Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PPKN

HAL YANG MEMPENGARUHI KESATUAN DAN PERSATUAN


BANGSA PADA MASA ORDE LAMA (1959-1966)
D
I
S
U
S
U
N

OLEH
- BEBBY ANGEL W.
- FELENCIA ZERIGIA
- STELLA CANTIKA
-
I. Pendahuluan
Selama masa Orde Lama di Indonesia, yang berlangsung dari
tanggal 5 Juli 1959 hingga 11 Maret 1966, upaya untuk
membangun persatuan dan kesatuan bangsa menjadi fokus
penting bagi pemerintah. Salah satu pendekatan utama yang
ditempuh adalah melalui ideologi Nasionalisme, Agama, dan
Komunisme (NAK) yang diusung oleh Presiden Soekarno.
Konsep NAK ini bertujuan untuk mempersatukan berbagai
kelompok masyarakat yang beragam di Indonesia di bawah
semangat nasionalisme yang kuat, serta memanfaatkan nilai-
nilai agama dan ideologi komunisme sebagai sarana untuk
mencapai tujuan tersebut.

Pemerintah juga melaksanakan berbagai program


pembangunan nasional yang dirancang untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat secara merata. Program ini bertujuan
untuk mengurangi disparitas ekonomi antarwilayah dan
antarkelompok masyarakat, sehingga dapat memperkuat rasa
persatuan dan kesatuan bangsa. Di antara program-program
tersebut termasuk pembangunan infrastruktur, peningkatan
akses pendidikan dan kesehatan, serta pembangunan ekonomi
untuk memajukan daerah-daerah terpencil.

Namun, meskipun upaya-upaya tersebut dilakukan, masa Orde


Lama juga diwarnai oleh sejumlah konflik politik dan ekonomi
yang kompleks. Salah satu konflik utama adalah antara
pemerintah pusat dan beberapa daerah yang menginginkan
otonomi lebih besar. Konflik ini seringkali mempengaruhi
stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa, karena meningkatnya
sentimen separatisme di beberapa wilayah.

Selain itu, ketegangan politik dan sosial juga muncul dari


berbagai ideologi dan pandangan politik yang berbeda di
masyarakat, termasuk dari kalangan komunis dan anti-komunis.
Ketegangan ini mencapai puncaknya dengan peristiwa G30S/PKI
pada tahun 1965, yang mengakibatkan pergantian kekuasaan
dan berbagai perubahan dalam arah kebijakan politik di
Indonesia.

Dalam konteks ini, meskipun terdapat upaya yang signifikan


untuk membangun persatuan dan kesatuan bangsa selama
masa Orde Lama, faktor-faktor konflik dan ketegangan politik
serta sosial juga turut mempengaruhi dinamika politik dan
stabilitas nasional pada periode tersebut.
II. PEMBAHASAN
Pada masa Orde Lama (1959-1966), Indonesia mengalami
berbagai perubahan sosial, politik, dan ekonomi. Salah satu
fokus utama pemerintah pada periode ini adalah memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa pasca-kemerdekaan dari
penjajahan Belanda. Berbagai kebijakan nasionalisasi dilakukan
untuk menggantikan struktur kolonial dengan institusi yang
lebih sesuai dengan kepentingan nasional. Pendidikan Nasional
menjadi salah satu alat utama untuk membangun identitas
nasional yang kuat, dengan menekankan penggunaan bahasa
Indonesia dan menghapuskan sistem pendidikan yang bersifat
kolonial.

Selain itu, pemerintah juga menerapkan kebijakan ekonomi


yang bertujuan untuk menciptakan kemandirian ekonomi
nasional. Program pembangunan nasional digalakkan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengurangi
kesenjangan antara wilayah-wilayah di Indonesia. Hal ini
diharapkan dapat memperkuat rasa solidaritas dan persatuan di
antara berbagai kelompok etnis dan agama yang ada di
Indonesia.

Namun, di sisi lain, meskipun ada upaya untuk memperkuat


persatuan dan kesatuan bangsa, rezim Orde Lama juga dituduh
melakukan pembatasan terhadap kebebasan berpendapat dan
mengatasi perbedaan politik. Pemerintah sering kali
menggunakan kontrol politik terhadap media dan oposisi politik
untuk mempertahankan kekuasaannya. Hal ini bisa
menciptakan ketegangan dan konflik internal, terutama di
daerah-daerah yang merasa kurang diakomodasi oleh
pemerintah pusat.

Pada masa Orde Lama di Indonesia, terdapat beberapa faktor


yang memengaruhi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa.
Salah satu aspek penting adalah ideologi Nasionalisme, Agama,
dan Komunisme (NAK) yang diperkenalkan oleh Presiden
Soekarno. Konsep ini berusaha mengintegrasikan berbagai
elemen masyarakat Indonesia yang beragam, seperti suku,
agama, dan budaya, di bawah bendera nasionalisme yang kuat.

Pemerintah juga meluncurkan program-program pembangunan


nasional yang mencakup berbagai sektor, seperti infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Tujuannya adalah
mencapai distribusi kesejahteraan yang lebih merata di seluruh
wilayah Indonesia. Namun, capaian dari program-program ini
tidak selalu merata, dan beberapa daerah mungkin merasakan
ketidaksetaraan, yang pada gilirannya dapat memengaruhi
stabilitas persatuan.
Meskipun upaya besar untuk membangun persatuan, beberapa
tantangan muncul dalam bentuk ketegangan antara pemerintah
pusat dan daerah-daerah yang mendambakan otonomi lebih
besar. Beberapa daerah merasa bahwa mereka tidak
sepenuhnya diakomodasi dalam struktur pemerintahan pusat,
dan ini menciptakan ketidakpuasan yang dapat mengancam
persatuan nasional.
Ketegangan politik juga muncul dari perbedaan ideologi di
masyarakat. Kelompok-kelompok komunis dan anti-komunis
memiliki perbedaan pandangan yang signifikan, dan hal ini
mencapai puncaknya dengan peristiwa G30S/PKI pada tahun
1965. Peristiwa ini tidak hanya mengguncang stabilitas politik,
tetapi juga membawa perubahan besar dalam arah kebijakan
politik nasional.
Dengan demikian, meskipun terdapat usaha besar untuk
membangun persatuan dan kesatuan bangsa, masa Orde Lama
diwarnai oleh kompleksitas dinamika politik dan sosial. Faktor-
faktor seperti ketidaksetaraan ekonomi, konflik antara
pemerintah pusat dan daerah, serta ketegangan ideologis
memainkan peran dalam membentuk karakter masa tersebut.
Peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965 menjadi titik balik yang
signifikan dalam sejarah Indonesia dan berpengaruh pada
bentuk pemerintahan dan kebijakan nasional pada
masa berikutnya.
Pelaksanaan pemerintahan pada periode ini, meskipun
berdasarkan UUD 1945, tetapi kenyataanya banyak terjadi
penyimpangan terhadap Pàncasila dan UUD 1945. Berikut ini
adalah beberapa penyimpangan selama pelaksanaan demokrasi
terpimpin.
a. Membubarkan DPR hasil pemilu dan menggantikannya
dengan membentuk DPR Gotong Royong (DPRGR) yang
anggotannya diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
b. Membentuk MPR sementara yang anggotanya diangkat dan
diberhentikan oleh presiden.
C. Penetapan Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup oleh
MPRS.
d. Membentuk Front Nasional melalui Penetapan Presiden
No.13 tahun 1959 yang anggotanya berasal dari berbagai
organisasi kemasyarakatan dan organisasi sosial politik yang ada
di Indonesia.
e. Terjadinya pemerasan dalam penghayatan Pancasila.
Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa diperas menjadi tiga unsur yang
disebut Trisila, kemudian Trisila ini diperas lagi menjadi satu
unsur yang disebut Ekasila. Ekasila inilah yang dimaksud dengan
Nasakom (nsionalis, agama dan komunisme). Gagasan Nasakom
inilah yang memberi peluang bangkitnya Partai
Komunis Indonesia (PKI). Hal tersebut dimasukkan dalam UU RI
Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pemerintah Daerah. Semua
unsur Nasakom termasuk di dalamnya PKI harus diperhatikan
dalam penunjukan unsur pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. Jadi, bila di suatu daerah hanya ada seorang tokoh PKI,
ia harus diikutsertakan sebagai pimpinan DPRD apabila ia
menjadi anggota DPRD di satu daerah. Hal inilah yang membuat
PKI mendapatkan posisi yang strategis bahkan dominan. Karena
merasa mempunyai posisi yang kuat, PKI melakukan
pemberontakan pada tanggal 30 September 1965 yang
menewaskan tujuh orang perwira TNI Angkatan Darat, yaitu
- Jenderal Ahmad Yani
- Letnan Jenderal MT Haryono
- Kapten Pierre Tendean
- Letnan Jenderal S Parman
- Mayor Jenderal DI Panjaitan
- Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
- Letnan Jenderal Anumerta Suprapto
- DN Aidit, Ketua Umum PKI

III. KESIMPULAN
Pada masa Orde Lama, pemerintah mengambil tindakan
tegas untuk mengatasi pemberontakan dan konflik yang
terjadi di berbagai daerah. Namun, situasi politik dinilai
belum stabil, bahkan keamanan negara juga cukup
terancam. Faktor pendorong persatuan dan kesatuan
bangsa adalah Proklamasi, Pancasila, UUD 1945, serta
Bhinneka Tunggal Ika.
Hal yang dapat mempengaruhi kesatuan dan persatuan bangsa
Indonesia, yaitu:
 Pandangan asing ke dalam budaya
 Pemberontakan dan konflik yang terjadi di berbagai
daerah, seperti PRRI/Permesta dan Gerakan 30 September
(G30S)
 Aksi pemberontakan, seperti Republik Maluku Selatan
(RMS), PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari
NKRI
 Gerakan separatis, seperti Gerakan Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia (DI/TII) dan Pemberontakan
PRRI/Permesta (Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta)
 Pelaksanaan UUD 1945 yang belum sesuai secara murni
dan konsekuen

Anda mungkin juga menyukai