Anda di halaman 1dari 2

TAFSIR AYAT AHKAM MENGENAI HUTANG PIUTANG MENURUT 4 MADZHAB

A.Pengertian Utang-Piutang (al-Qardh)

Qardh berarti pinjaman atau utang-piutang. Secara etimologi, qardh bermakna


(memotong). Dinamakan tersebut karena uang yang diambil oleh orang yang meminjamkan
memotong sebagian hartanya. Harta yang dibayarkan kepada muqtarid (yang diajak akad
qardh) dinamakan qarad, sebab merupakan potongan dari harta mugrid (pemilik barang).
Qiradh merupakan kata benda (masdar). Kata qiradh memiliki arti bahasa yang sama dengan
gardh. Qiradh juga berarti kebaikan dan atau keburukan yang kita pinjamkan. Al-Qardh
adalah pinjaman yang diberikan kepada muqtaridh yang membutuhkan dana /atau uang.

Pengertian al-qardh menurut ulama Hanafiyah adalah "Sesuatu yang diberikan dari
harta mitsil (yang memiliki perumpamaan) untuk memenuhi kebutuhannya." Sementara
definisi qardh menurut ulama Malikiyah adalah "suatu penyerahan harta kepada orang lain
yang tidak disertai iwadh (imbalan) atau tambahan dalam pengembaliannya." Sedangkan
menurut ulama Syafi'iyah, "qardh mempunyai pengertian yang sama dengan term as-Salaf,
yakni akad pemilikan sesuatu untuk dikembalikan dengan yang sejenis atau yang sepadan".

Dari definisi tersebut tampaklah bahwa sesungguhnya qardh merupakan salah.satu


jenis pendekatan untuk bertaqarrub kepada Allah dan merupakan jenis muamalah yang
bercorak ta'awun (pertolongan) kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya, karena
muqtaridh (penghutang/debitur) tidak diwajibkan memberikan iwadh (tambahan) dalam
pengembalian harta yang dipinjamnya itu kepada muqridh (yang memberikan
pinjaman/kreditur), karena qardh menumbuhkan sifat lemah lembut kepada manusia,
mengasihi dan memberikan kemudahan dalam urusan. mereka serta memberikan jalan keluar
dari duka dan kabut yang menyelimuti mereka.

Dari definisi-definisi di atas dapat diambil intisari bahwa al-qardh adalah suatu akad
antara dua pihak, dimana pihak pertama. memberikan uang atau barang kepada pihak kedua
untuk dimanfaatkan dengan ketentuan bahwa uang atau barang tersebut harus dikembalikan
persis seperti yang ia terima dari pihak pertama. Disamping itu, dapat dipahami bahwa al-
qardh juga. bisa diartikan sebagai akad atau transaksi antara dua pihak. qardh diartikan
sebagai perbuatan memberikan sesuatu kepada pihak lain yang nanti harus dikembalikan,
‫َو ِإن َك اَن ُذ و ُعْس َر ٍة َفَنِظ َر ٌة ِإَلٰى َم ْيَسَرٍةۚ َو َأن َتَص َّد ُقو۟ا َخْيٌر َّلُك ْم ۖ ِإن ُك نُتْم َتْع َلُم وَن‬

Artinya; Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Tafsir ayat al baqarah ayat 280

Tafsir al-Jalalain : Al-Imam Jalaluddin Muhammad Al-Mahalli, Al-Imam Jalaluddin

Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi, (Dan jika dia), yakni orang yang berutang itu

(dalam kesulitan, maka hendaklah diberi tangguh) maksudnya hendaklah kamu undurkan

pembayarannya (sampai dia berkelapangan) dibaca 'maisarah' atau 'maisurah'. (Dan jika

kamu menyedekahkannya), dibaca dengan tasydid, yakni setelah mengidgamkan ta pada

asalnya pada shad menjadi 'tashshaddaqu', juga tanpa tasydid hingga dibaca 'tashaddaqu',

yakni telah dibuang ta, sedangkan artinya ialah mengeluarkan sedekah kepada orang yang

sedang dalam kesusahan itu dengan jalan membebaskannya dari utang, baik sebagian maupun

keseluruhan (itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui) bahwa demikian itu baik, maka

kerjakanlah! Dalam sebuah hadis disebutkan, "Barang siapa yang memberi tangguh orang

yang dalam kesusahan atau membebaskannya dari utang, maka Allah akan melindunginya

dalam naungan-Nya, di hari saat tak ada naungan selain naungan-Nya." (H.R. Muslim).

Tafsir as-Sa’di : Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Dan jika orang yang

berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan .”

Maksudnya, apabila ia memikul hutang itu dalam keadaan sulit dan tidak mampu

menunaikan hutangnya, maka wajiblah atas yang memiliki piutang itu menangguhkan orang

itu hingga kondisinya lapang. Dan piutang bagi orang yang berhutang itu wajib apabila telah

mendapatkan kadar hutangnya dengan jalan apapun yang mubah agar segera melunasi

hutangnya itu. Apabila pemilik piutang itu sedekah kepadanya dengan memaafkan hutang itu

semua atau sebagianya, maka itu lebih baik baginya, dan akan mudah bagi seorang hamba

untuk konsisten terhadap perkara-perkara syairat dan majauhi praktik-pratik riba serta berbuat

kebajikan kepada orang yang sedang sulit.

Anda mungkin juga menyukai