Anda di halaman 1dari 2

Nama

: Putu Satyawati Pramana Putri


Nim
: 2014.I.1.0047
Fakultas : FIP/BK (Semester I)
Mata Kuliah: Filsafat Ilmu
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Filsafat Pendidikan.
Salah satu cara untuk mempelajari filsafat pendidikan adalah mengemukakan filosofis
tentang atau sekitar pendidikan pada suatu waktu. Memeriksa pendapat pendapat yang di anut
atau meneliti bermacam macam pendapat untuk menjawab pertanyaan pertanyaan teoritis. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut berikut adalah solusi dari memecahkan masalah tersebut dari segi
pemikiran kefilsafatan.
A. Ontologi
Ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan Ultimate reality baik yang berbentuk
jasmani/konkrit maupun rohani/abstrak. Dalam perbincangannya, seringkali Ontologi
dihubungkan dengan Metafisika, yakni cabang ilmu dalam filsafat yang berbicara mengenai
keberadaa (being) dan eksistensi (existence). Pemikiran Ontologi (Metafisika Umum) yang
berkisar pada hakikat dari yang Ada, telah mengelompokkan para filosof dalam beberapa
kelompok, di antaranya;
Monisme; hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah satu saja, Dualisme; sumber asal
segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yang spirit dan jasad. Pluralisme; hakikat kenyataan
ditentukan oleh kenyataan yang jamak/berubah-ubah. Nihilisme; realitas, adalah tunggal
sekaligus banyak, terbatas sekaligus tidak terbatas, dan tercipta sekaligus tidak tercipta.
Agnostisisme; mengingkari bahwa manusia mampu mengetahui hakikat yang ada baik yang
berupa materi ataupun yang ruhani.
1. Asumsi-asumsi Ilmu
Objek telaah ontologi adalah yang ada. Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak
terikat oleh satu perwujudan tertentu.
a. Objek Formal, Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas.
b. Metode dalam Ontologi di bedakan menjadi dua, yaitu: pembuktian a priori dan
pembuktian a posteriori.
Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat;
dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan. Sedangkan
pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan; dan
term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara
pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik.

2. Konsep ontologi
Konsep-konsep yang berkembang dalam ontologi ada 5 konsep utama, yaitu: Umum dan
tertentu; Umum (universal) adalah sesuatu yang pada umumnya dimiliki oleh sesuatu. Tertentu
(particular) adalah entitas nyata yang terdapat pada ruang dan waktu. Kesengajaan (substance)

dan ketidaksengajaan (accident). Kesengajaan adalah petunjuk yang dapat menggambarkan


sebuah obyek. Ketidaksengajaan dalam filsafat adalah atribut yang mungkin atau tidak mungkin
dimiliki oleh sebuah obyek. Abstrak dan kongkrit. Abstrak adalah obyek yang tidak ada
dalam ruang dan waktu tertentu, tetapi ada pada sesuatu yang tertentu, contohnya: ide.
Kongkrit adalah obyek yang ada pada ruang tertentu dan mempunyai orientasi untuk waktu
tertentu. Esensi dan eksistensi Esensi adalah adalah atribut atau beberapa atribut yang menjadi
dasar keberadaan sebuah obyek. Eksistensi adalah kenyataan akan adanya suatu obyek yang
dapat dirasakan oleh indera. Determinisme dan indeterminisme. Determinisme adalah
pandangan bahwa setiap kejadian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian
kejadian-kejadian sebelumnya. Indeterminisme merupakan lawan terhadap determinisme.
B. EPISTEMOLOGI
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat
dan lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian
mengenai pengetahuan. Pengertian yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indra, dan lain-lain
mempunyai metode tersebdiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah: Metode Induktif,
yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan
dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Metode Deduktif, ialah suatu metode yang
menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang
runtut. Metode Positivisme, berpangkal dari apa yang telah diketahui.
C. AKSIOLOGI
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai ilmu yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
tujuan ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari
hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat
kita analisa secara garis besar bahwa teori tentang nilai (aksiologi) dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika dimana makna etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang
dipakai untuk membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya.
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika
nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan
berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung
pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai
menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi
tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan
yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang.

Anda mungkin juga menyukai