Anda di halaman 1dari 3

Keraton Yogyakarta mengumumkan kembali meniadakan tradisi mubeng

beteng dalam rangka memperingati Tahun Baru Jawa 1 Suro Ehe 1956 atau 1
Muharram 1444 Hijriyah tahun ini.

Peniadaan mubeng beteng ini bukan yang pertama, melainkan ketiga kalinya
sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

"Pengumuman. Hajad Kawula Dalem Mubeng Beteng 1 Suro Ehe 1956


ditiadakan," bunyi informasi dalam akun Instagram resmi Keraton Jogja
@kratonjogja, Kamis (28/7/2022).

Meski mubeng beteng ditiadakan, pihaknya memastikan akan tetap


memperingati malam 1 suro dengan melaksanakan doa bersama dan
macapatan di selasar Kagungan Dalem Bangsal Pancaniti, Kompleks Pelataran
Kamandungan Lor (Keben), pada Jumat (29/7/2022) malam.

Selama kegiatan, pihaknya juga memastikan akan digelar dengan undangan


terbatas serta mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.

Baca Juga: Resep Bubur Suro Khas Tahun Baru Islam 1 Muharram 2022 dan
Cara Membuatnya

Iklan untuk Anda: Warga Jawa Barat Yang Sakit Lutut dan Pinggul
Wajib Membaca Ini!
Recommended by

Lantas, apa itu tradisi mubeng beteng yang biasa digelar saat malam 1 suro di
Keraton Yogyakarta?

Melansir laman resmi Keraton Yogyakarta, mubeng beteng merupakan lampah


budaya sebagai sarana masyarakat melakukan introspeksi atas apa yang terjadi
di tahun kemarin sembari memohon kepada Yang Maha Kuasa agar tahun
mendatang lebih baik dari pada tahun kemarin.

Mubeng beteng di Yogyakarta, biasanya tak hanya dilakukan abdi dalem atau
prajurit keraton, melainkan terbuka untuk masyarakat secara umum baik lokal
hingga mancanegara.
Sebelum mubeng beteng dilakukan, malam 1 suro lebih dulu diawali dengan
Macapatan pada pukul 21.00 di Bangsal Pancaniti, Pelataran Kamandhungan
Lor Keraton Yogyakarta.

Menjelang pemberangkatan, dilakukan penyerahan dwaja (bendera) yang


terdiri dari bendera Merah Putih, bendera Gula Klapa (bendera Kasultanan), dan
klebet Budi Wadu Praja (DI Yogyakarta).

Disertakan juga lima bendera yang merepresentasikan kabupaten dan


kotamadya, yakni klebet Bangun Tolak (Yogyakarta), Mega Ngampak (Sleman),
Podang Ngisep Sari (Gunung Kidul), Pandan Binetot (Bantul), dan Pareanom
(Kulon Progo).

Kemudian, tepat pukul 24.00, rombongan pun berangkat ditandai dengan bunyi
lonceng Kamandhungan Lor sebanyak 12 kali.

Susunan barisan mubeng beteng, akan diawali para Abdi Dalem yang
membawa dwaja kemudian diikuti oleh Abdi Dalem lain dan masyarakat umum.

Selama mubeng beteng, seluruh peserta yang ikut tidak diperbolehkan


berbicara atau tapa bisu.

Adapun rute yang ditempuh dalam mubeng beteng di Yogyakarta adalah


Kamandhungan Lor, Ngabean, Pojok Beteng Kulon, Plengkung Gading, Pojok
Beteng Wetan, jalan Ibu Ruswo, Alun-Alun Utara, lalu kembali lagi ke
Kamandhungan Lor.

Antusiasme masyarakat dalam acara mubeng beteng biasanta ditandai pada


panjangnya barisan rombongan dan padatnya setiap ruas jalan yang dilalui.
Upacara Mubeng Beteng
Upacara Mubeng Beteng adalah tradisi yang dilakukan di Keraton Jogja pada malam 1
Suro. Sesuai namanya, upacara ini dilakukan dengan cara berjalan kaki mengitari Benteng
Keraton Jogja dan Benteng Puro Pakualaman.

Mubeng Beteng ini layaknya kirab di Keraton Solo. Barisan terdepannya adalah para abdi
dalem yang mengenakan pakaian adat Jawa Peranakan warna biru tua tanpa membawa
keris dan tidak mengenakan alas kaki.

Panji dalam Mubeng Beteng


Di sepanjang jalan, para abdi dalem itu membawa bendera Merah Putih, delapan panji, dan
umbul-umbul Keraton Jogja. Berikut delapan panji yang dibawa para abdi dalem sesuai
daerah asalnya masing-masing:

Panji Bangun Tolak dari Kota Jogja


Panji Pare Anom dari Kulon Progo
Panji Podang Nginep Sari dari Gunungkidul
Panji Pandan Binetot dari Bantul
Panji Mega Ngampak dari Sleman
Panji Gula Klapa dari Keraton Jogja.
Di belakang rombongan abdi dalem adalah rombongan masyarakat umum, dari orang tua
hingga remaja. Biasanya wisatawan domestik hingga mancanegara juga turut dalam
upacara Mubeng Beteng.

Rute Mubeng Beteng, Wilujengan Hageng, dan Mandi 7 Sumur silakan baca di halaman
selanjutnya...

Rute Mubeng Beteng


Upacara Mubeng Beteng dilepas oleh petinggi Keraton Jogja dari Bangsal Ponconiti, Keben,
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepat pukul 00.00 WIB. Perjalanan Mubeng Beteng ini
menempuh jarak sekitar 6 kilometer.

Rute upacara Mubeng Beteng ini melewati Jalan Rotowijayan, Kauman, Agus Salim, Wahid
Hasyim, lalu ke pojok Beteng Barat, Jalan MT Haryono, Pojok Beteng Timur, Jalan Brigjen
Katamso, Jalan Ibu Ruswo, dan berakhir di Alun-alun Utara.

Menurut Julie Indah Rini dalam bukunya, Mubeng Beteng bukanlah upacara resmi dari
Keraton Jogja. Tradisi ini awal mulanya diprakarsai para abdi dalem dan punggawa yang
mengabdi di keraton sejak zaman Mataram Kuna. Tujuan ritual ini untuk mengusir wabah
dan bencana.

Baca artikel detikjateng, "Malam 1 Suro di Keraton Jogja, Topo Bisu hingga Wilujengan
Hageng" selengkapnya https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6204037/malam-1-suro-di-
keraton-jogja-topo-bisu-hingga-wilujengan-hageng.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Anda mungkin juga menyukai