ABSTRAK
Penalaran statistik diperlukan agar siswa memenuhi kriteria bernalar kritis yang ada pada
Profil Pelajar Pancasila. Secara implementasinya, penalaran statistik diperlukan agar
siswa mampu menggunakan statistika secara optimal untuk menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan penalaran statistik siswa dalam
menganalisis dan menginterpretasikan data ketika menyelesaikan soal mirip PISA.
Subjek penelitian dipilih secara purposive sampling. Subjek pada penelitian ini adalah 3
siswa berkemampuan matematis sedang kelas IX H MTs Negeri 4 Magelang. Sekolah
dipilih karena merupakan salah satu sekolah yang telah melaksanakan Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM). Instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar tes
soal mirip PISA dan pedoman wawancara. Adapun teknik analisis data yang digunakan
adalah pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan penalaran statistik semua siswa untuk
menganalisis dan menginterpretasi data masih berada pada level 2 penalaran verbal dari
total 5 level penalaran statistik oleh Garfield. Meskipun demikian, beberapa respon dari
siswa berada pada level 3 penalaran transisional dikarenakan siswa mampu
menghubungkan beberapa jawabannya dengan data yang ada pada soal. Hasil ini
menunjukkan bahwa walaupun kebijakan AKM telah dilaksanakan, tetapi kemampuan
penalaran statistik siswa dalam menganalisis dan menginterpretasi data belum dapat
beranjak ke level yang lebih tinggi.
Kata-kata kunci: penalaran statistik, analisis dan interpretasi data, soal mirip PISA
ABSTRACT
Statistical reasoning is needed so that students meet the critical reasoning criteria in the
Pancasila Student Profile. In terms of implementation, statistical reasoning is needed so
that students are able to use statistics optimally to solve problems in everyday life. This
research is a qualitative descriptive study which aims to describe students' statistical
reasoning abilities in analyzing and interpreting data when solving PISA-like questions.
Research subjects were selected using purposive sampling. The subjects in this research
were 3 students with moderate mathematical abilities in class IX H MTs Negeri 4
Magelang. The school was chosen because it is one of the schools that has implemented
the Minimum Competency Assessment (AKM). The instruments used in this research were
PISA-like test sheets and interview guides. The data analysis techniques used are data
collection, data condensation, data presentation, and drawing conclusions. The results of
the research show that all students' statistical reasoning abilities to analyze and interpret
data are still at level 2 of verbal reasoning out of a total of 5 levels of statistical
reasoning by Garfield. However, some responses from students were at level 3 of
transitional reasoning because students were able to connect some of their answers with
the data in the questions. These results show that even though the AKM policy has been
implemented, statistical reasoning abilities students in analyzing and interpreting data
have not been able to move to a higher level.
Pendahuluan
Pada era yang serba digital ini, siswa rentan terpapar informasi hoaks.
Berdasarkan hasil penelitian Setiawan & Ismurjanti (2018) menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa SMA dalam menggunakan internet untuk keperluan
menyusun karya tulis ilmiah. Beberapa situs yang dijadikan rujukan diantaranya
berasal dari blog, wikipedia, ataupun situs-situs umum seperti kaskus.com,
quora.com, ruangguru.com, dan situs-situs diskusi terbuka lainnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa siswa lebih condong mengambil semua informasi di
internet tanpa memperhatikan ketepatan dan validitas informasi yang tersedia.
Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam mengenali hoaks dapat dikatakan masih
sangat rendah. Beberapa penyebabnya adalah rendahnya kemampuan literasi data
(Cahyadi, 2020) dan juga literasi digital (Fauzi, 2021). Literasi data merupakan
bagian dari literasi statistik (Gould, 2017). Dengan demikian, rendahnya
kemampuan literasi data juga menunjukkan rendahnya kemampuan literasi
statistik. Kemudian salah satu indikator literasi digital yang baik adalah memiliki
kemampuan berpikir kritis yang baik juga (Pratiwi & Pritanova, 2017). Sehingga
rendahnya kemampuan literasi digital menunjukkan rendahnya kemampuan
berpikir kritis siswa.
Kemampuan literasi statistik seharusnya sudah dikuasai pada jenjang
sekolah menengah. Sebagaimana yang dinyatakan NCTM (2000), siswa pada
jenjang pendidikan menengah harus dapat mengumpulkan pengalaman,
pengorganisasian, representasi, dan interpretasi data. Selain itu, siswa
memerlukan pengetahuan statistik untuk menjadi pribadi yang cerdas dalam
bertindak, mampu membuat keputusan penting berdasarkan informasi yang
tersedia (Hafiyusholeh, 2015). Oleh karena itu, kemampuan literasi statistik yang
baik menjadi sesuatu yang urgent dimiliki oleh setiap siswa pada jenjang
pendidikan menengah.
Salah satu informasi mengenai kemampuan literasi statistik siswa di
Indonesia dapat diketahui dari hasil studi Programme for International Student
Assessment (PISA). Salah satu konten soal matematika PISA adalah data dan
ketidakpastian yang dapat diselesaikan dengan prinsip statistika dan peluang.
Berdasarkan hasil PISA tahun 2018, sebanyak 72% siswa Indonesia hanya
mampu menyelesaikan masalah di bawah level 2 (OECD, 2019). Artinya, siswa
baru dapat menafsirkan dan mengenali, serta menggambarkan situasi sederhana
secara matematis tanpa instruksi langsung, misalnya membandingkan jarak antara
dua alternatif rute atau mengkonversi nilai suatu mata uang ke mata uang yang
berbeda-beda. Berdasarkan hasil PISA tahun 2022 yang baru saja rilis, Indonesia
memang mengalami peningkatan peringkat. Akan tetapi, secara skoring,
Indonesia mengalami penurunan sebanyak 13 poin (OECD, 2023). Hasil tersebut
tidak memperlihatkan perbedaan yang menonjol jika dibandingkan dengan hasil
PISA tahun 2018.
3
Literasi Statistik
Penalaran Berpikir
Statiatik Statistik
Gambar 1. Penalaran dan Berpikir Statistik Bagian dari Tujuan Pengajaran Literasi
Statistik Menurut Salah Satu Perspektif delMas (2002)
Penalaran statistik dan keterampilan berpikir kritis berkaitan erat. Hal ini
disebabkan karena indikator penalaran statistik dan berpikir kritis saling tumpang
tindih. Indikator yang dimaksud adalah analisis dan interpretasi data. Menurut
penalaran statistik, indikator ini merupakan indikator keempat (Jones et al., 2000).
Untuk berpikir kritis, indikator tersebut merupakan indikator pertama dan kedua
(Facione, 2020). Oleh karena itu, indikator analisis dan interpretasi data perlu
menjadi fokus, karena indikator ini sangat penting untuk peningkatan kemampuan
penalaran statistik dan berpikir kritis.
Beberapa penelitian tentang kemampuan penalaran statistik siswa telah
dilakukan. Penelitian Fadillah & Munandar (2021) menunjukkan bahwa siswa di
semua indikator kemampuan literasi statistik masih rendah. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Andrianti & Rahayu (2022) menyatakan bahwa semua subjek
penelitian siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Semanding, baik itu yang
berkemampuan rendah, sedang, maupun tinggi, belum benar dalam menggunakan
penalaran pada soal materi statistika. Selain itu, hasil penelitian Hidayanti et al.
(2016) menyatakan bahwa sekitar dari 50% total siswa kelas IX SMPN 2 Malang
masih tergolong rendah pada indikator analisis dan interpretasi. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan literasi statistik siswa Indonesia masih rendah
dalam berbagai aspek kemampuan, salah satunya pada kemampuan penalaran
indikator menganalisis dan interpretasi data. Oleh karena itu, guru perlu
memikirkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan
kemampuan penalaran statistik siswa khususnya pada indikator analisis dan
interpretasi data.
Berbagai strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan penalaran
statistik telah diujikan dalam penelitian-penelitian. Salah satunya, penelitian
Gunawan et al. (2023) telah menganalisis karakteristik kemampuan literasi
statistik siswa dengan pendekatan masalah yang digunakan berbasis mirip PISA.
Akan tetapi hasil yang didapat tidak maksimal karena siswa belum terbiasa
menyelesaikan soal mirip PISA. Masalah yang serupa juga ditemukan oleh
Rahmawati et al. (2022). Rahmawati menggunakan soal berbasis HOTS untuk
menganalisis kemampuan penalaran statistik siswa SMP. Hasilnya menunjukkan
bahwa lebih dari 50% siswa kurang bisa menyelesaikan soal HOTS tentang
mencari rata-rata dan median dari suatu data serta soal-soal HOTS tingkat
selanjutnya. Yang demikian dikarenakan guru tidak membiasakan menggunakan
soal tersebut dalam proses pembelajaran.
Asesmen yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Asesmen Nasional (AN).
Adapun salah satu dari sekian bagiannya adalah Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM). Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian
kompetensi dasar yang penting dimiliki oleh semua siswa untuk mampu
mengembangkan kualitas diri dan aktif pada kegiatan positif di masyarakat.
Kompetensi yang diasesmenkan diantaranya kecakapan berpikir logis-sistematis,
kemampuan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari,
5
Data Conclusions:
Condensation drawing/
verifying
Data hasil tes soal mirip PISA yang telah lengkap dan valid atau relevan
dengan pertanyaan, akan dianalisis sesuai dengan indikator kemampuan penalaran
statistik dan diberikan skor sesuai dengan pedoman penskoran. Kemampuan
penalaran statistik indikator analisis dan interpretasi data siswa diketahui dari rata-
ratanya dengan rumus berikut.
𝑥 +𝑥 +𝑥
𝑥 =
3
Keterangan:
𝑥 : Rata-rata skor indikator Analasis dan Interpretasi Data
7
transisional pada 2 soal. Siswa dominan mencapai level 2 penalaran verbal pada
soal-soal yang dikerjakan karena siswa tidak mampu menjawab dengan benar soal
serta tidak mampu mengaitkan jawabannya dengan data yang ada pada soal.
Siswa cenderung menjawab berdasarkan pendapatnya masing-masing. Berikut
adalah hasil pekerjaan dan cuplikan wawancara peneliti dengan salah satu siswa
pada soal nomor 3.
Apabila hasil analisis tersebut ditampilkan dalam bentuk spektrum maka akan
tampak sebagai berikut.
S3
S2
S1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, secara umum siswa memiliki
kemampuan penalaran statistik indikator menganalisis dan menginterpretasi data
pada rentang level 2 penalaran verbal. Hal ini mengindikasikan kemampuan
penalaran statistik indikator menganalisis dan menginterpretasi data siswa masih
tergolong rendah. Meskipun subjek yang dipilih berasal dari sekolah yang telah
melaksanakan AKM, tetapi hal tersebut tidak menjamin kemampuan penalaran
statistik siswa akan tergolong tinggi. Adanya penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan informasi serta evaluasi oleh guru, sekolah, maupun
pihak lain yang peduli akan pendidikan Indonesia. Kami menyarankan agar
penelitian selanjutnya lebih meningkatkan kualitas penelitian, baik itu dengan
memilih indikator penalaran statistik secara menyeluruh, memilih konten soal
yang lebih bervariasi, maupun dengan instrumen yang lebih baik lagi.
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan artikel ilmiah ini. Artikel ilmiah ini
disusun dalam rangka menuangkan ide dan pemikiran dari hasil-hasil kegiatan
ilmiah yang telah kami lakukan dan turut serta dalam program kreativitas
mahasiswa (PKM).
Kami menyadari akan satu hal bahwasanya tanpa saran dan bimbingan
dari berbagai pihak, sulit bagi kami untuk menyelesaikan artikel ilmiah ini. Oleh
sebab itu kami mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Bapak Moch. Lutfianto, M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika STKIP
Al Hikmah Surabaya yang telah memberikan kami kesempatan untuk
melaksanakan praktik pengenalan lapangan.
2. Bapak Drs. Fahrurozi selaku Kepala Sekolah MTs Negeri 4 Magelang yang
telah mengizinkan kami melaksanakan kegiatan praktik pengalaman lapangan
dan penelitian.
3. Ibu Laelatul Masfufah, M.Sc. selaku Guru Matematika MTs Negeri 4
Magelang yang telah membantu kami dalam kegiatan ini.
4. Seluruh pihak yang sudah membantu sehingga terlaksananya kegiatan praktik
pengalaman lapangan dan tersusunnya artikel ilmiah ini.
Kontribusi Penulis
Lahirnya artikel ilmiah ini tentu tidak dapat luput dari kontribusi yang
sudah diberikan oleh para penulis. Penulis satu (Ahmad Arofi Nafsak)
berkontribusi dalam penyusun draft manuskrip, desain kegiatan, pengambilan
data, dan analisis data. Penulis dua (Risa Novita) berkontribusi dalam melakukan
pengumpulan data dan melakukan analisis data. Penulis tiga (Nurul Astna)
berkontribusi dalam melakukan pengumpulan data dan pengkajian daftar pustaka.
Penulis terakhir (Moch. Lutfianto) berkontribusi dalam mendesain kegiatan
12