Tafsir
Tafsir
Pengertian al-qardh menurut ulama Hanafiyah adalah "Sesuatu yang diberikan dari
harta mitsil (yang memiliki perumpamaan) untuk memenuhi kebutuhannya." Sementara
definisi qardh menurut ulama Malikiyah adalah "suatu penyerahan harta kepada orang lain
yang tidak disertai iwadh (imbalan) atau tambahan dalam pengembaliannya." Sedangkan
menurut ulama Syafi'iyah, "qardh mempunyai pengertian yang sama dengan term as-Salaf,
yakni akad pemilikan sesuatu untuk dikembalikan dengan yang sejenis atau yang sepadan".
Dari definisi-definisi di atas dapat diambil intisari bahwa al-qardh adalah suatu akad
antara dua pihak, dimana pihak pertama. memberikan uang atau barang kepada pihak kedua
untuk dimanfaatkan dengan ketentuan bahwa uang atau barang tersebut harus dikembalikan
persis seperti yang ia terima dari pihak pertama. Disamping itu, dapat dipahami bahwa al-
qardh juga. bisa diartikan sebagai akad atau transaksi antara dua pihak. qardh diartikan
sebagai perbuatan memberikan sesuatu kepada pihak lain yang nanti harus dikembalikan,
َو ِإن َك اَن ُذ و ُعْس َر ٍة َفَنِظ َر ٌة ِإَلٰى َم ْيَسَرٍةۚ َو َأن َتَص َّد ُقو۟ا َخْيٌر َّلُك ْم ۖ ِإن ُك نُتْم َتْع َلُم وَن
Artinya; Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi, (Dan jika dia), yakni orang yang berutang itu
(dalam kesulitan, maka hendaklah diberi tangguh) maksudnya hendaklah kamu undurkan
pembayarannya (sampai dia berkelapangan) dibaca 'maisarah' atau 'maisurah'. (Dan jika
asalnya pada shad menjadi 'tashshaddaqu', juga tanpa tasydid hingga dibaca 'tashaddaqu',
yakni telah dibuang ta, sedangkan artinya ialah mengeluarkan sedekah kepada orang yang
sedang dalam kesusahan itu dengan jalan membebaskannya dari utang, baik sebagian maupun
keseluruhan (itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui) bahwa demikian itu baik, maka
kerjakanlah! Dalam sebuah hadis disebutkan, "Barang siapa yang memberi tangguh orang
yang dalam kesusahan atau membebaskannya dari utang, maka Allah akan melindunginya
dalam naungan-Nya, di hari saat tak ada naungan selain naungan-Nya." (H.R. Muslim).
Tafsir as-Sa’di : Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Dan jika orang yang
berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan .”
Maksudnya, apabila ia memikul hutang itu dalam keadaan sulit dan tidak mampu
menunaikan hutangnya, maka wajiblah atas yang memiliki piutang itu menangguhkan orang
itu hingga kondisinya lapang. Dan piutang bagi orang yang berhutang itu wajib apabila telah
mendapatkan kadar hutangnya dengan jalan apapun yang mubah agar segera melunasi
hutangnya itu. Apabila pemilik piutang itu sedekah kepadanya dengan memaafkan hutang itu
semua atau sebagianya, maka itu lebih baik baginya, dan akan mudah bagi seorang hamba
untuk konsisten terhadap perkara-perkara syairat dan majauhi praktik-pratik riba serta berbuat