Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

ETIKA DAN KODE ETIK PROFESI HUMAS

A.    Pengertian Kode Etik


Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata latin ethicus yang berarti
kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat.
Kenyataannya, banyak orang tertarik untuk mempelajari etika, sehingga terdapat pengertian lain
tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku
manusia, mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk.
Courtland L. Bovee dan John V. Thill mendefinisikan etika adalah prinsip perilaku yang
mengatur seseorang atau sekelompok orang. Orang yang tidak memiliki etika, melakukan apapun
yang diperlalukan untuk mencapai tujuannya. Orang – orang yang memiliki etika umumnya dapat
dipercaya, adil, dan tidak memihak, menghargai orang lain, dan menunjukan kepedulian terhadap
dampak atas tindakan di masyarakat.[1]
Secara umum kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai, dan aturan profesional
tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa
yang tidak baik. Kode etik juga menyatakan perbuatan apa saja yang harus dilakukan dan
perbuatan apa saja yang harus dihindari. Singkatnya, kode etik adalah suatu pola aturan, tata cara,
pedoman, dan batasan-batasan ketika melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan tujuan
untuk meningkatakan kualitas anggota perusahaan. Kode etik biasanya berupa aturan tertulis yang
sistematis dan dengan sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan ketika
dibutuhkan dapat difungsikan sebagaimana mestinya.

B.     Fungsi Kode Etik dalam Kegiatan Humas


Menurut Gibson dan Michel (1945:449) fungsi dari kode etik adalah sebagai pedoman
atau perlindungan dalam pelaksanaan tugas profesional dan pedoman bagi masyarakat sebagai
seorang profesional. Sedangakan menurut Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan 3 fungsi
dari kode etik, yaitu:
a) Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah
Dengan adanya kode etik yang mengatur hubungan antara praktisi humas dengan
pihak pemerintah akan semakin memperjelas tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan. Hal ini menjadi sangat penting, karena dengan terjalinya hubungan
baik dengan pihak pemerintah sebagai pemangku kebijakan suatu daerah tentunya sangat
berpengaruh terhadap jalanya perusahaan, sehingga adanya kode etik ini dapat meminimalisir
tindak semena-mena pemerintah terhadap perusahaan.
b)    Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi
Dengan adanya kode etik humas akan memberikan penjelasan tentang bagaimana cara
menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja, yang tentunya akan sangat berpengaruh
terhadap performa dan motivasi kerja dari masing-masing aggota humas.
a) Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi
1
Dengan adanya kode etik humas tentunya sangat berkaitan dengan hasil kerja para
praktisi dalam profesi humas. Praktisi humas yang bijaksana tidak akan memberikan
kemudahan terhadap penyelewengan kerja, yang mana tindakan tersebut akan berdampak
negatif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap perusahaan. Praktisi humas yang baik,
yang taat terhadap kode etik adalah mereka yang meminimalisir sekecil apapun kesalahan
dalam berkeja serta menjaga nama baik profesinya.

Sedangkan beberapa pihak mengatakan bahwa, fungsi kode etik hanyalah “ khotbah untuk
panduan suara” dan tidak membantu jika diperlukan : yakni tidak membantu training etika dan
penalaran moral atau pengembangan moral. Kode etik itu sebagai lembaga pedoman yang
konsisten untuk praktik PR di seluruh dunia. Apakah kode itu dipakai atau tidak, itu biasanya
tergantung kepada siapa yang bertanggung jawab dalam pembentukan keputusan etis. Seoramg
ahli etika mengatakan : Dasar pembuatan keputusan etis di bidang kita akan terus berada di tangan
praktisi individual.[2]

C.    Macam-Macam Kode Etik Humas


Ada 4 macam kode etik yang harus praktisi humas taati. Keempat kode etik tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Code of conduct, yaitu etika perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi, klien dan
majikan, media dan umum, serta perilaku terhadap rekan seprofesi.
b) Code of profession, yaitu etika dalam melaksanakan tugas/profesi humas.
c) Code of publication, yaitu etika dalam kegiatan proses dan teknis publikasi.
d) Code of enterprise, yaitu menyangkut aspek peraturan pemerintah seperti hukum perizinan
dan usaha, hak cipta, merk, dll.

D.    Etika Sebagai Standar Perilaku Sosial


            Etika terkait dengan apa yang secara moral dianggap benar atau salah dalam perilaku
sosial, biasanya ditentukan oleh standar profesi, organisasi, dan individu. Perilaku beretika
merupakan pertimbangan utama yang membedakan antara warga yang beradap dengan yang tidak
dalam masyarakat. Allen Center mengusulkan lima faktor yang mengatur perilaku sosial.
1. Tradisi. Bagaimana sebuah situasi dipandang dan diberlakukan pada masa lalu.
2. Opini Public. Perilaku yang dapat diterima oleh mayoritas orang pada saat ini.
3. Hukum. Perilaku yang dibolehkan dan yang dilarang oleh undang-undang.
4. Moralitas. Umumnya terkait dengan apa yang dibolehkan dan dilarang pleh ajaran agama.
5. Etika. Standar yang disusun oleh profesi, organisasi, atau diri sendiri, berdasarkan suara hati-
apa yang benar dan adil untuk orang lain dan untuk diri sendiri.[3]

E.     Pentingya Kode Etik Bagi Praktisi Humas

2
Salah satu alasan mengapa industri PR memunculkan kritik adalah kapan pula pada saat
politisi, perusahaan, ataupun selebritis bermasalah maka tindakan pertama yang dilakukan PR
adalah selalu menjadi penasihat mereka. Namun demikian, kebanyakan penunjukan praktisi PR
untuk suatu kasus akan membawa dampak baik, karena akan memberikan kejelasan dan
memberikan manfaat bagi setiap orang yang terkait, termasuk media massa. Hal ini
menunjukkan  bahwa pada dasarnya bukan praktisi PR-nya yang tidak bersifat etis sehingga
membutuhkan pandangan netral terhadap PR.
            Baker & Martinson (2002) mengatakan ada lima prinsip yang harus di patuhi individu
dalam melakukan pekerjaan. Prinsip tersebut yaitu kebenaran ( truthfulness), otentisitas
(authenticity), rasa hormat (respect), dan tanggung jawab social (social responsibility). Untuk
prinsip kebenaranya, para praktisi PR ada dalam pengawasan ketat, khusunya oleh paara jurnalis
yang menganggap bahwa praktisi PR adalah “musuh”.[4]
Sebagaimana lazimnya kaum profesional, praktisi humas (public relations) memiliki etika
profesi atau kode etik humas yang harus ditaati, sehingga praktisi PR harus memiliki standar etika
personal yang tinggi yang mengilhami kerjanya sebagai PR.
Seorang praktisi humas dikatakan profesional apabila pribadinya mampu memahami dan
menerapkan kode etik dengan benar sesuai profesi yang diembannya dan memberikan dampak
yang positif baik bagi profesinya maupun bagi dirinnya sendiri.
Sebagai contoh seorang humas dituntut memiliki kemampuan seperti berkomunikasi,
mengorganisir, bergaul, berelasi, dan berkepribadian yang kuat. Selain itu juga harus memiliki
ketrampilan yang tinggi dalam bidang penguasaan teknologi informasi untuk menunjang tuntutan
pekerjaanya. Dari kemampuan dan ketrampilan tersebut dapat dikatakan bahwa seorang praktisi
humas adalah seorang yang profesional jika mampu menjalankannya sesuai kode etik yang telah
ditetapkan.
Dizaman yang serba modern seperti sekarang ini serta tantangan masa depan yang
semakin besar, yang ditandai dengan munculnya kebebasan pers, kebebasan mengeluarkan
pendapat dan berekspresi, terlebih dalam bidang teknologi dan informasi seorang praktisi humas
dalam melaksanakan peran dan aktivitasnya tidak boleh lepas dari kode etik yang dimilikinya.
Karena kode etik itulah yang menjadi standart moral yang harus dipengang oleh para praktisi
humas agar dirinya tetap hidup. Kesadaran memegang teguh kode etik berpengaruh terhadap
posisi dirinya dimata masyarakat. Ia juga dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan
penuh tanggung jawab dan setiap kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya dapat diolah
dengan baik untuk menciptakan konsep kerja yang baik terhadap perusahaan yang diwakilinya,
masyarakat dan lebih besar lagi dampaknya adalah bagi dirinya sendiri.

F.     Dampak Tidak Dijalankannya Kode Etik Humas


Kode etik humas merupakan acuan dari setiap kebijakan yang diambil praktisi humas
dalam menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Seorang humas profesional akan bekerja
dengan penuh kesadaran terhadap kode etik yang dimiliki, maka ia akan bekerja sesuai dengan
kemampuan terbaik dan memperhatikan semua pekerjaannya agar sesuai dengan kode etik.

3
Dampak dari tidak dijalankannya kode etik humas berpengaruh terhadap praktisi humas sendiri
maupun perusahaan.
Menurut Dimock dan Koenig (1987) , pada umumnya tugas- tugas dari pihak humas
instansi atau lembaga pemerintah haruslah di jalankan sesuai dengan etika yang ada, yaitu sebagai
berikut :
1. Upaya memberikan penerangan atau informasi kepada masyarakat tentang pelayanan
masyarakat, kebijakan serta tujuan yang akan dicapai oleh pemerintah dalam melaksanakan
program kerja tersebut.
2. Mampu untuk menanamkan keyakinan dan kepercayaan serta mengajak masyarakat dalam
partisipasinya atau ikut serta pelaksanaan program pembangunan di berbagai bidang sosial,
budaya, ekonomi, politik serta menjaga stabilitas dan keamanan nasional.
3. Kejujuran dalam pelayanan dan pengapdian dari aparatur pemerintah yang bersangkutan
perlu dipelihara atau dipertahankan dalam melaksanakan tugas serta kewajibannya masing-
masing.[5]
Bagi praktisi humas yang bekerja tidak sesuai kode etik akan mendapatkan penilaian negatif dari
rekan sejawat, yang terparah adalah penurunan pangkat atau bahkan dikeluarkan dari tempat
kerjanya.

Bagi perusahaan yang tidak menjalankan kode etiknya maka akan mendapatkan citra negatif di
masyarakat, dan apabila citra ini berkembang maka akan sangat mempengaruhi kinerja
perusahaan.

Kode etik memang tidak ada sanksinya, dan yang berhak  menyatakan apakah ia melanggar kode
etik atau tidak adalah asosiasi profesi itu sendiri. Tidak ada satu pihak pun di luar asosiasi
profesinya yang akan berhak menjatuhkan sanksi ihwal pelanggaran kode etik ini.[6]

G.    Contoh Kode Etik Humas (diambil dari perhumas.ord.id)


KODE ETIK PROFESI
PERHUMAS INDONESIA
Dijiwai oleh Pancasila maupun UUD 1945 sebagai landasan tata kehidupan nasional;
Diilhami oleh Piagam PBB sebagai landasan tata kehidupan internasional; Dilandasi oleh
Deklarasi Asean (8 Agustus 1967) sebagai pemersatu bangsa-bangsa Asia Tenggara; dan
dipedomi oleh cita-cita, keinginan dan tekad untuk mengamalkan sikap dan perilaku kehumasan
secara professional; kami para anggota Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia –
PERHUMAS INDONESIA sepakat untuk mematuhi Kode Etik Kehumasan Indonesia, dan bila
terdapat bukti-bukti diantara kami dalam menjalankan profesi kehumasan ternyata ada yang
melanggarnya, maka hal itu sudah tentu mengakibatkan diberlakukannya tindak organisasi
terhadap pelanggarnya.

Pasal 1
KOMITMEN PRIBADI
4
Anggota PERHUMAS harus :
1. Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi mungkin dalam menjalankan
profesi kehumasan
2. Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya memasyarakatan kepentingan
Indonesia
3. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antar warga Negara Indonesia yang serasi
daln selaras demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Pasal II
PERILAKU TERHADAP KLIEN ATAU ATASAN
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
1. Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan
2. Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau yang bersaing tanpa
persetujuan semua pihak yang terkait
3. Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau atasan, maupun yang
pernah diberikan oleh mantan klien atau mantan atasan
4. Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung merendahkan martabat,
klien atau atasan, maupun mantan klien atau mantan atasan
5. Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan menerima pembayaran, komisi
atau imbalan dari pihak manapun selain dari klien atau atasannya yang telah memperoleh
kejelasan lengkap
6. Tidak akan menyerahkan kepada calon klien atau calon atasan bahwa pembayaran atau
imbalan jasa-jasanyaharus didasarkan kepada hasil-hasil tertentu, atau tidak akan menyetujui
perjanjian apapun yang mengarah kepada hal yang serupa 

Pasal III
PERILAKU TERHADAP MASYARAKAT DAN MEDIA MASSA
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
1. Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat
serta harga diri anggota masyarakat
2. Tidak melibatkan diri dalam tindak memanipulasi intergritas sarana maupun jalur
komunikasi massa
3. Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan sehingga dapat
menodai profesi kehumasan
4. Senantiasa membantu untuk kepentingan Indonesia

Pasal IV
PERILAKU TERHADAP SEJAWAT
Praktisi Kehumasan Indonesia harus:
5
1. Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau tindak professional
sejawatnya. Namun bila ada sejawat bersalah karena melakukan tindakan yang tidak etis,
yang melanggar hukum, atau yang tidak jujur, termasuk melanggar Kode Etik Kehumasan
Indonesia, maka bukti-bukti wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan PERHUMAS
INDONESIA
2. Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk menggantikan kedudukan
sejawatnya
3. Membantu dan berkerja sama dengan sejawat di seluruh Indonesia untuk menjunjung tinggi
dan mematuhi Kode Etik Kehumasan ini. [7]

H.    Praktisi Public Relations Profesional


Public Relations adalah profesi yang menuntut intregritas antara pengetahuan
(expertise), keahlian (skill), dan etika profesi (ethics). Seseorang praktisi public relations dituntut
mempunyai 3B (beauty,brain dan behavior). Tidak hanya cantik, ganteng dan penampilan
menarik (beauty), tetapi juga harus berwawasan luas dan skillful (brain/expertise), dan
berperilaku baik (behavior/ethics).[8]
Selain itu public relation di tuntut mempunyai kemampuan dalam praktik komunikasi
organisasi, manajemen krisis dan manajemne isu, dan riset. Pengetahuan tentang komunikasi
organisasi yang baik diperlukan karena kegiatan public relations berada dalam lingkup organisasi.
Seorang public relations juga perlu bekal keahlian dalam manajemen krisis dan isu. Setiap
perusahaan pasti mengalami krisis dan isu dalam hidupnya. Kritis dapat berasal dari internal
ataupun eksternal perusahaan. Krisis yang dikelola dengan baik akan menjadi awal peningkatan
citra perusahaan menuju kondisi yang lebih baik. Namun krisis yang tidak dikelola dengan baik
akan membuat citra perusahaan jatuh.
Pengetahuan tentang riset perlu dikuasasi, mengingat pekerjaan public relations adalah
“ based on facts” (berdasarkan fakta-fakta). Fakta diperlukan berdasarkan keputusan yang
diambil. Pada akhirnya segala aktivitas public relations bermuara pada terjalinya “harmonisasi”
dalam operasional sehari-hari organisasi.

TUGAS MANDIRI
1. Di bawah ini yang tidak termasuk dalam ciri-ciri profesi humas adalah ...
a. Memiliki kemampuan tertentu yang tidak dimiliki oleh sebagian besar orang.
b. Tetap taat dan mematuhi kode etik yang berlaku.
6
c. Memiliki kemampuan manajemen organisasi humas.
d. Melempar tanggung jawab pada atasan dengan alasan ia hanya menjalankan tugas.
e. Menjadi anggota Perhumas Indonesia yang aktif dan menjaga solidaritas dengan sesama.
2. Tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/ adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap, dan cara berpikir merupakan arti dari kata …
a. Etika
b. Ethos
c. Ta etha
d. Professues
e. Vivant professors
3. Perhatikan pernyataan berikut ini!
(1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaannya
(2) Tidak melanggar hak orang lain ataupun kelompok lain selama menjalankan tugas-
tugasnya
(3) Tidak menerima bayaran selain dari kliennya
(4) Tidak menerima dua klien yang sedang bertentangan kecuali jika atas kesepakatan
bersama
Pernyataan di atas yang termasuk etika profesi yang harus dimiliki oleh humas adalah …
a. (1) dan (2)
b. (1) dan (3)
c. (1) dan (4)
d. (2) dan (3)
e. (2) dan (4)
4. Suatu tatanan etika yang telah disepakati, ditetapkan, dan dapat diterima oleh kelompok
profesi untuk berpedoman dan bertindak seharusnya, merupakan pengertian dari ….
a. Etik
b. Etika
c. Kode etik
d. Kode etika
e. Kode etik profesi
5. Berikut ini yang termasuk kode etik yang harus dimiliki oleh praktis humas adalah …
a. Code of product, code of prefession, dan code of law
b. Code of profession, code of publication, dan code of communication
c. Code of publication, code of enterprise, dan code of rights
d. Code of enterprise, code of conduct, dan code of moral
e. Code of conduct, code of profession, dan code of publication
6. Fungsi utama dari kode etik profesi humas adalah ….
a. Memperjelas hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh praktisi humas dalam
menjalin hubungan dengan pemerintah

7
b. Melindungi profesi dari campur tangan profesi lain yang hendak menciptakan jenis
pekerjaan baru
c. Menjaga citra positif yang dimiliki oleh klien
d. Melindungi praktisi dari putusan-putusan hukum
e. Mencegah pertentangan antaranggota sesame profesi humas
7. Perhatikan pernyataan pada No. 3 yang termasuk dalam kode etik yang ditetapkan oleh
Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia adalah ….
A.   (1) dan (2)
B.   (1) dan (3)
C.   (1) dan (4)
D.   (2) dan (3)
E.   (2) dan (4)
8. Dalam pasal 3 mengenai Kode Etik Humas Pemerintahan yang disahkan oleh Menteri
Komunikasi dan Informatika, hal-hal yang harus diutamakan oleh humas pemerintah yakni …
a. Kompetensi, obyektivitas, dan kesetaraan
b. Kompetensi, obyektivitas, dan loyalitas
c. Obyektivitas, kejujuran, dan keadilan
d. Menjunjung tinggi integritas, norma-norma keahlian, dan kejujuran
e. Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, serta persatuan Indonesia
Perhatikan petunjuk berikut ini.
A.   Pernyataan benar, alasan benar, dan mempunyai hubungan sebab akibat.
B.   Pernyataan benar, alasan benar, tetapi tidak mempunyai hubungan sebab akibat.
C.   Pernyataan benar, alasan salah.
D.   Pernyataan salah,alasan benar.
E.   Pernyataan dan alasan semuanya salah.
Gunakan petunjuk di atas untuk nomor 9 dan 10.
9. Kode Etik International Public Relation Association mengatur tentang perilaku klien dan
karyawan Sebab Dapat memberikan gambaran yang dapat dipercaya mengenai organiasi yang
dilayani

10. Anggota humas pemerintah saling menghargai dan menghormati dengan profesi lainnya.
Namun tetap menjaga jarak hubungannya dengan profesi lainnya Sebab Perilaku seperti itu
sudah diatur dalam Kode Etik Humas Pemerintahan pasal 13

Jawaban :
1. D
2. B
8
3. A
4. E
5. E
6. A
7. D
8. D
9. B
10. E

Anda mungkin juga menyukai