Anda di halaman 1dari 10

Apa yang dimaksud dengan relativisme nilai dalam konteks aksiologi?

*
1 poin

Keyakinan bahwa nilai-nilai mutlak dan universal


Pandangan bahwa nilai-nilai bervariasi antara individu dan budaya
Penekanan pada prinsip-prinsip agama dalam etika
Studi tentang pengaruh teknologi terhadap nilai-nilai masyarakat

Relativisme nilai dalam konteks aksiologi adalah pandangan bahwa nilai-nilai moral atau etika
bersifat relatif dan bervariasi antara individu, budaya, atau konteks tertentu. Ini berarti bahwa
tidak ada nilai-nilai yang mutlak atau universal yang berlaku untuk semua orang atau dalam
semua situasi. Sebaliknya, pandangan relativisme nilai mengatakan bahwa nilai-nilai itu sendiri
terbentuk oleh faktor-faktor seperti budaya, tradisi, pandangan pribadi, dan sebagainya.

Apa yang menjadi fokus utama dalam studi aksiologi?


*
1 poin

Etika profesional
Nilai-nilai dan prinsip moral
Hukum dan peraturan
Perkembangan teknologi

Fokus utama dalam studi aksiologi adalah mengkaji dan memahami nilai-nilai, prinsip-
prinsip moral, dan etika. Studi ini berupaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang apa yang dianggap baik dan buruk, benar dan salah, serta bagaimana kita
seharusnya bertindak dalam berbagai situasi. Aksiologi melibatkan eksplorasi aspek-
aspek seperti sumber nilai, konflik nilai, perbandingan nilai antara budaya atau individu,
dan pertimbangan etis dalam mengambil keputusan.

Dengan kata lain, aksiologi berfokus pada pemahaman nilai-nilai dan prinsip-prinsip
moral yang mendasari tindakan dan pilihan kita dalam kehidupan sehari-hari, dalam
konteks individu, masyarakat, dan budaya.

Apa yang menjadi fokus utama dalam studi epistemologi?


*
1 poin

Studi tentang moralitas


Studi tentang pengetahuan
Studi tentang perasaan
Studi tentang politik

Fokus utama dalam studi epistemologi adalah memahami sifat, asal-usul, batasan, dan
kriteria pengetahuan serta pertanyaan-pertanyaan seputar pengetahuan itu sendiri.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas pertanyaan-pertanyaan seperti:

1. Apa itu pengetahuan? Bagaimana kita mendefinisikan pengetahuan?


2. Bagaimana kita memperoleh pengetahuan? Apakah pengetahuan berasal dari
pengalaman, rasio, atau sumber-sumber lainnya?
3. Apa yang bisa kita ketahui? Apakah ada batasan-batasan terhadap pengetahuan
manusia?
4. Bagaimana kita dapat membenarkan atau memvalidasi pengetahuan? Apa yang
membuat suatu klaim atau keyakinan menjadi sah atau dapat dipercaya?
5. Bagaimana kita mengatasi keraguan dan ketidakpastian dalam pengetahuan?
6. Apakah ada jenis pengetahuan yang lebih tinggi atau lebih meyakinkan daripada
yang lain?

Dengan kata lain, epistemologi membahas tentang bagaimana kita tahu apa yang kita
tahu, bagaimana kita mencapai pemahaman, dan bagaimana kita dapat membenarkan
keyakinan kita. Ini adalah bidang penting dalam filsafat yang berkontribusi pada
pemahaman kita tentang pengetahuan, metode ilmiah, dan dasar-dasar pemikiran kritis.
Apa perbedaan utama antara empirisme dan rasionalisme dalam
epistemologi?
*
1 poin

Empirisme mengandalkan pengamatan, sedangkan rasionalisme mengandalkan nalar.


Empirisme berfokus pada keyakinan agama, sedangkan rasionalisme berfokus pada ilmu pengetahuan.
Empirisme tidak memperhitungkan data empiris, sedangkan rasionalisme hanya memperhitungkan data
empiris.
Empirisme dan rasionalisme adalah dua istilah yang merujuk pada konsep yang sama dalam epistemologi.

Empirisme dan rasionalisme adalah dua pendekatan berbeda dalam epistemologi yang
berkaitan dengan asal usul pengetahuan dan bagaimana kita memperoleh
pengetahuan. Berikut adalah perbedaan utama antara keduanya:

1. Sumber Pengetahuan:
 Empirisme: Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari
pengalaman sensorik. Menurut pandangan empiris, kita memperoleh
pengetahuan melalui pengamatan indra kita, seperti melihat, mendengar,
merasakan, mencium, dan merasakan. Keyakinan empiris adalah bahwa
pengalaman adalah sumber utama pengetahuan.
 Rasionalisme: Rasionalisme, di sisi lain, berpendapat bahwa pengetahuan
berasal dari akal budi atau pemikiran rasional. Pandangan rasionalis adalah
bahwa kita dapat mencapai pengetahuan yang sah dan universal melalui
pemikiran, deduksi, dan penggunaan akal budi.
2. Sifat Pengetahuan:
 Empirisme: Dalam empirisme, pengetahuan cenderung bersifat konkret,
terkait dengan fenomena empiris yang dapat diamati atau dipersepsikan.
Pengetahuan empiris sering kali bersifat kontingent, berubah seiring
pengamatan kita terhadap dunia.
 Rasionalisme: Rasionalisme cenderung menghasilkan pengetahuan yang
lebih abstrak dan bersifat a priori, yang berarti pengetahuan yang dapat
diakses tanpa perlu merujuk pada pengalaman empiris. Pengetahuan
rasionalis cenderung bersifat lebih universal dan tidak bergantung pada
pengalaman khusus.
3. Contoh Tokoh Terkenal:
 Empirisme: Tokoh-tokoh terkenal dalam tradisi empiris meliputi John
Locke, George Berkeley, dan David Hume.
 Rasionalisme: Tokoh-tokoh terkenal dalam tradisi rasionalis meliputi René
Descartes, Immanuel Kant, dan Gottfried Wilhelm Leibniz.
Perlu diingat bahwa dalam perkembangan sejarah epistemologi, banyak filsuf
menggabungkan elemen dari kedua pendekatan ini dalam upaya untuk menyusun teori
pengetahuan yang lebih komprehensif. Selain itu, pandangan individu dalam hal ini
dapat bervariasi, dan tidak semua empiris atau rasionalis mengambil pendekatan murni
dari salah satu pendekatan ini.

Apa yang menjadi fokus utama ontologi?


*
1 poin

Studi tentang nilai-nilai moral


Studi tentang eksistensi dan hakikat realitas
Studi tentang perkembangan pemikiran manusia
Studi tentang perubahan social

Fokus utama ontologi adalah memahami dan mempelajari sifat eksistensi atau realitas. Ontologi
merupakan cabang filsafat yang berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan dasar tentang apa
yang ada, bagaimana sesuatu ada, apa sifat-sifat esensial dari sesuatu, dan bagaimana entitas
atau objek di dalam dunia ini berhubungan satu sama lain.

Bagaimana ontologi fenomenologi berbeda dari ontologi positivisme?


*
1 poin

Ontologi fenomenologi menekankan eksistensi individu, sementara ontologi positivisme menekankan


eksistensi kolektif.
Ontologi fenomenologi menekankan pengetahuan ilmiah, sementara ontologi positivisme menekankan
pengamatan empiris.
Ontologi fenomenologi menekankan pemahaman tentang pengalaman langsung, sementara ontologi
positivisme menekankan eksistensi benda fisik.
Ontologi fenomenologi menekankan pemahaman tentang makna subjektif, sementara ontologi
positivisme menekankan keberadaan objektif.

Ontologi dalam konteks fenomenologi dan positivisme memiliki pendekatan yang


berbeda terhadap pemahaman tentang realitas atau eksistensi. Berikut adalah
perbedaan antara ontologi fenomenologi dan ontologi positivisme:

1. Sifat Realitas:
 Ontologi Fenomenologi: Dalam fenomenologi, realitas dianggap sebagai
konstruksi subjektif yang terbentuk melalui pengalaman manusia.
Pemikiran ini menekankan bahwa realitas itu sendiri dipahami melalui cara
individu mengalami dan memahaminya. Fenomenologi menyoroti
pentingnya pengalaman langsung dan kesadaran subjektif dalam
merumuskan pemahaman tentang realitas.
 Ontologi Positivisme: Positivisme, khususnya dalam bentuk positivisme
logis, cenderung mengadopsi pandangan bahwa realitas itu hanya terdiri
dari fakta-fakta empiris yang dapat diamati dan diukur. Pandangan
positivisme menolak eksistensi hal-hal yang tidak dapat diamati atau
diukur secara empiris, seperti entitas metafisik atau konsep abstrak.
2. Penggunaan Metode Ilmiah:
 Ontologi Fenomenologi: Fenomenologi mengakui bahwa pengalaman
subjektif adalah landasan utama untuk memahami realitas. Metode
fenomenologi berfokus pada deskripsi dan analisis mendalam terhadap
pengalaman individu, mencoba memahami makna dan struktur dalam
pengalaman tersebut.
 Ontologi Positivisme: Positivisme menekankan metode ilmiah yang
berdasarkan observasi empiris dan pengujian hipotesis. Pandangan
positivisme lebih condong ke arah pengetahuan yang dapat diukur dan
diobservasi secara objektif.
3. Konsep Realitas Abstrak:
 Ontologi Fenomenologi: Fenomenologi membuka pintu untuk
mempertimbangkan realitas abstrak dan konsep yang tidak selalu terkait
dengan pengalaman fisik langsung. Ini menciptakan kerangka kerja untuk
memahami realitas subjektif dan konstruksi makna.
 Ontologi Positivisme: Positivisme cenderung lebih skeptis terhadap realitas
abstrak atau konsep yang tidak dapat diterjemahkan menjadi pengamatan
empiris yang konkret.

Apa yang dimaksud dengan konsep "teori sebagai sebuah lensa" dalam
konteks ilmu pengetahuan?
*
1 poin

Teori adalah alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil.
Teori adalah kerangka kerja intelektual yang digunakan untuk melihat dan memahami dunia.
Teori adalah perangkat keras yang digunakan dalam eksperimen ilmiah.
Teori adalah sesuatu yang tidak relevan dalam ilmu pengetahuan.

Konsep "teori sebagai sebuah lensa" dalam konteks ilmu pengetahuan mengacu pada
pandangan bahwa teori dapat berfungsi sebagai alat atau kerangka kerja interpretatif yang
membantu kita melihat, memahami, dan menganalisis dunia atau fenomena tertentu. Dalam hal
ini, teori bekerja seperti lensa kacamata atau alat optik yang memungkinkan kita melihat aspek-
aspek tertentu dari realitas dengan lebih jelas atau menyoroti aspek-aspek tertentu yang
relevan.

Bagaimana teori berperan sebagai "lensa" dalam konteks sosiologi?


*
1 poin

Teori menyediakan alat pemotretan untuk penelitian sosiologis.


Teori membantu sosiolog memilih topik penelitian yang relevan.
Teori memberikan kerangka kerja konseptual yang membantu memahami dan menjelaskan
fenomena sosial.
Teori tidak memiliki peran dalam sosiologi.

Dalam konteks sosiologi, teori berperan sebagai "lensa" yang membantu sosiolog untuk
memahami, menganalisis, dan menjelaskan fenomena sosial yang kompleks. Berikut
adalah beberapa cara di mana teori berfungsi sebagai "lensa" dalam sosiologi:

1. Memberikan Kerangka Kerja Konseptual: Teori-teori sosiologi memberikan


kerangka kerja konseptual yang membantu sosiolog untuk mengorganisasi data
dan informasi yang mereka kumpulkan dalam penelitian mereka. Teori-teori ini
membantu dalam mengidentifikasi konsep-konsep penting, variabel-variabel
yang relevan, dan hubungan-hubungan antara elemen-elemen dalam fenomena
sosial.
2. Mengarahkan Perhatian: Teori-teori membantu sosiolog untuk mengarahkan
perhatian mereka pada aspek-aspek tertentu dari fenomena sosial. Misalnya,
teori konflik akan fokus pada ketidaksetaraan sosial dan konflik kepentingan,
sementara teori fungsionalisme akan lebih menekankan pada fungsi-fungsi sosial
dan stabilitas masyarakat.
3. Menyediakan Pemahaman yang Lebih Dalam: Teori-teori sosiologi
memungkinkan sosiolog untuk memahami fenomena sosial dengan lebih dalam.
Mereka membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang mengapa sesuatu
terjadi, bagaimana masyarakat berfungsi, dan bagaimana perubahan sosial
terjadi.
4. Membantu dalam Penjelasan dan Prediksi: Teori-teori sosiologi juga membantu
dalam menjelaskan fenomena sosial dan membuat prediksi tentang perilaku
sosial di masa depan. Mereka dapat digunakan untuk meramalkan hasil dari
perubahan sosial atau kebijakan tertentu.
5. Pengaruh pada Penelitian: Pemilihan teori tertentu dapat memengaruhi desain
penelitian, metode pengumpulan data, dan interpretasi hasil. Sebagai contoh,
penelitian yang menggunakan teori konflik mungkin akan memiliki pendekatan
yang berbeda dalam pengumpulan data dan analisis dibandingkan dengan
penelitian yang menggunakan teori fungsionalisme.
6. Pendekatan Subjektif: Seperti "lensa" dalam penggunaan sehari-hari, teori-teori
sosiologi dapat memengaruhi cara sosiolog melihat dunia sosial. Mereka
menciptakan sudut pandang yang berbeda dan dapat memunculkan interpretasi
subjektif tentang fenomena sosial.

Bagaimana konsep "teori sebagai sebuah jaring" berhubungan dengan


interdisiplineritas dalam ilmu pengetahuan?
*
1 poin

Teori mendorong spesialisasi yang lebih dalam dalam disiplin ilmu tertentu.
Teori mempromosikan kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu untuk pemahaman yang lebih
komprehensif.
Teori menekankan bahwa teori hanya relevan dalam satu disiplin ilmu tertentu.
Teori menunjukkan bahwa interdisiplineritas adalah konsep yang tidak relevan dalam ilmu pengetahuan.

Konsep "teori sebagai sebuah jaring" (theory as a network) mengacu pada pandangan
bahwa teori dalam ilmu pengetahuan dapat dipahami sebagai jaringan atau sistem yang
kompleks yang terdiri dari berbagai elemen, konsep, dan hubungan antara mereka.
Konsep ini erat kaitannya dengan interdisiplineritas dalam ilmu pengetahuan dalam
beberapa cara sebagai berikut:

1. Integrasi Disiplin Ilmu: Dalam pengertian interdisiplineritas, berbagai disiplin ilmu


atau bidang pengetahuan yang berbeda bekerja bersama untuk memecahkan
masalah atau mengkaji fenomena yang kompleks. Konsep "teori sebagai sebuah
jaring" memungkinkan berbagai konsep dan pemahaman dari berbagai disiplin
ilmu untuk diintegrasikan ke dalam satu kerangka kerja teoretis yang lebih besar.
Ini memungkinkan penggabungan berbagai perspektif dan pengetahuan dalam
pemahaman yang lebih komprehensif tentang masalah atau fenomena yang
sedang diteliti.
2. Menghubungkan Konsep-Konsep: Konsep "teori sebagai sebuah jaring"
menekankan pentingnya hubungan antara konsep-konsep dalam teori. Ini
menciptakan kesempatan untuk menghubungkan konsep-konsep dari berbagai
disiplin ilmu yang berbeda dalam satu jaringan teori. Sebagai contoh, dalam
penelitian yang mencakup masalah lingkungan, teori ini dapat menggabungkan
konsep ekologi, ekonomi, sosiologi, dan lain-lain dalam satu kerangka kerja yang
menyeluruh.
3. Pengembangan Pengetahuan Terpadu: Interdisiplineritas dalam ilmu
pengetahuan bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan yang lebih terpadu
dan komprehensif. Konsep "teori sebagai sebuah jaring" mendukung
pengembangan pengetahuan yang lebih holistik karena memungkinkan
penyatuan berbagai elemen pengetahuan dalam satu kerangka teoretis yang
saling terkait.
4. Pemecahan Masalah Kompleks: Ketika menghadapi masalah kompleks seperti
perubahan iklim, kesehatan global, atau kemiskinan, pendekatan interdisipliner
yang berdasarkan konsep "teori sebagai sebuah jaring" dapat membantu dalam
memahami aspek-aspek yang berbeda dan dampak saling terkait dari masalah
tersebut. Ini memungkinkan para peneliti untuk mengembangkan strategi yang
lebih efektif dalam mengatasi masalah tersebut.

Dengan kata lain, konsep "teori sebagai sebuah jaring" mendukung pendekatan
interdisipliner yang menggabungkan konsep dan pemahaman dari berbagai disiplin
ilmu untuk memahami fenomena yang kompleks. Ini memungkinkan ilmuwan dan
peneliti untuk bekerja bersama secara lintas disiplin untuk mengatasi tantangan dan
masalah yang lebih besar dalam masyarakat dan dunia

Apa yang dimaksud dengan konsep "teori sebagai sebuah jaring"


dalam konteks ilmu pengetahuan?
*
1 poin

Teori adalah sesuatu yang sangat kompleks dan sulit dipahami.


Teori adalah struktur yang terdiri dari elemen-elemen yang saling terkait dan berpengaruh satu sama lain.
Teori adalah ide-ide yang berdiri sendiri dan tidak memiliki keterkaitan dengan yang lain.
Teori adalah konsep yang hanya berlaku dalam ilmu sosial.

Bagaimana konsep teori komunikasi sebagai proses relasional dapat


diterapkan dalam konteks komunikasi interpersonal?
*
1 poin

Teori memastikan hubungan interpersonal berjalan harmonis


Teori membantu individu memahami bagaimana pesan memengaruhi orang lain dalam hubungan mereka.
Teori ini mencegah lahirnya konflik interpersonal
Teori ini akan memetakan alur komunikasi secara linear

Apa yang dimaksud dengan teori komunikasi sebagai sebuah proses


relasional?
*
1 poin

Teori komunikasi yang berfokus pada jaringan teknologi komunikasi.


Konsep bahwa komunikasi melibatkan interaksi dan hubungan antara individu atau kelompok.
Komunikasi menjelaskan relasi antara manusia dengan lingkungan di sekitarnya
Pandangan bahwa komunikasi berkaitan dengan penyampaian informasi dari komunikator kepada
komunikan

Apa yang dimaksud dengan "teks" dalam konteks komunikasi?


*
1 poin

Bahasa, simbol, atau sistem yang bermakna


Pesan yang disampaikan secara verbal dalam komunikasi.
Alat komunikasi yang digunakan dalam teknologi modern.
Pesan yang menimbulkan hubungan relasional

Mengapa pemahaman terhadap efek dan respons komunikasi penting


dalam konteks komunikasi interpersonal?
*
1 poin

Karena itu efek akan memengaruhi pengirim pesan.


Karena efek dan respons relevan dalam komunikasi formal.
Karena membantu dalam mengukur efektivitas komunikasi
Karena ini tidak memiliki dampak pada hubungan antarindividu.

Apa yang menjadi fokus utama dari tradisi fenomenologi dalam kajian
komunikasi?
*
1 poin

Studi tentang peran media massa dalam masyarakat.


Studi tentang interaksi sosial dalam komunikasi.
Studi tentang penggunaan teknologi komunikasi modern.
Studi tentang pengalaman subjektif individu dalam proses komunikasi.

Bagaimana tradisi fenomenologi berbeda dari pendekatan positivisme


dalam kajian komunikasi?
*
1 poin

Pendekatan fenomenologi menekankan penggunaan metode eksperimental, sedangkan positivisme


mengutamakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan fenomenologi berfokus pada pengamatan objektif, sedangkan positivisme berfokus pada
pengalaman subjektif individu.
Pendekatan fenomenologi menekankan pemahaman pengalaman subjektif individu, sedangkan
positivisme mencari hukum-hukum umum dan generalisasi.
Pendekatan fenomenologi dan positivisme adalah dua istilah yang merujuk pada konsep yang sama dalam
kajian komunikasi.

Apa yang dimaksud dengan "ethos" dalam retorika?


*
1 poin

Bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung argumen.


Daya tarik emosional dalam pidato.
Karakter, otoritas, atau kredibilitas pembicara.
Teknik penggunaan bahasa yang efektif.

Anda menemukan artikel dengan judul "Pola komunikasi dalam


komunitas barter barang bekas Jolijolan". Kira-kira, tradisi apa yang
tepat untuk memetakan posisi riset tersebut?*
1 poin

Sosio-kultural
Sosio-psikologi
Fenomenologi
Sibernetika

Anda menemukan artikel dengan kata kunci: strategi, khalayak,


komunikator, seni. Tradisi apa yang tepat untuk menempatkan artikel
tersebut?*
1 poin

Semiotika
Sosio-psikologi
Retorika
Sibernetika

Anda mungkin juga menyukai