Anda di halaman 1dari 14

Makalah Fisika Dasar II

“Analisa Perbandingan Sistem Kelistrikan DC pada Jaringan Terendah”

Disusun oleh:

Nama:Andre Gunawan Silaen


NIM:220401068

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pernyataan:

“Makalah ini merupakan hasil pencarian dari saya, tidak menjiplak atau mencontek dari
beberapa Jurnal maupun buku sepenuhnya , Ini adalah hasil pencarian dari saya sendiri
dengan makalah yang berjudul “Analisa Perbandingan Sistem Kelistrikan DC pada Jaringan
Terendah”

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Yang menyatakan

(Andre Gunawan Silaen)


Kata Pengantar

Puji serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Izinkan penulis untuk mempresentasikan hasil karya makalah
untuk menjelaskan dari saya pelajari yang berjudul “Analisa Perbandingan Sistem Kelistrikan DC pada Jaringan
Terendah”. Penulis menyadari bahwa ini adalah hasil dari pelajaran yang saya pelajari dari Mata Kuliah Fisika
Dasar II mengenai kelistrikan. Maka dari itu, saya beterima kasih kepada bapak Dosen yakni Bapak Timbangen
Sembiring untuk menjelaskan dimulai dari Medan Listrik hingga Gelombang Elektromagnetik.

Penulis juga menyadari bahwa hasil makalah ini masih terdapat kekurangan dari apa yang saya pelajari sehingga
penulis berharap adanya Kritik dan saran yang membangun agar kedepannya lebih membaik. Saya berharap
makalah ini menjadi Ilmu pengetahuan kedepannya.

Medan 29 Juni 2023

Penulis
Abstrak:
Dalam waktu dekat, dunia digitalisasi akan terus membaik dan kebutuhan akan perangkat
berbasis DC akan meningkat tanpa diragukan lagi. Direct Current atau yang biasa disingkat
DC merupakan tipe arus listrik searah. Alternating Current atau yang biasa disingkat AC
merupakan tipe arus listrik bolak-balik.
Sistem distribusi AC telah lama dipilih sebagai distribusi yang handal karena Arus ini memiliki
keunggulan dalam hal konversi tegangan.Demikian juga Penerapan AC ini diperlukan juga
penggunaan konverter AC-DC pada setiap beban, Direct Current ini memiliki manfaat pada
rumah tangga,pekantoran,fasilitas komersial.
Perkembangan terkini di bidang optimalisasi operasi sistem pasokan traksi berarti penerapan
sistem penyimpanan energi modern, sumber energi terbarukan, dan sistem kontrol berbasis
AI yang mempertimbangkan fitur operasi sistem traksi.
Hari ini.jaringan listrik sangat bergantung pada penyearah AC-DC. Setiap konversi proses
berarti kehilangan daya tambahan dan penurunan kualitas sinyal untuk jaringan. Selain itu,
jaringan yang diberi makan oleh baterai dan terbarukan sumber seperti panel surya, dan
turbin angin menderita rugi daya berbasis konversi. Dalam hal ini, ide beralih ke DC di sisi
jaringan bertegangan rendah telah menjadi subjek yang menarik. Di dalam penelitian ini,
penerapan dan efisiensi arus searah tegangan rendah (LVDC) konsep untuk sistem distribusi
tegangan rendah dibahas dan sampel sistem distribusi LVDC dianalisa.
PENDAHULUAN
 Latar Belakang
Efisiensi merupakan poin penting dalam sistem distribusi. Ini juga jadi motivasi negara
manapun mengalihkan ke Energi listrik untuk masyarakat dan PLN dari negara manapun
akibat pengunaan energi fosil yang secara berlebihan. Ada juga pembangkitan
terdistribusi sebagai salah satu alternatif untuk mencegah pengunaan energi fosil dan ini
tidak terlepas dari masalah efisiensi terkait dengan adanya kerugian konversi tersebut.
Faktor yang mempengaruhi suatu efisiensi dalam sistem distribusi adalah jenis sistem
distribusi yang diterapkan, hal ini terkait dengan adanya proses konversi tegangan.

Masalah losses karena konversi tegangan muncul ketika sistem AC yang telah diterapkan
selama lebih dari 100 tahun hingga kini menyuplai beban berbasis DC seperti beban
elektronika. Untuk beban seperti ini, diperlukan suatu penyerahan untuk mengkoversi
tegangan AC menjadi tegangan DC Proses konversi pada beban elektronika ini
menimbulkan adanya rugi-rugi konversi (conversion losses).
Berkaitan dengan pembangkit energy terbarukan, seperti pembangkitan
terdistribusi,masalah effisiensi juga terdapat pada jenis sistem distribusi yang diterapkan.
Dengan memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan seperti photovoltaic cell dan
fuel cell dimana sumber tersebut menghasilkan banyak keluaran DC, maka sistem
distribusi AC tersebut menimbulkan masalah losses akibat kita menggunakan konversi
tegangan berlebihan.
 Tujuan
Tujuan dari makalah ini:

1. Menganalisis dan membandingkan sistem AC dan sistem DC pada sistem tegangan


rendah menggunakan beban linear dan non-linear
2. Mendesain topologi sistem DC sederhana untuk rumah tangga.

Rumusan Masalah
Makalah ini hanya membahas perbandingan sistem AC dengan sistem DC berdasarkan jatuh
tegangan dan rugi-rugi penghantar tanpa memperhitungkan sistem proteksi masing-masing
sistem dan kalkulasi biaya. Kemudian, analisis rugi-rugi pada converter DC-AC hanya pada
adaptor dan handphone.
LANDASAN TEORI

 Umum

Pada umumnya, Sistem distribusi listrik ini merupakan suatu penyaluran tenaga listrik
yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik tersebut ke consumer. Baik dari masyarakat,
perusahaan,pariwisata,dll. Untuk mendapatkan penyalurnya, kita boleh menggunakan
kedua aliran arus ini yakni DC atau AC.

PREFERENSI SISTEM TERHADAP SISTEM DC


Karena listrik diangkut dalam jarak jauh, ini adalah solusi yang sangat ekonomis untuk
menggunakan lebih sedikit kabel penampang sebanyak mungkin. Naiknya level tegangan
pada saluran transmisi berarti menurun arus (daya konstan) dan karenanya kabel
penampang kecil dengan daya dukung arus yang lebih kecil dapat digunakan dalam
jaringan secara efisien dan ekonomis. Dalam sistem DC konsep ini diterapkan secara
efisien oleh bantuan transformator di mana berbagai medan magnet digunakan untuk
transformasi tegangan sesuai dengan hukum Faraday. Arus bolak-balik menghasilkan
medan magnet variabel, yang memungkinkan transformator beroperasi pada arus bolak-
balik.
Energi yang tersimpan dalam baterai dapat disalurkan langsung ke bus bar tanpa
tambahan konverter. Setelah itu, hanya konverter DC/DC yang digunakan untuk
permintaan daya peralatan berbasis DC yang mana adalah sebagian besar penggunaan
rumah tangga.

Sistem distribusi arus searah merupakan suatu penyaluran tenaga listrik dengan
menggunakan DC. Sistem ini merupakan sistem pertama kali dibangun pada tahun 1882
di Amerika Serikat dan penemunya juga adalah Tomas Alva Edison menggunakan
tegangan rendah yakni 120 Volt.
Penyaluran tenaga listrik dengan tegangan DC. Sistem ini merupakan distribusi listrik
sekarang ini jadi jarang digunakan daripada tegangan AC. Namun demikian, penyaluran
tenaga listrik tegangan DC memiliki sejumlah keuntungan dariapda dengan tegangan
AC. Keuntungan tersebut diantaranya.
1. Dengan tegangan puncak dan rugi daya yang sama, kapasitas penyaluran
dengan sistem DC lebih besar daripada sistem AC
2. Isolasi sistem DC lebih sederhana dariapda AC
3. Tidak ada persoalan frekuensi pada penyaluran jara jauh menggunakan sistem
DC
4. Penerapan sistem DC dapat mengurangi fluktuasi tegangan yang disuplai ke
beban pelanggan hampir dapat dijaga konstan
Karena ada keuntungan-keuntungan pada penyaluran dengan tegangan DC, Tegangan ini
dapat diminati kembali pada tahun 1930-an. Selain memiliki keuntungan, sistem distribusi ini
juga memiliki kelemahan, diantaranya.:
1. Konversi tegangan dari DC-DC lainnya jauh lebih sulit daripada AC-AC
2. Untuk sistem DC, tegangannya sangat rendah, besar jauh tegangan meningkat
sehingga ini memberikan peningkatan rugi dalam suatu biaya.
3. Lebih sulit memutuskan arus DC disebabkan karena tidak adanya pemotongan di titik
nol (Zero Cross) pada gelombang DC
4. Karena tidakadanya ketegangan induktansi diri, batasan arus hubung singkat pada
rangkaian DC lebih sulit ditentukan daripada rangkaian AC

PREFENSI SISTEM TERHADAP SISTEM AC:


Turbin angin dan panel fotovoltaik terhubung ke jaringan listrik di jaringan distribusi AC
konvensional. Untuk menyimpan energi dalam baterai, awalnya AC/DC konversi dilakukan
dan kemudian diubah kembali ke AC lagi untuk koneksi bus bar. Dalam sistem AC
konvensional, pembebanan dipenuhi sesuai dengan kebutuhan energi peralatan yang akan
diberi energi, di mana konversi DC diperlukan lagi.
Sistem distribusi arus bolak balik merupakan penyaluran tenaga listrik dengan tegangan dan
arus bolak balik atau yang disebut sebagai AC.Sistem ini dikembangkan oleh George
Westinghouse dengan sejumlah paten dari Nikola Tesla. Sistem distribusi ini banyak
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energy listrik dan ini telah diterapkan lebih luas
selama lebih dari 100 tahun. Sistem ini mempunyai kelebihan, yaitu:
1. Mudahnya proses transformasi tegangan dari satu level ke level lainnya dengan
menggunakan transformator
2. kestabilan tegangan AC dapat dikontrol dari daya aktif melalui pengaturan daya
reaktif.
3. Cocok dengan beban berupa motor arus bolak-balik (motor AC). Pada motor
AC, misalnya motor sinkron, bagian statornya membutuhkan suplai tegangan tiga
fasa untuk menghasilkan medan magnet putar stator yang kemudian medan
magnet putar stator ini untuk memutarkan rotor
4. sistem proteksi pada sistem distribusi AC lebih berkembang dibandingkan dengan
sistem proteksi pada sistem distribusi DC. Hal ini dapat dimaklumi karena
sistem distribusi AC telah lama diterapkan. Permasalahan-permasalahan di bidang
proteksi sejak dulu sampai saat ini telah menghasilkan berbagai perkembangan di
bidang proteksi pada sistem distribusi AC.

Selain memiliki kelebihan, sistem distribusi arus bolak-balik juga memiliki kekurangan.
Kekurangan tersebut diantaranya:
1. Karena adanya frekuensi, maka dapat terjadi ketidakstabilan frekuensi akibat
faktor tertentu, seperti adanya fluktuasi beban yang membuat nilai frekuensi tidak
konstan.
2. Diperlukan adanya sinkronisasi generator untuk generator yang diparalelkan
sehingga terdapat syarat yang perlu dipenuhi seperti tegangan sama, frekuensi
kedua generator sama, urutan fasa sama dan sudut fasa sama.
3. Dalam sistem AC terdapat suatu kondisi voltage sag dan voltage swell yang
dapat mempengaruhi kualitas daya. Voltage sag merupakan kondisi dimana
tegangan turun di bawah 90% nilai tegangan nominal, sedangkan voltage swell
adalah kondisi dimana tegangan naik di atas 110% nilai tegangan nominal.
Voltage sag dapat disebabkan adanya pembangkit yang lepas (trip) atau bisa juga
adanya beban besar yang masuk ke dalam sistem secara bersamaan, sedangkan
voltage swell dapat disebabkan karena adanya beban besar yang hilang secara
bersamaan.
4. Pada sistem yang menggunakan tiga fasa, dapat terjadi ketidakseimbangan tiga
fasa. Ketidakseimbangan tiga fasa ini dapat disebabkan oleh impedansi beban
masing-masing fasa yang tidak identic.

“ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM AC DENGAN SISTEM DC TEGANGAN RENDAH


DAN ANALISIS RUGI-RUGI KONVERTER AC-DC PADA ADAPTOR SWITCHING”
 Umum:
Pada bab ini, ingin diketahui karakteristik sistem AC dan DC tegangan rendah
dengan menganalisis jatuh tegangan dan rugi-rugi daya penghantar pada beban
linear dan non linear. Jatuh tegangan dan rugi-rugi daya pada sistem DC
kemudian dapat dibandingkan dengan sistem AC sehingga dapat dilihat juga
peluang penerapan sistem DC tegangan rendah secara lebih luas. Di samping itu, pada
bab ini juga akan dianalisis mengenai rugi-rugi konversi pada AC-DC konverter dari
beban berbasis switching. Dengan analisis tersebut kemudian juga dapat dianalisis total
rugi-rugi konversi dari konverter AC-DC dengan menggunakan asumsi tertentu.
“Analisis Perbandingan Sistem AC dan DC”
 Deskripsi Studi Kasus
Studi kasus ini berkaitan dengan konfigurasi pengukuran, spesifikasi perangkat-
perangkat yang digunakan seperti kabel maupun beban yang digunakan dalam
pengukuran jatuh tegangan dan rugi daya penghantar pada sistem AC maupun
sistem DC.
 Konfigurasi Pengukuran
Untuk dapat memperoleh data dan menganalisis jatuh tegangan maupun rugi-rugi
daya penghantar pada sistem AC.

 Spesifikasi kabel dan bahan


Contoh berikut ini Untuk menyuplai beban dari AC Voltage Regulator ke beban
menggunakan kabel jenis NYA merek Federal Kabel dengan luas penampang 1,5
mm2. Ini diasumsikan besar arus maksimum dari kabel 1,5 mm2 tersebut
adalah 14 A. Sedangkan panjang kabel untuk menyuplai beban terdiri dari
beberapa ukuran yaitu 5 m, 10 m, 15 m, dan 20 m. Penambahan panjang
kabel secara bertahap ini bertujuan untuk melihat karakteristik jatuh tegangan dan
rugi-rugi daya penghantar pada sistem AC. Sedangkan beban yang digunakan
terdiri dari beban terdiri dari :
1. Lampu pijar 100 W berjumlah 5 buah. Lampu ini mempunyai tegangan
kerja 100 V hingga 240 V. Kelima lampu ini mempunyai faktor daya
sebesar 0,9984 yang diperoleh dari pengukuran menggunakan Power
Quality Analyzer dengan merek Hioki 3169-20. Lampu pijar dimodelkan
sebagai beban resistif atau beban non switching sehingga perlu diketahui
karakteristik jatuh tegangan dan rugi-rugi daya penghantarnya. Beban ini
juga termasuk beban yang mengkonsumsi daya yang besar sehingga
karakteristik jatuh tegangan dapat lebih terlihat saat pengukuran.
2. Lampu Compact Fluorescent Lamp (CFL) 20 W berjumlah 5 buah dengan
tegangan kerja 100 V – 240 V. Kelima lampu ini mempunyai faktor daya
sebesar 0,8422 yang diperoleh dari pengukuran menggunakan Power
Quality Analyzer dengan merek Hioki 3169-20. Lampu CFL atau lampu
hemat energi merupakan lampu yang menggunakan ballast elektronika.
Ballast elektronika ini merupakan beban berbasis switching sehingga
karakteristiknya perlu dilihat jika disuplai AC maupun DC.

 Level tegangan yang diharapkan


Tegangan keluaran dari AC Voltage Regulator berkisar antara 0 V hingga 240 V.
Dalam kisaran tersebut, level yang digunakan pada percobaan baik untuk sistem AC
maupun sistem DC yaitu:
a) 120 V : penggunaan tegangan ini merupakan sedikit di atas batas bawah
dari tegangan yang dapat diterapkan pada beban lampu CFL maupun Pijar
b) 210 V : penggunaan tegangan ini masih dalam batas kisaran tegangan
kerja dari lampu pijar maupun lampu CFL
c) 220 V : tegangan ini merupakan tegangan rms dari penyuplai (PLN).
Penggunaaan level tegangan ini dapat mendukung operasi beban lampu
pijar maupun CFL secara optimal. Pada sistem DC, juga diterapkan level
tegangan ini (220 Vdc) untuk dibandingkan.
“DESAIN TOPOLOGI SISTEM DC PADA RUMAH TANGGA”
 Umum
Rumah tangga merupakan salah satu kategori pelanggan yang paling banyak
mengonsumsi energi listrik. Tercatat dari 147.297,47 GWh total energi yang
dikonsumsi pelanggan pada kalender 2010 PLN pelanggan rumah tangga
mengonsumsi energi sebesar 59.824,94 GWh atau 41 % dari total yang dikonsumsi
dari seluruh pelanggan, diikuti oleh industri dengan konsumsi energi sebesar 50.985,20
GWh (35%), komersial 27.157,22 GWh (18%), dan yang lainnya (sosial, gedung
perkantoran pemerintah, dan penerangan jalan umum) sebesar 9.330,11 GWh (6%).
Dengan konsumsi energi beban rumah tangga sebesar itu, terdapat rugi-rugi energi
yang diakibatkan konversi dari AC menjadi DC pada beban-beban yang secara internal
beroperasi dengan DC. Beban-beban rumah tangga yang secara internal beroperasi
dengan DC jumlahnya tidak sedikit, setidaknya pada sebagian besar rumah tangga
terdapat beban elektronika baik berupa televisi, radio, ponsel, komputer atau
bahkan laptop. Jika penggunaan beban-beban seperti ini semakin meningkat, maka hal
ini bisa menjadi salah satu pemicu meningkatnya rugi-rugi pada sistem yang perlu
diperhitungkan. Salah satu alternatif untuk menanggulangi permasalahan rugi-rugi
konversi pada sistem AC adalah dengan menerapkan sistem DC. Di samping dapat
mengurangi rugi-rugi konversi, sistem DC juga dapat memanfaatkan sumber-sumber
energi terbarukan secara lebih optimum dan efektif. Hal ini disebabkan sumber-
sumber energi terbarukan seperti photovoltaic cell dan fuel cell menghasilkan
keluaran DC. Bukan hanya itu, turbin angin dan mikrohidro juga dapat
menghasilkan keluaran DC sehingga semakin banyak sumber energi terbarukan
yang dapat dimanfaatkan secara lebih efektif pada sistem DC. Selain itu, adanya
perkembangan terbaru pada elektronika daya yang meliputi konverter DC-DC memiliki
dampak yang besar pada penerapan sistem DC.

Rumah tangga sebagai pelanggan yang mengonsumsi energi paling besar dapat
menerapkan sistem DC untuk mengurangi rugi-rugi konversi AC-DC dan juga
memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan secara lebih efisien. Selain itu, hal ini
dapat menjadi suatu proses menuju penerapan energi ramah lingkungan karena sumber-
sumber energi yang dimanfaatkan tidak menghasilkan emisi CO2. Oleh karena itu,
pada bab ini diusulkan beberapa desain topologi sistem DC untuk diterapkan pada
rumah tangga. Topologi sistem DC yang didesain ini bertujuan untuk mengurangi rugi-
rugi konversi yang ada pada sistem AC dengan memanfaatkan sumber-sumber energi
terbarukan.
 Topologi yang diajukan

Selama ini, tegangan yang digunakan untuk menyuplai beban-beban rumah


tangga adalah tegangan AC 220 V/380 V yang berasal dari PLN. Penggunaan
tegangan AC ini mengharuskan beban-beban yang secara internal beroperasi
dengan DC, seperti laptop, ponsel, televisi, personal computer, serta beban DC
lainnya untuk menggunakan konverter AC-DC atau penyearah.

Sebelumnya, pada judul berikutnya dijelaskan bahwa rugi-rugi konversi yang


ditimbulkan oleh Adapter ponsel dapat menjadi begitu besar disebabkan
banyaknya penggunaan beban ini. Hal ini belum termasuk rugi-rugi konversi dari
beban DC lainnya dan kenaikan jumlah penggunaan beban-beban DC tersebut.

Selain itu, dengan menerapkan sistem AC ini, sumber-sumber energi terbarukan


yang sedang dikembangkan seperti photovoltaic cell atau pun fuel cell perlu
menggunakan inverter agar dapat terhubung ke grid AC. Setelah dikonversi menjadi
AC, kemudian dikonversi lagi menjadi DC pada setiap beban-beban DC

Untuk menghindari banyaknya konversi tersebut, pada bab ini diajukan beberapa
topologi sistem DC pada rumah tangga yang dapat menjadi alternatif dari
permasalahan rugi-rugi konversi pada beban-beban DC terutama pada rumah tangga.
Topologi yang diajukan ini mengandalkan pembangkit terbarukan keluaran DC
“KESIMPULAN”
Dari makalah ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada panjang 5 m hingga 20 m, persentase jatuh tegangan dan rugi daya
sistem AC maupun sistem DC untuk beban lampu pijar maupun lampu CFL
kurang dari 1 % sehingga ini berarti bahwa tidak ada jatuh tegangan maupun rugi
daya pada sistem AC maupun DC untuk panjang 5 m hingga 20 m.
2. Penerapan sistem DC pada rumah tangga dapat menggunakan tiga topologi,
yaitu topologi A, topologi B, dan topologi C. Topologi A lebih efektif dari pada
topologi B dan C karena menggunakan satu bus utama 254 V untuk
menyuplai semua beban DC, sedangkan topologi B dan C berpotensi lebih
efisien daripada topologi A karena dapat menghilangkan konverter pada
sebagian besar beban DC.
DAFTAR PUSTAKA

 Amin, M., Arafat, Y., Lundberg, S. (2011, November 7). Low voltage DC
distribution system compared with 230 V AC. Paper presented at IEEE
Electrical Power and Energy Conference, 2011. EPEC 2011, Winnipeg, 7 (11),
340-345. July 4, 2012.
 Sulzberger, Carl L. (2003, December 19). triumph of ac From Pearl Street to Niagara.
Paper presented at IEEE Power & Energy Magazine. 64-67. July 4, 2012.
 Gecan, C.O., Bindiu, R. (2009). Power Capability in Low Voltage DC
Distribution Systems. Scientific Bulletin of the Petru Maior University of Tirgu
Mures, vol. 6 (XXIII). 109-114.. July 4, 2012.
 C.-K. Kim, V. K. Sood, G.-S. Jang, S.-J. Lim and S.-J. Lee, HVDC transmission:
Power conversion applications in
power systems, John Wiley & Sons, 2009.
 K. Nakamura, Y. Yamada, R. Nono, T. Ohinata, K. Arimatsu and O. Ichinokura, “A
novel 3-D concentric-windingtype three-phase variable inductor for reactive power
compensation in electric power systems,” in IEEE
Transactions on Magnetics, vol. 53, no. 11, pp. 1-4, Nov. 2017, doi:
10.1109/TMAG.2017.2717479.
 Chapman, Stephen J. Electric Machinery Fundamentals (4th ed). McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai