Anda di halaman 1dari 3

https://sehatnegeriku.kemkes.go.

id/baca/umum/20211012/5738714/katarak-penyebab-terbanyak-
gangguan-penglihatan-di-indonesia/

Katarak Penyebab
Terbanyak Gangguan
Penglihatan di Indonesia
Jakarta, 12 Oktober 2021

Gangguan penglihatan masih menjadi permasalahan utama di Indonesia.


Sebagian besar gangguan penglihatan tersebut diakibatkan oleh katarak.

Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein
Rondonuwu mengatakan berdasarkan World Report on Vision tahun 2019
diperkirakan secara global terdapat kurang lebih 2,2 milyar penduduk yang
mengalami gangguan penglihatan dan/atau kebutaan. Padahal, kondisi
gangguan penglihatan atau kebutaan yang dialami 1 milyar penduduk tersebut
sebenarnya dapat dicegah.

“Berdasarkan data nasional Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable


Blindness (RAAB) tahun 2014 – 2016 Kemenkes, dengan sasaran populasi usia
50 tahun ke atas diketahui bahwa angka kebutaan mencapai 3% dan katarak
merupakan penyebab kebutaan tertinggi (81%),” katanya pada konferensi
pers terkait Hari Penglihatan Sedunia secara virtual, Selasa (12/10) di
Jakarta.

Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dr.


Aldiana Halim mengatakan di Indonesia dengan populasi pada tahun 2017
terdapat 8 juta orang dengan gangguan penglihatan. Sebanyak 1,6 juta orang
buta ditambah dengan 6,4 juta orang dengan gangguan penglihatan sedang
dan berat.

Dari jumlah tersebut sebanyak 81,2% gangguan penglihatan disebabkan oleh


katarak. Penyebab lainnya adalah refraksi atau glaukoma, atau kelainan mata
hal-hal lainnya seperti kelainan refraksi, glaukoma atau kelainan mata yang
berhubungan dengan diabetes.

“Tapi sebetulnya kita harus berfokus pada katarak, kita harus berusaha
bagaimana orang katarak ini bisa mendapatkan akses pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan operasi katarak sehingga penglihatannya akan
kembali,” kata Aldiana.
Orang dengan katarak ini, lanjut Aldiana treatment-nya cukup efektif kalau
dia dioperasi dan tidak ada komplikasi lain, dan kemungkinan mereka bisa
melihat kembali itu sangat besar.

“Kalau seandainya katarak 81,2% setengahnya bisa kita tangani, nanti


prevalensi gangguan penglihatan akan turun secara signifikan,” tambah
Aldiana.

Gangguan penglihatan tidak hanya berpengaruh kepada penglihatan tetapi


berpengaruh kepada seluruh aspek kehidupan penderitanya. Jadi gangguan
penglihatan itu berpengaruh terhadap kualitas hidup orang yang
menderitanya.

Beberapa konsekuensi dari hilangnya penglihatan berpengaruh kepada fisik,


mental, kepuasan hidup, mobilitas, ketergantungan, pendidikan. Orang
dengan gangguan penglihatan juga memperberat penyakit kronis yang sedang
diderita.

“Kami baik dari Perdami dan leadership-nya dari Kemenkes sekarang memang
sedang berjuang, berusaha untuk mendapatkan orang-orang dengan gangguan
penglihatan di manapun mereka berada, dan memfasilitasi mereka untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya sehingga mereka
bisa kembali melihat,” ucap Aldiana.

Upaya tersebut tengah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, baik di


Papua, Maluku, atau teman-teman sedang bergerak sekarang untuk mencari
orang dengan gangguan penglihatan dan kemudian berusaha mengembalikan
ingatan mereka.

Sayangi Mata Kita


Hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day (WSD) diperingati pada hari
Kamis minggu kedua bulan Oktober setiap tahun. Tahun ini bertepatan pada
Kamis, 14 Oktober 2021 dan mengusung tema global “Love Your Eyes”
dengan tema-nasional “Sayangi Mata Kita”.
Upaya penanggulangan gangguan penglihatan yang telah dilakukan oleh
Pemerintah antara lain meningkatkan kampanye dan edukasi kesehatan
melalui CERDIK, PATUH, dan LIHAT, pemanfaatan teknologi melalui Sistem
Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan (SIGALIH) dan Sistem
Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM).

Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap


pentingnya menjaga kesehatan mata, dan mencegah gangguan penglihatan.
Termasuk melakukan deteksi dini gangguan penglihatan pada keluarga
secara sederhana di rumah.

Tidak hanya itu, masyarakat juga diminta untuk meningkatkan kesadaran


terhadap efek pajanan radiasi gadget/elektronik yang terlalu lama atau terlalu
dini pada anak.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,
Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS
081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email
kontak@kemkes.go.id (D2)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

drg. Widyawati, MKM

Anda mungkin juga menyukai