Anda di halaman 1dari 4

Adelbert Snijders Manusia adalah Eksistensi

Bab II Hal. 28-33

Bagian 6.
Einstellung
 Bersikap dasar dalam diri sendiri.
 Kebebasan dan Tanggung Jawab: Konsep einstellung menekankan bahwa cara kita
memahami dunia mempengaruhi tindakan dan keputusan kita. Hal ini dapat terkait
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kebebasan dan tanggung jawab. Bagaimana kita
menggunakan kebebasan kita untuk memilih cara memandang dunia dan bagaimana ini
mempengaruhi tindakan dan keputusan kita?
 Etika dan Moralitas: Einstellung juga relevan dalam konteks etika dan moralitas.
Bagaimana cara kita melihat dan memahami nilai-nilai moral dapat mempengaruhi cara
kita berperilaku dan membuat keputusan moral. Misalnya, apakah etika bersifat relatif
atau ada standar moral yang objektif?
 Identitas dan Keunikan Individu: Konsep einstellung menyoroti keunikan dan identitas
individu dalam cara mereka memandang dunia. Ini dapat terhubung dengan pertanyaan
tentang apa yang membuat setiap individu unik, dan bagaimana identitas individu
mempengaruhi perspektif dan tindakan mereka.
 Fenomenologi dan Pengalaman Subjektif: Einstellung juga dapat terkait dengan konsep
fenomenologi, yang menekankan pengalaman subjektif individu. Bagaimana persepsi dan
interpretasi pribadi memainkan peran dalam memahami realitas?
 Konteks Sosial dan Kultural: Einstellung juga dapat diterapkan dalam konteks sosial dan
budaya. Bagaimana budaya, nilai-nilai, dan norma mempengaruhi cara individu
memandang dan berinteraksi dengan dunia sekitar mereka?
Bagian 7
 Objektif:
Penekanan pada Fakta dan Realitas Luar: Perspektif objektif menekankan pada kenyataan
dan fakta-fakta yang ada di luar diri individu. Ini mencakup hal-hal yang dapat diukur,
diamati, atau dibuktikan secara empiris.
Independen dari Penilaian Pribadi: Objektif berarti bahwa sesuatu memiliki eksistensi atau
kebenaran yang terpisah dari penilaian atau interpretasi subjektif individu. Misalnya, benda-
benda alam atau kejadian-kejadian dalam dunia fisik dianggap memiliki eksistensi
independen dari apakah seseorang percaya atau memahaminya.
Universalitas: Objektif seringkali dihubungkan dengan gagasan bahwa kebenaran atau fakta
dapat berlaku untuk semua orang, tidak peduli perspektif atau interpretasi individu.
 Subjektif:
Penekanan pada Pengalaman dan Interpretasi Pribadi: Perspektif subjektif fokus pada
pengalaman individu, interpretasi, dan persepsi pribadi terhadap dunia. Ini termasuk emosi,
pandangan pribadi, dan penilaian yang berasal dari pengalaman pribadi masing-masing.
Keterkaitan dengan Individu: Subjektif berarti bahwa pandangan atau penilaian dapat sangat
bervariasi antara individu karena dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang, nilai-nilai,
dan kepercayaan pribadi.
Kebenaran Bersifat Relatif: Dalam konteks subjektif, kebenaran atau nilai-nilai seringkali
dianggap sebagai konstruksi sosial atau hasil dari interpretasi individu. Hal ini berarti
kebenaran bersifat relatif dan dapat berbeda antara individu atau kelompok.
Inti dari pembahasan ini adalah bahwa ada dua cara utama untuk memahami realitas atau
eksistensi: dari sudut pandang objektif yang berfokus pada fakta dan kebenaran independen
dari interpretasi individu, dan sudut pandang subjektif yang berfokus pada pengalaman
pribadi dan penilaian individu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
Penting untuk diingat bahwa keduanya tidak selalu terpisah secara tegas, dan seringkali
keduanya saling terkait. Diskusi tentang objektif dan subjektif membantu kita memahami
kompleksitas cara manusia berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.
 Realisme:
Pentingnya Objek Fisik dan Fakta Empiris: Realisme menekankan pentingnya objek fisik dan
fakta empiris dalam memahami dunia. Ini berarti bahwa realis berpandangan bahwa dunia
nyata dan objek-objek yang ada di dalamnya memiliki eksistensi independen dari kesadaran
manusia.
Pemahaman tentang Kebenaran Independen: Bagi realis, kebenaran adalah sesuatu yang
independen dari interpretasi manusia. Ada kebenaran yang objektif dan dapat diakses melalui
metode ilmiah atau pengamatan empiris.
Keberadaan Dunia Luar Sebagai Kenyataan yang Tangible: Realisme menegaskan bahwa
dunia luar adalah nyata, konkret, dan dapat diakses melalui panca indera. Objek-objek dan
kejadian-kejadian yang terjadi dalam dunia ini dianggap memiliki keberadaan yang nyata.
 Idealisme:
Pentingnya Kesadaran dan Pikiran: Idealisme menganggap bahwa kesadaran, pikiran, atau
ide adalah yang mendasari kenyataan. Artinya, realitas tergantung pada pemikiran atau
kesadaran individu.
Interpretasi Pribadi dari Realitas: Bagi para idealis, realitas adalah hasil dari interpretasi
subjektif dan konstruksi mental. Dunia dipahami melalui filter persepsi individu.
Betonisasi Ide atau Nilai: Idealisme cenderung memberi penekanan pada nilai-nilai, ide-ide,
atau konsep-konsep sebagai substansi utama dari kenyataan. Mereka dapat melihat nilai-nilai
ini sebagai lebih signifikan daripada benda-benda fisik.
Relevansi :
Pengaruh Terhadap Pendekatan Ilmiah: Diskusi tentang realisme dan idealisme dapat
mempengaruhi cara kita memandang metode ilmiah dan keabsahan pengetahuan. Realisme
mendukung pandangan bahwa metode ilmiah adalah alat yang kuat untuk memahami dunia,
sementara idealisme menunjukkan bahwa interpretasi subjektif juga berperan penting.
Pandangan tentang Kebenaran dan Realitas: Pertimbangan ini mempengaruhi pandangan kita
tentang kebenaran dan apakah kebenaran bersifat objektif atau relatif. Realisme berpendapat
bahwa ada kebenaran yang independen dari interpretasi manusia, sementara idealisme
menunjukkan bahwa realitas dipahami melalui filter persepsi subjektif.
Relevansi dalam Etika dan Nilai: Realisme dan idealisme juga dapat berdampak pada cara
kita memandang etika dan nilai-nilai. Apakah etika bersifat objektif dan dapat diukur, atau
apakah nilai-nilai bersifat subjektif dan tergantung pada interpretasi individu?
Kedua perspektif ini memberikan sudut pandang yang berbeda dalam memahami eksistensi
manusia dan alam semesta. Terkadang, pemikiran ini juga bisa saling terkait dan digunakan
bersama-sama untuk memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang realitas.
Pembahasan tentang eksistensialisme ateis dan religius adalah penting dalam memahami
berbagai sudut pandang tentang sifat eksistensi manusia, terutama dalam konteks hubungan
antara manusia, keberadaan, dan nilai-nilai spiritual atau keagamaan.

 Eksistensialisme Ateis:
Penekanan pada Kebebasan dan Tanggung Jawab: Eksistensialisme ateis menekankan
kebebasan individu untuk membuat pilihan dan mengambil tanggung jawab atas tindakan
mereka. Mereka percaya bahwa manusia tidak memiliki tujuan atau makna bawaan, sehingga
kita harus menciptakan makna kita sendiri dalam kehidupan.
Absurditas dan Kehampaan: Eksistensialisme ateis mengakui bahwa dunia mungkin terasa
absurd dan kehampaan. Namun, mereka menekankan bahwa dalam menghadapi keadaan ini,
manusia memiliki kebebasan untuk mencari dan menciptakan makna mereka sendiri.
Keadilan Sosial dan Etika Tanpa Tuhan: Eksistensialisme ateis menunjukkan bahwa manusia
dapat menciptakan norma-norma etika dan keadilan tanpa bergantung pada otoritas agama.
Mereka mempertimbangkan pentingnya etika manusiawi dan kebebasan individu dalam
mencapai keadilan sosial.
Relevansi Eksistensialisme Ateis:
Penekanan pada Kemandirian dan Kebebasan: Pembahasan ini dapat membantu kita
memahami pentingnya kemandirian dan kebebasan dalam membentuk kehidupan dan makna
kita sendiri tanpa bergantung pada otoritas eksternal.
Pandangan terhadap Tujuan dan Makna Kehidupan: Eksistensialisme ateis mendorong kita
untuk mempertimbangkan dan menciptakan makna dalam kehidupan kita sendiri, bahkan
dalam menghadapi situasi yang mungkin terasa absurd atau tanpa tujuan.
 Eksistensialisme Religius:
Makna Hidup dalam Konteks Keberadaan Tuhan: Eksistensialisme religius mengintegrasikan
keyakinan akan keberadaan Tuhan sebagai landasan makna dan tujuan dalam kehidupan
manusia. Hubungan antara manusia dan Tuhan menjadi pusat dari eksistensi manusia.
Tanggung Jawab Moral terhadap Tuhan: Dalam eksistensialisme religius, manusia dianggap
memiliki tanggung jawab moral terhadap Tuhan dan diharapkan untuk hidup sesuai dengan
ajaran dan kehendak Tuhan.
Makna dalam Ketakjuban Kehadiran Ilahi: Eksistensialisme religius menekankan
pengalaman ketakjuban dan kehadiran ilahi dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dianggap
berada dalam hubungan pribadi dengan Tuhan.
Relevansi Eksistensialisme Religius:
Pentingnya Keimanan dan Spiritualitas: Diskusi ini menyoroti pentingnya keimanan dan
spiritualitas dalam membentuk makna dan tujuan dalam kehidupan manusia.
Etika Berbasis Keimanan: Eksistensialisme religius menekankan pentingnya hidup sesuai
dengan ajaran agama dan kehendak Tuhan sebagai landasan etika dan moralitas.
Pemahaman tentang eksistensialisme ateis dan religius memungkinkan kita untuk menggali
sudut pandang berbeda tentang makna dan tujuan dalam kehidupan manusia, tergantung pada
apakah keberadaan Tuhan diakui sebagai bagian dari eksistensi manusia atau tidak. Hal ini
juga memungkinkan kita untuk mempertimbangkan bagaimana keyakinan atau ketiadaan
keberadaan Tuhan dapat memengaruhi cara kita memandang kebebasan, tanggung jawab, dan
makna hidup.

Anda mungkin juga menyukai