan.
2. Membersihkan area terkontaminasi dengan air sabun.
3. Menggunakan krim pelindung kulit.
d. Masukkan langsung, yaitu sebagai berikut:

15
1. Mengobati seluruh luka dan sayatan.
2. Menutupi seluruh luka dan sayatan ketika bekerja.

Dalam tubuh terdapat berbagai organ tubuh seperti hati, usus, ginjal, dan lain-lain.
Setiap organ tersebut memiliki fungsinya masing-masing, dan setiap fungsi tersebut
sangat rentan apabila organ diserang oleh substansi kimia tertentu.

4.2 Sistem Manajemen dan Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna tercianya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau
lebih dan/atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Langkah awal untuk mengimplementasikan system manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) adalah dengan menunjukkan komitmen serta kebijakan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), yaitu suatu pernyataan tertulis yang
ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan
tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3), kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara
menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dibuat melalui proses konsultasi
antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan
disebarluaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan

16
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang
dalam rangka peningkatan kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

4.3 Tujuan dari Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Tujuan dari penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), yaitu sebagai
berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas
nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut.
3. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien.
Adapun tujuan dari penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) berdasarkan
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Di dalamnya terdapat
3 (tiga) tujuan utama dalam Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yaitu
sebagai berikut:
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
Dari penjabaran tujuan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
tempat kerja berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja di atas terdapat harmoni mengenai penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di tempat kerja antara Pengusaha, Tenaga Kerja dan Pemerintah/Negara.
Sehingga, di masa yang akan datang, baik dalam waktu dekat ataupun nanti, penerapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Indonesia dapat dilaksanakan secara
nasional menyeluruh. Seluruh masyarakat Indonesia sadar dan mengerti mengenai
pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sehingga dapat melaksanakannya

17
dalam kegiatan sehari-hari hari baik di tempat kerja maupun di lingkungan tempat
tinggal.
4.4 Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Adapun fungsi dari penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), yaitu
sebagai berikut:
1. Fungsi dari kesehatan kerja, yaitu sebagai berikut:
a. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan
di tempat kerja.
b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktik
kerja termasuk desain tempat kerja.
c. Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang kesehatan
kerja dan APD.
d. Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja.
e. Terlibat dalam proses rehabilitasi.
f. Mengelola P3K dan tindakan darurat.
2. Fungsi dari keselamatan kerja, yaitu sebagai berikut:
a. Antisipasi, identifikasi, dan evaluasi kondisi serta praktik berbahaya.
b. Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur, dan program.
c. Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan lainnya dalam hal
pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.
d. Ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya.
4.5 Pencegahan Gangguan Kerja
Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan.
Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis
setiap kecelakaan yang terjadi. Metode analisis penyebab kecelakaan harus benar-
benar diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai
penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja
sangat penting artinya dilakukan identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin

18
menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengases besarnya risiko
bahaya.
Swaputri (2009), menjelaskan bahwa berbagai cara yang umum digunakan untuk
meningkatkan keselamatan kerja bidang industri diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Peraturan
Peraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal yang
seperti kondisi kerja umum, perancangan, konstruksi, pemeliharaan,
pengawasan, Pengujian dan pengoperasian peralatan industri, kewajiban para
pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan, pertolongan pertama,
dan pemeriksaan kesehatan.
2. Pengawasan
Untuk meningkatkan keselamatan kerja perlu dilakukan pengawasan yang
berupa usaha penegakan yang harus dipatuhi. Hal ini dilakukan supaya
peraturan yang ada benar-benar dipatuhi atau tidak dilanggar, sehingga apa
yang menjadi sasaran maupun tujuan dari peraturan keselamatan kerja dapat
tercapai. Bagi yang melanggar peraturan tersebut sebaiknya diberikan sanksi
atau punishment.
3. Riset Teknis
Hal yang termasuk dalam riset teknis berupa penyelidikan peralatan dan ciri-
ciri dari bahan berbahaya, penelitian tentang perlingdungan mesin, pengujian
masker pernafasan, dan sebagainya. Riset ini merupakan cara paling efektif
yang dapat menekan angka kejadian kecelakaan kerja maupun penyakit akibat
kerja.
4. Riset Medis
Termasuk penyelidikan dampak fisiologis dan patologis dari faktor lingkungan
dan teknologi, serta kondisi fisik yang amat merangsang terjadinya kecelakaan.
Setelah diketahui faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan,
maka seseorang dapat menghindari dan lebih berhati-hati dengan potensi
bahaya yang ada.

19
5. Riset Psikologis
Sebagai contoh adalah penyelidikan pola psikologis yang dapat menyebabkan
kecelakaan. Psikologis seseorang sangat membawa pengaruh besar dengan
kecelakaan. Karena apa yang dirasakan/ sedang dialami cenderung terus
menerus berada dalam pikiran, hal inilah yang dapat mempengaruhi konsentrasi
saat bekerja sehingga adanya bahaya kadang terabaikan.
6. Riset Statistik
Digunakan untuk mengetahui jenis kecelakaan yang terjadi, berapa banyak, tipe
orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalam kegiatan seperti apa, dan
apa saja yang menjadi penyebabnya. Riset seperti ini dapat dijadikan sebagai
pelajaran atau acuan agar terhindar dari kecelakaan.
7. Pendidikan
Hal ini berupa pemberian pendidikan mengenai kesehatan dan keselamatan
pada usia sekolah sebelum siswa terjun ke dunia kerja.
8. Pembinaan
Pemberian pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja kepada
pekerja.

20
DAFTAR PUSTAKA

Better Work Indonesia. 2012. Sistem Manajemen dan Kebijakan K3. Diakses pada 02
April 2020. http://betterwork.org/in-labourguide/?page_id=2797

Blum, H.L. 1981. Planning for Health. Generics for the Eighties. New York: Human
Sciences Press.

Presiden Republik Indonesia. 1970. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja. Jakarta

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: Dian Rakyat. Diakses pada 02 April 2020.

Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.

Swaputri, Eka. 2009. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja. Skripsi. Semarang:


Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai