Anda di halaman 1dari 29

Efikasi Pemberian Suplemen Omega-3 dalam Memperbaiki Manifestasi Klinis pada

Pasien Lupus Eritematosus Sistemik

LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI

Disusun oleh:

Christian Martin

2006567711

Pembimbing:

dr. Suzy Maria, Sp.PD, K-AI

MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
Februari 2021
1 HALAMAN PERSETUJUAN

Dengan ini, dinyatakan bahwa makalah yang diajukan oleh:

Nama : Christian Martin


NPM : 2006567711
Program Studi : Profesi Kedokteran
Dengan Judul : Efikasi Pemberian Omega-3 dalam Memperbaiki
Manifestasi Klinis pada Pasien Lupus Eritematosus
Sistemik

Sebagai kelengkapan tugas Modul Praktik Klinik Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, telah disetujui oleh:

Pembimbing

dr. Suzy Maria, Sp.PD, K-AI

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 04 – Maret – 2024

2
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Christian Martin

NPM : 2006567711

Program Studi : Profesi Kedokteran

Dengan Judul : Efikasi Pemberian Omega-3 dalam Memperbaiki


Manifestasi Klinis pada Pasien Lupus Eritematosus
Sistemik

Dengan sebenarnya menyatakan bahwa makalah ini saya susun tanpa tindakan Plagiarisme
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarism, saya akan bertanggung jawab
sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.

Jakarta, 4 Februari 2021

Christian Martin

SK Rektor Universitas Indonesia No. 208/SK/R/UI/2009 tanggal 17 Maret 2009 tentang


Pedoman penyelesaian masalah plagiarism yang dilakukan oleh sivitas akademika
Universitas Indonesia

Plagiarisme adalah tindakan seseorang yang mencuri ide atau pikiran yang telah dituangkan
dalam bentuk tertulis dan/atau tulisan orang lain dan yang digunakannya dalam tulisannya
seolah-olah ide atau tulisan orang lain tersebut adalah ide, pikiran, dan/atau tulisan sendiri
sehingga merugikan orang lain baik material maupun nonmaterial, dapat berupa pencurian
sebuah kata, frasa, kalimat, paragraph, atau bahkan pencurian bab dari tulisan atau buku
seseorang, tanpa mnyebutkan sumbernya, termasuk dalam plagiarism adalah plagiarism diri.

3
2 DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii
DAFTAR ISI iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
BAB I PENDAHULUAN 7
1.1 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

1.2 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

1.3 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

BAB II METODE 8
2.1 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

2.2 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

2.3 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

BAB III HASIL 10


3.1 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

3.2 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

3.2.1 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

3.2.2 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

3.2.3 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

BAB IV DISKUSI 11
BAB V SIMPULAN 12
5.1 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

5.2 Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 14

4
Efikasi Pemberian Suplemen Omega-3 dalam Memperbaiki Manifestasi Klinis pada
Pasien Lupus Eritematosus Sistemik

Christian Martin1, Suzy Maria 2

1
Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2
Divisi Alergi-Imunologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

3 ABSTRAK

Latar Belakang: Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun kompleks yang
dapat bermanifestasi pada berbagai sistem tubuh. Target tatalaksana LES adalah mencapai
remisi dan mencegah kekambuhan. Omega-3 adalah jenis asam lemak yang telah dikenal
memiliki potensi antiinflamasi. Dalam konteks LES, sebuah penyakit autoimun di mana sistem
kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri, omega-3 telah menarik perhatian
karena kemungkinannya untuk mengurangi aktivitas penyakit dan gejala peradangan yang
terkait dengan LES.

Tujuan: Mengetahui efikasi pemberian suplemen omega-3 dalam memperbaiki manifestasi


kinis pada pasien lupus eritematosus sistemik

Metode: Penelusuran literatur komprehensif dilakukan pada database PubMed, Scopus, dan
Cochrane hingga tanggal 28 Februari 2024. Hasil pencarian diseleksi menggunakan PRISMA
chart dengan kriteria eligibilitas yang telah ditetapkan. Studi terinklusi kemudian ditelaah kritis
berdasarkan panduan oleh CEBM Oxford terkait tinjauan sistematis dan studi intervensi.

Hasil: Diperoleh 1 studi yaitu tinjauan sistematis dan meta-analisis dari RCT yang memenuhi
kriteria inklusi. Dengan melibatkan 5 studi dengan populasi 136 pasien kelompok kontrol dan
138 pasien kelompok perlakuan didapati asam lemak omega-3 dapat menurunkan aktivitas
penyakit sebesar -0.9 (95CI, -1.6, -0.3) P= 0,008 dibandingkan dengan plasebo.

Kesimpulan: Suplementasi omega-3 efektif dalam menurunkan aktivitas penyakit pada LES
dengan penurunan skor SLEDAI sebanyak 1 poin. Sehingga, suplementasi omega-3 dapat
menjadi terapi tambahan yang efektif untuk LES.

Kata Kunci: lupus eritematosus sistemik, nutrisi, omega-3, Aktivitas penyakit


5
The Efficacy of Omega-3 Supplementation in Improving Clinical Manifestations in
Patients with Systemic Lupus Erythematosus

Christian Martin1, Suzy Maria2

1
Faculty of Medicine, Universitas Indonesia
2
Allergy-Immunology Division Cipto Mangunkusumo, National General Hospital, Faculty of
Medicine, Universitas Indonesia

4 ABSTRACT

Background: Systemic lupus erythematosus (SLE) is a complex autoimmune disease that can
manifest in various body systems. The management target of SLE is to achieve remission and
prevent relapse. Omega-3 is a type of fatty acid known to have anti-inflammatory potential. In
the context of SLE, an autoimmune disease where the immune system attacks the body's own
tissues and organs, omega-3 has garnered attention due to its potential to reduce disease activity
and inflammation-related symptoms associated with SLE.

Objective: Understanding the efficacy of omega-3 supplementation in improving clinical


manifestations in patients with systemic lupus erythematosus.

Methods: A comprehensive literature search was conducted on the PubMed, Scopus, and
Cochrane databases up to February 28, 2024. The search results were screened using a PRISMA
chart with predefined eligibility criteria. Included studies were then critically reviewed based
on guidelines provided by the CEBM Oxford regarding systematic reviews and intervention
studies.

Result: One study was obtained, namely a systematic review and meta-analysis of RCTs that
met the inclusion criteria. Involving 5 studies with a population of 136 patients in the control
group and 138 patients in the treatment group, it was found that omega-3 fatty acids could
reduce disease activity by -0.9 (95% CI, -1.6, -0.3) P= 0.008 compared to placebo.

Conclusion: Omega-3 supplementation is effective in reducing disease activity in SLE, with a


decrease in SLEDAI score by 1 point. Therefore, omega-3 supplementation can be an effective
adjunctive therapy for SLE.

Keywords: systemic lupus erythematosus, nutrition, omega-3, disease activity


6
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Ilustrasi Kasus

Pasien pria berusia 25 tahun datang untuk kontrol rutin ke poli alergi imunologi RSCM.
Pasien mengatakan terdiagnosis SLE sejak Mei 2023 (8 bulan SMRS), Pada Mei 2023 pasien
sempat dirawat di rumah sakit x dikarenakan diare dan muntah berwarna hijau yang sudah
perbaikan dalam 3 hari, tetapi saat perawatan di rumah sakit x dokter melihat terdapat ruam
berbentuk kupu-kupu berwarna hitam pada area wajah, sehingga dokter di rumah sakit x
melakukan pemeriksaan ANA dan didapat hasil tes ANA positif. Pasien sempat memiliki riwayat
nyeri sendi lutut pada kedua kaki NRS 5, rambut rontok pada bulan Mei 2023. Setelah bulan Juni
2023 pasien mengatakan keluhan terkait nyeri sendi lutut pada kedua kaki dan rambut rontok
sudah membaik. Pasien juga mengeluhkan semenjak Mei 2023 terdapat penurunan berat badan
dari 90 kg ke 62 kg pada saat ini. Saat bulan desember 2023 pasien mengalami keluhan pucat
dan lemas seluruh tubuh yang diringankan dengan istirahat dan memberat saat melakukan
aktivitas fisik, dan setelah mendapatkan pemeriksaan Hemoglobin pasien menyebutkan pasien
memiliki Hb 8.3 g/dl, sehingga pada bulan desember pasien menerima 1 labu transfusi darah.

Saat ini Pasien datang kontrol rutin untuk pengambilan obat. Pasien sudah tidak mengalami
ruam berbentuk kupu-kupu pada area wajah, keluhan nyeri sendi sudah tidak ada, keluhan rambut
rontok juga sudah tidak ada, keluhan ruam pada area lipatan tubuh juga sudah tidak ada, saat ini
keluhan pucat sudah berkurang, keluhan lemas masih ada.

Pada pemeriksaan umum ditemukan, Pasien Compos Mentis, tekanan darah pra-hipertensi
129/90 mmHg, Takikardi, indeks masa tubuh ideal. Pada sistematis ditemukan makula
hiperpigmentasi difus batas tidak tegas sebesar +- 3 cm, tidak terdapat moonface, rambut
penyebaran merata dan tidak mudah dicabut, Konjungtiva pucat, Tidak ada oral thrush, tidak ada
stomatitis, tidak ada ulkus, kuku pasien tampak pucat. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan
anemia normositik normokrom.

Diagnosis SLE dipikirkan berdasarkan kriteria EULAR 2019, didapat total perolehan poin
yaitu 14 sehingga dapat ditegakkan diagnosis SLE dengan keterlibatan muskuloskeletal dan
mukokutan. Monitoring SLE dengan kriteria SLEDAI-2K, pasien sudah termasuk dalam kategori
inactive disease. Akan tetapi, dokter bertanya apakah pemberian Omega-3 dapat membantu
memperbaiki manifestasi klinis pada pasien lupus eritematosus sistemik.

7
8

1.2 Latar Belakang

Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun kompleks yang dapat
bermanifestasi pada berbagai sistem tubuh. Faktor yang berpengaruh terhadap patogenesis
penyakit LES adalah gen dan lingkungan, LES sendiri ditandai dengan terbentuknya
autoantibodi patogenik terhadap asam nukleat dan protein pengikatnya yang disebabkan oleh
intoleransi terhadap komponen tubuh sendiri. Insiden dan prevalensi LES berdasarkan jenis
kelamin banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan pada laki-laki dengan rasio 15:1
hingga 22:1. Manifestasi klinis LES tersering menurut sebuah studi di Amerika Serikat adalah
artritis (70,8%), ruam malar (49,3%), fotosensitivitas (48,4%), serositis (43,9%), dan ulkus
oral (41,7%), sedangkan antibodi antinuklear (ANA) positif ditemukan pada 94,1% kasus.
Sementara, Data dari negara-negara Asia Pasifik menunjukkan bahwa manifestasi klinis
tersering adalah artritis nonerosif (48-83%), ruam malar (41-84%), dan kelainan ginjal (30-
82%). Manifestasi laboratoris dengan hasil ANA positif mencapai 93-100% dan anti-dsDNA
51-86%.1

LES dapat mengakibatkan keterlibatan pada hampir seluruh organ beberapa keterlibatan
organ tersebut dapat diklasifikasikan menjadi, pertama manifestasi konstitusional yang dapat
berupa demam, kelelahan, limfadenopati, malaise, serta penurunan nafsu makan dan berat
badan. Kedua, manifestasi muskuloskeletal yang dapat berupa artralgia, artritis erosif (rhupus
syndrome), artritis nonerosif, artropati Jaccoud, kelemahan otot, mialgia, miositis, osteoporosis,
rotator cuff syndrome, dan tenosinovitis. Ketiga, Manifestasi kulit dan mukosa yang dapat
berupa ruam malar, fotosensitivitas, lesi diskoid, ulkus oral, alopesia, lupus eritematosus
kutaneus subakut, lupus profundus. Keempat, manifestasi ginjal yang dapat berupa nefritis
lupus. Kelima, manifestasi neuropsikiatri yang dapat berupa disngusi kognitif, kejang (fokal
dan generalisata), nyeri kepala, dan lain-lain. Keenam, Manifestasi paru yang dapat berupa
pneumonitis lupus akut, perdarahan alveolar, penyakit interstisial paru kronik, dan obstruksi
jalan napas. Ketujuh, manifestasi jantung yang dapat berupa perikarditis, miokarditis,
kardiomiopati, dan lain-lain. Kedelapan, manifestasi pembuluh darah yang dapat berupa
vaskulitis. Kesembilan, manifestasi gastrointestinal dan hepatik yang dapat berupa disfagia,
faringitis, mual, muntah, diare, dan lain-lain. Kesepuluh, manifestasi okular yang dapat berupa
episkleritis, keratitis, keratokonjungtivitis sikka, inflamasi orbita, dry eye, neuropati optik, dan
lain-lain. Kesebelas, manifestasi obstetrik yang dapat berupa komplikasi pada kehamilan.
Keduabelas, manifestasi endokrin yang dapat berupa hiperprolaktinemia, defisiensi vitamin D.
Ketigabelas, manifestasi hematologi yang dapat berupa anemia defisiensi besi, anemia penyakit
kronik, anemia hemolitik autoimun.1
8
9

Pengelolaan pasien LES membutuhkan pendekatan yang luas melibatkan edukasi,


program rehabilitasi, terapi farmakologi dan non-farmakologi. Target tatalaksana LES adalah
mencapai remisi dan mencegah kekambuhan. Terapi medikamentosa LES dibagi menjadi dua
bagian yaitu terapi awal dan terapi pemeliharaan. Pada LES derajat ringan terapi awal dapat
diberikan prednisolon oral ≤20 mg/hari selama 1-2 minggu atau Injeksi Metilprednisolon 80-
120 mg IM/IA, DAN HCQ ≤6,5 mg/kgBB/ hari, dan/atau MTX 7,5-15 mg/minggu, dan/atau
OAINS sesuai gejala. Pada dosis pemeliharaan LES derajat ringan dapat diberikan Prednisolon
≤7,5 mg/ hari, dam HCQ 200 mg/hari, dan/ atau MTX 10 mg/minggu, dan penggunaan tabir
surya dan edukasi agar mengenakan pakaian yang protektif terhadap sinar matahari. Pada LES
derajat sedang pada terapi awal dapat diberikan Prednisolon ≤0,5 mg/ kgBB/hari dengan
atau tanpa injeksi Metilprednisolon ≤250 mg IV/hari selama 3 hari, dan AZA 1,5-2,0
mg/kgBB/ hari atau MTX 10-25 mg/minggu atau MMF 2-3 g/hari atau MPA 1,44-2,16 g/hari
atau Siklosporin ≤2.0 mg/ kgBB/hari, dan HCQ ≤6,5 mg/kgBB/hari, dan pada dosis
pemeliharaan dapat diberikan Prednisolon ≤7,5 mg/ hari, dan HCQ 200 mg/hari, dan AZA 50-
100 mg/hari atau MTX 10 mg/ minggu atau MMF 1 g/ hari atau siklosporin 50-100 mg/hari.
Pada keadaan LES derajat berat pada terapi awal dapat diberikan Prednisolon ≤0,5 mg/
kgBB/hari dan injeksi Metilprednisolon 500-750 mg IV/hari selama 3 hari Prednisolon ≤0,75-
1 mg/ kgBB/hari dan AZA 2-3 mg/kgBB/hari atau MMF 2-3 g/hari atau MPA 1,44-2,16 g/hari
atau Siklosporin ≤2.5 mg/kgBB/hari atau CYC IV dan HCQ ≤6,5 mg/kgBB/hari, dan pada
dosis pemeliharaan dapat diberikan Prednisolon ≤7,5mg/ hari, dan HCQ 200 mg/hari, dan AZA
50-100 mg/hari atau MMF 1,0-1,5 g/hari atau siklosporin 50-100 mg/ hari.1

Profil farmakologi dari pengobatan LES adalah pertama kortikosteroid merupakan “gold
standart” dalam pengobatan penyakit inflamasi dan autoimun sistemik, kortikosteroid
berfungsi sebagai anti-inflamatorik dan juga imunosupresif. Kedua, OAINS yang digunakan
untuk mengobati artralgia, kelelahan, mialgia, serositis, sinovitis, nyeri jaringan lunak, dan
nyeri kepala pada penderita LES. Ketiga, Antimalaria yang digunakan untuk meningkatkan
kesintasan dan remisi, menurunkan aktivitas penyakit dan infeksi, memberi dampak positif
terhadap profil lipid, mencegah trombosis, dan mencegah kegagalan organ. Keempat, obat
imunosupresan golongan alkylating agents (misalnya siklofosfamid), penghambat sintesis
nukleotida (misalnya azatioprin, mofetil mikofenolat atau asam mikofenolat), dan penghambat
kalsineurin (misalnya siklosporin dan takrolimus). Obat imunosupresan ini digunakan untuk
mengurangi inflamasi, mencegah perburukan keterlibatan organ, dan digunakan sebagai
steroid-sparing agent.1,2

9
10

Omega-3 adalah jenis asam lemak tak jenuh ganda yang ditemukan terutama dalam ikan laut
berlemak seperti salmon, mackerel, sarden, dan tuna, serta dalam beberapa jenis biji-bijian dan
kacang-kacangan tertentu. Omega-3 memiliki potensi manfaat kesehatan yang telah dikaitkan
dengan banyak penyakit, seperti peningkatan kesehatan kardiovaskular, kognisi, dan lainnya.
Omega-3 adalah jenis asam lemak yang telah dikenal memiliki potensi antiinflamasi beberapa
postulat menyebutkan manfaat omega-3 termasuk menggeser jalur asam arakidonat menuju
mediator antiinflamasi dan penurunan regulasi sitokin proinflamasi, terdapat studi yang
menggunakan model hewan, penelitian telah menunjukkan bahwa tikus yang mengonsumsi diet
kaya asam lemak omega-3 mengalami penurunan kadar autoantibodi, penanda peradangan, dan
peningkatan harapan hidup. Dalam konteks LES, sebuah penyakit autoimun di mana sistem
kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri, omega-3 telah menarik perhatian
karena kemungkinannya untuk mengurangi aktivitas penyakit dan gejala peradangan yang
terkait dengan LES.3

1.3 Pertanyaan Klinis

Pertanyaan klinis pada laporan kasus berbasis bukti ini adalah "Apakah pemberian
suplemen omega-3 kepada pasien dewasa usia 15-65 tahun dengan LES (Lupus
Eritematosus Sistemik) dapat mengurangi aktivitas penyakit LES dibandingkan dengan
pasien yang tidak menerima suplemen omega-3?" dengan rumusan PICO sebagai berikut:

Tabel 1 Formulasi PICO

Patient/Problem (P) Intervention (I) Comparison (C) Outcome (O)

Pasien dewasa usia


15-65 tahun dengan Pemberian Mengurangi
Tidak diberikan
LES (Lupus suplemen omega- aktivitas penyakit
suplemen omega-3
Eritematosus 3 LES
Sistemik)

Tipe pertanyaan
intervensi
klinis

Systematic review dan meta analisis RCT, Double blind


Desain studi
RCT

10
11

2 BAB II
METODE

2.1 Strategi Pencarian

Penelusuran literatur komprehensif dilakukan pada database PubMed, Scopus,


Cochrane sampai tanggal 28 Februari 2024. Digunakan kata kunci yang menjabarkan tiap
aspek pertanyaan klinis dengan operator Boolean untuk mempertajam hasil penelusuran,
yaitu Systemic Lupus Erythematosus, Omega 3 supplementation, Adult patients, Disease
activity.

Tabel 2 Strategi Pencarian Literatur

Database Strategi Pencarian Temuan

(Systemic Lupus Erythematosus OR SLE)


AND (Omega-3 OR Omega 3
supplementation OR Omega-3 intervention)
AND (Young adults OR Adult patients OR
Adults aged 15-65 OR SLE patients OR
Systemic Lupus Erythematosus patients)
PubMed AND (Supplementation OR Dietary 12
supplementation OR Nutritional intervention
OR Omega-3 supplement administration)
AND (Disease activity OR SLE disease
activity OR Activity index OR Disease
activity score OR Activity level OR Disease
severity)
("Systemic Lupus Erythematosus" OR
"SLE") AND ("Omega-3" OR "Omega 3
supplementation" OR "Omega-3
intervention") AND ("Young adults" OR
"Adult patients" OR "Adults aged 15-65" OR
"SLE patients" OR "Systemic Lupus
Erythematosus patients") AND
Scopus 6
("Supplementation" OR "Dietary
supplementation" OR "Nutritional
intervention" OR "Omega-3 supplement
administration") AND ("Disease activity" OR
"SLE disease activity" OR "Activity index"
OR "Disease activity score" OR "Activity
level" OR "Disease severity")

11
12

("Systemic Lupus Erythematosus" OR


"SLE") AND ("Omega-3" OR "Omega 3
supplementation" OR "Omega-3
intervention") AND ("Young adults" OR
"Adult patients" OR "Adults aged 15-65" OR
"SLE patients" OR "Systemic Lupus
Erythematosus patients") AND
Cochrane 10
("Supplementation" OR "Dietary
supplementation" OR "Nutritional
intervention" OR "Omega-3 supplement
administration") AND ("Disease activity" OR
"SLE disease activity" OR "Activity index"
OR "Disease activity score" OR "Activity
level" OR "Disease severity")

2.2 Kriteria Eligibilitas

Seleksi terhadap artikel dilakukan berdasarkan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi,
dilaksanakan secara bertahap mulai dari seleksi judul dan abstrak hingga seleksi teks
lengkap. Kriteria inklusi yang digunakan adalah (1) populasi studi adalah pasien dewasa
berusia 15-65 tahun dengan Lupus eritematosus sistemik (LES); (2) desain studi
Systematic review dan meta analisis RCT, Double blind RCT; (3) studi menyertakan
intervensi berupa pemberian suplemen omega-3 pada pasien LES; (4) Literatur
menggunakan bahasa inggris atau indonesia; (5) Studi dipublikasikan ≤ 5 tahun. Kriteria
ekslusi antara lain (1) Studi tidak dalam bahasa inggris atau indonesia; (2) full text tidak
tersedia.

2.3 Seleksi Artikel

Secara keseluruhan, ditemukan 28 artikel dengan kata kunci yang dimasukan, dengan
total 20 artikel yang dapat di-screening setelah duplikat dihilangkan. Skrining judul dan
abstrak mengekslusikan 18 studi. Sebanyak 2 studi lengkap dapat diperiksa
eligibilitasnya. Sebanyak 1 studi diekslusi karena tidak dapat diakses. Satu studi
memenuhi kriteria inklusi untuk laporan kasus berbasis bukti ini dan dinilai kualitasnya.
Gambaran straegi penelusuran literatur dapat dinilai pada Gambar 1.

12
13

Gambar 1. Diagram Alur Strategi Penelusuran

13
3 BAB III
HASIL

3.1 Ringkasan Studi

Terdapat 1 studi yang terpilih dalam laporan kasus berbasis bukti ini, yakni systematic
review and meta-analysis of RCT oleh Alí Duarte-García, et al (2020)4. Karakteristik
studi dapat dilihat di Tabel 3.

Tabel 3. Karateristik Studi

Penulis Desain Studi Populasi Intervensi Comparison Outcome


(Tahun)
Alí Duarte- systematic 5 studi Dewasa Plasebo atau Asam lemak
García, et al review and dengan dengan LES standar omega 3
(2020) meta-analysis populasi 136 yang perawatan menurunkan
of RCT pasien dalam diberikan LES aktivitas LES
kelompok suplementasi [SMD -0.33
kontrol dan asam lemak (95CI: 0.57,
138 pasien omega-3 0.09), dengan
dalam low certainty
kelompok evidence,
perlakuan moderate
effect size.
Mengubah
skala SMD
ke skala
SLEDAI,
asam lemak
omega-3
mengurangi
aktivitas
penyakit
sebesar 0,9
(95CI: -1.6,-
0.3, I2 = 0%)
dibandingkan
dengan
plasebo

3.2 Telaah Kritis

Panduan yang digunakan dalam melakukan telaah kritis pada penulisan laporan kasus
berbasis bukti ini ialah worksheet dari The Center for Evidence-Based Medicine (CEBM)

14
15

Oxford untuk systematic review and meta-analysis of RCT. Telaah kritis dilakukan dari
aspek validity, importance, dan applicability dari artikel yang terpilih.

3.2.1 Validity

Tabel 4. Telaah Validitas Studi Alí Duarte-García, et al (2020)

Pertanyaan Yes/No/ Keterangan


Unclear
What question (PICO) Yes P: Pasien dewasa (≥18 years) dengan LES
did the systematic I: suplementasi asam lemak omega-3
review address? C: Plasebo atau perawatan standar
O: aktivitas penyakit LES menurut SLEDAI
Is it unlikely that Yes Peneliti mencari studi dari berbagai database besar yakni
important, relevant Ovid MEDLINE dan EPUB Ahead Of Print, In-Process &
studies were missed? Other Non-indexed Citations, and Daily, Ovid Embase,
Ovid Cochrane Central Register of Controlled Trials, dan
Scopus
Were the criteria used to Yes Peneliti melakukan proses seleksi artikel berdasarkan
select articles for PICO serta kriteria inklusi dan eksklusi yang jelas,
information tergambar melalui diagram seleksi yang dicantumkan.
appropriate?
Were the included Yes Peneliti melakukan assessment of bias menggunakan
studies sufficiently valid Cochrane Risk of Bias 2.0 tool for randomized
for the type of question trials, Selain itu kepastian bukti dinilai menggunakan
asked? GRADE approach through the GRADEPro software, serta
kriteria inklusi eksklusi.
Were the results similar Yes Heterogenitas antar studi dievaluasi menggunakan I . 2

from study to study Penurunan aktivitas penyakit LES menunjukan


heterogenitas yang rendah (P= 0.54, I² = 0%)
Kesimpulan Valid

3.2.2 Importance

Pada studi Alí Duarte-García, et al (2020), dengan melibatkan 5 studi dengan populasi 136
pasien dalam kelompok kontrol dan 138 pasien dalam kelompok perlakuan, Seperti yang
ditunjukan pada gambar 2, nilai SMD dari uji coba yang dimasukan berkisar antara 0.05
(95%CI: -0.52, 0.61) hingga 0.58 (95%CI: -1.11, -0.04). Sehingga, nilai SMD yang
diakumulasikan adalah -0.33 (95CI, -0.57, -0.09) P = 0,008. Oleh karena itu, pada perubahan
nilai SMD terhadap skala SLEDAI, asam lemak omega-3 menurunkan aktivitas penyakit
sebesar -0.9 (95CI, -1.6, -0.3) dibandingkan dengan plasebo. Selain itu keheterogenan statistik
rendah dengan nilai I2 nol.4

15
16

Gambar 2. Forest plot efek asam lemak Omega-3 vs. plasebo.4

3.2.3 Applicability

Tabel 5. Telaah Applicability Studi Alí Duarte-García, et al (2020)

Pertanyaan Yes/No/ Keterangan


Unclear
Is my patient so different to No Karakteristik pasien dewasa pada kasus tidak
those in the study that the results berbeda jauh dan sesuai dengan karakteristik
cannot apply? subjek pada studi
Is the treatment feasible in my Yes Terapi suplemen asam lemak omega-3 banyak
setting? tersedia di Indonesia
Will the potential benefits of Yes Terapi suplementasi asam lemak omega-3 dapat
treatment outweigh the potential digunakan sebagai terapi tambahan untuk terapi
harms of treatment for my imunosupresif standar dengan profil efek samping
patient? yang dapat diterima

16
4 BAB IV
DISKUSI

Asam lemak tak jenuh ganda atau PUFA (polyunsaturated fatty acids) termasuk dalam kategori
asam lemak esensial yang diperlukan untuk fungsi fisiologis tubuh. Namun, tubuh manusia
tidak dapat menghasilkan asam lemak ini secara endogen, sehingga perolehannya harus melalui
konsumsi makanan sehari-hari. Ada dua jenis PUFA, yaitu n-6 dan n-3 (dikenal juga sebagai
omega 6 dan omega 3). Asam linoleat (LA) merupakan contoh dari omega 6 yang merupakan
prekursor dari asam arakidonat (AA), sementara α-Asam linoleat (ALA) adalah contoh dari
omega 3 yang merupakan prekursor dari asam eikosapentanoat (EPA) dan asam
dokosaheksaenoat (DHA). PUFA yang berasal dari makanan diserap ke dalam aliran darah
melalui saluran pencernaan dan disimpan dalam jaringan lemak. Kemudian, di hati, PUFA ini
dapat diubah menjadi bentuk rantai panjang, atau diubah menjadi energi melalui proses β-
oksidasi. Transformasi LA dan ALA menjadi AA, EPA, dan DHA melalui jalur biosintetik
melibatkan serangkaian reaksi elongasi dan desaturasi yang terjadi di dalam retikulum
endoplasma sel. Beberapa sumber makanan yang kaya ALA meliputi sayuran hijau, kacang-
kacangan, biji rami, dan minyak biji rami, sementara minyak ikan menjadi sumber EPA dan
DHA.5

Dahulu, PUFA dianggap hanya sebagai komponen pasif dalam pembentukan membran sel,
tetapi dalam dekade terakhir, mediator lipid bioaktif yang berasal dari PUFA omega-6 (AA)
dan omega-3 (DHA) utama di otak, telah ditemukan memainkan peran penting dalam mengatur
fungsi sistem kekebalan tubuh di luar otak, termasuk aktivasi mikroglia di sistem saraf pusat.
Mikroglia, yang berasal dari sel glia myeloid di otak, memiliki peran penting dalam menjaga
homeostasis dan merespons kondisi patologis. Kedua jenis PUFA ini, AA dan DHA, memegang
peran struktural dan fungsional penting dalam membran sel otak, khususnya dalam fase awal
perkembangan otak, seperti trimester ketiga kehamilan hingga usia 2 tahun pada manusia. AA
cenderung berperan dalam aktivitas proinflamasi, sementara derivat DHA lebih cenderung
memiliki efek antiinflamasi.5

Beberapa penelitian mendukung hipotesis bahwa PUFA omega-3 dapat membatasi


neuroinflamasi. Omega-3 dapat menurunkan ekspresi gen yang terlibat dalam inflamasi,
mengatur produksi mediator lipid yang terlibat dalam resolusi inflamasi, 5

Dalam konteks LES Omega-3 telah muncul sebagai komponen yang esensial dalam terapi
terhadap LES, penyakit autoimun kompleks yang melibatkan gangguan sistem kekebalan tubuh
yang menyebabkan peradangan kronis dan kerusakan pada berbagai organ. 4

17
Sejumlah bukti ilmiah menunjukkan bahwa omega-3 memiliki kemampuan untuk menekan
respons inflamasi, yang merupakan komponen penting dari patogenesis LES. Dengan
mengalihkan jalur metabolisme asam arakidonat menuju mediator antiinflamasi dan
menurunkan regulasi sitokin proinflamasi, omega-3 memperlihatkan potensi untuk meredakan
peradangan yang terkait dengan SLE. 4

Pada Meta-analisis ini menunjukkan bahwa penggunaan asam lemak omega-3 lebih efektif
daripada plasebo dalam menurunkan aktivitas penyakit pada SLE. Penurunan aktivitas penyakit
akibat suplemen asam lemak omega-3 yaitu sekitar 1 poin SLEDAI. Akan tetapi, Dua dari lima
studi yang disertakan dalam meta-analisis memiliki aktivitas penyakit sangat rendah pada
awalnya, sehingga membatasi potensi perbaikan yang mungkin terjadi dalam aktivitas penyakit.
Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa ketika aktivitas penyakit lebih tinggi, asam lemak
omega-3 mungkin memiliki dampak sedikit lebih besar. Oleh karena itu, suplementasi asam
lemak omega-3 dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk terapi imunosupresif standar
dengan profil efek samping yang dapat diterima.4

Limitasi pada meta-analisis ini adalah durasi dari RCTs dan ukuran sampel membatasi
generalisasi pencarian, Studi terpanjang yang disertakan dalam meta-analisis memiliki durasi
26 minggu; oleh karena itu, kurangnya data jangka panjang menghalangi aplikabilitasnya,
Kualitas studi yang disertakan dalam meta-analisis ini rendah; bias publikasi tidak dapat dinilai
secara formal karena minimnya uji coba. Selain itu, studi terbesar yang disertakan dalam meta-
analisis ini melibatkan kurang dari 50 pasien per kelompok sehingga tidak dapat melakukan
analisis sensitivitas untuk dapat dijadikan sebagai tingkat kepercayaan dalam estimasi efek.
Selain itu, dua dari lima studi yang disertakan dalam meta-analisis dan termasuk yang terbesar
memiliki aktivitas penyakit LES yang sangat rendah sehingga membatasi deteksi peningkatan
aktivitas penyakit. Sehingga, ada kemungkinan omega-3 mungkin lebih memiliki dampak yang
positif pada pasien-pasien dengan aktivitas penyakit yang lebih tinggi.4

18
5 BAB V
SIMPULAN

5.1 Simpulan

Omega-3, yang merupakan jenis asam lemak tak jenuh ganda (PUFA), memiliki peran
penting dalam mengatur respons inflamasi dalam tubuh, termasuk dalam konteks lupus
eritematosus sistemik (LES). Meta-analisis menunjukkan bahwa suplementasi omega-3
efektif dalam menurunkan aktivitas penyakit pada LES dengan penurunan skor SLEDAI
sebanyak 1 poin. Meskipun demikian, perbaikan ini mungkin lebih signifikan pada pasien
dengan aktivitas penyakit yang lebih tinggi. Oleh karena itu, suplementasi omega-3 dapat
menjadi terapi tambahan yang efektif untuk LES, khususnya pada pasien dengan penyakit
yang lebih aktif.

5.2 Rekomendasi

Diperlukan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami peran omega-3 secara lebih
mendalam dalam pengelolaan LES dan penyakit autoimun lainnya, dan diperlukan juga
penelitian mengenai efikasi pemberian suplemen omega-3 dalam memperbaiki manifestasi
klinis pasien LES pada aktivitas penyakit yang lebih tinggi.

19
6 DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi IRA: Diagnosis dan Pengelolaan


Lupus Eritematosus Sistemik 2019. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2019. 1 p.
2. Enríquez-Merayo E, Cuadrado MJ. Steroids in Lupus: Enemies or Allies. J Clin Med.
2023 May;12(11).
3. Poggioli R, Hirani K, Jogani VG, Ricordi C. Modulation of inflammation and immunity
by omega-3 fatty acids: a possible role for prevention and to halt disease progression in
autoimmune, viral, and age-related disorders. Eur Rev Med Pharmacol Sci. 2023
Aug;27(15):7380–400.
4. Duarte-García A, Myasoedova E, Karmacharya P, Hocaoğlu M, Murad MH, Warrington
KJ, et al. Effect of omega-3 fatty acids on systemic lupus erythematosus disease activity:
A systematic review and meta-analysis. Autoimmun Rev. 2020;19(12).
5. Calder PC. Omega-3 fatty acids and inflammatory processes. Nutrients. 2010
Mar;2(3):355–74.

20
7 LAMPIRAN

Lampiran 1. Problem Oriented Medical Record Pasien

MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
CATATAN MEDIK PASIEN POLIKLINIK

Nama Pasien ( Inisial ) : Tn. DA Nama Mhs. : Christian Martin

Umur : 25 tahun NPM : 2006567711

Tempat Tanggal Lahir : Serang, 20 12 1998 Rombongan :1

Jenis Kelamin : laki-laki Kelompok :D

Agama : Islam Tahun Ajaran : 2023/2024

Pekerjaan : berdagang Minggu :1

Pendidikan : SMK Tempat Rotasi :Poli Alergi RSCM

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : link Jombang kali RT 03 RW 01 no 25

No. Rekam Medis : 470-90-90

Tanggal Pemeriksaan : 22 Januari 2024

21
ANAMNESIS : Pasien sendiri dan kaka pasien,

Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan lemas yang membaik dengan transfusi darah sejak 1 bulan SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang ( termasuk keluhan tambahan, data pemeriksaan dan pengobatan
sebelumnya) :

Pasien pria berusia 25 tahun datang untuk kontrol rutin ke poli alergi imunologi RSCM. Pasien
mengatakan terdiagnosis SLE sejak Mei 2023 (8 bulan SMRS), keluhan pertama yang pasien
rasakan mengganggu berupa diare cair tetapi pasien tidak ingat berapa frekuensi diare cair
tersebut, pasien hanya mengatakan bahwa diarenya cukup banyak dan ketika mengonsumsi
makanan langsung diare kembali, selain dari keluhan diare cair terdapat juga keluhan muntah
berwarna hijau dengan sedikit ampas makanan oleh karena keluhan ini pasien dirawat di rumah
sakit x selama 3 hari dan saat diberikan terapi suportif pasien sudah mengalami perbaikan. Akan
tetapi, Pada saat perawatan di rumah sakit x dokter melihat terdapat ruam berbentuk kupu-kupu
berwarna hitam pada area wajah, akan tetapi karena pada pemeriksaan ditemukan ruam malar
berwarna hitam di area wajah dokter di rumah sakit x melakukan pemeriksaan ANA dan didapat
hasil tes ANA positif. Karena peralatan kurang, sehingga pasien AD langsung dirujuk ke RSCM.

Pada saat setelah pasien dirujuk di RSCM pada bulan Mei 2023 terdapat keluhan nyeri sendi
lutut pada kedua kaki NRS 5, rambut rontok yang disadari dengan bekas rambut rontok yang
tertinggal di kasur cukup banyak. Pada bulan Juni 2023, pasien kembali kontrol rutin ke poli
alergi imunologi RSCM, pada saat itu pasien mengeluhkan ruam pada seluruh area lipat tubuh
pada saat itu dokter melakukan biopsi kulit dan terdapat gambaran scabies, sehingga diberikan
krim scabimite selama 7 hari dan setelah 7 hari sudah tidak ditemukan ruam pada sela kulit.

Setelah bulan Juni 2023 pasien mengatakan keluhan terkait nyeri sendi lutut pada kedua kaki
dan rambut rontok sudah membaik. Pasien juga mengeluhkan semenjak Mei 2023 terdapat
penurunan berat badan dari 90 kg ke 62 kg pada saat ini. Saat bulan desember 2023 pasien
mengalami keluhan pucat dan lemas seluruh tubuh yang diringankan dengan istirahat dan
memberat saat melakukan aktivitas fisik, dan setelah mendapatkan pemeriksaan Hemoglobin
pasien menyebutkan pasien memiliki Hb 8.3 g/dl, sehingga pada bulan desember pasien
menerima 1 labu transfusi darah.

Saat ini Pasien datang kontrol rutin untuk pengambilan obat. Pasien sudah tidak mengalami ruam
berbentuk kupu-kupu pada area wajah, keluhan nyeri sendi sudah tidak ada, keluhan rambut
rontok juga sudah tidak ada, keluhan ruam pada area lipatan tubuh juga sudah tidak ada, saat ini
keluhan pucat sudah berkurang, keluhan lemas masih ada.

Saat ini, keluhan darah tinggi disangkal dengan kontrol rutin tensi 1 bulan sekali, keluhan
diabetes seperti nafsu makan meningkat, volume urin meningkat, sering kehausan disangkal
22
Riwayat pengobatan:
Methylprednisolone 1x12 mg
Sucralfate 3x sehari
Myfortic 2x sehari
lansoprazole 1x sehari
asam folat 1 x sehari

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat kuning, TB paru, sakit jantung, dan keganasan disangkal. Sebelumnya hanya sakit-sakit
ringan, tidak pernah dirawat di RS sebelumnya

Riwayat Dalam keluarga :


RIwayat Autoimun pada keluarga disangkal, Riwayat hipertensi, diabetes, autoimun, keganasan,
kuning disangkal.

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan & Kebiasaan :


Pasien belum menikah. Riwayat promiskuitas disangkal. Pasien sehari-hari berjualan didepan
sekolah, pendapatan per hari sekitar 50 ribu, Kebiasaan makan rutin 3 kali sehari, kebiasaan
mandi rutin 2 kali. Riwayat alkohol dan merokok disangkal oleh pasien. Pasien berobat ke RSCM
menggunakan BPJS.

PEMERIKSAAN FISIK :

Pemeriksaan Umum

. Kesadaran : Compos Mentis


. Tekanan Darah : 129/90 mmHg→ pra hipertensi
. Nadi : 110 → takikardi
. Pernapasan : 15 x/menit
. Suhu : 36,5 C

23
. Keadaan Umum : baik
. Keadaan Sakit : tampak tidak sakit
. Keadaan Gizi : baik
. Tinggi Badan : 172 cm
. Berat Badan : 62 kg
. Indeks masa tubuh : 21 kg/m2 → Ideal
1. Pemeriksaan Sistematis
Kulit Kulit berwarna sawo matang, tidak tampak pucat, tidak sianosis,
tidak ikterik, tidak tampak ruam kemerahan pada pipi, makula
hiperpigmentasi difus batas tidak tegas sebesar +- 3 cm

Kepala Normosefali, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada deformitas,,


wajah simetris tidak terdapat moonface
Rambut Warna hitam sedikit di cat, penyebaran merata, tidak mudah dicabut

Mata Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik.

Telinga Daun telinga normal, tidak tampak benjolan, tidak ada nyeri tekan

Hidung Tidak ada deviasi septum, tidak terdapat nyeri tekan pada sinus
frontalis, ethmoidalis, ataupun maksilaris,

Tenggorok Tidak ada oral thrush, tidak ada stomatitis, tidak ada ulkus

Gigi dan Mulut Tampak tambalan pada gigi, tidak ditemukan sariawan, tidak
ditemukan deviasi pada lidah, tidak ditemukan deviasi pada arcus
faring

Leher Tidak teraba pembesaran KGB maupun kelenjar tiroid,

Thorax

Jantung

● Inspeksi Iktus kordis tidak terlihat

● Palpasi Iktus kordis teraba di ICS 4, tidak teraba adanya thrill, heaving,
tapping, atau lifting pada perabaan

● Perkusi Batas jantung kanan pada linea parasternal kanan, batas jantung

kiri pada 1 jari medial dari ICS 5 linea midklavikula kiri, batas

pinggang jantung di ICS 2 linea parasternalis kiri

● Auskultasi Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada gallop, tidak ada murmur

24
Paru

● Inspeksi bentuk dada statis dinamis simetris, diameter AP:Lateral =1:2, tidak
ada penyempitan atau pelebaran sela iga, tidak ada penggunaan otot
bantu napas

● Palpasi Ekspansi dada dan fremitus simetris, tidak ada benjolan maupun
nyeri tekan, fremitus paru kanan dan kiri teraba sama

● Perkusi Sonor di kedua lapang paru, batas paru-hepar ICS 6 midklavikula


kanan, peranjakan 2 jari ke bawah saat inspirasi, batas paru-
lambung ICS 7 garis anterior aksila kiri

● Auskultasi Suara napas vesikuler di seluruh lapang paru, tidak ada ronki, tidak
ada wheezing

Abdomen

● Inspeksi Abdomen datar, umbilikus berada di tengah dan simetris, tidak ada
hernia umbilicalis, tidak ada kelainan vena, tidak tampak caput
medusae, venektasi, ataupun kelainan kulit, tidak tampak benjolan,
tidak tampak tanda inflamasi

● Auskultasi Bising usus +6

● Palpasi Abdomen supel, tidak ada nyeri tekan superfisial maupun dalam,
tidak ada nyeri tekan atau lepas pada titik Mc Burney, tidak ada
pembesaran organ. Hepar lobus kiri dan kanan tidak teraba

● Perkusi Perkusi umum timpani, tidak ada shifting dullness, tidak ada nyeri
ketok CVA

Alat kelamin (atas indikasi) Tidak dilakukan

Anus, rektum, colok dubur Tidak dilakukan


(atas indikasi)
Ekstremitas Akral hangat, CRT<2 detik, tidak ada jari tabuh dan tidak ada
edema, kuku pasien tampak pucat

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

25
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

DARAH PERIFER LENGKAP

Hemoglobin 9,1 g/dL 12.0 – 15.0

Hematokrit 29,1 % 36.0 – 46.0

Eritrosit 3,450 106/μL 3.80 – 4.80

MCV/VER 91,5 fL 83.0 – 101.0

MCH/HER 28,6 Pg 27.0 – 32.0

MCHC/KHER g/dL 31.5 – 34.5

Daftar Masalah :

1. SLE Keterlibatan Muskuloskeletal dan mukokutan


2. Anemia Normositik Normokrom

Pengkajian:
1. SLE Keterlibatan Muskuloskeletal dan mukokutan
Atas dasar:
a. Anamnesis
i. Pasien di diagnosis SLE sejak Mei 2023 (8 bulan SMRS)
ii. Ruam berbentuk kupu-kupu berwarna hitam pada area wajah
iii. Nyeri sendi lutut pada kedua kaki VAS 5
26
iv. Rambut rontok yang disadari dengan bekas rambut rontok yang tertinggal di
kasur cukup banyak
v. Tes ANA (+)
b. Pemeriksaan fisik
i. Bekas ruam pada seluruh area lipatan tubuh
c. Pemeriksaan penunjang
Tidak didapatkan
d. Analisis
i. Diagnosis SLE dipikirkan berdasarkan kriteria EULAR 2019, didapat pasien
ANA positif. Skor EULAR/ACR yaitu nonscarring alopesia (+2), , lupus
kutaneus akut berupa ruam malar (+6), nyeri sendi pada minimal 2 sendi (+6).
Total perolehan poin yaitu 14 sehingga dapat ditegakkan diagnosis SLE dengan
keterlibatan muskuloskeletal dan mukokutan.
ii. Monitoring SLE dengan kriteria SLEDAI-2K, pasien sudah tidak mengalami
keluhan apapun (0) . Total peroleh poin yaitu 0 sehingga aktivitas penyakit
pasien termasuk dalam kategori inactive disease.
iii. SLE merupakan suatu penyakit autoimun yang muncul karena adanya
perubahan genetik serta paparan berbagai faktor lingkungan. Mutasi gen yang
bervariasi dan pengaruh dari faktor lingkungan dapat memicu pembentukan
autoantibodi yang menyerang sel-sel tubuh dan merangsang pelepasan sitokin
proinflamasi. Penting untuk diingat bahwa tidak semua produksi autoantibodi
akan menunjukkan gejala SLE, sehingga hasil positif ANA tidak selalu dapat
dianggap sebagai diagnosis definitif untuk SLE. Dalam SLE, kompleks imun
dapat menumpuk pada sendi, menghasilkan gejala muskuloskeletal pada pasien.
Selain itu, peradangan yang berkepanjangan dapat menyebabkan kematian sel
keratinosit, yang kemudian menimbulkan gejala mukokutan pada penderita.
Oleh karena itu, manifestasi klinis SLE dapat mencakup sejumlah gejala yang
melibatkan berbagai sistem tubuh, termasuk muskuloskeletal dan kulit.

e. Rencana diagnosis
i. Melakukan pengecekan disease activity untuk evaluasi pengobatan dengan Tes
C3 C4 dan Tes dsDNA
ii. Tes DPL
iii. Urinalisis
iv. Tes fungsi Hati
f. Rencana tatalaksana
i. Farmakologis
1. Methylprednisolone 1x12 mg
2. Sucralfate 3x sehari
3. Myfortic 2x sehari
4. lansoprazole 1x sehari
5. asam folat 1 x sehari
ii. Non-Farmakologis
1. Hindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan
2. Edukasi hindari terkena paparan sinar matahari langsung (gunakan topi,
masker)
3. Hindari paparan polusi

2. Anemia Normositik Normokrom


Atas dasar:
27
g. Anamnesis
i. Pasien sempat mengalami keluhan pucat pada 1 bulan SMRS
ii. Pasien sempat mengalami keluhan lemas seluruh tubuh yang diringankan
dengan istirahat dan memberat saat melakukan aktivitas fisik, dan setelah
mendapatkan pemeriksaan Hemoglobin pasien menyebutkan pasien memiliki
Hb 8.3 g/dl, sehingga pada bulan desember pasien menerima 1 labu transfusi
darah pada 1 bulan SMRS.
iii. Saat ini pasien masih mengeluhkan lemas seluruh tubuh yang diringankan
dengan istirahat dan memberat saat melakukan aktivitas
iv. Pasien sudah didiagnosis SLE Sejak MEI 2023
v. Etiologi anemia:

h. Pemeriksaan fisik
i. Konjungtiva anemis
ii. Kuku tampak pucat

i. Pemeriksaan penunjang
i. Hb 9,1 g/dL, Ht 29,1 % → anemia
ii. MCV 91,5 → normositik
iii. MCH 28,6 → normokrom

j. Analisis
i. Pasien mengalami Anemia Normositik Normokrom ec penyakit kronik Curiga
Nefritis Lupus berdasarkan hasil pemeriksaan darah lengkap didapatkan
1. Hb 9,1 → kurang <13
2. MCV/MCH: 91,5/28,6 → anemia normositik normokromik

k. Rencana diagnosis
i. Indeks zat besi (besi, feritin, kapasitas pengikatan besi total, saturasi transferin)
→ dd anemia defisiensi besi
ii. gambaran darah tepi
iii. retikulosit

l. Rencana tatalaksana
i. Farmakologi
1. Erythropoiesis-stimulating agents (ESAs)
2. Suplementasi zat besi
ii. Non-Farmakologi
1. Konsumsi makanan kaya zat besi: Daging merah, Unggas, Ikan
2. Hindari konsumsi zat yang menghambat penyerapan zat besi: Kafein,
Polifenol
3. Pertimbangkan suplemen: Zat besi, Vitamin B12, Asam folat

28
Prognosis:
Ad vitam: bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

29

Anda mungkin juga menyukai