Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH PEMINATAN

BERFIKIR SEJARAH

Disusun Oleh Kelompok IV :


1. Athifa Maulidah
2. Sutisna
3. Yanti Kania Maulida

SMA NEGERI 7 KAB. TANGERANG


TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
ridho-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Berfikir Sejarah” dengan
tepat waktu. Yang mana penulisan makalah ini saya gunakan untuk memenuhi salah satu
Tugas Mata Pelajaran Sejarah.
Terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Guru selaku Guru Mata Pelajaran Sejarah.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak
membantu dan memberikan motivasi kepada saya dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga
saya selaku penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang nantinya akan saya
gunakan sebagai perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Kresek, 20 Januari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1


1.1. Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………… 1
1.3. Tujuan dan Manfaat ……………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………… 2


2.1. Definisi Berpikir Sejarah Diakronik dan Sinkronik ………………… 2
2.2. Konsep Berpikir Diakronik dan Sinkronik ………………………… 3
2.3. Penerapan Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Pembelajaran Sejarah 5

BAB III PENUTUP ……………………………………………………… 8


3.1. Kesimpulan ……………………………………………………… 8
3.2. Saran ……………………………………………………………… 8

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Berfikir sejarah pada pembelajaran sejah ini terkait aspek atau kemampuan
berpikir.Kemampuan berpikir sejarah ini tidak akan terlepas dari cara berpikir kronologi
(diakronik) dan sinkronik. Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata
diachronich ; (dia dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya
waktu). Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.
Sedangkan, sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Cara
berpikir sinkronik sangat mempengaruhi kelahiran sejarah baru yang sangat dipengaruhi
perkembangan imu-ilmu sosial. Pengaruh itu dapat digolongan ke dalam tiga macam, yaitu
konsep, teori, dan permasalahan.
Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi
menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep kronik, dan
historiografi. Dalam pembelajaran sejarah Indonesia perlu juga dikembangkan kemampuan
berpikir sejarah (historical thinking). Kemampuan berpikir sejarah ini terkait aspek atau
kemampuan berpikir kronologis, memperhatikan prinsip sebab akibat dan prinsip perubahan
dan keberlanjutan.
Menpelajari kemampuan berpikir sejarah (historical thinking) sangat diperlukan. Hal
ini dikarehakan dengan mempelajari kemampuan berpikir sejarah (historical thinking), dapat
memgerti aapa saja yang dibicarakan dan dipikirkan sejarah. Sehingga bila kemampuan
berpikir sejarah (historical thinking) itu diterapkan pada pelajaran sejarah, maka akan
memperoleh pengetahuan secara menyeluruh dan lebih mendalam.

1.2.Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari berpikir sejarah ?
2) Bagaimana konsep dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik ?
3) Bagaimana cara penerapan berpikir diakronik dan sinkronik dalam pembelajaran sejarah ?

1.3.Tujuan dan Manfaat


1) Untuk mengetahui definisi dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik.
2) Untuk mengetahui konsep dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik.
3) Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan berpikir diakronik dan sinkronik dalam
pembelajaran sejarah.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Berpikir Sejarah Diakronik dan Sinkronik


Secara etimologi,diakronik berasal dari bahasa yunani yang berarti melintas atau
melewati khronus yang berarti perjalanan waktu. Diakronik yaitu suatu peristiwa yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak begitu saja. Sedangkan
sinkronik yaitu berasal dari bahasa yunani SYN,yaitu yang artinya sebagai ilmu yang meneliti
gejala-gejala yang meluas dalam meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Ilmu
sejarah memiliki sifat memiliki sifat yang diakronik,yaitu memanjang dalam waktu dan dalam
ruangan terbatas. Sejarah sebagai ilmu tentu saja mempunyai metode sendiri, yang harus
digunakan oleh seorang sejarawan dalam menulis suatu peristiwa sejarah. Dengan
menggunakan metode tersebut seorang sejarawan akan mampu merekonstruksi suatu
peristiwa sejarah dengan objektif. Ke-objektifan dalam menulis sejarah adalah sesuatu yang
mutlak. Seperti yang diungkapkan sejarawan Jerman yang bernama Leopold Von Ranke
(1795-1886) bahwa seorang sejarawan harus menulis “apa yang sesungguhnya terjadi”. Ilmu
sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang
yang terbatas. Ini sungguh berbeda dengan ilmu- ilmu sosial yang lebih bersifat sinkronis
yaitu dalam ruang yang luas dan waktu yang terbatas.
Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia
dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu ). Diakronis
artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Sinkronis artinya meluas dalam
ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah mengenal adanya suatu proses
kontinuitas atau berkelanjutan. Sehingga sejarah itu sendiri merupakan suatu rekonstruksi
peristiwa masa lalu yang bersifat kronologis. Seorang sejarawan harus mampu melakukan
rekonstruksi dan analisis peristiwa sejarah berdasar fakta yang mereka gunakan secara
sistematis dan kronologis. Dalam menjelaskan atau merekonstruksi dan menjelaskan suatu
peristiwa sejarah, seorang sejarawan dapat menggunakan dua model penulisan. Dua model
penulisan tersebut adalah bersifat deskripsi-naratif dan bersifat deskriptif- eksplanatif.
Menurut R. Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia model penulisan
seperti ini lebih memberikan mengenai rangkaian kejadian dan peristiwa serba berjajar dan
berderet- deret tanpa menjelaskan latar belakangnya, hubungan satu dengan lainya, serta
sebab akibat dari peristiwa tersebut. Sedangkan model penulisan sejarah model kedua lebih
kepada bagaimana seorang penulis tersebut mengungkapkan suatu peristiwa sejarah dengan
disertai analisis-analisis yang mendalam mengapa peristiwa itu dapat terjadi. Model kedua ini
juga meluaskan cakupan ruang dalam penulisanya, sehingga tidak terbatas pada satu ruang
tersebut. Model penulisan seperti ini cenderung menggabungkan sifat sejarah yang diakronis
dan ilmu-ilmu sosial yang sinkronis. Artinya, selain memanjang dalam waktu, sejarah juga
melebar dalam ruang.
2.2.Konsep Berpikir Diakronik dan Sinkronik
Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi
menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep kronik, dan
historiografi. Untuk lebih mengerti, berikut penjelasannya :
1. Konsep Periodisasi dalam Ilmu Sejarah

v
Secara umum periodisasi artinya tingkat perkembangan masa atau pembabakan suatu
masa. Sedangkan periodisasi dalam sejarah berarti tingkat perkembangan masa dalam sejarah
atau pembabakan masa dalam sejarah.
Sejarah sejak manusia ada hingga saat ini tentulah sangat panjang dan terdapat banyak
peristiwa atau kejadian dengan jumlah yang sangat banyak. Para ahli ataupun sejarawan akan
kesulitan dalam memahami ataupun membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah
kehidupan manusia. Karena itu, untuk mempermudah memahaminya, para ahli kemudian
menyusun suatu periodisasi sejarah atau pembabakan-pembabakan masa sejarah.
Contoh periodisasi adalah periodisasi sejarah Eropa sampai sekarang. Terdiri dari
sejarah Eropa Purba -> Sejarah Eropa Kuno -> Sejarah Eropa Abad Pertengahan -> Sejarah
Eropa Zaman Renaisans dan Humanisme -> Sejarah Eropa Baru -> Sejarah Eropa Modern.
Untuk mempermudah pemahaman sejarah Eropa secara utuh, maka dilakukan pembabakan
masa atau periodisasi yang setiap periode waktunya memiliki ciri-ciri tersendiri.
2. Konsep Kronologi dalam Ilmu Sejarah
Kehidupan umat manusia diliputi oleh berbagai perkembangan, baik dalam tingkat
yang sangat sederhana sampai yang lebih kompleks. Setiap masa dalam kehidupan manusia
selalu diliputi oleh peristiwa. Peristiwa itu bisa besar seperti Perang Dunia I dan II,
Proklamasi kemerdekaan, dan lain-lain. Bisa pula peristiwa kecil dari umat manusia seperti
kenaikan tahta seorang raja, ikatan pernikahan dan sebagainya. Inilah sebabnya ilmu sejarah
merupakan suatu ilmu yang memiliki hubungan erat dengan kehidupan manusia.
Dengan kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, maka setiap
peristiwa diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan jenis-jenis peristiwa tersebut. Disinilah
kemudian konsep kronologis berfungsi, peristiwa yang telah diklasifikasikan tadi, disusun
secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadian dari peristwa-peristiwa tersebut.
3. Konsep Kronik dalam Ilmu Sejarah
Kata "kronik" dapat ditemukan dalam sejarah dinasti-dinasti dari kerajaan Cina.
Kronik merupakan sejenis kumpulan tulisan-tulisan dari dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina,
seperti Kronok dinasti Chou, Chin, Tang, Ming, Sung dan dinasti-dinasti lainnya. Kronik itu
merupan suatu kumpulan tulisan tentang perjalanan seorang musafir atau seorang pujangga
dan juga seorang pendeta. Mereka akan menulis seluruh peristiwa atau kejadian maupun hal-
hal yang yang baru ditemukan ketika melakukan perjalanannya, baik daerah yang dilalui
maupun yang disinggahinya.
4. Historiografi dalam sejarah
Penulisan adalah puncak segala-galanya. Apa yang dituliskan, itulah sejarah, yaitu
sejarah sebagaimana ia dikisahkan, yang mencoba mengungkap dan memahami sejarah
sebagaimana terjadinya. Dan hanya penulisan sejarah inilah yang disebut historiografi.
Historiografi terbentuk dari dua akar kata yaitu history dan grafi. Histori artinya
sejarah dan grafi artinya tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan sejarah, baik itu yang
bersifat ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no problem oriented).
Problem oriented artinya karya sejarah ditulis bersifat ilmiah dan berorientasi kepada
pemecahan masalah (problem solving), yang tentu saja penulisannya menggunakan
seperangkat metode penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan no problem oriented adalah
karya tulis sejarah yang ditulis tidak berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis
secara naratif, juga tidak menggunakan metode penelitian. Historiografi merupakan tahap
terakhir dalam penyusunan sejarah.
Penulisan sejarah dalam historiografi lebih merupakan ekspresi kultural daripada
usaha untuk merekam masa lalu. Oleh karena itu, historiografi adalah ekspresi kultural dan

vi
pantulan dari keprihatinan kelompok sosial masyarakat atau kelompok sosial yang
menghasilkannya.
2.3 Penerapan Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Pembelajaran Sejarah
Cara berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah
Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu
sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan
membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Pendekatan diakronis
adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang
memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi
sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak
perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan
MENGAPA keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau MENGAPA keadaan
tertentu berkembang / berkelanjutan.
Contoh :
o Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
o Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
o Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949;
o Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.
Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah
Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya ilmu sosial meluas
dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap
pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan
peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu
kondisi seperti itu.
Contoh : satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan
ekonomi di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi
hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu. Penelitian arsip memungkinkan orang untuk
meneliti waktu yang panjang.
Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang
panjang itu.
Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala
yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Sedangkan contoh penulisan sejarah dengan topik-topik dari ilmu sosial yang disusun dengan
cara sinkronis lainnya misalnya adalah :
o Tarekat Naqsyabandiyah.
o Qodiriyah di pesantren-pesantren Jawa.
o Kota-kota metropolitan : Jakarta, Surabaya dan Medan ; (metode survey dan interview hanya
memungkinkan topik yang kontemporer dengan jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi
ruangnya yang sangat luas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan (ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial). Kita ingin mencatat
bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis
Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial
menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis Contoh :
o Peranan militer dalam politik,1945-1999 ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik )
o Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )
Mendeskripsikan konsep ruang dan waktu

vii
1. Konsep Ruang
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu.
o Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam perjalanan
waktu.
o Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang
waktu terjadinya peristiwa tersebut.
o Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang
menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
2. Konsep waktu
o Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau
bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup.
o Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa
lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah
itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita
untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa
mendatang.
o Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk
perencanaan masa yang akan datang
3. Keterkaitan konsep ruang dan waktu dalam sejarah
Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu
peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku sejarah
o Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian
o Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena perjalanan
manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat dimana manusia hidup
( beraktivitas )

viii
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara etimologi, diakronik berasal dari bahasa yunani yang berarti melintas atau
melewati khronus yang berarti perjalanan waktu. Diakronik yaitu suatu peristiwa yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak begitu saja. Sedangkan
sinkronik yaitu berasal dari bahasa yunani SYN, yaitu yang artinya sebagai ilmu yang
meneliti gejala-gejala yang meluas dalam meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang
terbatas. Ilmu sejarah memiliki sifat memiliki sifat yang diakronik, yaitu memanjang dalam
waktu dan dalam ruangan terbatas. Sejarah sebagai ilmu tentu saja mempunyai metode
sendiri, yang harus digunakan oleh seorang sejarawan dalam menulis suatu peristiwa sejarah.
Dengan menggunakan metode tersebut seorang sejarawan akan mampu
merekonstruksi suatu peristiwa sejarah dengan objektif. Ke-objektifan dalam menulis sejarah
adalah sesuatu yang mutlak. Seperti yang diungkapkan sejarawan Jerman yang bernama
Leopold Von Ranke (1795-1886) bahwa seorang sejarawan harus menulis “apa yang
sesungguhnya terjadi”. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang
dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Ini sungguh berbeda dengan ilmu- ilmu sosial
yang lebih bersifat sinkronis yaitu dalam ruang yang luas dan waktu yang terbatas.
Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi
menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep kronik, dan
historiografi.
3.2. Saran
Setelah membahas makalah tentang berfikir sejarah secara diakronis dan sinkronis,
diharapkan bagi khalayak umum yang telah membaca makalahn ini diharapkan dapat
mengetahui konsep dasar berfikir sejarah, strategi Pengembangan berfikir sejarah, dan
penerapan berfikir sejarah dalam pembelajaran sejarah, sehingga dapat menambah wawasan,
pengetahuan, dan dapat menerapkan pemikiran sejarah dalam kehidupan sehari-hari.

ix
DAFTAR PUSTAKA

o http:///HistoriaMagistraPengertiandiakronikdansinkronis.html
o http:///H:/berpikirsejarah/Caraberfikirsejarahkelompok.html
o http:///H:/berpikirsejarah/CaraBerfikirSejarahdalamMengkajiPeristiwa-
peristiwayangDipelajarinyaWawasanPendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai