Anda di halaman 1dari 36

RIBA

Disampaikan dalam “Kajian Intelektual Notaris Islam


(KINI)”, pada hari Sabtu, 6 Mei 2017.

AH. AZHARUDDIN LATHIF, M.Ag, MH


Dosen Fak. Syariah dan Hukum UIN Jakarta
Pengurus BPH DSN-MUI
HP. 081283727346, email: azharuddinlathif@uinjkt.ac.id

1
RIBA
AGENDA
1. Pengertian Riba
2. Larangan Riba Dalam Al-Qur’an, Hadits, Kitab
Samawy, dan Pendapat para Ulama
3. 9 Alasan dan jawaban: Interest bukan riba
4. Macam-Macam Riba
5. Perbedaan Bunga (Riba) dan Bagi Hasil
6. Perbedaan Al-Bay dan Riba
7. Hikmah Larangan Riba
8. Sumber Bacaan
2
PENGERTIAN RIBA
 Riba (Arabic: ‫ )ربا‬arti Bahasa ialah tambah
(az-Ziyadah), tumbuh (al-Numuw) , naik (al-
irtifa’) dan tinggi (al-’uluw). (Umar Ibn Abd
Aziz al-Mutruk)

 Pengertian riba adalah tambahan yang


diberikan dalam pertukaran barang-barang
ribawi (al-amwal al-ribawiyyah) dan
tambahan yang diberikan atas pokok utang
dengan imbalan penangguhan pembayaran
secara mutlak (Fatwa DSN-MUI No. 80/2011)
3
TAHAPAN PENGHARAMAN RIBA
• Membandingan antara zakat dan riba
• Memuji zakat dan mencela riba
1 • Surat Arruum: 39

• Mendiskripsikan praktik riba dikalangan Yahudi


• Praktik Riba yang dipraktikan Yahudi adalah Zulm (aniaya)
2 • Surat An- nisaa: 160-161

• Larangan praktik Riba yang berlipat ganda (tradisi Arab Jahiliyah)


• Surat Ali Imran: 130
3
• Larangan tegas (perintah meninggalkan) berbagai bentuk Riba
• Surat Al-baqarah: 278-279
4
DALIL LARANGAN RIBA
 Arruum: 39
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar ia bertambah pada
harta manusia, maka pada sisi Allah itu tidak bertambah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang yang
melipatgandakan (pahalanya).”

 Annisaa: 160-161
Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan diatas
mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan
bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta
orang dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang
yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.

5
 ISLAM
 Ali Imran: 130
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapat keberuntungan.”

 Al-baqarah: 278-279
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
pula dianiaya.”

6
 ISLAM
 Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima
riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua
orang saksinya, kemudian beliau bersabda: “Mereka semuanya sama“
(HR. Muslim)
 Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW berkata: “Pada
malam perjalananku Mi’raj, aku melihat orang-orang yang perutnya
seperti rumah, didalamnya dipenuhi oleh ular-ular yang kelihatan dari
luar. Aku bertanya kepada Jibril siapakah mereka itu. Jibril menjawab
bahwa mereka adalah orang-orang yang menerima riba.”
 Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: “Riba itu
memiliki tujuh puluh tingkatan, adapun tingkat yang paling rendah
(dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zina dengan
ibunya sendiri.” 7
YUNANI
Plato (427-347 SM):
Bunga menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas
dalam masyarakat.
Bunga merupakan alat golongan kaya untuk mengeksploitasi
golongan miskin
Aristoteles (384-322 SM):
Fungsi uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange)
bukan alat menghasilkan tambahan melalui bunga
“….Istilah riba, yang berarti lahirnya uang dari uang, diterapkan
kepada pengembangbiakan uang karena analogi keturunan dan
orang tua. Dibanding dengan semua cara mendapatkan uang,
cara seperti ini adalah yang paling tidak alami” (Politics, 1258)

8
 YAHUDI
Kitab Eksodus (Keluaran) 22: 25
“Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umatku,
orang yang miskin diantaramu, maka janganlah engkau berlaku
sebagai penagih hutang terhadap dia, janganlah engkau bebankan
bunga terhadapnya.”
Kitab Deuteronomy (Ulangan) 23: 19
“Janganlah engkau membungakan uang kepada saudaramu, baik
uang maupun bahan makanan, atau apapun yang dapat dibungakan.”
Kitab Levicitus (Imamat) 35: 7
“Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba darinya,
melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu bisa
hidup diantaramu. Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya
dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kau berikan
dengan meminta riba.”
Lukas 6: 35
“Cintailah musuhmu… dan janganlah meminjamkan kepada mereka
dengan berharap untuk mendapatkan sesuatu (yang lebih)”
9
 KRISTEN
Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu
berharap akan menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu?
Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang berdosa,
supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kasihilah
musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan
tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu
akan menjadi anak-anak Tuhan Yang Maha Tinggi, sebab Ia baik
terhadap orang-orang yang tidak tahu berterimakasih dan terhadap
orang-orang jahat” (Lukas 6:34-35
Karena tidak disebutkan secara jelas, timbul berbagai tanggapan dan
tafsiran tentang boleh tidaknya melakukan praktek pembungaan.
Pandangan para sarjana Kristen terhadap praktek pembungaan terbagi
pada tiga periode, yaitu
Pandangan Pendeta Awal (Abad I-XII):
Pandangan Para Sarjana Kristen (Abad XII-XV):
Pandangan Para Reformis Kristen (Abad XVI- Tahun 1836):
10
 KRISTEN
Pandangan Pendeta Awal (Abad I-XII): Larangan mengambil bunga merujuk
kepada Old Testament yang juga diimani oleh orang Kristen.
St. Basil (329-379)
St. Gregory dari Nyssa (335-395)
St. John Chrysostom (344-407)
St. Ambrose
St. Augustine
St. Alsem dari Centerbury (1033-1109)
Larangan yang dikeluarkan oleh gereja dalam bentuk undang-undang (Canon)
Council of Elvira (Spanyol tahun 306)
Council of Arles (tahun 314)
First Council of Nicaea (tahun 325)
Council of Carthage (tahun 345) & Council of Aix la Chapelle (789)
Council of Latern (1179)
Council of Lyons (1274)
Council of Vienne (1311)

11
 KRISTEN
Kesimpulan Pandangan para Pendeta Awal (Abad I-XII):
Bunga adalah semua bentuk yang diminta sebagai imbalan yang
melebihi jumlah barang yang dipinjamkan di awal.
Mengambil bunga adalah suatu dosa yang dilarang baik dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Keinginan atau niat untuk mendapat imbalan melebihi apa yang
dipinjamkan adalah suatu dosa.
Bunga harus dikembalikan kepada pemiliknya.
Harga barang yang tinggi untuk penjualan secara kredit juga
merupakan bunga yang terselubung.

12
 KRISTEN
Pandangan Para Sarjana Kristen (Abad XII-XV):
Robert of Courcon (1152-1218),
William Auxxerre (1160-1220),
St.Raymond of Pennafore (1180-1278),
St.Bonaventure (1221-1274)
St.Thomas Aquinas (1225-1274)
Bunga dibedakan menjadi interest dan usury
Niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan dengan
memberikan pinjaman adalah suatu dosa yang bertentangan dengan
konsep keadilan
Mengambil bunga dari pinjaman diperbolehkan, namun haram atau
tidaknya tergantung niat si pemberi hutang.

13
 KRISTEN
Pandangan Para Reformis Kristen (Abad XVI- Tahun
1836):
John Calvin (1509-1564)
Charles du Moulin (1500-1566)
Claude Saumaise (1588-1653)
Martin Luther (1483-1546)
Melancthon (1497-1560)
Zwingli (1484-1531)
Dosa apabila bunga memberatkan
Uang dapat membiak (kontra dengan Aristoteles)
Tidak menjadikan pengambil bunga sebagai profesi
Jangan mengambil bunga dari orang miskin

14
BUNGA BANK:
PANDANGAN DUNIA ISLAM
Dewan Studi Islam AlAzhar, Cairo
Bunga dalam segala bentuk pinjaman adalah riba yang
diharamkan.(Konferensi DSI AlAzhar, Muharram 1385 H/ Mei 1965 M)
Rabithah Alam Islamy
Bunga bank yang berlaku dalam perbankan konvensional adalah riba
yang diharamkan. (Keputusan No. 6 Sidang ke 9, Mekkah 12-19 Rajab
1406 H)
Majma’ Fiqih Islamy, Organisasi Konferensi Islam
Seluruh tambahan dan bunga atas pinjaman yang jatuh tempo dan
nasabah tidak mampu membayarnya, demikian pula tambahan (atau
bunga) atas pinjaman dari permulaan perjanjian adalah dua gambaran dari
riba yang diharamkan secara syariah (Keputusan No. 10 Majelis Majma’
Fiqih Islamy, Koneferensi OKI ke II, 22-28 Desembeer 1985)

15
BUNGA BANK:
PANDANGAN ULAMA INDONESIA
Nahdhatul Ulama
Sebagian ulama mengatakan bunga sama dengan riba, sebagian lain
mengatakan tidak sama dan sebagian lain mengatakan syubhat.
Rekomendasi: Agar PB NU mendirikan bank Islam NU dengan sistem
tanpa bunga (Bahtsul Masail, Munas Bandar Lampung, 1992)
Muhammadiyah
Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik nagara kepada nasabahnya
atau sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk perkara
“mustasyabihat.”
Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan
terwujudnya konsepsi sistem perekonomian khususnya lembaga
perbankan yang sesuai dengan qaidah Islam (Lajnah Tarjih Sidoarjo,
1968)

16
BUNGA BANK:
PANDANGAN ULAMA INDONESIA
Majelis Ulama Indonesia
1)Bunga bank sama dengan riba 2) tidak sama dengan riba 3) Syubhat.
MUI harus mendirikan bank alternatif. (Lokakarya Alim Ulama, Cisarua
1991)
Lajnah Ulama Komisi Fatwa se Indonesia, Majelis Ulama Indonesia
1)Bunga bank sama dengan riba (Silaknas MUI, 16 Desember 2003)

17
9 Alasan
Yang Mengatakan Interest
Bukan Riba
 Dalam keadaan-keadaan darurat bunga halal hukumnya
 Hanya bunga yang berlipatganda saja yang dilarang, adapun
suku bunga yang wajar dan tidak menzalimi diperkenankan
 Bunga diberikan sebagai ganti rugi (opportunity cost) atas
hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari
pengolahan dana tersebut
 Hanya kredit yang bersifat konsumtif saja yang pengambilan
bunganya dilarang adapun yang produktif tidak demikian
 Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana barang-
barang lainnya oleh karena itu dapat disewakan dan diambil
upah atasnya
Alasan
Yang Mengatakan Interest
Bukan Riba

 Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi yang


mengakibatkan menyusutnya nilai uang
 Bunga diberikan atas dasar abstinence
 Sejumlah uang pada masa kini mempunyai nilai yang lebih
tinggi dari jumlah yang sama pada suatu masa nanti. Oleh
karena itu bunga diberikan untuk mengimbangi penurunan
nilai ini
 Bank, demikian juga Lembaga Keuangan Bukan Bank
(LKBB) sebagai lembaga hukum tidak termasuk teritorial
hukum taklif
Diskusi
( 1 ) Darurat
9Alasan
Pembahasan yang jelas akan pengertian darurat
yang dinyatakan oleh syara dan bukan pengertian
sehari-hari akan istilah ini

Pembatasan yang pasti akan pengambilan


dispensasi darurat ini, sesuai dengan metodologi
usul fiqh. Terutama penerapan Al Qawaid Al
Fiqhiah seputar kadar darurat.
Diskusi
( 2 ) Berlipat Ganda
9Alasan
Pemahaman kembali surat Ali Imran 130
secara cermat, mengkaitkannya dengan spirit
ayat-ayat riba lainnya secara komprehensif,
demikian juga fase-fase pelarangan riba
secara menyeluruh

Memahami secara mendalam makna mafhum


mukhalafah dalam pemahaman teks-teks
Qur’an & Sunnah, jenis-jenisnya, serta syarat-
syarat pengambilan hukum daripadanya.
Diskusi
( 3 ) Opportunity Cost
9Alasan
Menghilangkan asumsi sepihak dalam urusan Ganti
Rugi dimana deposan secara dimuka mengharuskan
keuntungan minimal dalam proyek debitur (paling
minimal sama dengan suku bunga) Dimana hal ini
tidak demikian manakala si deposan yaitu
menangani sendiri proyeknya yaitu kemungkinan
untung rugi dalam usaha

Tidak menghilangkan kesempatan untuk


mendapatkan keuntungan dari proyek dengan
prinsip bagi hasil
Diskusi
( 4 ) Konsumtif - Produktif
9Alasan
Dapat dipastikan bahwa imbalan produksi
marginal dari dana senantiasa lebih besar dari
suku bunga

Dapatkah dipertahankan bahwa bentuk-bentuk


kredit di jaman pra Islam adalah seluruhnya
konsumtif mengingat luasnya jaringan
perdagangan Arab dengan India dan Cina, yang
memerlukan suplai produksi yang memadai
dimana kredit untuk tujuan tersebut adalah suatu
persyaratan utama
Diskusi
( 5 ) Uang sebagai komoditi
9Alasan
 Memahami sifat-sifat khusus yang dimiliki uang dan
kemungkinan penyamaannya dengan komoditi lain
terutama kepercayaan masyarakat kepadanya dan daya
tukar yang dimilikinya serta sanksi hukum atas
penolakannya
 Mendefinisikan kembali pengertian sewa terutama
perbedaannya dari pinjam-meminjam
 Kalau dalam keadaan normal (tidak ada inflasi), apakah
uang seperti komoditi lainnya katakanlah rumah mengalami
penyusutan nilai karena dipergunakan sehingga berhak
atas sewa untuk mengimbangi penyusutan nilai tersebut
 Sejauh mana bisa keluar dari Riba Al Fadl
Diskusi
( 6 ) Inflasi
9Alasan
 Memantau roda ekonomi dari atas dan bawah, dalam
artian tidak hanya inflasi tetapi juga deflasi dimana
perekonomian mengalami masa lesu yang memaksa
produsen untuk menjual produksinya mendekati biaya
produksi yang pada gilirannya akan menurunkan daya
beli uang
 Tidak menghilangkan kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dari prinsip bagi hasil, yang
tidak jarang melebihi tingkat inflasi
 Mengukur sejauh mana sifat-sifat yang dimiliki inflasi
dapat dijadikan sebagai illah dalam Hukum dengan
menggunakan standar syarar-syarat Illah yang telah
menjadi konsesus dalam methodologi Ushul Fiqh
Diskusi
( 7 ) Abstinence
9Alasan
Standar apa yang digunakan untuk mengukur unsur
“Pengobatan” (dengan penundaan konsumsi) dari
teori bunga Abstinence

Seandainya standar telah didapatkan bagaimana


menentukan suku yang “adil” bagi kedua belah
pihak

Dapatkah hal ini menjadi illah dalam Hukum sesuai


dengan Rules of Games Ushul Fiqh ?

Tidak menghilangkan kemungkinan laba dari


investasi bagi hasil selama masih “penundaan”.
Diskusi
( 8 ) Time Preference Theory
9Alasan
Menganalisa Filsafat Time Preference Theory yang
menyatakan bahwa “saat ini lebih berharga dari
masa yang akan datang”, bukankah setiap orang
menabung dan belajar beranggapan bahwa hari
depan harus lebih baik dari hari ini ?

Menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari


misalnya praktek asuransi dimana pemegang polis
mengorbankan masa kini untuk kenyamanan masa
depan.
Diskusi
9Alasan
( 9 ) Badan Hukum dan Hukum Taklif
 Apakah yang dimaksud dengan “Dela Personnalite
Juridique ?

 Dari catatan sejarah apakah tidak pernah terjadi adanya


suatu perkumpulan individu yang mendapatkan perizinan
dari pihak yang berwenang untuk memberikan jasa-jasa
tertentu, sebelum masa Rasulullah. Sehingga ketika ayat-
ayat Riba turun ia berada di luar jangkauannya ?

 Apakah konsekuensi dari tidak termasuknya Badan


Hukum dalam khitab Taklif berarti bebas dari segala
tuntutan hukum ?
MACAM-MACAM RIBA
Jual Beli Barang2 Ribawi: (emas, Perak,
Gandum bulat, gandum panjang,
Fadl Kurma, dan garam), Salah satu obyek
lebih banyak (kualitas) dari yang lain
Jual Beli
Jual beli barang ribawi yang penyerahan
Nasa’ obyeknya tidak secara tunai (Jual beli
mata uang yang berbeda secara tidak
RIBA tunai (forward, swap, dan option)

Utang-piutang dengan mengambil


Nasiah manfaat/keuntungan tambahan
(Investasi)
Hutang
Piutang Utang-piutang, dimana kreditur
mengenakan tambahan (dari jumlah
29

Jahiliyah hutang) bila debitur pada saat jatuh


tempo tidak bisa membayar
kewajibannya (Katu Kredit)
Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil

 Penentuan suku bunga dibuat pada  Penentuan besarnya rasio bagi hasil
waktu akad dengan pedoman harus dibuat pada waktu akad dengan
selalu untung berpedoman pada kemungkinan untung
rugi.
 Besarnya prosentase berdasarkan pada
jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.  Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang diperoleh
 Pembayaran bunga tetap seperti yang
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah  Bagi hasil tergantung pada keuntungan
proyek yang dijalankan oleh pihak proyek yang dijalankan sekiranya itu
nasabah untung atau rugi. tidak mendapatkan keuntungan maka
kerugian akan ditanggung bersama oleh
 Jumlah pembayaran bunga tidak kedua belah pihak.
meningkat sekalipun jumlah keuntungan
berlipat atau keadaan ekonomi sedang  Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
“booming”. dengan peningkatan jumlah pendapatan.

 Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak  Tidak ada yang meragukan keuntungan
dikecam) oleh semua agama termasuk bagi hasil.
Islam.
30
Perbedaan Al-Bay dan Riba
Abu al A’la al Mawdudi memberikan empat perbedaan mendasar antara
Al-Bay (perdagangan) dan riba, yaitu:

Pertama:
 Dalam perdagangan, pembeli dan penjual melakukan
pertukaran atas dasar kesetaraan, bagi pembeli mendapatkan
keuntungan dari apa yang ia telah beli dari vendor, sementara
yang kedua mendapat keuntungan dalam pertimbangan kerja
dan waktu yang dihabiskan dalam pengadaan komoditas itu
untuk pembeli
 Sementara itu, pada transaksi riba tidak ada pembagian
keuntungan antara kedua belah pihak atas dasar kesetaraan.
Kreditor mendapatkan untuk dirinya sendiri yang pasti jumlah
uang untuk pinjaman, tetapi semua debitur pasti mendapatkan
waktu untuk menggunakan uang, sementara waktu tidak selalu
mendapatkan keuntungan dirinya
31
Perbedaan al-bay dan riba (lanjutan):

Kedua:
 Dalam perdagangan, seberapapun besar keuntungan
yang diminta vendor dari pembeli, ia hanya sekali
mendapatkannya.
 Sementara itu, pada transaksi riba, kreditur tidak
berhenti untuk menuntut bunganya sepanjang pokoknya
belum dikembalikan.

32
Perbedaan al-bay dan riba (lanjutan):

ketiga:
 Dalam perdagangan, saat sebuah komoditi dipertukarkan untuk
suatu harga, transaksi tersebut selesai. Pembeli tidak memberikan
apa-apa setelah transaksi tersebut kepada penjual. Dalam transaksi
menyewa, baik rumah, tanah, atau benda/barnag lain, barang yang
disewa tetap utuh dan dikembalikan kepada pemilik setelah itu.
Hanya untuk manfaat dari barang tersebut yang harus dibayar
sewanya oleh penyewa kepada pemilik.
 Sementara itu, dalam riba, debitur benar-benar menghabiskan
jumlah yang dipinjam dari kreditur dan harus mengembalikan jumlah
yang sama dengan tambahan dalam bentuk bunga.

33
Perbedaan al-bay dan riba (lanjutan):

Keempat:
 Dalam perdagangan, profesi dan kerajinan tangan, seseorang
memperoleh manfaat setelah menjalani kerja, kesulitan, atau
oleh keterampilan atau seni.
 Sebaliknya, dalam transaksi riba, kreditor hanya meminjamkan
sejumlah surplus yang dimilikinya dan tanpa kerja / usaha /
kesulitan, menjadi mitra tetap dalam memperoleh hasil (bunga)
dari debitur.

34
Hikmah Dibalik Pelarangan riba

1. Penghapusan ketidakadilan/Kedhaliman
2. Himbauan untuk bekerjasama
3. Semangat persaudaraan
4. Mengenai riba al fadl: mendorong transisi masyarakat
dari sistem barter ke sistem moneter
5. Uang, sebagai ukuran yang sempurna nilai dan alat
tukar, dimana pertukaran berjalan atas dasar keadilan
serta mengurangi penipuan

35
SUMBER BACAAN
1. Abdullah Ibn Muhammad Ibn Hasan al-Sa’dy, Al-Riba fi al-Mu’amalat al-
Mashrafiyah al-Mu’ashiarah
2. Umar Ibn Abdul Azis al Mutrk, Al-Riba wa al-Mu’amalat al-Mashrafiyyah, Fi
Nadri al-Syaria’ah al-Islamiyah
3. Yusuf Qaradawi, Fawaid al-Bunuk hiya al-Riba al-Haram
4. Abu-A’la al-Maududi, Riba
5. Ali Jum’ah Muhammad dkk, Fatawa al-Mu’amalat al-Maaliyah: Al-Qurudh wa
al-Riba
6. Abdul Azhim Jalal Abu Zaid, Fiqh Riba
7. Ahmad Salim Milhim, At-Ta’min al-Islamy
8. M. Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik
9. Adiwarman Kariim, Analisis Fiqh dan Keuangan
10. M. Syakir Sula, Asuransi Syariah: Konsep dan Sistem Operasional
11. Engku Rabiah Adawiyah Engku Ali dan hassan Scoott P. Odierno, Essential
Guide to Takaful (Islamic Insurance)
12. Mohd. Ma’sum Billah, Principles & Practices of Takaful and Insurance
(Compared)

Anda mungkin juga menyukai