Anda di halaman 1dari 1

Nama: Jose Miechell Liem

NIM: 01051220140

1. Menurut Kierkegaard, "bereksistensi" (to exist) merujuk pada mode khusus keberadaan
manusia. Manusia memiliki tugas untuk menjadi diri mereka sendiri, di mana keberadaan
diri itu sendiri adalah suatu tugas. Setiap orang diciptakan sebagai makhluk yang belum
sempurna, diberi hak untuk berpartisipasi dalam perkembangan diri mereka sendiri
melalui pilihan-pilihan yang mereka buat setiap hari. Kierkegaard menekankan bahwa
banyak orang 'ada' namun kurang memiliki karakter yang berkelanjutan, dan akhirnya
tidak memiliki identitas yang nyata. Kutipan singkat yang mungkin menjelaskan
"bereksistensi" menurut Kierkegaard adalah: "The task of a human person is to become a
self; in fact selfhood itself is a task." Ini menekankan bahwa menjadi diri sendiri adalah
suatu tugas yang harus dijalankan setiap individu. Bagi Kierkegaard, kita diberi
kebebasan untuk menjadi diri kita sendiri, tetapi hal itu memerlukan komitmen, pilihan,
dan sebuah keinginan yang mendalam untuk bertindak. Tanpa hal tersebut, keberadaan
seseorang hanya sebatas eksistensi yang dangkal.

2. Tahap moral (ethical stage) merupakan tahap kedua dalam eksistensi manusia menurut
Kierkegaard. Ini terjadi setelah tahap estetis (aesthetic stage) di mana seseorang mulai
mengakui bahwa tidak semua keinginan dapat atau seharusnya dipenuhi. Individu pada
tahap ini mulai membentuk identitas dan mengambil keputusan berdasarkan ideal-ideal
moral yang mereka anut. Kutipan yang bisa menjelaskan tahap moral ini adalah: "The
healthy adult is someone who has an identity. This person knows who he or she is, and
decides what desires should and should not be satisfied based on those ideals."Sementara
itu, tahap religius (religious stage) adalah tahap ketiga yang lebih tinggi menurut
Kierkegaard. Tahap ini melibatkan komitmen yang lebih dalam terhadap keyakinan dan
pandangan religius. Dalam tahap ini, individu mengalami sebuah pilihan dan komitmen
yang bersifat subjektif dan lebih dalam. Kutipan yang dapat menjelaskan tahap religius
ini secara tidak langsung adalah ketika disebutkan bahwa seseorang "refuses marriage,
work, and indeed any kind of commitment that would restrict his freedom to seek
enjoyment." Ini menggambarkan ketidak inginan untuk berkomitmen pada hal-hal yang
bisa menghambat pencarian kepuasan, dan di sinilah Kierkegaard menyoroti pentingnya
komitmen pada tingkat religius yang lebih dalam. Jadi, perbedaan utama antara tahap
moral (ethical) dan tahap religius (religious) adalah bahwa tahap moral berfokus pada
pembentukan identitas dan pengambilan keputusan berdasarkan ideal moral, sementara
tahap religius melibatkan komitmen yang lebih dalam pada keyakinan religius yang
mengarah pada pilihan yang lebih subjektif dan mendalam.

Anda mungkin juga menyukai