Anda di halaman 1dari 5

Teks yang ada pada dunia modern banyak diwarnai oleh desain-desain yang menarik.

Para desainer
produk dan aneka kegiatan yang memerlukan pemasaran sangat memerlukan teks multimodal sebagai
sarana penawarannya.
Mereka memanfaatkan sarana komunikasi baik yang bersifat verbal maupun audiovisual untuk
memikat para calon konsumennya. Misalnya bahasa iklan tidak hanya berupa bahasa verbal tetapi juga
bahasa audiovisual yang berupa gambar, suara, musik, lagu yang merupakan satu kesatuan makna yang
kompleks yang mengandung pesan-pesan yang menarik kepada auidensnya (Guo & Feng, 2017;
Pratiwy & Wulan, 2018; Savitri & Rosa, 2019).
Perpaduan antara teks verbal dan audiovisual menjadikan penawaran mereka lebih memiliki daya pikat
yang tinggi. Hal itu juga menjadi perhatian para pembuat poster, slogan, dan teks lain yang sejenis.
Pesan yang disampaikan dengan model semiotik yang berbeda secara bersamaan, yakni verbal dan
audiovisual dapat memperkuat pemaknaan maksud yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca
(Kress & Leeuwen, 2001).

Prinsip 1 :
Alur cerita yang menarik dan relevan dengan siswa,
Sesuai dengan konteks sosial budaya
Ilustrasi yang menarik dan bermakna bagi siswa
Tokoh yang dapat dikenali siswa
Cerita menjadi hidup

#1. Manajemen yang Baik


Bicara terkait dengan budaya baca tidak lepas dengan adanya peran penting sebuah perpustakaan
terlebih di lingkungan sekolah. Sebuah perpustakaan sekolah harus dikelola dengan baik. Dikatakan
baik dari sisi manajemen tentunya bisa dimulai dari manajemen administrasinya, Job Desk antar
pengelola perpustakaan, manajemen keuangan, manajemen dari sisi penataan rak buku, manajemen
penataan buku, dan sejenisnya, termasuk dalam menyediakan koleksi buku harus yang disukai oleh
para siswa, serta berbagai program yang menarik agar siswa betah dan menjadikan perpustakaan
sekolah sebagai tempat terfavorit di sekolah.
Jika sebuah perpustakaan sudah dikelola dengan baik secara internal timnya, maka saat perpustakaan
sekolah tersebut menghadapi berbagai kendala dan masalah, maka akan mudah untuk mencari solusi
atas berbagai persoalan yang memang masih banyak dihadapi oleh pihak perpustakaan sekolah.
#2. Pelayanan Terbaik
Kita tentunya tahu dan faham bahwa LAYANAN menjadi garda terdepan dalam menciptakan sebuah
branding atau “image” perpustakaan itu baik atau buruk. Tentunya manajemen perpustakaan sekolah
sebaik apapun, tapi saat di pelayanan tidak didukung dengan layanan yang baik, maka citra dari
perpustakaan sekolah tersebut akan dianggap kurang baik.
Jika perpustakaan sudah memiliki manajemen perpustakaan sekolah yang baik, lalu dilanjutkan dengan
pelayanan yang baik, maka dua point ini akan bisa menopang dan mempengaruhi siswa untuk rajin dan
betah di perpustakaan sekolah.
#3. Promosi
Jika anda belajar dari perusahaan produk-produk yang mendunia, anda akan tahu betapa faktor penentu
laku tidaknya sebuah produk adalah ditentukan faktor promosi (iklan), Tentunya poin pertama dan
kedua diatas (kwalitas) harus diutamakan. Jika poin pertama dan kedua (manajemen dan layanan yang
baik) sudah terpenuhi, maka saat dilakukan promosi, siswa tidak akan merasa “tertipu” dengan promosi
yang dilakukan pihak pengelola perpustakaan sekolah.
Cara untuk melakukan promosi ini bisa bekerjasama dengan pihak kepala sekolah bersama jajaranya.
Akan lebih baik lagi jika Kepala Sekolah, Guru, dan staff sekolah menjadi orang pertama yang
mengawali gerakan gemar membaca di sekolahnya dengan cara sering baca buku di perpustakaan
sekolah. Bisa juga membuat baliho atau spanduk di sekitar sekolah yang berisi seruan rajin membaca
misalnya “Kami Ingin Pintar makanya Kami Suka Membaca” , Ingin jadi Juara dan Berprestasi ?
Rajinlah Membaca” begitu dan sejenisnya.
Cara lain bisa juga dengan cara kebijakan sekolah yang mewajibkan semua siswa pada seminggu sekali
atau dua kali diwajibkan membaca sebuah buku di perpustakaan yang kemudian disuruh merangkum
buku yang dipinjam serta menjelaskan apa point penting dari buku yang sudah mereka baca.
Jangan terlalu sering menyalahkan para siswa malas membaca jika para guru di sekolah sendiri tidak
pernah memberikan contoh bahwa para guru juga gemar membaca.
Khusus terkait promosi ini, belajarlah dari “iklan rokok”. Sebagaimana kita tahu, rokok itu adalah
produk yang berbahaya untuk tubuh, namun karena PROMOSI dan iklan rokok yang dilakukan terus
menerus dengan visual yang bagus dan menarik, maka hingga detik ini rokok masih tetap laku dan
diminati, padahal di setiap promosi mereka diwajibkan menyertakan bahaya rokok.
Sedangkan perpustakaan sekolah jika diibaratkan sebuah produk, maka perpustakaan sekolah tidak
memiliki dampak buruk apapun kecuali berjuta kebaikan ada di perpustakaan sekolah, sehingga ini
sewajibnya jadi pemicu untuk para pengelola perpustakaan agar semakin semangat, KREATIF, dan
CERDAS dalam mempromosikan perpustakaan sekolah
#4. Penghargaan dan Hadiah
Setelah poin pertama, kedua, dan ketiga sudah dilakukan, langkah selanjutnya berikanlah hadiah untuk
mereka yang rajin membaca. Caranya bisa dilakukan dengan kerjasama antara pihak perpustakaan dan
kepala sekolah melalui kebijakan. Hadiah tersebut bisa diberikan misalnya untuk siswa paling sering
meminjam buku di perpustakaan. Namun perlu dicatat bahwa pemberian hadiah ini juga harus dilihat
bukan hanya pelajar yang hanya suka meminjam buku perpustakaan saja tapi harus dilihat prestasinya.
Ini penting supaya pelajar tidak hanya mengejar supaya dapat hadiah kemudian mereka hanya sering
pinjam buku tapi tidak pernah membacanya. Jadi ada semacam ketentuan berlaku disini bahwa yang
mendapatkan hadiah adalah mereka yang rajin meminjam buku yang kemudian diikuti dengan
peningkatan prestasi setelah rajin membaca. Jenis hadiah sendiri bisa dalam bentuk pulsa (yang disukai
pelajar), Uang saku, dan sejenisnya yang pasti disukai siswa.
#5. Program Menarik dan Kreatif
Setelah keempat poin diatas dilakukan, untuk membuat daya tarik para siswa agar rajin datang ke
perpustakaan, buatlah program-program yang menarik di perpustakaan sekolah. Yang harus dicatat,
jangan terfokus membuat program yang formal saja, tapi buatlah juga program yang bersifat hiburan,
misalnya diselenggarakan nonton film bareng, pentas seni dan kreasi siswa, dan berbagai program
menarik lain yang memang diminati para siswa.
Kompetensi Umum :
1. Kompetensi 1
2. Kompetensi 2
3. Kompetensi 3

Kompetensi Khusus

Dalam membangun budaya literasi yang positif di sekolah, terdapat beberapa strategi yang dapat
dilakukan oleh pihak sekolah:
1. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi.
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah. Oleh karena itu,
lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung
pengembangan budaya literasi sebaiknya memajang karya peserta didik di seluruh area sekolah,
termasuk koridor, kantor kepala sekolah dan guru. Selain itu, karya-karya peserta didik diganti secara
rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat
mengakses buku dan bahan bacaan lain di Sudut Baca di semua kelas, kantor, dan area lain di sekolah.
Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan menunjukkan pengembangan budaya
literasi. Dalam hal ini setiap sekolah perlu memenuhi standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh
pemerintah.
2. Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif.
Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen
sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan pengakuan atas capaian peserta didik sepanjang tahun.
Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai
kemajuan peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademis, tetapi juga sikap
dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk
memperoleh penghargaan sekolah. Sekolah bisa menyelenggarakan festival buku, lomba poster,
mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. agar literasi dapat mewarnai semua perayaan
penting di sekolah sepanjang tahun.
3. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademis yang literasi.
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademis. Ini dapat dilihat dari
perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu
yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca
dalam hati dan/atau guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran
berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk
mengikuti program pelatihan peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan
keterlaksanaannya. Sobat SMP juga dapat mengunduh modul-modul yang diterbitkan Direktorat SMP
sebagai bahan bacaan yang dapat mendukung gerakan literasi di sekolah.
Bimbingan Teknis Selasa :

Pertanyaan :
1. Bentuk dokumnetasi.
2. Media sosial mana yang dipakai? Apakah pribadi atau sekolah?
3. Email yang dipakai untuk mengirim?
4. Alamat link pengiriman?

Yel-yel :
Kelompok kami paling hebat
Pintar-pintar orangnya
Kelompokku nomor satu
Kelompok matahari namanya

Hal yang Harus Diperhatikan dalam Membaca Nyaring


13/05/2020/in Artikel, Parenting, serial montessori/by Syifa Fauziah
Membaca nyaring atau read aloud merupakan salah satu cara untuk mengenalkan anak terhadap
kegiatan membaca sejak dini. Praktisi Montessori, Vidya Dwina Paramita dalam bukunya Montessori:
Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja menjelaskan membaca nyaring adalah cara paling mudah dan
murah yang efektif dalam menaikkan prestasi dan membantu perkembangan komunikasi anak. Mudah
dan murah karena kegiatan ini hanya membutuhkan tiga hal: buku, waktu, dan kemauan. Namun,
membaca nyaring tidaklah sesederhana orang tua membacakan cerita dengan suara keras untuk anak.
Ada hal penting lain yang mendukung berlangsungnya proses pemahaman anak lewat kegiatan ini.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua dalam melakukan membaca nyaring.
1. Memilih waktu dan tempat yang kondusif.
Agar kegiatan membaca berjalan dengan nyaman, sebaiknya pilih waktu yang luang dan pastikan
tempat membaca juga tidak terdapat hal yang menimbulkan distraksi bagi anak maupun orang tua,
misalnya ponsel, laptop, tv, dan sebagainya.

2. Membiarkan anak untuk memilih sendiri buku bacaannya.


Kegiatan membaca nyaring harusnya menjadi kegiatan yang menyenangkan. Supaya anak bersemangat
dan menikmati prosesnya, biarkanlah dia memilih sendiri buku apa yang ingin dibaca saat itu.

3. Orang tua sudah membaca semua isi buku yang diberikan kepada anak.
Meski anak bisa memilih bukunya sendiri, tetapi pastikan pilihan-pilihan buku yang ada sudah dibaca
terlebih dahulu orang tua dan sudah ter-filter. Hal tersebut agar menghindari konsep yang
bertentangan dengan nilai keluarga masing-masing.

4. Membuka ruang diskusi.


Membaca nyaring bukan tentang membacakan cerita dari A sampai Z hingga tamat. Di sini anak akan
mendapatkan banyak asupan informasi dan kosakata baru sehingga perlu dibuka sebuah ruang untuk
berdiskusi. Bisa dengan orang tua melakukan interaksi pada anak atau membiarkan anak bertanya
ketika ia mendapati sesuatu yang ia ingin ia ketahui. Ketika anak lebih sering terlibat, ia akan merasa
senang dan diapresiasi.

Nah, jika hal-hal di atas sudah bisa diterapkan, kemungkinan besar kegiatan membaca nyaring pun
akan membuat si kecil ketagihan. Nantinya, ia pun pasti akan merasa familier dengan buku sehingga
kegiatan membaca bukanlah sesuatu yang menyeramkan. Selain itu, manfaat membaca nyaring juga
bisa mempererat hubungan antar orang tua dan anak, loh! Selamat mencoba!

Mendongeng dan membaca nyaring, apa bedanya? - ANTARA News

Adapun contoh alat yang baku adalah penggaris, meteran, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
Sementara itu, contoh alat tidak baku adalah depa, hasta, jengkal, kaki, tapak, dan langkah.

Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan (kemdikbud.go.id)


saya akan bercerita sedikit tentang kesan dan pesan selama pelaksanaan Bimtek, saya senang mengikuti
kegiatan Literasi karena dengan mengikuti kegiatan ini saya dapat menambah wawasan dan
pengetahuan juga manfaatnya. Dan berharap agar pelaksanaan kegiatan Literasi berikutnya dapat
diikuti oleh lebih banyak peserta dan kualitas materi yang disampaikan dapat lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai