Anda di halaman 1dari 4

Nama : Moch.

Charis Hafidzi
NIM : G.331.19.0144
Matkul : Etika Profesi Komunikasi
Prodi : Ilmu Komunikasi

UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Tujuan utama diterapkannya kode etik profesi, termasuk dalam bidang komunikasi, adalah
untuk menjaga integritas, kualitas, dan tanggung jawab dalam praktik profesi tersebut. Berikut
adalah beberapa tujuan umum dari penerapan kode etik profesi dalam bidang komunikasi:
1. Mengatur Perilaku Profesional: Kode etik profesi menetapkan standar perilaku yang diharapkan
dari para praktisi dalam bidang komunikasi. Kode ini membantu mengatur tindakan dan keputusan
mereka agar sesuai dengan nilai-nilai etika dan moral yang diakui dalam profesi tersebut.
2. Melindungi Kepentingan Publik: Kode etik profesi bertujuan untuk melindungi kepentingan dan
kesejahteraan publik. Praktisi komunikasi memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar dalam
menyampaikan informasi dan mempengaruhi opini publik. Dengan menerapkan standar etika yang
tinggi, kode etik profesi memastikan bahwa praktisi bertanggung jawab dalam memberikan
informasi yang akurat, obyektif, dan bermanfaat bagi masyarakat.
3. Membangun Kepercayaan dan Reputasi: Kode etik profesi berperan dalam membangun
kepercayaan dan reputasi bidang komunikasi. Ketika praktisi komunikasi mengikuti kode etik
dengan konsisten, hal itu mencerminkan integritas dan profesionalisme mereka. Kepercayaan
publik terhadap media, jurnalis, dan profesional komunikasi lainnya sangat penting, dan kode etik
membantu membangun dan mempertahankan kepercayaan tersebut.
4. Menghindari Konflik Kepentingan: Kode etik profesi membantu mengidentifikasi dan
menghindari konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi objektivitas dan independensi praktisi
komunikasi. Dengan menjaga integritas dan mengikuti prinsip-prinsip etika, praktisi diharapkan
untuk bertindak dalam kepentingan publik daripada kepentingan pribadi atau kepentingan pihak
lain.
5. Memberikan Pedoman dan Pertimbangan Etika: Kode etik profesi memberikan pedoman yang
jelas bagi praktisi komunikasi dalam menghadapi situasi dan dilema etika yang kompleks. Kode ini
menyediakan kerangka kerja untuk membuat keputusan yang tepat, menghormati nilai-nilai etika,
dan mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari tindakan mereka.

2. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku tidak etis antara lain:
1. Tekanan untuk mencapai tujuan: Ketika seseorang menghadapi tekanan yang tinggi untuk
mencapai target atau tujuan yang ditetapkan, terkadang mereka dapat merasa terdorong untuk
melanggar prinsip-prinsip etika demi mencapai hasil yang diinginkan. Tekanan tersebut dapat
berasal dari atasan, lingkungan kompetitif, atau budaya organisasi yang mempertimbangkan hasil
sebagai prioritas utama.
2. Ketidakjelasan aturan atau panduan: Jika perusahaan atau organisasi tidak memiliki aturan atau
panduan yang jelas terkait etika dan perilaku yang diharapkan, individu cenderung memiliki ruang
yang lebih besar untuk menafsirkan situasi dengan cara yang tidak etis. Ketidakjelasan tersebut
dapat mengaburkan batasan dan memungkinkan perilaku yang meragukan.
3. Kurangnya akuntabilitas: Ketika individu tidak merasa bertanggung jawab atau tidak ada
konsekuensi yang jelas atas perilaku tidak etis, mereka mungkin cenderung melanggar
prinsip-prinsip etika. Akuntabilitas yang lemah dalam organisasi dapat memberikan kesempatan
bagi individu untuk menghindari tanggung jawab mereka terhadap tindakan mereka.
4. Budaya organisasi yang tidak mendukung etika: Jika budaya organisasi tidak mendorong dan
mempromosikan nilai-nilai etika, individu cenderung terpengaruh oleh norma-norma yang ada di
sekitar mereka. Jika perilaku tidak etis dibiarkan atau bahkan dihargai, individu mungkin merasa
lebih mungkin untuk mengadopsi perilaku serupa.
5. Konflik kepentingan: Ketika individu memiliki konflik kepentingan antara kepentingan pribadi
atau kelompoknya dengan kepentingan organisasi atau profesi, mereka dapat cenderung untuk
bertindak tidak etis demi keuntungan pribadi atau kelompok mereka. Konflik kepentingan dapat
mengaburkan penilaian moral dan mengarah pada perilaku yang merugikan.
6. Kurangnya kesadaran atau pemahaman tentang etika: Jika individu tidak memiliki pemahaman
yang memadai tentang prinsip-prinsip etika atau konsekuensi dari perilaku tidak etis, mereka
mungkin terlibat dalam tindakan yang melanggar norma etika tanpa menyadarinya.
7. Lingkungan yang tidak mendukung laporan atau pengungkapan pelanggaran: Jika individu
merasa bahwa melaporkan atau mengungkapkan perilaku tidak etis akan berisiko bagi mereka
secara pribadi, seperti ancaman terhadap pekerjaan atau reputasi, mereka mungkin memilih untuk
tetap diam atau bahkan terlibat dalam perilaku yang meragukan.

3. Seseorang dapat dikatakan profesional dari sudut pandang beberapa aspek yang meliputi:
1. Pengetahuan dan Keterampilan: Seorang profesional memiliki pengetahuan mendalam dan
keterampilan yang diperlukan dalam bidang atau profesi tertentu. Mereka telah menguasai
prinsip-prinsip, teori, dan praktik yang relevan dalam bidang mereka.
2. Kompetensi: Seorang profesional mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
mereka dengan baik dalam praktiknya. Mereka memiliki kemampuan yang terbukti dan dapat
menghasilkan hasil kerja yang berkualitas.
3. Etika dan Integritas: Seorang profesional berpegang pada prinsip-prinsip etika dan memiliki
integritas tinggi dalam tindakan dan keputusan mereka. Mereka bertindak dengan kejujuran,
menjunjung tinggi nilai-nilai moral, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.
4. Tanggung Jawab: Seorang profesional menyadari tanggung jawabnya terhadap tugas, klien,
organisasi, atau masyarakat secara luas. Mereka bekerja dengan kedisiplinan, menghormati tenggat
waktu, dan mampu mengelola tugas dengan baik.
5. Pembaruan dan Pengembangan: Seorang profesional terus belajar dan mengembangkan diri
dalam bidangnya. Mereka berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mereka melalui pelatihan, pendidikan, dan pembaruan terhadap perkembangan terbaru dalam
bidang yang mereka geluti.
6. Komunikasi Efektif: Seorang profesional memiliki kemampuan komunikasi yang baik, baik
secara lisan maupun tertulis. Mereka mampu berinteraksi dengan baik dengan rekan kerja, klien,
atau pihak lain yang terlibat dalam profesinya.
7. Orientasi Pelayanan: Seorang profesional memiliki orientasi pelayanan yang kuat. Mereka
memahami kebutuhan dan harapan klien atau pihak terkait lainnya, dan berusaha memberikan
layanan yang terbaik sesuai dengan standar yang ditetapkan.
4. Berikut adalah tiga contoh kasus pelanggaran kode etik profesi bidang komunikasi yang terjadi
di Indonesia, beserta penyelesaiannya:
1. Kasus Pelanggaran Privasi:
- Deskripsi Kasus: Seorang wartawan mengungkapkan informasi pribadi yang sensitif tentang
seseorang dalam pemberitaan tanpa izin atau persetujuan yang tepat.
- Penyelesaian: Organisasi media memberikan klarifikasi dan permintaan maaf kepada individu
yang terkena dampak. Wartawan yang terlibat dapat diberikan peringatan atau sanksi disiplin sesuai
dengan kebijakan internal media. Langkah-langkah diambil untuk meningkatkan kesadaran dan
pemahaman tentang etika jurnalistik dalam privasi individu.
2. Kasus Pelanggaran Kesetaraan:
- Deskripsi Kasus: Sebuah artikel media mencantumkan pernyataan yang merendahkan atau
diskriminatif terhadap kelompok tertentu berdasarkan ras, agama, atau jenis kelamin.
- Penyelesaian: Media tersebut meminta maaf secara publik atas artikel yang melanggar prinsip
kesetaraan dan tidak diskriminatif. Pemred (Pemimpin Redaksi) dapat mengadakan pertemuan
dengan tim redaksi untuk membahas tentang pentingnya menghindari stereotip dan diskriminasi
dalam pemberitaan. Langkah-langkah penguatan kesadaran tentang keragaman dan inklusi diambil
di dalam redaksi.
3. Kasus Pelanggaran Konflik Kepentingan:
- Deskripsi Kasus: Seorang presenter acara berita tidak mengungkapkan keterlibatannya dalam
sebuah perusahaan yang menjadi subjek berita yang dia sampaikan.
- Penyelesaian: Stasiun televisi atau perusahaan media memberikan peringatan dan perbaikan
prosedur yang jelas terkait pengungkapan konflik kepentingan bagi presenter dan jurnalis. Presenter
tersebut dapat diberikan sanksi yang sesuai dengan kebijakan perusahaan. Langkah-langkah
diambil untuk meningkatkan transparansi dan integritas dalam pelaporan berita serta penerapan
kebijakan yang lebih ketat terkait konflik kepentingan.

5. Landasan utama pelaksanaan kode etik profesi didasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai
moral yang melandasi praktik dan perilaku dalam bidang tersebut. Berikut ini adalah beberapa
landasan utama yang menjadi dasar pelaksanaan kode etik profesi:
1. Kepercayaan Publik: Kepercayaan publik merupakan landasan utama dalam pelaksanaan kode
etik profesi. Para profesional diharapkan untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan
publik melalui integritas, transparansi, dan kualitas pelayanan yang tinggi. Kode etik profesi
membantu menegakkan standar moral yang diperlukan untuk membangun dan mempertahankan
kepercayaan publik terhadap profesi tersebut.
2. Perlindungan Individu dan Masyarakat: Kode etik profesi bertujuan untuk melindungi hak-hak
individu dan kepentingan masyarakat. Hal ini mencakup melindungi privasi, menghindari
diskriminasi, memastikan keadilan, dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan. Landasan ini
memastikan bahwa praktisi profesi bertanggung jawab dan menjunjung tinggi kepentingan individu
dan masyarakat dalam tindakan dan keputusan mereka.
3. Integritas dan Etika: Landasan utama lainnya adalah integritas dan etika. Kode etik profesi
memberikan panduan dan standar etika yang harus diikuti oleh para profesional. Prinsip-prinsip
seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan transparansi menjadi landasan etis dalam praktik
profesi. Melalui penerapan etika, praktisi profesi dapat membangun reputasi yang baik dan
mempertahankan integritas dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.
4. Pertumbuhan Profesional dan Pembelajaran: Kode etik profesi juga mendorong pertumbuhan dan
pembelajaran profesional. Dalam praktik profesi, pengetahuan dan praktik terbaik terus
berkembang. Kode etik profesi memberikan landasan untuk memastikan praktisi terus belajar dan
mengembangkan diri agar tetap kompeten dan relevan dalam bidang mereka.

Anda mungkin juga menyukai