Anda di halaman 1dari 2

(Dan jika dia), yakni orang yang berutang itu (dalam kesulitan, maka hendaklah diberi

tangguh) maksudnya hendaklah kamu undurkan pembayarannya (sampai dia berkelapangan)


dibaca 'maisarah' atau 'maisurah'. (Dan jika kamu menyedekahkannya), dibaca dengan tasydid,
yakni setelah mengidgamkan ta pada asalnya pada shad menjadi 'tashshaddaqu', juga tanpa
tasydid hingga dibaca 'tashaddaqu', yakni telah dibuang ta, sedangkan artinya ialah
mengeluarkan sedekah kepada orang yang sedang dalam kesusahan itu dengan jalan
membebaskannya dari utang, baik sebagian maupun keseluruhan (itu lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui) bahwa demikian itu baik, maka kerjakanlah! Dalam sebuah hadis disebutkan,
"Barang siapa yang memberi tangguh orang yang dalam kesusahan atau membebaskannya dari
utang, maka Allah akan melindunginya dalam naungan-Nya, di hari saat tak ada naungan selain
naungan-Nya." (H.R. Muslim)1

Kalau ada yang kesulitan membayar, berilah ia tenggang waktu ketika tiba masa
pelunasan sampai betul-betul mampu. Sedekah kalian kepadanya dengan membebaskan semua
utang atau sebagiannya sungguh baik sekali. Itu jika kalian tahu dan mengerti pesan-pesan moral
dan kemanusiaan yang diajarkan Allah. Yang menangguhkan pinjaman dinilai sebagai qardh
hasan, yakni pinjaman yang baik. Setiap detik menangguhkan dan menahan diri untuk tidak
menagih, setiap saat itu pula Allah memberinya ganjaran, sehingga berlipat ganda ganjaran itu.
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah qardh hasan (pinjaman yang baik), maka Allah
akan melipat gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak.”( QS. Al-Hadid[57]:11). Ia melipat gandakan, karena ketika itu yang meminjamkan
mengharap pinjamannya kembali, tetapi tertunda, dan diterimanya penundaan itu dengan sabar
dan lapang dada. Ini berbeda dengan sedekah, yang sejak semula yang bersangkutan tidak lagi
mengharapkannya. Kelapangan dada dan kesabaran menunggu itulah yang dianugerahi ganjaran
setiap saat oleh Allah sehingga pinjaman itu berlipat ganda. Yang lebih baik dari meminjamkan
adalah menyedekahkan sebagian atau semua hutang itu. Kalau demikian, jika kamu mengetahui
bahwa hal tersebut lebih baik, maka bergegaslah meringankan yang berhutang atau
membebaskannya dari hutang.2

1
Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemah Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2017), hlm.155
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Indonesia: Lentera Hati, 2009),
hlm.599
Apabila seseorang menjumpai orang yang diberi utang dalam keadaan kesulitan,
maka tunggu dan tangguhkanlah penagihannya sampai waktu ia mudah mendapatkan rezeki,
sehingga ia mampu membayar utangnya. Juga diriwayatkan berkenan dengan riwayat tadi, yang
telah disebutkan bahwa Bani Mughirah mengatakan kepada Bani Amr bin Umair ketika
menagihnya, “kini, kami sedang dalam keadaan sulit, maka tangguhkanlah sampai musim panen
buah”. Bani Amr menolak permintaan tersebut. Lalu turunlah ayat berkenaan dengan peristiwa
mereka.

Asal kata tasaddaqu ialah tatasaddaqu, yang artinya hendaknya kalian menyedekahkan
harta terhadap orang-orang yang mempunyai utang dan sedang kesulitan, dengan membebaskan
sebagian atau seluruh utangnya. Hal itu lebih baik bagi kalian, dan lebih banyak pahalanya di sisi
Allah dari pada menunggu mereka bisa membayar. Pengertian ayat ini mengandung anjuran
bersedekah dan memaafkan orang yang berhutang yang sedang dalam keadaan sulit. Artinya, di
dalam ayat ini terkandung ajaran berbelas kasih dan berbuat baik terhadap orang lain. Sehingga
dengan cara ini akan menciptakan suasana hubungan baik antar individu dalam masyarakat,
persatuan dan tolong-menolong dalam rangka membangun kemaslahatan umat, sebagaimana
dianjurkan oleh hadis Nabi SAW. yaitu : “Seorang Mu’min dengan seorang Mu’min lainnya
adalah ibarat sebuah bangunan, yang satu dengan lainnya saling berhubungan.” Apabila telah
diketahui bahwa hal ini lebih baik bagi kalian, maka lakukanlah sesuai dengan apa yang telah
kalian ketahui. Bersikap toleransi hendaklah kalian lakukan antar sesama, dan belas kasihanilah
mereka. Dalam ayat ini terkandung dalil yang menunjukan bahwa menangguhkan penagihan
utang terhadap orang lain yang sedang kesulitan, hukumnya wajib. Lebih baik dari itu,
sedekahkanlah utang itu lantaran pertimbangan sesama Muslim.3

3
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), hlm.117-118

Anda mungkin juga menyukai