Anda di halaman 1dari 11

CERITA LENGKAP

THE STRANDED
Episode 6

Sumber: imdb.com (Gun, Arisa, dan Nat)

Seorang anak kecil perempuan terbangun dari tidurnya sambil berteriak. Ibunya
datang menemui dan bertanya apa yang terjadi pada anaknya yang ternyata adalah Nahm.
dengan napas yang terengah-engah Nahm bercerita bahwa ayahnya meninggal karena
ditabrak mobil. Ibunya pun menenangkannya dengan mengatakan bahwa itu hanyalah
mimpi. Lalu suara ayahnya pun terdengar dari arah pintu. Ayahnya berkata bahwa ia baik-
baik saja dan tidak meninggal. Nahm yang melihat ayahnya baik-baik saja tersenyum
senang. Ayahnya mendekatinya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. Ibunya yang
senang melihat keduanya saling berpelukan, memotret mereka.

Tiba-tiba adegan menunjukkan foto ayahnya yang dikelilingi bunga dan tertulis
nama serta tanggal lahir dan tanggal kematiannya. Ayahnya meninggal. Apa yang ia
ucapkan menjadi kenyataan.

Ibunya menghela napas panjang, lalu melihat kearah Nahm kecil yang duduk
tertunduk lesu. Ia menghampiri anaknya dan meminta ia untuk memberi penghormatan
terakhir pada ayahnya. Nahm menatap wajah ayahnya yang sudah terbujur kaku.
Beralih ke masa sekarang. Tengah terjadi pertentangan antara mereka yang
membuat mereka terbagi menjadi dua kelompok. Satu, kelompok yang mendukung Jan.
Kelompok kedua adalah kelompok yang menentang Jan.

Pada saat itu, kelompok yang dipimpin Anan alias penentang Jan menemui Jan
untuk membujuknya menghentikan aksinya yang sudah tidak manusiawi itu. Anan bicara
baik-baik pada Jan. Namun, hati Jan yang sudah terlanjur sakit atas kematian kakaknya
tidak bergeming. Ia menolak untuk melepaskan Kriit setelah seminggu mengurungnya. Jan
merasa bahwa Kriit harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

May berkata bahwa setidaknya Kriit harus diberi makan. Jan pun membela diri
dengan mengatakan mereka sudah memberi makan Kriit dengan menunjuk makanan sisa
mereka yang ada diatas piring. Kraam tiba-tiba merampas piring yang berisi makanan dari
tangan May dan berusaha menerobos masuk. Tapi Jan menghentikannya. Mereka beradu
argumen tentang pantas atau tidaknya Kriit diberi makan setelah membunuh Jack. Kraam
mengatakan bahwa jika Kriit mati, maka Jan lah yang bertanggung jawab. Mendengar itu,
Jan pun mengambil piring dari tangan Kraam.

Jan meludah ke dalam piring berisi makanan itu sambil menatap tajam ke arah
Kraam. Jan lalu membawa piring itu ke dalam dan meletakkannya dilantai. Kriit yang
sudah sangat lapar sekali, memakan makanan itu dengan sangat lahap dan cepat.
Kelompok penentang Jan hanya bisa melihatnya dari luar dengan penuh kasihan.

Nahm mengetuk pintu kamar Profesor Lin. Ia menemui Profesor Lin untuk meminta
Profesor Lin menjadi penengah atau membantu mereka menyelesaikan masalahnya. Ia
memberitahu Profesor Lin tentang keadaannya yang ternyata sudah diketahuinya. Meski
tahu, ia tidak melakukan apa-apa karena menurutnya masalah itu harus mereka selesaikan
sendiri. Saat Nahm meminta Profesor Lin untuk setidaknya memberikan mereka nasehat,
Profesor Lin menutup pintu kamarnya. Namun ditahan oleh Nahm sehingga ia
membukanya lagi dan menatap Nahm tajam.

Nahm mengatakan bahwa Profesor Lin sudah berubah. Profesor Lin yang ia tahu
akan membantu mereka. Namun Profesor Lin yang sudah marah, mengatakan bahwa
sudah saatnya Nahm belajar memperbaiki semuanya sendiri. Nahm hanya bisa menatap
Profesor Lin kebingungan. Sebelum pergi, ia juga meminta pemutar kaset milik Profesor
Lin. Profesor Lin menatapnya tajam dan mengatakan bahwa sebaiknya Nahm jangan ikut
campur.

Nat dan Gun sedang berbicara dengan Arisa yang berada dibawah mereka. Mereka
saling olok dan saling ledek seperti halnya yang biasa mereka lakukan. Nat dan Gun juga
menyebut-nyebut akan mengambil tempat Arisa dengan mengatakan bahwa Arisa sudah
mati. Namun, Arisa bingung kenapa mereka sudah mengundi nama padahal ia baru saja
dua hari di hutan itu. Nat dan Gun meledek Arisa dengan mengatakannya sedang teler dan
bahwa Arisa sudah menghilang dua minggu. Arisa pun meminta mereka untuk
mengeluarkannya dari lubang besar di mulut gua itu.

Ying yang sedang menjemur pakaian, dihampiri oleh Ice yang ingin membantunya.
Ice bertanya apa yang sedang Ying pikirkan. Ying menjawab bahwa ia sedang memikirkan
ibunya. Ice dengan suara yang lembut meminta maaf kepada Ying atas perlakuan kasarnya
tempo hari. Ying mengatakan tidak apa-apa sambil tersenyum. Tapi Ice yang terlihat sangat
menyesal terus meminta maaf. Ia pun menyesal membawa Ying ke pesta kelulusan. Karena
jika Ying tidak ikut, maka ia pasti sedang bersama ibunya saat ini.

Ice memegang tangan Ying dan meminta Ying untuk menggantikan tempatnya. Sikak Ice
berubah sangat banyak. ia sangat lembut dan sopan pada Ying.

Ying menolaknya dan mengatakan bahwa Ice lah yang harus pergi. Namun Ice
berkata bahwa tidak akan ada yang menunggunya di rumah. sedangkan Ying memiliki
ibunya. Mata Ying berkaca-kaca mendengar perkataan Ice.

Ice juga mengatakan bahwa jika ia yang pergi, maka ia harus mengakui semua
perbuatannya sehingga mereka akan lama tidak bertemu. Ying mengusap pipi Ice yang
terlihat hangat dan ramah sambil tersenyum. Ying mengatakan bahwa Ice adalah pria yang
baik.

Kraam tengah melihat tulisan dibelakang foto ibu dan (mungkin) ayah kandungnya
di ruang teropong bintang dalam keadaan gelap dan hanya mengandalkan cahaya bulan. Ia
melihat dari kejauhan seseorang mendekati papan ski yang bertuliskan nama orang-orang
yang akan naik ke perahu. Kraam menghampirinya yang ternyata adalah Profesor Lin. Ia
berbasa basi dengan Profesor Lin.
Kraam membahas perkataan Prof. Lin pada Kriit. ia bilang bahwa ia tahu kalau Prof.
Lin tidak ingin mereka pergi. Kraam bertanya kenapa Prof. Lin bilang begitu. Prof Lin
menjawab bahwa semua orang boleh pergi kecuali Kraam. Ia kaget.

Prof. Lin tiba-tiba membahas nama pulau yang dalam bahasa melayu adalah ‘Pintu’
yang berarti gerbang. Ia mengatakan bahwa jalan keluar Kraam ada di pulau itu dan ia
harus mencarinya. Lalu Profesor Lin pun pergi meninggalkan Kraam yang kaget dan
kebingungan.

May sedang melihat kalender di laboratorium. Ia melihat kalender bulan April yang
hampir semua tanggalnya sudah dicoret. Lalu melihat kalender bulan Maret yang semua
tanggalnya sudah dicoret pula. Ia terlihat kaget dan bingung setelah melihatnya. Ia pun
membuka laci meja dan mencari-cari sesuatu yang ternyata adalah alat tes kehamilan. Ia
pun mengambilnya.

Kraam tengah mengurai tali bersama Anam. Lalu tiba-tiba mereka melihat ke arah laut.

May kaget melihat dua garis pada alat tes kehamilan itu yang berarti ia hamil. Saat
ia keluar dari toilet, Anan datang menemuinya. Anan bertanya apa yang sedang terjadi
pada May hingga wajahnya kusut begitu. May hanya menjawab bahwa tidak ada apa-apa.
Anan meminta agar jangan ada rahasia antara mereka berdua. Namun May tidak
menanggapinya. Anan melihat posisi tangan May yang seperti menyembunyikan sesuatu. Ia
pun merampas benda yang ada di tangan May.

Saat melihat dua garis itu, Anan mengatakan bahwa itu adalah berita baik
walaupun lebih cepat dari yang mereka harapkan. Ia memegang tangan May. Ia juga
meminta agar May tidak perlu khawatir karena ia akan mencari cara agar May bisa naik ke
perahu, sehingga ia bisa pergi ke rumah Sakit. Namun May berteriak pada Anan dan
memintanya untuk berhenti. Karena ia perlu menyendiri. Anan yang sudah kepalang
senang, memeluk May dan pergi meninggalkan May. Setelah ditinggalkan Anan, May
menangis sesenggukan.

Anan menemui Jumjim, teman laki-lakinya yang bertumbuh gemuk yang sedang
mengupas kelapa. Anan duduk dan mulai menyampaikan maksud dan tujuannya menemui
Jumjim. Ia meminta tempat Jumjim untuk ia berikan pada May. Ia berusaha membujuk
Jumjim dan hendak menawarkan apapun yang Jumjim inginkan meski ia tahu kalau
keluarga Jumjim sangat kaya. Tentu langsung ditolak oleh Jumjim. Ia pun berkata bahwa
hanya ada dua orang yang akan tertarik pada tawaran Anan.

Arisa sedang berusaha naik ke atas dengan Nat sebagai tumpuannya sedang Gun
menariknya dari atas. Setelah susah payah, akhirnya Arisa sampai ke atas. Nat lalu
mengambil tas Arisa dan memanjat dengan sangat cepat dan tangkas. Arisa heran
bagaimana Nat bisa sehebat itu. Nat malah meledek Arisa agar tidak iri dengannya karena
ia memanjat lebih baik dan mereka berakhir saling ejek. Gun meminta mereka untuk diam
karena mendengar suara.

Mereka bertiga berniat untuk memeriksa suara itu. mereka pun berjalan masuk ke
dalam gua. Meski suaranya telah berhenti, Arisa meyakinkan mereka untuk tetap
memeriksa suaranya.

Anan menatap papan ski yang berisi list nama-nama orang yang akan naik perahu.
Terlihat bahwa nama Ice telah dicoret dan digantikan dengan Ying. Anan menghampiri
Ying untuk membicarakan masalah tempat di perahu yang ia ingin berikan pada May. Ia
mengatakan bahwa ia ingin membeli tempat Ying di perahu. Ying menatap Anan dengan
kaget.

Anan kembali bicara bahwa ia akan bayar berapapun yang Ying pinta. Ia juga
mengatakan bahwa ia lebih kaya dari Ice. Mendengar hal itu, Ying terlihat marah. Ia
meminta Anan untuk tidak menghinanya karena ia tidak gila dengan uang. Terutama
dalam kondisi seperti itu, tidak akan ada orang yang peduli dengan uang. Dengan tegas ia
menolak tawaran Anan. Lalu meninggalkan Anan.

Nahm menghampiri Ying dan mengatakan tentang anehnya Profesor Lin. Ying
membentak Nahm dan megatakan bahwa ia tidak peduli. Nahm kaget melihat perubahan
sikap Ying yang tiba-tiba. Namun, setelah mengatakan itu, ia terlihat merasa bersalah pada
Nahm. ia merendahkan suaranya dan mengatakan bahwa sekarang ia hanya peduli untuk
mempersiapkan perahu. Ia ingin bertemu ibunya. Ia lalu pamit pada Nahm yang hanya
mengangguk.

Nahm kembali mengingat momen masa kecilnya. Saat ibunya membawanya ke


sebuah rumah untuk melakukan upacara ritual padanya agar ia tak lagi bermimpi buruk.
Meskipun ia ketakutan. Ibunya tetap memaksanya masuk.
Ritual dimulai dengan mengikat benang putih ke tangan Nahm kecil oleh orang
pintar yang disaksikan oleh belasan orang disana. Dukun laki-laki itu berkata bahwa
kekuatan Nahm adalah kekuatan yang baik. Hanya saja ia belum menyadarinya. Jika ia
menyadarinya, ia akan melihat kebenarannya. Nahm lalu membungkuk di depan dukun itu
yang kemudian ditutupi oleh dukun itu dengan kain putih.

Nahm bangun dari dalam kelambunya. Ia keluar dari kelambu dan melihat seorang
wanita berjalan tengah malam. Merasa ada yang aneh, ia mengikuti wanita itu yang
ternyata mengarah ke ruang teropong bintang. Ia pun mengikuti wanita itu hingga menaiki
tangga.

Wanita yang ternyata Profesor Lin itu tiba di ruangan Kraam yang sedang tidur. Ia
mendekati Kraam dan melihat pisau Kraam tergeletak disebelahnya. Saat Profesor Lin
hendak menyentuh kepala Kraam, ia mendengar suara pisau yang saat ia melihat ke arah
pisau itu, sarungnya sudah terpisah dengan pisaunya. Seakan memberikan peringatan pada
Profesor Lin. Ia juga merasa ada seseorang yang akan datang, Profesor Lin pun
bersembunyi.

Nahm masuk ke ruangan Kraam pelan-pelan. Ia melihat ke sekeliling untuk


mencari keberadaan Profesor Lin. Saat ia berjalan di dekat Kraam yang sedang tidur, tanpa
sengaja ia tersandung besi yang membuat Kraam terbangun. Kraam bertanya apa yang
sedang ia lakukan yang dijawab dengan pertanyaan oleh Nahm, apakah Kraam melihat
Profesor Lin. Kraam mengatakan ia tidak melihatnya. Nahm pun mengingatkan Kraam
untuk menjauhi Profesor Lin. Lalu ia pergi meninggalkan Kraam. Profesor Lin ternyata
masih ada di ruangan itu. Ia berdiri menatap Kraam dari atas tangga kubah bagian dalam
itu.

Arisa, Nat dan Gun berjalan masuk semakin dalam di gua itu. Arisa berteriak untuk
mengecek apakah ada orang di dalam gua itu yang dijawab dengan suara seperti seseorang
yang memukul batu dengan besi atau sejenisnya. Arisa berpikir bahwa mungkin saja yang
membuat suara adalah orang yang butuh bantuan. Jadi mereka harus menolong orang itu.
Tapi Nat agak ragu dan takut karena mereka tidak tahu tentang orang itu. Arisa pun
mengalihkan pandangannya pada Gun seperti menanyakan pendapatnya. Gun mengatakan
bahwa ia takut gelap.
Arisa yang berani namun ceroboh pun mengambil senternya lalu mulai berjalan
masuk ke dalam gua. Nat dan Gun yang awalnya menolak untuk masuk, mengikutinya dari
belakang. Mereka melihat-lihat ke dalam gua. Hingga terdengar suara musik. Gun merasa
itu adalah hal yang aneh karena tidak ada listrik di pulau itu. jadi bagaimana mungkin bisa
ada musik.

Mereka mengikuti asal suara musik itu hingga akhirnya menemukan cahaya
berwarna merah muda keunguan diujung gua. Mereka pun berjalan menuju cahaya itu.

Pagi harinya, May tengah membaca tentang perkembangan bayi dari sebuah buku.
Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Itu adalah Kraam. Ia pun mempersilakan Kraam
masuk.

Kraam mengatakan bahwa ia memiliki hadiah untuk May. Ia pun mengeluarkan alat
tombak ikan yang tempo hari ia pakai saat mengajari May menombak ikan. Ia ingin agar
May bisa menombak ikan dengan alat itu selama ia pergi nanti. May pun menerimanya
dengan wajah murung.

Melihat wajah pujaan hatinya murung, Kraam khawatir. Ia bertanya apa May
sedang ada masalah. May hanya bilang bahwa ia sedang memikirkannya dan belum siap
untuk memberitahu Kraam. Maka Kraam yang polos, hanya mengatakan bahwa ia akan
menemui May besok sebelum berangkat. Saat Kraam berbalik dan berjalan beberapa
langkah menuju pintu, May tiba-tiba memeluknya dari belakang dan menangis
sesenggukan. Kraam memegang tangan gadisnya itu.

Anan mengganti nama Kriit menjadi May pada papan ski.

Arisa, Nat dan Gun telah keluar dari gua mengikuti cahaya itu. Namun, betapa
kagetnya mereka dengan apa yang mereka lihat. Mereka melihat pesta kelulusan mereka di
sana. Mereka sangat bahagia melihat Joey yang masih hidup. Kejadian itu terasa seperti De
Javu. Mereka melihat semua temannya tapi tidak diri mereka. Terasa begitu aneh. Nat dan
Gun yang melihat Joey langsung berlari menghampirinya dan memeluknya.

Nahm yang sedang tidur di dalam kelambu, didatangi oleh Profesor Lin yang
berjalan pelan-pelan menghampirinya. Profesor Lin lalu menyentuh kepalanya. Nahm
bermimpi tentang ritual itu. Ia membuka kain putih itu perlahan dan melihat ibunya. Lalu
membuka seluruh kainnya. Ia duduk sambil memperhatikan orang-orang yang hadir pada
ritual itu. Tapi mereka seperti tidak mempedulikan Nahm.

Tiba-tiba, dukun itu berubah menjadi Profesor Lin. Ia berkata bahwa kekuatan yang
Nahm miliki melebihi dugaannya. Ia lalu memberikan sesuatu dari kepalan tangannya
yang mengeluarkan cahaya keemasan. Nahm menadahkan tangannya. Ia melihat ke arah
benda itu lalu melihat ke arah Profesor Lin. Ia pun terbangun.

Anan menemui May ke dalam kamarnya saat May masih tidur. Anan bertanya apa
May sudah bangun karena hari sudah menjelang pagi. Anan mendekati May dan
mengatakan bahwa ia sudah dapat tempat untuk May. Tiba-tiba, May bangun dan duduk.

May mengajak Anan bicara mengenai bayinya. Dengan suara yang lemah dan takut,
May menceritakan kebenarannya. Dimana ia tidak hanya melakukan hubungan badan
dengan Anan. Mendengar itu, Anan marah. Ia bertanya apakah artinya bahwa bayi itu
bukan miliknya. May pun hanya bisa menggeleng dan mengatakan bahwa ia tidak tahu.
Anan semakin marah. Ia naik pitam. Bagaimana mungkin May tidak tahu anak siapa yang
ia kandung. May hanya bisa menangis meminta maaf pada Anan.

Anan bertanya lagi apakah itu Bayi Kraam. Tapi lagi-lagi May hanya meminta maaf.
Ia mendorong May. Anan tiba-tiba menjambak rambut May dari belakang kepalanya. Ia
marah kenapa dari semua pria, Kraam yang menjadi selingkuhan May. Anan menarik May
berdiri. Ia bertanya dengan marah apakah May bercinta dengan Anan setelah bercinta
dengan Kraam. May yang terus saja menangis, tidak menjawabnya. Ia malah mengerang
kesakitan. Anan mengatakan bahwa yang May lakukan padanya jauh lebih menyakitkan.
May menjawab bahwa itu bukan niatnya. Anan semakin marah.

Anan menarik May secara paksa. Sementara May hanya bisa berteriak minta tolong
karena cengkraman Anan pada tangannya sangat kuat. May diseret ke pantai menuju
perahu layar mereka. May lalu dinaikkan ke kapal dan tangannya diikat pada tiang layar.
May hanya bisa meminta maaf dan membujuk Anan untuk melepaskannya. Tapi Anan
sudah kepalang naik pitam. Ia tidak peduli lagi jika perlakuannya menyakiti perempuan
yang ia cintai itu.

Tiba-tiba datanglah segerombolan anak-anak setelah mendengar teriakan May.


Mereka bertanya apa yang sedang terjadi. Kenapa Anan di perahu padahal perjanjian
mereka berangkat pukul 10.00 pagi. Anan pun memerintahkan mereka untuk mendorong
perahunya dan berangkat saat itu juga. Meski awalnya tidak ada yang merespon, seorang
laki-laki mendorong perahunya yang diikuti oleh anak-anak lain. Anan menawarkan pada
mereka yang membantu mendorong kapal akan langsung mendapat tempat tanpa
mempedulikan nama-nama yang telah diundi tersebut. Anak-anak lainnya berusaha
menghentikan mereka, namun dihalangi oleh pendukung Anan.

Arisa dan dua temannya sedang menikmati pesta dengan meminum beeberapa gelas
bir. Arisa tiba-tiba mendengar suara itu lagi yang tidak didengar oleh Nat dan Gun. Saat
suara itu datang lagi kedua kalinya, musik tiba-tiba berhenti. Semua orang di pesta itu
menghilang. Namun, botol minuman , dekorasi dan barang-barang lain masih ada. Mereka
mulai ketakutan atas kejadian yang semakin aneh itu. Tiba-tiba mati lampu. Mereka panik
dan mencari senter.

Saat senter menyala, mereka kembali lagi ke dalam goa. Suara benturan batu
dangan besi itu terdengar lagi. Mereka berlari ke arah suara yang tidak jauh dari merek.
Saat Arisa berteriak untuk memastikan ada orang atau tidak. Suara itu muncul lagi. Kali ini
tepat dibelakang mereka. Suaranya berasal dari dinding goa. Mereka pun mulai berusaha
membongkar dinding itu.

Sementara itu di pantai, saat sudah hampir menyentuh air, tiba-tiba perahunya
tersangkut. Ant berteriak meminta teman-temannya menambah dahan pada luan perahu.
Saat ia hendak mendorong perahu dengan sekuat tenaga, Ice melompat menendangnya
hingga jatuh. Mereka pun adu pukul dengan Ice. Sementara para perempuan hanya bisa
berteriak-teriak histeris. Kraam pun muncul dan berlari mengejar kerumunan.

Saat ia berusaha melerai perkelahian, Kraam dipukul dengan sangat keras pada
wajahnya hingga ia sempoyongan. Lalu ia mengingat momen saat mereka bekerja sama
menurunkan perahu dari atas tebing. Dimana mereka saling bahu membahu dan bekerja
sama. Berbeda dengan kondisi mereka saat ini yang terpecah belah. May berteriak untuk
menyadarkan mereka bahwa mereka adalah teman. Anan tiba-tiba muncul dengan
memegang palu. Ia mengatakan bahwa ini semua adalah salah May karena bersikap seperti
pelacur. Saat Anan berbalik, ia menatap Profesor Lin yang berdiri didekat gedung sekolah
mereka sambil memperhatikan mereka.
Anan memerintahkan mereka untuk lanjut mendorong perahu. Hingga akhirnya
perahu itu sampai ke dalam air. Tujuh orang anak lelaki yang mendorong perahu langsung
bergegas naik. Layar telah terbentang. Sementara anak-anak lain yang berada di bibir
pantai hanya bisa berteriak dan komplain atas tindakan Anan. Sementara itu, Kraam
menatap pujaan hatinya dari kejauhan. Ia mengepalkan tangannya dengan erat lalu berlari
menuju air.

Kraam berenang mengejar perahu Anan. Melihat Kraam yang sudah sampai di
pelampung perahu, Anan mengambil galah untuk mendorongnya pergi.

Saat itu, terlihat cahaya merah dari dalam air. Tiba-tiba cahaya itu keluar dari air seperti
dimuntahkan dari dalam laut. Mereka semua kaget melihat cahaya yang menyerang
mereka. Cahanya itu terlihat seperti magma. Mereka semua berlari ketakutan menghindari
magma itu. beberapa dari mereka yang berada di bibir pantai berenang ke arah perahu
Anan. Namun, anak-anak yang berada di atas perahu menghalau mereka sehingga mereka
tidak bisa naik.

Mereka yang fokusnya teralihkan pada tembakan magma dan anak-anak yang
mendekati perahu, membuat Kraam bisa menaiki perahu untuk melepaskan May. Namun,
Anan tiba-tiba menoleh k arah mereka dan hendak memukul mereka dengan galah yang
ada ditangannya. Untung saja ikatan May sudah lepas. May dan Anan luput dari
pengawasan Anan. Mereka berdua lepas dan menyeburkan diri ke laut. Anan dan May
berenang ke tepian. Anan hanya bisa melihat pacarnya dengan kesal. Magma itu akhirnya
mengenai layar dan membakar layar. Anan hanya menatapnya.

Arisa dan dua temannya telah berhasil membongkar sebagian batu. Setelah akhirnya
ada celah dari dinding batu itu, sebuah tangan keluar dan menangkap tangan Arisa. Ia
reflek menariknya dan berteriak ketakutan. suara itu muncul lagi. Arisa mengintip dari
celah itu. Nat bertanya siapa itu. lalu terlihat tangan yang lemah dan kurus sedang
menghentak-hentakkan gelas yang sepertinya terbuat dari stainless steel ke batu.

Setelah serangan magma itu berhenti, mereka berbondong-bondong kembali ke


sekolah. Karena perahunya sudah habis terbakar. Jan melihat Profesor Lin dari kejauhan
yang sedang melipat tangannya di dada tanpa melakukan apapun.
Arisa kaget saat melihat orang yang ditutupi oleh dinding batu itu ternyata Profesor Lin.
Bersambung

Anda mungkin juga menyukai