1
RIBA
AGENDA
1. Pengertian Riba
2. Larangan Riba Dalam Al-Qur’an, Hadits, Kitab
Samawy, dan Pendapat para Ulama
3. 9 Alasan dan jawaban: Interest bukan riba
4. Macam-Macam Riba
5. Perbedaan Bunga (Riba) dan Bagi Hasil
6. Perbedaan Al-Bay dan Riba
7. Hikmah Larangan Riba
8. Sumber Bacaan
2
PENGERTIAN RIBA
Riba (Arabic: )رباarti Bahasa ialah tambah
(az-Ziyadah), tumbuh (al-Numuw) , naik (al-
irtifa’) dan tinggi (al-’uluw). (Umar Ibn Abd
Aziz al-Mutruk)
Annisaa: 160-161
Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan diatas
mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan
bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta
orang dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang
yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.
5
ISLAM
Ali Imran: 130
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapat keberuntungan.”
Al-baqarah: 278-279
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
pula dianiaya.”
6
ISLAM
Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima
riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua
orang saksinya, kemudian beliau bersabda: “Mereka semuanya sama“
(HR. Muslim)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW berkata: “Pada
malam perjalananku Mi’raj, aku melihat orang-orang yang perutnya
seperti rumah, didalamnya dipenuhi oleh ular-ular yang kelihatan dari
luar. Aku bertanya kepada Jibril siapakah mereka itu. Jibril menjawab
bahwa mereka adalah orang-orang yang menerima riba.”
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: “Riba itu
memiliki tujuh puluh tingkatan, adapun tingkat yang paling rendah
(dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zina dengan
ibunya sendiri.” 7
YUNANI
Plato (427-347 SM):
Bunga menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas
dalam masyarakat.
Bunga merupakan alat golongan kaya untuk mengeksploitasi
golongan miskin
Aristoteles (384-322 SM):
Fungsi uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange)
bukan alat menghasilkan tambahan melalui bunga
“….Istilah riba, yang berarti lahirnya uang dari uang, diterapkan
kepada pengembangbiakan uang karena analogi keturunan dan
orang tua. Dibanding dengan semua cara mendapatkan uang,
cara seperti ini adalah yang paling tidak alami” (Politics, 1258)
8
YAHUDI
Kitab Eksodus (Keluaran) 22: 25
“Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umatku,
orang yang miskin diantaramu, maka janganlah engkau berlaku
sebagai penagih hutang terhadap dia, janganlah engkau bebankan
bunga terhadapnya.”
Kitab Deuteronomy (Ulangan) 23: 19
“Janganlah engkau membungakan uang kepada saudaramu, baik
uang maupun bahan makanan, atau apapun yang dapat dibungakan.”
Kitab Levicitus (Imamat) 35: 7
“Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba darinya,
melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu bisa
hidup diantaramu. Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya
dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kau berikan
dengan meminta riba.”
Lukas 6: 35
“Cintailah musuhmu… dan janganlah meminjamkan kepada mereka
dengan berharap untuk mendapatkan sesuatu (yang lebih)”
9
KRISTEN
Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu
berharap akan menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu?
Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang berdosa,
supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kasihilah
musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan
tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu
akan menjadi anak-anak Tuhan Yang Maha Tinggi, sebab Ia baik
terhadap orang-orang yang tidak tahu berterimakasih dan terhadap
orang-orang jahat” (Lukas 6:34-35
Karena tidak disebutkan secara jelas, timbul berbagai tanggapan dan
tafsiran tentang boleh tidaknya melakukan praktek pembungaan.
Pandangan para sarjana Kristen terhadap praktek pembungaan terbagi
pada tiga periode, yaitu
Pandangan Pendeta Awal (Abad I-XII):
Pandangan Para Sarjana Kristen (Abad XII-XV):
Pandangan Para Reformis Kristen (Abad XVI- Tahun 1836):
10
KRISTEN
Pandangan Pendeta Awal (Abad I-XII): Larangan mengambil bunga merujuk
kepada Old Testament yang juga diimani oleh orang Kristen.
St. Basil (329-379)
St. Gregory dari Nyssa (335-395)
St. John Chrysostom (344-407)
St. Ambrose
St. Augustine
St. Alsem dari Centerbury (1033-1109)
Larangan yang dikeluarkan oleh gereja dalam bentuk undang-undang (Canon)
Council of Elvira (Spanyol tahun 306)
Council of Arles (tahun 314)
First Council of Nicaea (tahun 325)
Council of Carthage (tahun 345) & Council of Aix la Chapelle (789)
Council of Latern (1179)
Council of Lyons (1274)
Council of Vienne (1311)
11
KRISTEN
Kesimpulan Pandangan para Pendeta Awal (Abad I-XII):
Bunga adalah semua bentuk yang diminta sebagai imbalan yang
melebihi jumlah barang yang dipinjamkan di awal.
Mengambil bunga adalah suatu dosa yang dilarang baik dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Keinginan atau niat untuk mendapat imbalan melebihi apa yang
dipinjamkan adalah suatu dosa.
Bunga harus dikembalikan kepada pemiliknya.
Harga barang yang tinggi untuk penjualan secara kredit juga
merupakan bunga yang terselubung.
12
KRISTEN
Pandangan Para Sarjana Kristen (Abad XII-XV):
Robert of Courcon (1152-1218),
William Auxxerre (1160-1220),
St.Raymond of Pennafore (1180-1278),
St.Bonaventure (1221-1274)
St.Thomas Aquinas (1225-1274)
Bunga dibedakan menjadi interest dan usury
Niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan dengan
memberikan pinjaman adalah suatu dosa yang bertentangan dengan
konsep keadilan
Mengambil bunga dari pinjaman diperbolehkan, namun haram atau
tidaknya tergantung niat si pemberi hutang.
13
KRISTEN
Pandangan Para Reformis Kristen (Abad XVI- Tahun
1836):
John Calvin (1509-1564)
Charles du Moulin (1500-1566)
Claude Saumaise (1588-1653)
Martin Luther (1483-1546)
Melancthon (1497-1560)
Zwingli (1484-1531)
Dosa apabila bunga memberatkan
Uang dapat membiak (kontra dengan Aristoteles)
Tidak menjadikan pengambil bunga sebagai profesi
Jangan mengambil bunga dari orang miskin
14
BUNGA BANK:
PANDANGAN DUNIA ISLAM
Dewan Studi Islam AlAzhar, Cairo
Bunga dalam segala bentuk pinjaman adalah riba yang
diharamkan.(Konferensi DSI AlAzhar, Muharram 1385 H/ Mei 1965 M)
Rabithah Alam Islamy
Bunga bank yang berlaku dalam perbankan konvensional adalah riba
yang diharamkan. (Keputusan No. 6 Sidang ke 9, Mekkah 12-19 Rajab
1406 H)
Majma’ Fiqih Islamy, Organisasi Konferensi Islam
Seluruh tambahan dan bunga atas pinjaman yang jatuh tempo dan
nasabah tidak mampu membayarnya, demikian pula tambahan (atau
bunga) atas pinjaman dari permulaan perjanjian adalah dua gambaran dari
riba yang diharamkan secara syariah (Keputusan No. 10 Majelis Majma’
Fiqih Islamy, Koneferensi OKI ke II, 22-28 Desembeer 1985)
15
BUNGA BANK:
PANDANGAN ULAMA INDONESIA
Nahdhatul Ulama
Sebagian ulama mengatakan bunga sama dengan riba, sebagian lain
mengatakan tidak sama dan sebagian lain mengatakan syubhat.
Rekomendasi: Agar PB NU mendirikan bank Islam NU dengan sistem
tanpa bunga (Bahtsul Masail, Munas Bandar Lampung, 1992)
Muhammadiyah
Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik nagara kepada nasabahnya
atau sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk perkara
“mustasyabihat.”
Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan
terwujudnya konsepsi sistem perekonomian khususnya lembaga
perbankan yang sesuai dengan qaidah Islam (Lajnah Tarjih Sidoarjo,
1968)
16
BUNGA BANK:
PANDANGAN ULAMA INDONESIA
Majelis Ulama Indonesia
1)Bunga bank sama dengan riba 2) tidak sama dengan riba 3) Syubhat.
MUI harus mendirikan bank alternatif. (Lokakarya Alim Ulama, Cisarua
1991)
Lajnah Ulama Komisi Fatwa se Indonesia, Majelis Ulama Indonesia
1)Bunga bank sama dengan riba (Silaknas MUI, 16 Desember 2003)
17
9 Alasan
Yang Mengatakan Interest
Bukan Riba
Dalam keadaan-keadaan darurat bunga halal hukumnya
Hanya bunga yang berlipatganda saja yang dilarang, adapun
suku bunga yang wajar dan tidak menzalimi diperkenankan
Bunga diberikan sebagai ganti rugi (opportunity cost) atas
hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari
pengolahan dana tersebut
Hanya kredit yang bersifat konsumtif saja yang pengambilan
bunganya dilarang adapun yang produktif tidak demikian
Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana barang-
barang lainnya oleh karena itu dapat disewakan dan diambil
upah atasnya
Alasan
Yang Mengatakan Interest
Bukan Riba
Penentuan suku bunga dibuat pada Penentuan besarnya rasio bagi hasil
waktu akad dengan pedoman harus dibuat pada waktu akad dengan
selalu untung berpedoman pada kemungkinan untung
rugi.
Besarnya prosentase berdasarkan pada
jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Pembayaran bunga tetap seperti yang
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah Bagi hasil tergantung pada keuntungan
proyek yang dijalankan oleh pihak proyek yang dijalankan sekiranya itu
nasabah untung atau rugi. tidak mendapatkan keuntungan maka
kerugian akan ditanggung bersama oleh
Jumlah pembayaran bunga tidak kedua belah pihak.
meningkat sekalipun jumlah keuntungan
berlipat atau keadaan ekonomi sedang Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
“booming”. dengan peningkatan jumlah pendapatan.
Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak Tidak ada yang meragukan keuntungan
dikecam) oleh semua agama termasuk bagi hasil.
Islam.
30
Perbedaan Al-Bay dan Riba
Abu al A’la al Mawdudi memberikan empat perbedaan mendasar antara
Al-Bay (perdagangan) dan riba, yaitu:
Pertama:
Dalam perdagangan, pembeli dan penjual melakukan
pertukaran atas dasar kesetaraan, bagi pembeli mendapatkan
keuntungan dari apa yang ia telah beli dari vendor, sementara
yang kedua mendapat keuntungan dalam pertimbangan kerja
dan waktu yang dihabiskan dalam pengadaan komoditas itu
untuk pembeli
Sementara itu, pada transaksi riba tidak ada pembagian
keuntungan antara kedua belah pihak atas dasar kesetaraan.
Kreditor mendapatkan untuk dirinya sendiri yang pasti jumlah
uang untuk pinjaman, tetapi semua debitur pasti mendapatkan
waktu untuk menggunakan uang, sementara waktu tidak selalu
mendapatkan keuntungan dirinya
31
Perbedaan al-bay dan riba (lanjutan):
Kedua:
Dalam perdagangan, seberapapun besar keuntungan
yang diminta vendor dari pembeli, ia hanya sekali
mendapatkannya.
Sementara itu, pada transaksi riba, kreditur tidak
berhenti untuk menuntut bunganya sepanjang pokoknya
belum dikembalikan.
32
Perbedaan al-bay dan riba (lanjutan):
ketiga:
Dalam perdagangan, saat sebuah komoditi dipertukarkan untuk
suatu harga, transaksi tersebut selesai. Pembeli tidak memberikan
apa-apa setelah transaksi tersebut kepada penjual. Dalam transaksi
menyewa, baik rumah, tanah, atau benda/barnag lain, barang yang
disewa tetap utuh dan dikembalikan kepada pemilik setelah itu.
Hanya untuk manfaat dari barang tersebut yang harus dibayar
sewanya oleh penyewa kepada pemilik.
Sementara itu, dalam riba, debitur benar-benar menghabiskan
jumlah yang dipinjam dari kreditur dan harus mengembalikan jumlah
yang sama dengan tambahan dalam bentuk bunga.
33
Perbedaan al-bay dan riba (lanjutan):
Keempat:
Dalam perdagangan, profesi dan kerajinan tangan, seseorang
memperoleh manfaat setelah menjalani kerja, kesulitan, atau
oleh keterampilan atau seni.
Sebaliknya, dalam transaksi riba, kreditor hanya meminjamkan
sejumlah surplus yang dimilikinya dan tanpa kerja / usaha /
kesulitan, menjadi mitra tetap dalam memperoleh hasil (bunga)
dari debitur.
34
Hikmah Dibalik Pelarangan riba
1. Penghapusan ketidakadilan/Kedhaliman
2. Himbauan untuk bekerjasama
3. Semangat persaudaraan
4. Mengenai riba al fadl: mendorong transisi masyarakat
dari sistem barter ke sistem moneter
5. Uang, sebagai ukuran yang sempurna nilai dan alat
tukar, dimana pertukaran berjalan atas dasar keadilan
serta mengurangi penipuan
35
SUMBER BACAAN
1. Abdullah Ibn Muhammad Ibn Hasan al-Sa’dy, Al-Riba fi al-Mu’amalat al-
Mashrafiyah al-Mu’ashiarah
2. Umar Ibn Abdul Azis al Mutrk, Al-Riba wa al-Mu’amalat al-Mashrafiyyah, Fi
Nadri al-Syaria’ah al-Islamiyah
3. Yusuf Qaradawi, Fawaid al-Bunuk hiya al-Riba al-Haram
4. Abu-A’la al-Maududi, Riba
5. Ali Jum’ah Muhammad dkk, Fatawa al-Mu’amalat al-Maaliyah: Al-Qurudh wa
al-Riba
6. Abdul Azhim Jalal Abu Zaid, Fiqh Riba
7. Ahmad Salim Milhim, At-Ta’min al-Islamy
8. M. Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik
9. Adiwarman Kariim, Analisis Fiqh dan Keuangan
10. M. Syakir Sula, Asuransi Syariah: Konsep dan Sistem Operasional
11. Engku Rabiah Adawiyah Engku Ali dan hassan Scoott P. Odierno, Essential
Guide to Takaful (Islamic Insurance)
12. Mohd. Ma’sum Billah, Principles & Practices of Takaful and Insurance
(Compared)