Anda di halaman 1dari 11

Nama : Alexius Agrius Marlissa

Nim 202230140
Tugas: Manajemen Resiko

1. Kronologis Kasus Bank Century

Membengkaknya suntikan modal dari Lembaga Penjamin Simpanan ke Bank Century hingga
Rp 6,7 triliun memaksa keingintahuan Dewan Perwakilan Rakyat. Padahal awalnya
pemerintah hanya meminta persetujuan Rp 1,3 triliun untuk Bank Century.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan kepada DPR bahwa jika Bank Century ditutup
akan berdampak sistemik pada perbankan Indonesia. Pada hari yang sama pula, Wakil Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit Samad Riyanto menyatakan bahwa kasus Bank Century
itu sudah ditingkatkan statusnya menjadi penyelidikan.

Berbagai kejanggalan ditemukan dalam kasus tersebut. Bahkan KPK berencana menyergap
seorang petiggi kepolisian yang diduga menerima suap dari kasus itu. Kejanggalan semakin
menguat ketika Badan Pemeriksa Keuangan laporan awal terhadap Bank Century sebanyak
delapan halaman beredar luas di masyarakat.

Laporan tersebut mengungkapkan banyak kelemahan dan kejanggalan serius di balik


penyelamatan Bank Century dan ada dugaan pelanggaran kebijakan dalam memberikan
bantuan ke Bank Century.

Akibat kejanggalan temuan tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung membentuk
tim kecil untuk menggulirkan hak angket guna mengkaji kasus Bank Century. Lima hari
kemudian, wacana pembentukan Panitia Khusus Hak Angket DPR untuk mengusut kasus
Bank Century menjadi perdebatan di DPR. Berikut kronologi kasus Bank Century:

1989
Robert Tantular mendirikan Bank Century Intervest Corporation (Bank CIC). Namun, sesaat
setelah Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas alias rights issue pertama pada Maret
1999, Robert Tantular dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan kepatutan oleh Bank
Indonesia.

2004 Dari merger Bank Danpac, Bank Pikko, dan Bank CIC berdirilah Bank Century.
Mantan Deputi Senior Bank Indonesia Anwar Nasution disebut-sebut
ikut andil berdirinya bank tersebut. Tanggal 6 Desember 2004 Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia mengesahkan Bank Century.

Juni 2005

Budi Sampoerna menjadi salah satu nasabah terbesar Bank Century cabang Kertajaya,
Surabaya.

2008

Beberapa nasabah besar Bank Century menarik dana yang disimpan di bank. besutan Robert
Tantular itu, sehingga Bank Century mengalami kesulitan. likuiditas. Di Antara nasabah besar
itu adalah Budi Sampoerna, PT Timah Tbk, dan PT Jamsostek.

1 Oktober 2008

Budi Sampoerna tak dapat menarik uangnya yang mencapai Rp 2 triliun di Bank Century.
Sepekan kemudian, bos Bank Century Robert Tantular membujuk Budi dan anaknya yang
bernama Sunaryo, agar menjadi pemegang saham dengan alasan Bank Century mengalami
likuiditas.

13 November 2008

Gubernur Bank Indonesia Boediono membenarkan Bank Century kalah kliring atau tidak bisa
membayar dana permintaan dari nasabah sehingga terjadi rush.
Kemudian, Bank Indonesia menggelar rapat konsultasi melalui telekonferensi dengan
Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang tengah mendampingi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam sidang G20 di Washington, Amerika Serikat.

14 November 2008

Bank Century mengajukan permohonan fasilitas pendanaan darurat dengan alasan sulit
mendapat pendanaan. Budi Sampoerna setuju memindahkan seluruh dana dari rekening di
Bank Century cabang Kertajaya, Surabaya ke Cabang Senayan, Jakarta.
20 November 2008

Bank Indonesia menyampaikan surat kepada Menkeu tentang Penetapan Status Bank Gagal
pada Bank Century dan menyatakan perlunya penanganan lebih lanjut. Selaku Ketua Komite
Stabilitas Sektor Keuangan, Sri Mulyani langsung menggelar rapat untuk membahas nasib
Bank Century.

Dalam rapat tersebut, Bank Indonesia melalui data per 31 Oktober 2008 mengumumkan
bahwa rasio kecukupan modal atau CAR Bank Century minus hingga 3,52 persen.

Diputuskan, guna menambah kebutuhan modal untuk menaikkan CAR menjadi 8 persen
adalah sebesar Rp 632 miliar. Rapat tersebut juga membahas apakah akan timbul dampak
sistemik jika Bank Century dilikuidasi. Dan menyerahkan Bank Century kepada lembaga
penjamin.

21 November 2008

Mantan Group Head Jakarta Network PT Bank Mandiri, Maryono diangkat menjadi Direktur
Utama Bank Century menggantikan Hermanus Hasan Muslim.

22 November 2008

Delapan pejabat Bank Century dicekal. Mereka adalah Sulaiman AB (Komisaris Utama),
Poerwanto Kamsjadi (Komisaris), Rusli Prakarsa (komisaris), Hermanus Hasan Muslim
(Direktur Utama), Lila K Gondokusumo (Direktur Pemasaran), Edward M Situmorang
(Direktur Kepatuhan) dan Robert Tantular (Pemegang Saham).

23 November 2008

Lembaga penjamin langsung mengucurkan dana Rp 2,776 triliun kepada Bank Century. Bank
Indonesia menilai CAR sebesar 8 persen dibutuhkan dana sebesar Rp 2,655 triliun. Dalam
peraturan lembaga penjamin, dikatakan bahwa lembaga dapat menambah modal sehingga
CAR bisa mencapai 10. persen, yaitu Rp 2,776 triliun.

26 November 2008
Robert Tantular ditangkap di kantornya di Gedung Sentral Senayan II lantai 21 dan langsung
ditahan di Rumah Tahanan Markas Besar Polri. Robert diduga mempengaruhi kebijakan
direksi sehingga mengakibatkan Bank Century gagal kliring. Pada saat yang sama, Maryono
mengadakan pertemuan dengan ratusan nasabah Bank Century untuk meyakinkan bahwa
simpanan mereka masih aman.

Periode November hingga Desember 2008

Dana pihak ketiga yang ditarik nasabah dari Bank Century sebesar Rp 5,67 triliun.

Desember 2008

Lembaga penjamin mengucurkan untuk kedua kalinya sebesar Rp 2,201 triliun. Dana tersebut
dikeluarkan dengan alasan untuk memenuhi ketentuan tingkat kesehatan bank.

3 Februari 2009

Lembaga penjamin mengucurkan lagi Rp 1,55 triliun untuk menutupi kebutuhan CAR
berdasarkan hasil asesmen Bank Indonesia, atas perhitungan direksi Bank Century.

1 April 2009
Penyidik KPK hendak menyergap seorang petinggi kepolisian yang diduga menerima suap.
Namun penyergapan itu urung lantaran suap batal dilakukan. Dikabarkan rencana
penangkapan itu sudah sampai ke telinga Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri.
Sejak itulah hubungan. KPK-Polri kurang mesra.

Pertengahan April 2009

Kabareskrim Polri Komjen Susno Duadji mengeluarkan surat klarifikasi kepada direksi Bank
Century. Isi surat tersebut adalah menegaskan uang US$ 18 juta milik Budi Sampoerna dari
PT Lancar Sampoerna Bestari tidak bermasalah.

29 Mei 2009

Kabareskrim Susno Duadji memfasilitasi pertemuan antara pimpinan Bank Century dan
pihak Budi Sampoerna di kantornya. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Bank Century
akan mencairkan dana Budi Sampoerna senilai US$ 58 juta -dari total Rp 2 triliun- dalam
bentuk rupiah.
Juni 2009

Bank Century mengaku mulai mencairkan dana Budi Sampoerna yang diselewengkan Robert
Tantular sekitar US$ 18 juta, atau sepadan dengan Rp 180 miliar. Namun, hal ini dibantah
pengacara Budi Sampoerna, Lucas, yang menyatakan bahwa Bank Century belum membayar
sepeserpun pada kliennya.

Juli 2009

KPK melayangkan surat permohonan kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk melakukan
audit terhadap Bank Century.

Akhir Juni 2009

Komisaris Jenderal Susno Duadji mengatakan ada lembaga yang telah sewenang-wenang
menyadap telepon selulernya.
2 Juli 2009

KPK menggelar konferensi pers. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit Samad
Riyanto mengatakan jika ada yang tidak jelas soal penyadapan, diminta datang ke KPK.

21 Juli 2009

Lembaga penjamin mengucurkan lagi Rp 630 miliar untuk menutupi kebutuhan CAR Bank
Century. Keputusan tersebut juga berdasarkan hasil asesmen Bank Indonesia atas hasil audit
kantor akuntan publik. Sehingga total dana yang dikucurkan mencapai Rp 6,762 triliun.

12 Agustus 2009

Mantan Direktur Utama Bank Century Hermanus Hasan Muslim divonis 3 tahun penjara
karena terbukti menggelapkan dana nasabah Rp 1,6 triliun. Dan tanggal 18 Agustus 2009,
Komisaris Utama yang juga pemegang saham Robert Tantular dituntut hukuman delapan
tahun penjara dengan denda Rp 50 miliar subsider lima tahun penjara.

27 Agustus 2009

Dewan Perwakilan Rakyat memanggil Menkeu Sri Mulyani, Bank Indonesia dan lembaga
penjamin untuk menjelaskan membengkaknya suntikan modal hingga Rp 6,7 triliun. Padahal
menurut DPR, awalnya pemerintah hanya meminta persetujuan Rp 1,3 triliun untuk Bank
Century.
Dalam rapat tersebut Sri Mulyani kembali menegaskan bahwa jika Bank Century ditutup
akan berdampak sistemik pada perbankan Indonesia. Pada hari yang sama pula, Wakil Ketua
KPK Bibit Samad Riyanto menyatakan bhwa kasus Bank Century itu sudah ditingkatkan
statusnya menjadi penyelidikan.

28 Agustus 2009

Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah pernyataan Sri Mulyani yang menyatakan bahwa
dirinya telah diberitahu tentang langkah penyelamatan Bank Century pada tanggal 22
Agustus 2008-sehari setelah keputusan KKSK. Justru Kalla mengaku dirinya baru tahu
tentang itu pada tanggal 25 Agustus 2008.

10 September 2009

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang dipimpin Sugeng Riyono memutus
Robert Tantular dengan vonis hukuman 4 tahun dengan denda Rp 50 miliar karena dianggap
telah memengaruhi pejabat bank untuk tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan
sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

30 September 2009

Laporan awal audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Bank Century sebanyak 8 halaman
beredar luas di masyarakat. laporan tersebut mengungkapkan banyak kelemahan dan
kejanggalan serius di balik penyelamatan Bank Century dan ada dugaan pelanggaran
kebijakan dalam memberikan bantuan ke Bank Century.

2 Oktober 2009

Nama Bank Century diganti menjadi Bank Mutiara.

21 Oktober 2009

Akibat kejanggalan temuan BPK tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung
membentuk tim kecil untuk menggulirkan hak angket guna mengkaji kasus Bank Century.
Lima hari kemudian, wacana pembentukan Panitia Khusus Hak Angket DPR untuk mengusut
kasus Bank Century menjadi perdebatan di DPR. 12 November 2009

139 anggota DPR dari 8 Fraksi mengusulkan hak angket atas pengusutan. kasus Bank
Century.

2. Jelaskan Manajemen Risiko Perbankan Indonesia


Manajemen risiko perbankan adalah proses pengelolaan risiko yang timbul dari kegiatan
usaha bank, seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko
hukum, dan risiko reputasi. Manajemen risiko perbankan bertujuan untuk meminimalkan
kerugian, meningkatkan kinerja, dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank.
Berikut adalah penjelasan singkat tentang manajemen risiko perbankan di Indonesia:
- Manajemen risiko perbankan di Indonesia diatur oleh Bank Indonesia melalui Peraturan
Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum Peraturan ini mengharuskan bank untuk mengimplementasikan manajemen risiko
yang sesuai dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran, dan kompleksitas usaha serta
kemampuan bank.
- Manajemen risiko perbankan di Indonesia dilaksanakan melalui kegiatan identifikasi risiko,
pengukuran risiko, monitoring risiko, dan pengendalian risiko. Identifikasi risiko adalah
proses menentukan jenis dan sumber risiko yang dihadapi bank. Pengukuran risiko adalah
proses menilai besarnya dampak dan kemungkinan terjadinya risiko. Monitoring risiko
adalah proses mengawasi perkembangan risiko dan efektivitas mitigasi risiko. Pengendalian
risiko adalah proses mengambil tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko
- Manajemen risiko perbankan di Indonesia melibatkan peran dan tanggung jawab dari dewan
komisaris, direksi, satuan kerja, dan pihak eksternal. Dewan komisaris bertanggung jawab
untuk menetapkan kebijakan dan strategi manajemen risiko, serta melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaannya. Direksi bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan dan
strategi manajemen risiko, serta menjamin tersedianya sumber daya yang memadai. Satuan
kerja bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
risiko yang berkaitan dengan kegiatan usahanya. Pihak eksternal, seperti auditor, konsultan,
dan regulator, bertanggung jawab untuk memberikan masukan, saran, dan evaluasi terhadap
manajemen risiko bank.
- Manajemen risiko perbankan di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan
efisiensi operasional bank, serta mencegah terjadinya krisis perbankan yang dapat
mengganggu stabilitas sistem keuangan. Manajemen risiko perbankan juga diarahkan untuk
sejalan dengan standar internasional, seperti Basel II dan Basel III, yang mengatur tentang
persyaratan modal, pengawasan, dan transparansi bank.
• .Manajemen Risiko Perbankan Indonesia
Manajemen Risiko Perbankan Indonesia Perbankan di Indonesia diawasi oleh Bank
Indonesia yang merupakan bank sentral di Indonesia. Secara umum bank Indonesia
mempunyai tujuan untuk mempertahankan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank
Indonesia bertanggung jawab terhadap:
1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Menjaga dan mempertahankan sistem pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi perbankan
Manajemen risiko perbankan diatur melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) 5/8/PBI/2003
yaitu mengenai pelaksanaan Manajemen Risiko Bank. Bank diharuskan mengelola risiko
perbankan melalui kegiatan:
● Identifikasi risiko
● Pengukuran risiko
● Monitoring risiko
● Pengendalian risiko
Bank diharuskan mengelola risiko secara terintegras dan membuat sistem struktur
manajemen yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Bank Indonesia mengharuskan bank untuk mengelola tempat risiko berikut ini
1.Pasar: risiko karena harga pasar yang bergerak ke arah yang tidak menguntungkan
2.Kredit: risiko karena counterparty mengalami gagal bayar (tidak bisa memenuhi
kewajiban)
3.Operasional: risiko yang terjadi karena proses internal yang gagal, tidak memadai
koma kesalahan manusia, kegagalan sistem dan masalah eksternal yang mempengaruhi
operasi bank.
4. Likuiditas: risiko yang terjadi karena bank tidak bisa memenuhi kewajibannya yang
jatuh tempo. Keempat tipe risiko tersebut sudah dibicarakan pada bab- bab sebelumnya.
Untuk bank yang lebih besar dan kompleks, Bank juga diharuskan untuk mengelola risiko:
1) Risiko legal: risiko yang muncul karena tindakan atau tuntutan hukum
2) Risiko reputasi: risiko yang muncul karena publisitas dan persepsi negatif mengenai
operasi bank
3) Risiko strategis: risiko karena pelaksanaan strategi yang kurang baik, pengambilan
keputusan yang kurang baik, kurangnya respon terhadap perubahan eksternal
4) Risiko kepatuhan: risiko kegagalan bank patuh terhadap hukum peraturan dan
perundangan yang berlaku.

3. Jelaskan 8 jenis risiko inheren perbankan yang ada pada Kasus Bank Century,
yaitu menyangkut; Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko
Operasional, Risiko Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Strategik dan Risiko
Kepatuhan

- Risiko kredit adalah risiko kerugian yang timbul akibat debitur tidak dapat memenuhi
kewajibannya kepada bank, baik pokok maupun bunga. Dalam kasus Bank Century, risiko
kredit terjadi karena bank memberikan kredit dengan tingkat risiko yang tinggi tanpa
melakukan analisis risiko yang memadai. Hal ini menyebabkan bank mengalami kerugian
yang besar ketika pihak yang meminjam tidak mampu membayar kembali pinjaman merek

- Risiko pasar adalah risiko kerugian yang timbul akibat perubahan harga atau nilai tukar aset
dan kewajiban bank di pasar keuangan. Dalam kasus Bank Century, risiko pasar terjadi
karena bank mengalami kerugian akibat fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang
mempengaruhi nilai aset dan kewajiban bank dalam mata uang asing.

- Risiko likuiditas adalah risiko kerugian yang timbul akibat bank tidak mampu memenuhi
kewajiban jatuh tempo, baik dari sisi aktiva maupun pasiva. Dalam kasus Bank Century,
risiko likuiditas terjadi karena bank mengalami masalah likuiditas yang serius akibat
penarikan dana besar-besaran oleh nasabah, baik nasabah ritel maupun korporasi. Hal ini
menyebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo, baik kepada nasabah
maupun kepada Bank Indonesia.

- Risiko operasional adalah risiko kerugian yang timbul akibat kegagalan sistem, proses,
manusia, atau peristiwa ekstemal yang berdampak pada operasional bank. Dalam kasus Bank
Century, risiko operasional terjadi karena adanya penggelupan dana milik bank oleh Dewi
Tantular, serta pelanggaran perbankan dalam hal pencucian uang (money laundering). Hal ini
menyebabkan bank mengalami kerugian finansial, hukum, dan reputasi".

-Risiko hukum adalah risiko kerugian yang timbul akibat ketidaksesuaian antara kegiatan
usaha bank dengan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku. Dalam kasus Bank Century,
risiko hukum terjadi karena adanya pelanggaran peraturan perbankan, seperti pemberian
fasilitas surat utang kepada debitur yang tidak memenuhi syarat, pemberian kredit fiktif, dan
pencucian uang. Hal ini menyebabkan bank menghadapi sanksi hukum, baik pidara maupun
perdata, dari pihak berwenang
- Risiko reputasi adalah risiko kerugian yang timbul akibat penurunan kepercayaan
masyarakat terhadap bank akibat adanya peristiwa negatif yang berkaitan dengan bank.
Dalam kasus Bank Century, risiko reputasi terjadi karena adanya isu-isu negatif yang
berkembang di masyarakat terkait dengan penyelamatan bank, penyalahgunaan dana
talangan, dan keterlibatan pihak- pihak tertentu dalam kasus bank. Hal ini menyebabkan bank
kehilangan citra dan goodwill di mata masyarakat, nasabah, dan pemangku kepentingan
lainnya".

-Risiko strategik adalah risiko kerugian yang timbul akibat ketidaksesuaian antara strategi
bisnis bank dengan lingkungan usaha yang berubah. Dalam kasus Bank Century, risiko
strategik terjadi karena bank tidak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang
mengalami krisis keuangan global pada tahun 2008. Hal ini menyebabkan bank kehilangan.
peluang bisnis, pangsa pasar, dan daya saing.

- Risiko kepatuhan adalah risiko kerugian yang timbul akibat ketidakpatuhan bank terhadap
ketentuan hakum dan peraturan yang berlaku. Dalam kasus Bank Century, risiko kepatuhan
terjadi karena adanya pelanggaran terhadap peraturan Bank Indonesia, seperti pemberian
FPJP yang melebihi batas maksimum, penetapan Bank Century sebagai bank gagal
berdampak sistemik tanpa kajian yang memadai, dan pengawasan yang tidak efektif terhadap
bank. Hal mı menyebabkan bank menghadapi sanksi administratif, seperti denda,
pembatasan, atau pencabutan izin usaha.

Anda mungkin juga menyukai