Anda di halaman 1dari 13

1

KEMAMPUAN PENALARAN STATISTIK SISWA DALAM


MENGANALISIS DAN MENGINTERPRETASIKAN DATA KETIKA
MENYELESAIKAN SOAL MIRIP PISA

Ahmad Arofi Nafsak1)*, Risa Novita1), Nurul Astna1), Moch. Lutfianto1)


1
STKIP Al Hikmah Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
*nafsyak@gmail.com

ABSTRAK
Penalaran statistik diperlukan agar siswa memenuhi kriteria bernalar kritis yang ada pada
Profil Pelajar Pancasila. Secara implementasinya, penalaran statistik diperlukan agar
siswa mampu menggunakan statistika secara optimal untuk menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan penalaran statistik siswa dalam
menganalisis dan menginterpretasikan data ketika menyelesaikan soal mirip PISA.
Subjek penelitian dipilih secara purposive sampling. Subjek pada penelitian ini adalah 3
siswa berkemampuan matematis sedang kelas IX H MTs Negeri 4 Magelang. Sekolah
dipilih karena merupakan salah satu sekolah yang telah melaksanakan Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM). Instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar tes
soal mirip PISA dan pedoman wawancara. Adapun teknik analisis data yang digunakan
adalah pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan penalaran statistik semua siswa untuk
menganalisis dan menginterpretasi data masih berada pada level 2 penalaran verbal dari
total 5 level penalaran statistik oleh Garfield. Meskipun demikian, beberapa respon dari
siswa berada pada level 3 penalaran transisional dikarenakan siswa mampu
menghubungkan beberapa jawabannya dengan data yang ada pada soal. Hasil ini
menunjukkan bahwa walaupun kebijakan AKM telah dilaksanakan, tetapi kemampuan
penalaran statistik siswa dalam menganalisis dan menginterpretasi data belum dapat
beranjak ke level yang lebih tinggi.

Kata-kata kunci: penalaran statistik, analisis dan interpretasi data, soal mirip PISA

ABSTRACT
Statistical reasoning is needed so that students meet the critical reasoning criteria in the
Pancasila Student Profile. In terms of implementation, statistical reasoning is needed so
that students are able to use statistics optimally to solve problems in everyday life. This
research is a qualitative descriptive study which aims to describe students' statistical
reasoning abilities in analyzing and interpreting data when solving PISA-like questions.
Research subjects were selected using purposive sampling. The subjects in this research
were 3 students with moderate mathematical abilities in class IX H MTs Negeri 4
Magelang. The school was chosen because it is one of the schools that has implemented
the Minimum Competency Assessment (AKM). The instruments used in this research were
PISA-like test sheets and interview guides. The data analysis techniques used are data
collection, data condensation, data presentation, and drawing conclusions. The results of
the research show that all students' statistical reasoning abilities to analyze and interpret
data are still at level 2 of verbal reasoning out of a total of 5 levels of statistical
reasoning by Garfield. However, some responses from students were at level 3 of
transitional reasoning because students were able to connect some of their answers with
the data in the questions. These results show that even though the AKM policy has been
implemented, statistical reasoning abilities students in analyzing and interpreting data
have not been able to move to a higher level.

Keywords: statistical reasoning, analize and interpreting data, PISA-like questions


2

Pendahuluan
Pada era yang serba digital ini, siswa rentan terpapar informasi hoaks.
Berdasarkan hasil penelitian Setiawan & Ismurjanti (2018) menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa SMA dalam menggunakan internet untuk keperluan
menyusun karya tulis ilmiah. Beberapa situs yang dijadikan rujukan diantaranya
berasal dari blog, wikipedia, ataupun situs-situs umum seperti kaskus.com,
quora.com, ruangguru.com, dan situs-situs diskusi terbuka lainnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa siswa lebih condong mengambil semua informasi di
internet tanpa memperhatikan ketepatan dan validitas informasi yang tersedia.
Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam mengenali hoaks dapat dikatakan masih
sangat rendah. Beberapa penyebabnya adalah rendahnya kemampuan literasi data
(Cahyadi, 2020) dan juga literasi digital (Fauzi, 2021). Literasi data merupakan
bagian dari literasi statistik (Gould, 2017). Dengan demikian, rendahnya
kemampuan literasi data juga menunjukkan rendahnya kemampuan literasi
statistik. Kemudian salah satu indikator literasi digital yang baik adalah memiliki
kemampuan berpikir kritis yang baik juga (Pratiwi & Pritanova, 2017). Sehingga
rendahnya kemampuan literasi digital menunjukkan rendahnya kemampuan
berpikir kritis siswa.
Kemampuan literasi statistik seharusnya sudah dikuasai pada jenjang
sekolah menengah. Sebagaimana yang dinyatakan NCTM (2000), siswa pada
jenjang pendidikan menengah harus dapat mengumpulkan pengalaman,
pengorganisasian, representasi, dan interpretasi data. Selain itu, siswa
memerlukan pengetahuan statistik untuk menjadi pribadi yang cerdas dalam
bertindak, mampu membuat keputusan penting berdasarkan informasi yang
tersedia (Hafiyusholeh, 2015). Oleh karena itu, kemampuan literasi statistik yang
baik menjadi sesuatu yang urgent dimiliki oleh setiap siswa pada jenjang
pendidikan menengah.
Salah satu informasi mengenai kemampuan literasi statistik siswa di
Indonesia dapat diketahui dari hasil studi Programme for International Student
Assessment (PISA). Salah satu konten soal matematika PISA adalah data dan
ketidakpastian yang dapat diselesaikan dengan prinsip statistika dan peluang.
Berdasarkan hasil PISA tahun 2018, sebanyak 72% siswa Indonesia hanya
mampu menyelesaikan masalah di bawah level 2 (OECD, 2019). Artinya, siswa
baru dapat menafsirkan dan mengenali, serta menggambarkan situasi sederhana
secara matematis tanpa instruksi langsung, misalnya membandingkan jarak antara
dua alternatif rute atau mengkonversi nilai suatu mata uang ke mata uang yang
berbeda-beda. Berdasarkan hasil PISA tahun 2022 yang baru saja rilis, Indonesia
memang mengalami peningkatan peringkat. Akan tetapi, secara skoring,
Indonesia mengalami penurunan sebanyak 13 poin (OECD, 2023). Hasil tersebut
tidak memperlihatkan perbedaan yang menonjol jika dibandingkan dengan hasil
PISA tahun 2018.
3

Kemampuan literasi statistik siswa yang rendah mengindikasikan tidak


terpenuhinya tujuan pengajaran literasi statistik. Menurut delMas (2002), tujuan
pengajaran literasi statistik mencakup penalaran statistik dan berpikir statistik.
Gambar 1 di bawah ini merepresentasikan hubungan dari ketiga istilah tersebut.

Literasi Statistik

Penalaran Berpikir
Statiatik Statistik

Gambar 1. Penalaran dan Berpikir Statistik Bagian dari Tujuan Pengajaran Literasi
Statistik Menurut Salah Satu Perspektif delMas (2002)

Berdasarkan perspektif tersebut, maka seorang yang ahli statistika bukan


sekedar individu yang tahu bagaimana “bernalar dan berpikir secara statistik”,
tetapi merupakan orang yang sepenuhnya melek huruf (statistically literate)
seperti yang digambarkan oleh Rumsey (delMas, 2002). Dengan demikian, agar
siswa memiliki kemampuan literasi statistik yang baik maka siswa perlu
menguasai kemampuan penalaran statistik terlebih dahulu.
Penalaran sendiri, menurut Kamus Bahasa Inggris Cambridge, didefinisikan
sebagai “the process of thinking about something in order to make a decision”.
Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Suherman & Winataputra (1993)
bahwa penalaran adalah proses berpikir yang dilakukan dengan suatu cara untuk
menarik simpulan. Sehingga penalaran dapat dimaknai sebagai runtutan berpikir
untuk menarik suatu simpulan yang akan digunakan untuk membuat sebuah
keputusan.
Apabila dilihat pada konsep yang dilibatkan, penalaran dapat dipecah atas
beberapa macam, diantaranya yaitu: penalaran statistik, penalaran aljabar, dan
penalaran spasial (BBPMP Provinsi Jawa Tengah, 2020). Salah satu penalaran
yang perlu dikembangkan adalah penalaran statistik karena kemampuan penalaran
jenis ini menjadi tujuan dilaksanakannya pembelajaran statistika (Sariningsih &
Herdiman, 2017). Kemampuan penalaran statistik diperlukan agar individu dapat
menggunakan statistika secara optimal dalam memahami konsep-konsepnya,
representasi grafik, serta interpretasi data dan peluang (Garfield, 2002). Kemudian
Maryati (2017) menjelaskan kemampuan penalaran statistik sebagai kemampuan
memahami dengan baik berbagai cara memilih, menyajikan, mereduksi, dan
mempresentasikan data yang akan dipakai pada kehidupan sehari-hari untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada.
4

Penalaran statistik dan keterampilan berpikir kritis berkaitan erat. Hal ini
disebabkan karena indikator penalaran statistik dan berpikir kritis saling tumpang
tindih. Indikator yang dimaksud adalah analisis dan interpretasi data. Menurut
penalaran statistik, indikator ini merupakan indikator keempat (Jones et al., 2000).
Untuk berpikir kritis, indikator tersebut merupakan indikator pertama dan kedua
(Facione, 2020). Oleh karena itu, indikator analisis dan interpretasi data perlu
menjadi fokus, karena indikator ini sangat penting untuk peningkatan kemampuan
penalaran statistik dan berpikir kritis.
Beberapa penelitian tentang kemampuan penalaran statistik siswa telah
dilakukan. Penelitian Fadillah & Munandar (2021) menunjukkan bahwa siswa di
semua indikator kemampuan literasi statistik masih rendah. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Andrianti & Rahayu (2022) menyatakan bahwa semua subjek
penelitian siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Semanding, baik itu yang
berkemampuan rendah, sedang, maupun tinggi, belum benar dalam menggunakan
penalaran pada soal materi statistika. Selain itu, hasil penelitian Hidayanti et al.
(2016) menyatakan bahwa sekitar dari 50% total siswa kelas IX SMPN 2 Malang
masih tergolong rendah pada indikator analisis dan interpretasi. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan literasi statistik siswa Indonesia masih rendah
dalam berbagai aspek kemampuan, salah satunya pada kemampuan penalaran
indikator menganalisis dan interpretasi data. Oleh karena itu, guru perlu
memikirkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan
kemampuan penalaran statistik siswa khususnya pada indikator analisis dan
interpretasi data.
Berbagai strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan penalaran
statistik telah diujikan dalam penelitian-penelitian. Salah satunya, penelitian
Gunawan et al. (2023) telah menganalisis karakteristik kemampuan literasi
statistik siswa dengan pendekatan masalah yang digunakan berbasis mirip PISA.
Akan tetapi hasil yang didapat tidak maksimal karena siswa belum terbiasa
menyelesaikan soal mirip PISA. Masalah yang serupa juga ditemukan oleh
Rahmawati et al. (2022). Rahmawati menggunakan soal berbasis HOTS untuk
menganalisis kemampuan penalaran statistik siswa SMP. Hasilnya menunjukkan
bahwa lebih dari 50% siswa kurang bisa menyelesaikan soal HOTS tentang
mencari rata-rata dan median dari suatu data serta soal-soal HOTS tingkat
selanjutnya. Yang demikian dikarenakan guru tidak membiasakan menggunakan
soal tersebut dalam proses pembelajaran.
Asesmen yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Asesmen Nasional (AN).
Adapun salah satu dari sekian bagiannya adalah Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM). Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian
kompetensi dasar yang penting dimiliki oleh semua siswa untuk mampu
mengembangkan kualitas diri dan aktif pada kegiatan positif di masyarakat.
Kompetensi yang diasesmenkan diantaranya kecakapan berpikir logis-sistematis,
kemampuan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari,
5

serta keterampilan memilah dan memilih serta mengolah informasi (Direktorat


SMP, 2021). Framework AKM mengadaptasi PISA, khususnya pada keempat
domain konten PISA. Konten PISA yang diadaptasi untuk konten literasi
matematika-numerasi pada AKM, yaitu Bilangan, Geometri dan Pengukuran,
Aljabar, serta Data dan Ketidakpastian (Wijaya & Dewayani, 2021). Dengan
harapan, siswa yang telah mengikuti Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
mempunyai pengalaman dalam mengerjakan berbagai bentuk soal PISA yang
bermacam-macam (Wuryanto & Abduh, 2022).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilaksanakan penelitian terbaru
untuk mengukur kemampuan penalaran statistik siswa dalam menganalisis dan
menginterpretasikan data ketika menyelesaikan soal mirip PISA.
Metode
Penelitian ini berjenis deskriptif dengan menggunakkan pendekatan
kualitatif. Jenis dan pendekatan ini dipilih karena cocok dengan tujuan penelitian
yaitu mendeskripsikan kemampuan penalaran statistik siswa dalam menganalisis
dan menginterpretasikan data ketika menyelesaikan soal mirip PISA.
Subjek penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Adapun pertimbangan penentuan tersebut meliputi pemilihan sekolah,
kelas, dan siswa. Tempat penelitian ini adalah MTs Negeri 4 Magelang dengan
subjek penelitian siswa kelas IX H tahun ajaran 2023/2024. Subjek penelitian
akan diambil 3 siswa berkemampuan matematika sedang berdasarkan
rekomendasi dari guru pamong. Siswa berkemampuan sedang dipilih karena
mewakili sebagian besar siswa.
Untuk mengetahui kemampuan penalaran statistik dalam menganalisis dan
menginterpretasi data siswa, peneliti menggunakan instrumen lembar tes soal
mirip PISA dan pedoman wawancara yang telah divalidasi oleh tiga orang
validator dengan persentase rata-rata 85.33% untuk instrumen lembar tes soal
mirip PISA dan 95% untuk instrumen pedoman wawancara. Tes terdiri dari 4 soal
uraian.
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik yang sesuai
dengan model Miles et al., (2014) sebagai berikut.

Data Data Display


Collection

Data Conclusions:
Condensation drawing/
verifying

Gambar 2. Teknik Analisis Model Miles et al. (2014)


6

Dalam penelitian ini, indikator kemampuan penalaran statistik yang


digunakan sekaligus persebaran soal penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Indikator Kemampuan Penalaran Statistik Indikator Analisis dan Interpretasi


Data serta Persebaran Soal
Indikator Kode Sub-Indikator Aspek Nomor
Soal
Membuat perbandingan Memilih ukuran pemusatan 1a, 1b
Analyzing A1 dalam kumpulan data data yang tepat untuk
and yang sama menyelesaikan masalah
Interpreting Membuat perbandingan Menguraikan langkah- 2
Data dari dua kumpulan data langkah ditemukannya
A2
(Analisis yang berbeda perbandingan antara dua
dan kumpulan data yang berbeda
Interpretasi Membuat inferensi atau Membuat sebuah inferensi 3
Data) A3 kesimpulan dari data atau simpulan dari data
atau grafik ataupun grafik
Sumber: (Chan et al., 2016)

Penskoran terhadap kemampuan penalaran statistik siswa pada indikator


analisis dan interpretasi data diadaptasi dari rubrik penskoran kemampuan
penalaran statistik oleh Chan et al. (2016) sebagai berikut.

Tabel 2. Rubrik Penskoran Kemampuan Penalaran Statistik Diadaptasi dari


Chan et al. (2016)
Skor Level Kriteria
Penalaran
Proses Menjawab secara tepat dan mampu menjelaskan serta
5
Terintegrasi menghubungkannya dengan data yang ada
Menjawab secara tepat tetapi tidak dapat memberikan
4 Prosedural
penjelasan secara lengkap
Menjawab secara kurang tepat tetapi dapat menghubungannya
3 Transisional
dengan data yang ada
Menjawab secara kurang tepat serta tidak dapat
2 Verbal
menghubungannya dengan data
1 Idiosinkratik Tidak Menjawab atau Menjawab tapi sepenuhnya salah

Data hasil tes soal mirip PISA yang telah lengkap dan valid atau relevan
dengan pertanyaan, akan dianalisis sesuai dengan indikator kemampuan penalaran
statistik dan diberikan skor sesuai dengan pedoman penskoran. Kemampuan
penalaran statistik indikator analisis dan interpretasi data siswa diketahui dari rata-
ratanya dengan rumus berikut.
𝑥 +𝑥 +𝑥
𝑥 =
3
Keterangan:
𝑥 : Rata-rata skor indikator Analasis dan Interpretasi Data
7

𝑥 : Rata-rata skor sub-indikator A1


𝑥 : Rata-rata skor sub-indikator A2
𝑥 : Rata-rata skor sub-indikator A3
Selanjutnya rata-rata skor indikator Analisis dan Interpretasi Data digunakan
untuk menentukan kategori kemampuan penalaran statistik siswa pada indikator
Analasis dan Interpretasi Data sebagai berikut.

Tabel 3. Kategori Kemampuan Tiap Indikator Penalaran Statistik


Rata-Rata Skor Kategori
𝟏 ≤ 𝒙𝑨 ≤ 𝟏, 𝟓 Idiosinkratik
𝟏, 𝟓 < 𝒙𝑨 ≤ 𝟐, 𝟓 Verbal
𝟐, 𝟓 < 𝒙𝑨 ≤ 𝟑, 𝟓 Transisional
𝟑, 𝟓 < 𝒙𝑨 ≤ 𝟒, 𝟓 Prosedural
𝟒, 𝟓 < 𝒙𝑨 ≤ 𝟓 Proses Terintegrasi
Sumber: (Chan et al., 2016)

Keterangan: 𝑥 = Rata-rata skor indikator Analasis dan Interpretasi Data


Dengan demikian akan diketahui kategori kemampuan penalaran statistik siswa
pada indikator Analasis dan Interpretasi Data.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian berupa deskripsi kemampuan penalaran statistik siswa
dalam menganalisis dan menginterpretasikan data ketika menyelesaikan soal
mirip PISA. Untuk mengetahui deskripsi tersebut, hasil tes tertulis dan wawancara
di analisis dengan teknik yang sesuai dengan model Miles et al. (2014), yaitu
pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, dan terakhir berupa penarikan
kesimpulan. Penelitian dilakukan di MTs Negeri 4 Magelang pada 9 Februari
2024. Subjek penelitian terdiri dari 3 siswa berkemampuan matematika sedang
kelas IX H. Rincian analisis data dapat dilihat dalam beberapa tabel dan gambar
berikut.

Tabel 4. Analisis Jawaban Siswa


Nomor Soal Kode Sub- S1 S2 S3
Indikator Level Level Level
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1a √ √ √ √ √ √ √ √ √
A1
1b √ √ √ √ √ √ √ √
2 A2 √ √ √ √ √ √ √
3 Jawaban √ √ √ √ √ √
ke-1
A3
3 Jawaban √ √ √ √ √ √
ke-2

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa semua siswa sama-sama


mencapai level 2 penalaran verbal pada 3 soal dan mencapai level 3 penalaran
8

transisional pada 2 soal. Siswa dominan mencapai level 2 penalaran verbal pada
soal-soal yang dikerjakan karena siswa tidak mampu menjawab dengan benar soal
serta tidak mampu mengaitkan jawabannya dengan data yang ada pada soal.
Siswa cenderung menjawab berdasarkan pendapatnya masing-masing. Berikut
adalah hasil pekerjaan dan cuplikan wawancara peneliti dengan salah satu siswa
pada soal nomor 3.

Gambar 3. Jawaban Tes S3 pada Soal Nomor 3

P 49 : Oke, terus nomor 3.


Ini maksudnya apa? (Menunjuk jawaban pertama nomor 3)
S3 49 : Bunga yang paling bagus, biar pembeli tertarik
P 50 : Berarti harus menambah variasi bunga lagi?
S3 50 : Iya
P 51 : Tapikan, kalau berdasarkan data tadi itu bunganya cuman dua ini.
Apa dua bunga ini sudah tidak bisa dimaksimalin lagi
pendapatannya? Harus menambah variasi?
S3 51 : Iya
P 52 : Sudah ndak bisa diapa-apakan lagi?
S3 52 : Ada, dijual di sosmed
P 53 : Jual di sosmed, berarti ke tempat lain gitu ya. Kalau misal mau
tetap jualan di pasar Rejowinangun ini, gimana?
9

S3 53 : Promosi bunga, nyari keuntungan dikit tapi laku banyak


P 54 : Gimana itu? Biar untungnya tinggi, ruginya dikit
S3 54 : Jadiin satu bunga sedap malam sama mawar.
P 55 : Oo, digabung gitu.
Kalau digabung gitu, bukannya bisa jadi yang bunga sedap malam
jadi turun harga karna dicampur gitu? Gimana itu?
S3 55 : Kurang tau.
P 56 : Oke, jadi itu menurut kamu yang pertama.
Berarti butuh satu jenis bunga gabungan gitu. Kalau begitu butuh
uji coba lagi. Sedangkan data di diagram belum ada. Kalau misal
coba-coba lagi tadi itu malah jadi rugi gimana?
S3 56 : Balek ke awal lagi.
P 57 : Nah kalau gitu kan semakin rugi.
S3 57 : Diam.

Berdasarkan hasil tes pada kolom jawaban, S3 kurang tepat saat


menjelaskan kebijakannya. Berdasarkan hasil wawancara, S3 menyarankan
kebijakannya hanya berdasarkan pada pendapat pribadi dengan tanpa
menghubungkannya dengan data pada soal yang tersedia; mulai dari menyarankan
agar menambah jenis bunga dengan kualitas terbaik, menggabungkan sedap
malam dan mawar menjadi satu buket, ataupun memasarkan secara online.
Semuanya berdasarkan pendapatnya sendiri, serta memerlukan data tambahan lain
untuk mengetahui keefektifannya. Selain itu, berdasarkan hasil tes menunjukkan
semua alasan S3 merupakan pendapatnya pribadi yang merujuk pada sudut
pandang pembeli seperti lebih menarik perhatian dan pembeli lebih merasa hemat.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa S3 tidak mampu menyebutkan
kebijakan yang relevan dengan data yang ada tetapi justru menyebutkan kebijakan
berdasarkan pendapatnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan S3 kurang menguasai
sub-indikator A3 serta berada pada level 2 penalaran verbal.
Setelah data hasil tes soal mirip PISA dianalisis, data tersebut kemudian
dihitung sesuai dengan rumus sehingga diperoleh.

Tabel 5. Hasil Analisis Data Kemampuan Penalaran Statistik Siswa Indikator


Menganalisis dan Interpretasi Data
No Subjek A1 A2 A3 Rata- Kategori
Skor Skor Skor Skor Skor Rata Kemampuan
No No No 2 No 3 No 3 Penalaran
1a 1b Respon Respon Statistik
ke-1 ke-2 Indikator ke-4
1 S1 3 2 3 2 2 2.5 Verbal
2 S2 3 3 2 2 2 2.33 Verbal
3 S3 3 3 2 2 2 2.33 Verbal
10

Apabila hasil analisis tersebut ditampilkan dalam bentuk spektrum maka akan
tampak sebagai berikut.

S3

S2

S1

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5


Idiosinkratik Verbal Transisional Prosedural Proses Terintegrasi

Gambar 4. Spektrum Analisis Jawaban Siswa

Berdasarkan gambar 4, posisi ketiga siswa saling berdekatan, bahkan S2 dan


S3 sejajar. Penelitian ini memilih siswa berkemampuan sedang sebagai subjek
penelitian. Berdasarkan keterangan guru pamong, kelas tersebut berdistribusi
normal. Apabila data berdistribusi normal maka subjek mewakili sebagian besar
populasi siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran penguasaan
kemampuan penalaran statistik indikator menganalisis dan menginterpretasi data
siswa secara umum berada di rentang level 2 penalaran verbal.
Semua Siswa berada pada level 2 penalaran verbal karena siswa tidak mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan benar serta tidak mampu mengaitkan
jawaban dengan data yang ada pada soal. Bahkan pada soal nomor 3, semua siswa
kompak menyebutkan jawaban berdasarkan pendapatnya masing-masing.
Posisi S1 hampir berada pada level 3 penalaran transisional. Yang demikian
karena S1 pada beberapa soal mampu mengaitkan jawabannya dengan data yang
ada pada soal. Meskipun demikian, S1 tidak luput dari jawaban berdasarkan
pendapatnya pribadi. Hal ini paling tampak dari jawaban S1 pada soal nomor 3.
Sehingga alasan tersebutlah yang menahan S1 tetap berada pada level 2 penalaran
verbal.
11

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, secara umum siswa memiliki
kemampuan penalaran statistik indikator menganalisis dan menginterpretasi data
pada rentang level 2 penalaran verbal. Hal ini mengindikasikan kemampuan
penalaran statistik indikator menganalisis dan menginterpretasi data siswa masih
tergolong rendah. Meskipun subjek yang dipilih berasal dari sekolah yang telah
melaksanakan AKM, tetapi hal tersebut tidak menjamin kemampuan penalaran
statistik siswa akan tergolong tinggi. Adanya penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan informasi serta evaluasi oleh guru, sekolah, maupun
pihak lain yang peduli akan pendidikan Indonesia. Kami menyarankan agar
penelitian selanjutnya lebih meningkatkan kualitas penelitian, baik itu dengan
memilih indikator penalaran statistik secara menyeluruh, memilih konten soal
yang lebih bervariasi, maupun dengan instrumen yang lebih baik lagi.
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan artikel ilmiah ini. Artikel ilmiah ini
disusun dalam rangka menuangkan ide dan pemikiran dari hasil-hasil kegiatan
ilmiah yang telah kami lakukan dan turut serta dalam program kreativitas
mahasiswa (PKM).
Kami menyadari akan satu hal bahwasanya tanpa saran dan bimbingan
dari berbagai pihak, sulit bagi kami untuk menyelesaikan artikel ilmiah ini. Oleh
sebab itu kami mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Bapak Moch. Lutfianto, M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika STKIP
Al Hikmah Surabaya yang telah memberikan kami kesempatan untuk
melaksanakan praktik pengenalan lapangan.
2. Bapak Drs. Fahrurozi selaku Kepala Sekolah MTs Negeri 4 Magelang yang
telah mengizinkan kami melaksanakan kegiatan praktik pengalaman lapangan
dan penelitian.
3. Ibu Laelatul Masfufah, M.Sc. selaku Guru Matematika MTs Negeri 4
Magelang yang telah membantu kami dalam kegiatan ini.
4. Seluruh pihak yang sudah membantu sehingga terlaksananya kegiatan praktik
pengalaman lapangan dan tersusunnya artikel ilmiah ini.
Kontribusi Penulis
Lahirnya artikel ilmiah ini tentu tidak dapat luput dari kontribusi yang
sudah diberikan oleh para penulis. Penulis satu (Ahmad Arofi Nafsak)
berkontribusi dalam penyusun draft manuskrip, desain kegiatan, pengambilan
data, dan analisis data. Penulis dua (Risa Novita) berkontribusi dalam melakukan
pengumpulan data dan melakukan analisis data. Penulis tiga (Nurul Astna)
berkontribusi dalam melakukan pengumpulan data dan pengkajian daftar pustaka.
Penulis terakhir (Moch. Lutfianto) berkontribusi dalam mendesain kegiatan
12

penelitian, memberikan bimbingan, dan arahan serta penyeleras akhir manuskrip


dalam kegiatan penelitian ini.
Daftar Pustaka
Andrianti, D. S., & Rahayu, P. 2022. Kemampuan Literasi Numerasi Berdasarkan
Kecerdasan Logis Matematis Melalui Soal Asesmen Kompetensi Mimimum.
3(2), 55–63. https://doi.org/10.47435/jtmt.v3i2.1189
BBPMP Provinsi Jawa Tengah. 2020. Urgensi Penalaran dalam Pembelajaran
Matematika.
Cahyadi, I. R. 2020. Survei KIC: Hampir 60% Orang Indonesia Terpapar Hoax
Saat Mengakses Internet. In Berita Satu.
https://www.beritasatu.com/digital/700917/survei-kic-hampir-60-orang-
indonesia-terpapar-hoax-saat-mengakses-internet
Chan, S. W., Ismail, Z., & Sumintono, B. 2016. A framework for assessing high
school students’ statistical reasoning. PLoS ONE, 11(11), 1–32.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0163846
delMas, R. C. 2002. Statistical literacy, reasoning and learning: A commentary.
Journal of Statistics Education, 10(3).
https://doi.org/10.1080/10691898.2002.11910679
Direktorat SMP. 2021. Asesmen Kompetensi Minimum Sebagai Bagian dari
Asesmen Nasional 2021. 1 April 2021.
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/asesmen-kompetensi-minimum-sebagai-
bagian-dari-asesmen-nasional-2021/
Fadillah, F., & Munandar, D. R. 2021. Analisis kemampuan literasi statistis dalam
pembelajaran matematika di masa pandemi. 4(5), 1157–1168.
https://doi.org/10.22460/jpmi.v4i5.1157-1168
Fauzi, M. 2021. Pengaruh Literasi Digital Terhadap Pencegahan Informasi Hoaks
pada Remaja di SMA Negeri 7 Kota Lhokseumawe. Jurnal Pekommas, 6(2),
77–84. https://doi.org/10.30818/jpkm.2021.2060210
Garfield, J. 2002. The Challenge of Developing Statistical Reasoning The
Challenge of Developing Statistical Reasoning. 1898(2002).
https://doi.org/10.1080/10691898.2002.11910676
Gould, R. 2017. Data literacy is statistical literacy. Statistics Education Research
Journal, 16(1), 22–25. https://doi.org/10.52041/serj.v16i1.209
Gunawan, Asriani, N. W., Kumala, F. Z., Akhsani, L., & Rohmawati5, S. 2023.
Karakteristik Kemampuan Literasi Statistika Siswa dalam Menyelesaikan
Masalah Model PISA. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan
Matematika, 11(3), 2282–2295.
Hafiyusholeh, M. 2015. Literasi Statistik dan Urgensinya Bagi Siswa. Wahana,
64(1), 1–8. https://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/whn/article/view/531/390
Hidayanti, D., As’ari, A. R., & Daniel, T. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa SMP Kelas IX pada Materi Kesebangunan. Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Smp Kelas Ix Pada Materi Kesebangunan,
13

12(Knpmp I), 276–285.


Maryati, I. 2017. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN STATISTIS
SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. Lingual: Journal of Language &
Culture, 13(1), 66–73.
NCTM. 2000. Principles and Standars for School Mathematics.
OECD. 2019. Programme for international student assessment (PISA) results
from PISA 2018. Oecd, 1–10. https://www.oecd-ilibrary.org/education/pisa-
2018-results-volume-iii_bd69f805-en%0Ahttps://www.oecd-
ilibrary.org//sites/bd69f805-
en/index.html?itemId=/content/component/bd69f805-en#fig86
OECD. 2023. PISA 2022 Results: Vol. II.
Pratiwi, N., & Pritanova, N. 2017. Pengaruh Literasi Digital Terhadap Psikologis
Anak Dan Remaja. Semantik, 6(1), 11.
https://doi.org/10.22460/semantik.v6i1p11-24.250
Rahmawati, R., Mujib, A., & Zahari, C. L. 2022. Analisis Penalaran Statistika
Berbasis Soal Hots. Jurnal MathEducation Nusantara, 5(1), 118.
https://doi.org/10.54314/jmn.v5i1.289
Sariningsih, R., & Herdiman, I. 2017. Mengembangkan Kemampuan Penalaran
Statistik dan Berpikir Kreatif Developing Students ’ Mathematical Creative
Thinking and Statistical reasoning through Open-ended Approach in Cimahi
City. 4(2), 239–246.
Setiawan, E. P., & Ismurjanti, I. 2018. Penggunaan Internet sebagai sumber
informasi dalam penyusunan karya ilmiah Siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta.
Jurnal Kajian Informasi Dan Perpustakaan, 6(2), 169–182.
https://doi.org/10.24198/jkip.v6i2.18590
Wijaya, A., & Dewayani, S. 2021. Framework Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM). Badan Penelitian Dan Pengembangan Dan Perbukuan Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan, 1–108.
Wuryanto, H., & Abduh, M. 2022. Mengkaji Kembali Hasil PISA sebagai
Pendekatan Inovasi Pembelajaran untuk Peningkatan Kompetensi Literasi
dan Numerasi. 5 Desember 2022.
https://gurudikdas.kemdikbud.go.id/news/mengkaji-kembali-hasil-pisa-
sebagai-pendekatan-inovasi-pembelajaran--untuk-peningkatan-kompetensi-li

Anda mungkin juga menyukai